• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Indikator Ekonomi dan Kemak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perkembangan Indikator Ekonomi dan Kemak"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Penulisan Makalah

Ekonomi merupakan salah satu aspek terpenting di suatu negara. Setiap negara pasti ingin perekonomian di negaranya selalu bertumbuh. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu tanda bahwa kondisi perekonomian suatu negara sedang menuju keadaan yang lebih baik. Untuk menilai kondisi perekonomian sebuah negara, diperlukan indikator-indikator ekonomi seperti, Gross Domestic Product (GDP), tingkat pengganguran, dan tingkat inflasi. Indikator-indikator ekonomi tersebut dapat menunjukkan apakah negara tersebut mengalami penurunan ekonomi atau ekspansi ekonomi.

Untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan suatu negara diperlukan tolak ukur dengan indikator sesuai dengan definisi dari ekonomi pembangunan itu sendiri, agar pembangunan ekonomi dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Indikatornya adalah tingkat pendapatan harus seimbang dengan pengeluaran dan harus seimbang pula dengan tingkat produksi (PRODUCTION = INCOME = EXPENDITURE ), indikator tersebut diharapkan diharapkan mampu mewakili atau merupakan model dari semua aspek atas pembangunan ekonomi.

Indikator ekonomi tersebut dapat mempengaruhi kemakmuran suatu negara. Kemakmuran suatu negara dapat dilihat dari pendapatan nasional di setiap negara. Pendapatan nasional tersebut berasal dari rata-rata pendapatan tiap penduduk suatu negara. Apabila indikator ekonomi tersebut baik maka kemakmuran negara tersebut juga baik, dan sebaliknya.

Tujuan Penulisan Makalah

1. Mengetahui sejauh mana perkembangan indikator ekonomi dan kemakmuran Indonesia dibandingkan dengan negara India dan China dalam periode 10 tahun terakhir.

(2)

3. Mengidentifikasi masalah yang paling menonjol dalam perekonomian Indonesia serta memberikan saran terhadap permasalahan tersebut.

Ruang lingkup

Ruang lingkup pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Objek pembahasan makalah ini adalah Negara Indonesia, India dan China.

2.

Data yang digunakan sebagai perbandingan adalah indikator

(3)

BAB II

LANDASAN TEORI

Pengertian Indikator Ekonomi dan Kemakmuran Negara makalah ini memfokuskan kepada dua hal, yaitu indikator ekonomi dan kemakmuran negara. Menurut Olivier Blanchard (2009) Indikator perekonomian suatu negara, dapat dilihat dari beberapa variabel berikut ini: Output Growth Rate (Tingkat Pertumbuhan Produksi) Pengukuran keseluruhan output yang dihasilkan suatu negara disebut dengan Gross Domestic Product (GDP). GDP bisa dalam bentuk income, expenditure, dan output/value added.

GDP

Kemakmuran suatu Negara dapat dilihat dari pendapatan nasional. Pendapatan nasional dipergunakan untuk menentukan laju tingkat perkembangan ekonomi , mengukur keberhasilan suatu Negara, dan membandingkan tingkat kesejahteraan rakyat. Untuk meng hitung pendapatan nasional dapat digunakan beberapa pendekatan yaitu GDP (gross domestic product), GNP (gross national product), dan NI (natiobal income). Selain itu juga ada pendapatan nasional perkapita yang merupakan hasil bagi GDP dan GNP dengan jumlah penduduk, pendapatan nasional perkapita ini digunakan sebagai indicator akhir dalam melihat kemajuan suatu Negara.

GDP dapat didefinisikan ke dalam tiga bentuk:

(4)

(3) GDP adalah keseluruhan pendapatan ekonomi selama periode tertentu.

Pengukuran GDP terbagi menjadi 2, yaitu:

(1) Nominal GDP atau Dollar GDP atau GDP In Current Dollars. Nominal GDP adalah jumlah dari kuantitas barang akhir yang diproduksi dikali dengan harga sekarangnya. Nilai dari nominal GDP ini pasti akan terus meningkat, baik karena kuantitasnya yang naik atau harganya yang naik.

(2) Real GDP atau GDP in Term of Goods atau GDP in Constant Dollars atau GDP Adjusted for Inflation atau GDP in 1996 Dollars. Real GDP adalah jumlah dari kuantitas barang akhir yang diproduksi dikali dengan harga konstan. Real GDP ini lebih disukai karena real GDP fokus pada bagaimana produksi didalam ekonomi yang berubah-ubah. Rumus dari GDP growth yaitu:

GDP = YtYt−1 Yt−1

Pertumbuhan GDP yang positif disebut ekspansi, sedangkan pertumbuhan GDP yang negatif berarti negara tesebut sedang mengalami resesi ekonomi.

Unemployment Rate (Tingkat Pengangguran / Tuna Karya)

(5)

Pengangguran juga menyebabkan beban kepada tenaga kerja produktif semakin berat, disamping itu secara social tingkat pengangguran yang tinggi mempengaruhi angka kriminalitas di dalam negara. Secara umum tidak ada satupun Negara yang berhasil membebaskan negaranya 100% dari pengangguran, namun negara yang makmur dapat menyisakan pengangguran hanya untuk mereka yang memang terpaksa atau belum dapat bekerja.

Ketiadaan pendapatan juga menyebabkan tuna karya mengurangi pengeluaran konsumsi yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan suatu negara. Tingkat pengangguran dapat dihitung dari rasio orang yang tidak bekerja dengan jumlah orang yang dapat bekerja (labor force). Rumus dati Unemployement Rate yaitu:

Unemployement Rate = UnemployementLabor

Inflation Rate (Tingkat Inflasi)

(6)

Tingkat kemakmuran suatu negara dapat diukur dari GDP per kapita negara tersebut. GDP per kapita merupakan besarnya pendapatan rata – rata penduduk di suatu negara. Pendapatan perkapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara. Semakin besar pendapatan perkapitanya, semakin makmur negara tersebut. Hasil GDP per kapita dapat menunjukan rata-rata standard hidup masyarakat di suatu negara. GDP per kapita dihitung dengan cara GDP total dibagi dengan populasi suatu negara. GDP per kapita ini baru akan berarti apabila dibandingkan dengan suatu kondisi GDP per kapita dari Negara lain. Rumus GDP per Kapita yaitu:

(7)

BAB III PEMBAHASAN

Hasil Indikator Ekonomi dan Kemakmuran Negara Indikator ekonomi dan kemakmuran Indonesia, India, dan China disajikan dalam bentuk tabel dan akan dianalisis berdasarkan masing-masing negara.

Indonesia

Berdasarkan data di Tabel Perkembangan Indikator Ekonomi Negara Indonesia, India, dan China dalam 10 tahun terakhir. dapat disimpulkan bahwa:

(1) Pertumbuhan Output (GDP) Indonesia selalu positif (expansions) untuk sepuluh tahun terakhir dan cenderung stabil. Namun, di tahun 2009, pertumbuhan GDP tesebut menjadi turun ke 4.6% dari 6.0%, tetapi di tahun berikutnya, Indonesia kembali dapat meningkatkan pertumbuhan tersebut ke 6.2%. Penurunan pertumbuhan GDP tersebut karena dampak dari krisis finansial global yang mulai dirasakan pada triwulan III 2008. Krisis tersebut ditandai dengan lembaga keuangan yang kesulitan likuiditas, kegiatan ekonomi yang melemah, ekspor yang menurun, pasar dalam negeri yang lesu, pasar industri yang kesulitan sehingga ancaman pemutusan hubungan kerja semakin nyata. Pertumbuhan ekonomi juga mengalami titik balik, ketika harga berbagai komoditas ekspor menurun menyusul anjloknya harga minyak dunia.. Pertumbuhan GDP tertinggi kedua dalam 10 tahun terakhir dialami Indonesia pada tahun 2010, sebesar 6.2 %. Namun pada tahun 2013 pertumbuhan GDP turun menjadi 5.5% dari 6.03%. Pada tahun 2014 dan 2015 juga terjadi penurunan GDP yaitu mencapai 4.7% di tahun 2015.

(8)

(3) Tingkat inflasi di Indonesia cenderung naik turun. Tingkat inflasi Indonesia terbesar dirasakan yaitu pada tahun 2008 sebesar 9.7%, sedangkan tingkat inflasi terkecil dirasakan pada tahun lalu yaitu tahun 2016 sebesar 3.5%.

(4) GDP per kapita di Indonesia semakin meningkat dari tahun 2007 hingga tahun 2017. Kenaikan GDP per kapita tersebut dapat terjadi oleh karena;

(a) Peningkatan investasi yang masuk ke Indonesia. (b) Penggunaan APBN yang efektif dan tepat waktu pembelanjaannya. (c) Peningkatan ekspor dan impor yang seimbang. (d) Daya beli masyarakat yang terjaga.

India 2010), setelah itu mengalami penurunan selama dua tahun (2011-2012) kemudian mengalami peningkatan di tahun 2013 namun peningkatan hanya sedikit dan menyerupai nilai pertumbuhan output pada tahun 2011. Pada tahun 2013 pertumbuhan output India mulai naik selama 2 tahun (2014-2015).

(2)Tingkat pengangguran di India tergolong rendah. Dalam World Bank hanya terdapat data pada tahun 2012 - 2014. Dimana terjadi kenaikkan tingkat pengangguran dari tahun 2012 dimana tingkat pengangguran sebesar 2.5% naik menjadi 4.5 % dan pada tahun 2014 menjadi 4.9%.

(3) Tingkat inflasi di India juga cenderung tinggi, terutama terjadi di tahun 2010 yaitu sebesar 11.9%.

(4) GDP per kapita India, semakin meningkat dari tahun 2007 – 2016. Bila dilihat secara garis besar peningkatan GDP per kapita negara India terus meningkat dan dapat diaktakan stabil.

(9)

Berdasarkan data di Tabel Perkembangan Indikator Ekonomi Negara Indonesia, India, dan China dalam 10 tahun terakhir. dapat disimpulkan bahwa:

(1) Untuk negara Cina, tingkat pertumbuhan outputnya mengalami penurunan bila dibandingkan dari tahun 2007. Pertumbuhan output China mengalami secara garis besar mengalami penurunan bila dilihat dari tahun 2007 – 2016. Pada tahun 2007 pertumbuhan output China mencapai 14.2% sedangkan pada tahun 2015 tingkat pertumbuhan output China hanya sebesar 6.9%

(2) Tingkat pengangguran di China relatif sama dari tahun ke 2007-2016. Yaitu berkisar pada angka 4 %

(3) Tingkat Inflasi di China mengalami deflasi pada tahun 2009. Bila dilihat dari tahun 2010-2016 tingkat inflasi negara China cenderung stabil.

(4) GDP per kapita di Cina, semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Bila kita lihat terdapat persamaan serta perbedaan dari indikator ekonomi dari masing-masing negara. Pertumbuhan output negara Indonesia jauh lebih stabil bila dibandingkan dengan negara India dan China. Tingkat pertumbuhan negara India yang tergolong naik turun dan negara China dapat dikatakan tingkat pertumbuhan output mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. tingkat pengangguran negara Indonesia cenderung menurun bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya berbeda dengan negara India walaupun tingkat pengangguran negara India tergolong rendah namun tingkat pengangguran India cenderung mengalami peningkatan. Berbeda dengan negara China yang memiliki tingkat pengangguran yang stabil. Tingkat inflasi negara Indonesia cenderung naik turun berbeda dengan negara India yang tingkat inflasinya tinggi. Berbeda pula dengan negara China yang tingkat inflasinya cenderung naik bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Bila berbicara mengenai GDP per kapita baik negara Indonesia, India dan China sama-sama memiliki kenaikan dari nilai GDP per kapita dari tahun ke tahun.

(10)

di kedua negara tersebut terkadang bisa jauh lebih pelik dari apa yang Indonesia rasakan saat ini.

Penduduk Cina hanya mempunyai perlindungan yang sangat terbatas atas pemenuhaan hak asasi manusia. Para tahanan yang berada di penjara pun seringkali memproleh siksaan, aktivitas keagamaan selalu dikebiri. China mempunyai lebih dari empat ratus surat kabar dan hal tersebut mengantarkannya menjadi negara pemilik surat kabar terbesar di dunia, namun hanya sedikit yang merasakan nikmatnya kebebasan pers.Begitu pula dengan hak untuk pindah dan bertempat tinggal dari satu tempat ke tempat lain, pemerintah China secara ketat membatasi kebebasan bergerak para warga negaranya.

Di India, permasalahan utama yang terjadi bukanlah terkait atas kebebasan hak sipil dan politik warga negara, tetapi persoalan yang lebih mendasar lagi, yaitu pemenuhan basic needs. Kematian yang disebabkan karena kelaparan belum sepenuhnya dapat ditangani, persentase buta huruf masihlah sangat tinggi, ditambah lagi dengan sering terjadinya perlakuan diskriminatif terhadap perempuan dan golongan kasta rendah di tengah-tengah masyarakat. Korupsi, konflik masyarakat, dan pelanggaran terhadap para pekerja anak menjadi problema yang kerap tidak berhujung pangkal. Namun dari kesemuanya itu, permasalahan utama yang hampir terjadi di seluruh wilayah India yaitu sistem birokrasi yang berbelit, tidak efisien, serta sistem infrastuktur yang sangat tidak memadai.

(11)

Joseph Stiglitz melalui salah satu buku fenomenalnya, Making Globalization Work, menyatakan bahwa globalisasi yang terjadi sekarang ini tidaklah menguntungkan semua negara. Kemiskinan telah meningkat di sebagian besar negara berkembang dalam beberapa waktu belakangan ini. Tetapi, lanjutnya, China dan India ternyata merupakan negara yang dapat dikecualikan dalam hal ini karena mereka justru dapat mengurangi angka kemiskinan dan mampu “memperdayai” globalisasi.

Suhu geopolitik dunia pun kini berubah disebabkan dengan meningkatnya pembangunan hard power dari negara China, termasuk dalam bidang militer dan teknologi luar angkasa. China dengan perangkat militer dan jumlah tentara terbesar di dunia, kini diyakini sebagai negara yang mempunyai potensi terbesar untuk mengalahkan kekuatan militer Amerika Serikat. Di lain sisi, ketakutan para pekerja negara-negara barat terhadap ketangguhan India juga telah terbuktikan. Lebih dari jutaan pekerjaan kelas eksekutif di bidang jasa dan pelayanan kini telah diambil alih oleh para profesional India yang kerap mempertajam soft power sebagai modal utama pembangunan.

Sedangkan permasalah ekonomi di Indonesia sendiri disebabkan oleh berbagai macam faktor.

Masalah Kemiskinan dan Pemerataan

Masalah kemiskinan dan pemerataan sudah terjadi sejak lama. Pada akhir tahun 1996 jumlah penduduk miskin Indonesia sebesar 22,5 juta jiwa atau sekitar 11,4% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia. Namun, sebagai akibat dari krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak pertengahan tahun 1997, jumlah penduduk miskin pada akhir tahun itu melonjak menjadi sebesar 47 juta jiwa atau sekitar 23,5% dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia.

Pada akhir tahun 2000, jumlah penduduk miskin turun sedikit menjadi sebesar 37,3 juta jiwa atau sekitar 19% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia. Dari segi distribusi pendapatan nasional, penduduk Indonesia berada dalam kemiskinan. Sebagian besar kekayaan banyak dimiliki kelompok berpenghasilan besar atau kelompok kaya Indonesia.

(12)

Krisis mata uang yang telah mengguncang Negara-negara Asia pada awal tahun 1997, akhirnya menerpa perekonomian Indonesia. Nilai tukar rupiah yang semula dikaitkan dengan dolar AS secara tetap mulai diguncang spekulan yang menyebabkan keguncangan pada perekonomian yang juga sangat tergantung pada pinjaman luar negeri sector swasta. Pemerintah menghadapi krisis nilai tukar ini dengan melakukan intervensi di pasar untuk menyelamatkan cadangan devisayang semakin menyusut. Pemerintah menerapkan kebijakan nilai tukar yang mengambang bebas sebagai pengganti kebijakan nilai tukar yang mengambang terkendali.

Masalah Utang Luar Negeri

Kebijakan nilai tukar yang mengambang terkendali pada saat sebelum krisis ternyata menyimpan kekhawatiran. Depresiasi penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama dolar Amerika Serikat yang relatif tetap dari tahun ke tahun menyebabkan sebagian besar utang luar negeri tidak dilindungi dengan fasilitas lindung nilai (hedging) sehingga pada saat krisis nilai tukar terjadi dalam sekejap nilai utang tersebut membengkak.

Pada tahun 1997, besarnya utang luar negeri tercatat 63% dari PDB dan pada

tahun 1998 melambung menjadi 152% dari PDB.

Untuk mengatasi ini, pemerintah melakukan penjadwalan ulang utang luar negeri dengan pihak peminjam. Pemerintah juga menggandeng lembaga-lembaga keuangan internasional untuk membantu menyelesaikan masalah ini.

Masalah Inflasi

Masalah inflasi yang terjadi di Indonesia tidak terlepas kaitannya dengan masalah krisis nilai tukar rupiah dan krisis perbankan yang selama ini terjadi. Pada tahun 2004 tingkat inflasi Indonesia pernah mencapai angka 10,5%. Ini terjadi karena harga barang-barang terus naik sebagai akibat dari dorongan permintaan yang tinggi. Tingginya laju inflasi tersebut jelas melebihi sasaran inflasi BI sehingga BI perlu melakukan pengetatan di bidang moneter. Pengetatan moneter tidak dapat dilakukan secara drastic dan berlebihan karena akan mengancam kelangsungan proses penyehatan perbankan dan program restrukturisasi perusahaan.

(13)
(14)

BAB IV KESIMPULAN

(15)

DAFTAR PUSTAKA

1. Blanchard, Olivier dan Johnson, David R. (2013). Macroeconomics, 6th ed. United States of America: Pearson Education, Inc., publishing as Prentice Hall.

2. http://data.worldbank.org/

3. L. Alan, Winters dan Shahid Yusuf, Dancing With Giants, World Bank, Washington DC, 2006, hal. 7.

4. Laporan Goldman Sachs Economic Research dalam Dreaming with BRIC’s: The Path to 2050 (Global Economics Paper No. 99) dan India: Realizing BRICs Potential (Global Economics Paper No. 109).

5. Joseph Stiglitz, Making Globalization Work, Penguin, edisi paperback, New Delhi, 2006.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis uraian teori-teori yang dikemukakan di atas dapat disintesiskan bahwa pengelolaan kelas adalah serangkaian aktivitas dan kegiatan yang dilakukan

Dinamika perkembangan keilmuan yang terus melaju, sangat terkait dengan perubahan paradigma yang dibangun manusia kini, ini mengindikasikan bahwa paradigma menjadi parameter

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar materi Desain Grafis siswa yang diajar menggu- nakan model Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan

Dari Tabel 4.3 tersebut di atas dapat diketahui bahwa koefisien Cronbach's Alpha > 0,60 sehingga seluruh pertanyaan dalam kuesioner pada item-item pertanyaan

Humboldt belépésének els sorban a a jelen- t sége a reformfolyamat s ámára, hogy már évti edek ta a kép és (Bildung) általános elméletén és lo ai-antropol

Tersedianya data dan informasi jumlah gabah yang digiling dan stok gabah dan beras di penggilingan untuk bahan analisis.. AKP

Tentu akibat dari tidak terpenuhinya prestasi yang telah diperjanjikan antara developer residence dan pembeli perumahan tersebut mengakibatkan kerugian materiil

Apabila cat melekat pada permukaan dalam container, gunakanlah agitating rod untuk mengikis cat yang melekat tersebut.. Bagaimana benda mendapatkan warna?, benda mendapatkan