Teori, Pendekatan dan Metode Analisis
Sosiologi Sastra
25/05/2012 / MYNAMEISBUNNY
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Karya sastra adalah artefak, adalah benda mati, baru mempunyai makna dan menjadi objek estetik bila diberi arti oleh manusia pembaca sebagaimana artefak peninggalan manusia purba mempunyai arti bila diberi makna oleh arkeolog (Pradopo: 1995). Pemberian makna atau penangkapan makna karya sastra itu dilakukan dalam kegiatan kritik sastra. Aspek-aspek pokok kritik sastrta adalah analisis, interpretasi (penafsiran), dan evaluasi atau penilaian.
Dalam pemberian makna terhadap karya sastra tersebut, tentunya pembaca, sebagai kritikus sastra, terikat pada teks karya sastra sendiri berdasarkan kodrat atau hakikat karya sastra. Maka, untuk dapat menangkap makna sebuah karya sastra, pastilah diperlukan cara-cara yang sesuai dengan sifat hakikat karya sastra, yakni melalui sebuah pendekatan atau teori sastra.
Pertengahan tahun 1970, di Indonesia mulai dikenal adanya teori-teori sastra, misalnya strukturalisme dan sosiologi sastra. Orientasi sastra keduanya sangat berbeda. Strukturalisme memandang karya sastra sebagai sesuatu yang mandiri, yang penelitiannya berpusat pada struktur dalam karya sastra. Sedangkan sosiologi sastra
berorientasi mimetik, memandang karya sastra sebagai cerminan masyarakat, yang perhatiannya berpusat pada struktur
kemasyarakatan dalam karya sastra (Pradopo: 1995, v).
B. Tujuan
Pemakalahan ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan tentang teori sosiologi sastra dan metodenya. 2. Memaparkan analisis karya sastra menggunakan teori sosiologi
sastra.
II. PEMBAHASAN
Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sastra
merupakan pencerminan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang pengarang mengungkapkan problema kehidupan. Karya sastra
menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu
memberi pengaruh terhadap masyarakat. Sosiologi dapat diartikan sebagai ilmu atau pengetahuan yang sistematis tentang kehidupan berkelompok manusia dalam hubungannya dengan
manusia-manusia lainnya yang secara umum disebut masyarakat.
Sosiologi sastra merupakan pendekatan yang bertitik tolak dengan orientasi kepada pengarang. Abrams via internet (1981 :178)
mengatakan sosiologi sastra dikenakan pada tulisan-tulisan para kritikus dan ahli sejarah sastra yang utamanya ditujukan pada cara-cara seseorang pengarang dipengaruhi oleh status kelasnya,
ideologi masyarakat, keadaan-keadaan ekonomi yang berhubungan dengan pekerjaannya, dan jenis pembaca yang dituju. Kesemuanya itu terangkum dalam aspek yang membangun sebuah cipta sastra, salah satu aspek yang membangun keutuhan sebuah cerita adalah menyangkut perwatakan tokoh-tokohnya. Ciri-ciri perwatakan
seorang tokoh selalu berkaitan dengan pengarang dan lingkungan di mana ia hidup. Demikian juga menyangkut tipe orang atau
tokohnya. Biasanya dalam setiap cerita selalu terdapat beberapa tokoh, dalam hal inilah pengetahuan sosiologi berperan
mengungkapkan isi sebuah karya sastra.
Konsep sosiologi sastra didasarkan pada dalil bahwa karya sastra ditulis oleh seorang pengarang, dan pengarang merupakan a salient being, makhluk yang mengalami sensasi-sensasi dalam kehidupan empirik masyarakatnya. Dengan demikian, sastra juga dibentuk oleh masyarakatnya, sastra berada dalam jaringan sistem dan nilai
dalam masyarakatnya. Dari kesadaran ini muncul pemahaman bahwa sastra memiliki keterkaitan timbal-balik dalam derajat tertentu dengan masyarakatnya; dan sosiologi sastra berupaya meneliti pertautan antara sastra dengan kenyataan masyarakat dalam berbagai dimensinya.
Sosiologi sastra berkembang dengan pesat sejak
(1993:34) menyatakan bahwa tujuan studi sosiologis dalam
kesusastraan adalah untuk mendapatkan gambaran utuh mengenai hubungan antara pengarang, karya sastra, dan masyarakat. Ratna via Sutri (2006: 332-333) mengemukakan bahwa sastra memiliki kaitan erat dengan masyarakat sebagai berikut:
1. Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita, disalin oleh penyalin, sedangkan ketiga subjek tersebut adalah anggota masyarakat.
2. Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek-aspek kehidupan yang terjadi dalam masyarakat, yang pada
gilirannya juga difungsikan oleh masyarakat.
3. Medium karya sastra, baik lisan maupun tulisan, dipinjam
melalui kompetansi masyarakat, yang dengan sendirinya telah mengandung masalah-masalah kemasyarakatan.
4. Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, adat-istiadat, dan tradisi yang lain, dalam karya sastra terkandung estetika, etik, bahkan logika. Masyarakat jelas sangat berkepentingan
terhadap ketiga aspek tersebut.
5. Sama dengan masyarakat, karya sastra dalah hakikat
intersubjektivitas, masyarakat menemukan citra dirinya dalam suatu karya.
Sosiologi Sastra tidak hanya membicarakan karya sastra itu sendiri melainkan hubungan masyarakat dan lingkungannya serta
kebudayaan yang menghasilkannya. Atmazaki via Sutri (1990: 7) menyatakan bahwa pendekatan Sosiologi Sastra mempunyai tiga unsur di dalamnya. Unsur-unsur tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Konteks sosial pengarang
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengarang dalam menciptakan karya sastra. Faktor-faktor tersebut antara lain mata pencaharian, profesi kepegawaian, dan masyarakat lingkungan pengarang.
2. Sastra sebagai cerminan masyarakat
3. Fungsi sastra
Fungsi sastra dalam hal ini adalah nilai seni dengan masyarakat, apakah di antara unsur tersebut ada keterkaitan atau saling berpengaruh.
B. Sosiologi sebagai Pendekatan Sastra
Pendekatan sosiologi sastra yang paling banyak dilakukan saat ini menaruh perhatian yang besar terhadap aspek dokumenter sastra dan landasannya adalah gagasan bahwa sastra merupakan cermin zamannya. Dalam hal itu tugas sosiologi sastra adalah
menghubungkan pengalaman tokoh-tokoh khayal dan situasi ciptaan pengarang itu dengan keadaan sejarah yang merupakan asal usulnya.
Pedekatan yang dilakukan terhadap karya sastra pada dasarnya ada dua, yaitu pendekatan intrinsik dan pendekatan ekstrinsik. Unsur-unsur merupakan unsur-unsur dalam yang diangkat dari isi karya sastra, seperti tema, alur atau plot, perwatakan, gaya bahasa dan penokohan. Sedangkan unsur-unsur ekstrinsik berupa pengaruh dari luar yang terdapat dalam karya sastra itu diantaranya sosiologi, politik, filsafat, antropologi dan lain-lain. Ilmu-ilmu ini merupakan pendukung dalam pengembangan karya sastra, dengan demikian ilmu-ilmu tersebut erat hubungannya dengan karya sastra. Analisis aspek ekstrinsik karya sastra ialah analisis karya sastra itu sendiri dari segi isinya, dan sepanjang mungkin melihat kaitannya dengan kenyataan-kenyataan dari luar karya sastra itu sendiri.
Pendekatan sosiologis atau pendekatan ekstrinsik biasanya mempermasalahkan sesuatu diseputar sastra dan masyarakat
bersifat sempit dan eksternal. Yang dipersoalkan biasanya mengenai hubungan sastra dan situasi sosial tertentu, sistem ekonomi, sosial, adat istiadat, dan politik. Dapat dipahami bahwa bilamana
Suatu hal yang perlu dipahami dalam melakukan pendekatan
sosiologi ini adalah bahwa walaupun seorang pengarang melukiskan kondisi sosial yang berada di lingkungannya, namun ia belum tentu menyuarakan keinginan masyarakatnya. Dari arti ia tidaklah
mewakili atau menyalurkan keinginan-keinginan kelompok masyarakat tertentu, yang pasti pengarang menyalurkan atau
mewakili hati nuraninya sendiri, dan bila ia kebetulan mengucapkan sesuatu yang bergejolak dimasyarakat, hal ini merupakan suatu kebetulan ketajaman batinnya dapat menangkap isyarat-isyarat tersebut. Dari berbagai pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa analisis sosiologi sastra bertujuan untuk memaparkan
dengan cermat fungsi dan keterkaitan antarunsur yang membangun sebuah karya sastra dari aspek kemasyarakatan pengarang,
pembaca, dan gejala sosial yang ada.
C. Metode Analisis
Metode penelitian adalah cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran penelitian. Langkah-langkah dalam menganalisis menggunakan metode sosiologi sastra pertama yaitu menganalisis unsur intrinsiknya. Analisis karya sastra dengan pendekatan apapun tidak boleh melupakan analisis unsure intrinsiknya. Setelah
dijabarkan unsure-unsur intrinsiknya, dikaitkan permasalahan dengan menggunakan teori sosiologi, misalnya hubungan antar individu, perubahan social dan kondisi masyarakat sosial.
III. KESIMPULAN
Sastra merupakan pencerminan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang pengarang mengungkapkan problema kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada di dalamnya. Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat
Sosiologi sastra berorientasi mimetik, memandang karya sastra sebagai cerminan masyarakat, yang perhatiannya berpusat pada struktur kemasyarakatan dalam karya sastra.
Pendekatan sosiologi sastra bertujuan untuk memaparkan dengan cermat fungsi dan keterkaitan antarunsur yang membangun sebuah karya sastra dari aspek kemasyarakatan pengarang, pembaca, dan gejala sosial yang ada.
Azis, Siti Aida. http://kajiansastra.blogspot.com/2009/04/sosiologi-sastra-sebagai-pendekatan.html diunduh tanggal 3 Januari 2012 Faruk, DR. 2003. Pengantar Sosiologi Sastra, dari strukturalisme sampai
Post-modernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Pradopo, Rachmat Djoko dkk. 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita.
Sutri. 2009. Skripsi: Dimensi Sosial dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata: Tinjauan Sosiologi Sastra. FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1995. Teori Kesusateraan. Terj. Melani Budianta. Jakarta: Gramedia.
Iklan
Share this:
https://mynameisbunny.wordpress.com/2012/05/25/55/
Sosiologi Sastra
7
Menurut Kamus Besar NahasaIndonesia( 1989: 855 ). sosiologi sastra merupakan pengetahuan
tentang sifat dan perkembangan masyarakat dari atau mengenai sastra karya para kritikus dan
sejarawan yang terutama mengungkapkan pengarang yang dipengaruhi oleh status lapisan
masyarakat tempat ia berasal, ideologi politik dan soaialnya, kondisi ekonimi serta khalayak yang
ditujunya.
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan kemasyarakatan umum yang merupakan hasil terakhir
daripada perkembangan ilmu pengetahuan. Sosiologi lahir pada saat-saat terakhir perkembangan ilmu
pengetahuan, oleh karena sosiologi didasarkan pada kemajuan-kemajuan yang telah dicapai ilmu-ilmu
dan tidak pada spekulasi-spekulasi perihal keadaan masyarakat dan hasil- hasil observasi tersebut
harus disusun secara sistematis dan motodologis (Suekanto, 1982: 4 ).
Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial. Sastra yang ditulis pada suatu kurun waktu
tertentu langsung berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat zaman itu. Pengarang mengubah
karyanya selaku seorang warga masyarakat pula ( Luxenburg, Bal, dan Willem G. W. terjemahan Dick
Hartoko. 1084: 23 ).Lebih lanjut dikatakan bahwa hubungan antara sastra dan masyarakat dapat
diteliti dengan cara:
1. Faktor – faktor di luar teks, gejala kontek sastra, teks itu tidak ditinjau. Penelitian ini
menfokuskan pada kedudukan pengarang dalam masyarakat, pembaca, penerbitan dan seterusnya.
Faktor-faktor konteks ini dipelajari oleh sosiologi sastra empiris yang tidak dipelajari, yang tidak
menggunakan pendekatan ilmu sastra.
2. Hal-hal yang bersangkutan dengan sastra diberi aturan dengan jelas, tetapi diteliti dengan
metode-metode dari ilmu sosiologi. Tentu saja ilmu sastra dapat mempergunakan hasil sosiologi
sastra, khususnya bila ingin meniti persepsi para pembaca.
3. Hubungan antara (aspek-aspek ) teks sastra dan susunan masyarakat sejauh mana system
masyarakat serta jaringan sosial dan karyanya, melainkan juga menilai pandangan pengarang.
Pendekatan sosiologi sastra jelas merupakan hubungan antara satra dan masyarakat, literature is an
exspreesion of society, artinya sastra adalah ungkapan perasaan masyarakat. Maksudnya masyarakat
mau tidak mau harus mencerminkan dan mengespresikan hidup ( Wellek and Werren, 1990: 110 ).
Hubungan yang nyata antara sastra dan masyarakat oleh Wellek dan Werren dapat diteliti melalui:
1. Sosiologi Pengarang
Menyangkut masalah pengarang sebagai penghasil Karya satra. Mempermasalahkan status sosial,
ideologi sosial pengarang, dan ketertiban pengarang di luar karya sastra.
Menyangkut eksistensi karya itu sendiri, yang memuat isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal lain yang
tersirat dalam karya sastra itu sendiri, dan yang berkaitan masalah-masalah sosial.
3. Sosiologi Pembaca
Mempermasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya tersebut, yakni sejauh mana dampak sosial
sastra bagi masyarakat pembacanya ( Wellek dan Werren, 1990: 111 ).
Beberapa pengertian dan pendapat di atas menyimpulkan bahwa pendekatan sosiologi sastra adalah
pendekatan terhadap karya sastra dengan tidak meninggalkan segi-segi masyarakat, termasuk latar
belakang kehidupan pengarang dan pembaca karya sastra.
Karya sastra kita kenal sebagai karya imajinasi yang lahir bukan atas kekososngan jiwa namun juga
atas realitas yang terjadi di sekeliling penarang. Hal ini tentu tidak lepas dari unsure yang membangun
karya sastra tersebut yang meliputi unur intrinsik (unsure yang membangun karya sastra dari dalam
dan unsure ekstrinsik (unsure yang membangun karya sastra dari luar). Salah satu contoh kajian
sktrinsik karya sastra adalag konflik sosial yang hal tersebut tercakup dalam kajian sosiologi sastra.
Sosiologi sastra merupakan kajian ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat ,
mengenai lembaga dan proses sosial . Sosiologi mengkaji struktur sosial dan proses sosial termasuk
didalamnya perubahan-perubahan sosial yang mempelajari lembaga sosial. agama, ekonomi, politik
dan sebagainya secara bersamaan dan membentuk struktur sosial guna memperoleh gambaran
tentang cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, mekanisme kemasyarakatan
dan kebudayaan. Sastra sebagaimana sosiologi berurusan dengan manusia ; karena keberadaannya
dalam masyarakat untuk dinikmati dan dimanfaatkan oleh masyarakat itu sendiri. Sastra sebagai
lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya karena bahasa merupakan wujud dari
ungkapan sosial yang menampilkan gambaran kehidupan.
Menurut Wolf terjemahan Faruk mengatakan, “Sosiologi kesenian dan kesusastraan merupakan suatu
dan berbagai percobaan pada teori yang agak lebih general; yang masing-masing hanya mempunyai
kesamaan dalam hal bahwa semuanya berurusan dengan antara seni dan kesusasteraan dengan
masyarakat ( 199 : 3 ).
Ragam Sosiologi Sastra
Mengenai ragam pendekatan terhadap karya sastra kajian sosiologis mempunyai tiga klasifikasi
( Wellek dan Warren : 1986 ) (a) Sosiologi pengarang (b) Sosiologi karya sastra (c) Sosiologi sastra
dalam sosiologi pengarang . wilayahya mencakup dan memasukkan status sosial , ideologi sosial dan
lain sebagainya menyangkut pengarang, dalam hal ini berhubungan posisi sosial pengarang dalam
masyarakat dan hubungannya dengan rnasyarakat sastra : mengenai sosiologi karya sastra , yaitu
mempennasalahkan karya sastra itu sendiri dengan kata lain menganalisis struktar karya dalam
hubungannya antara karya seni dengan kenyataan dengan tujuan menjelaskan apa yang dilakukan
dalam proses membaca dan memahami karya sastra ” sosiologi sastra, wilayah cakupannya dan
memasalahkan pembaca sebagai penyambut dan penghayat karya sastra serta pengaruh sosial karya
sastra terhadap pembaca atau dengan kata lain memasalahkan tentang pembaca dan pengaruh
sosialnya terhadap masyarakat.
Penelaahan unsur sosiologis karya sastra khususnya roman juga dikaitkan dengan sistem
kemasyarakatan karena dalam sistem ini terjadi interaksi sosial yang cenderung menghasilkan suatu
kebudayaan .Dimana di dalamnya mengatur cara manusia hidup berkelompok clan berinteraksi dalam
jalinan hidup bermasyarakat. Hal ini berpengaruh terhadap kehidupan manusia yang mengalarni
berbagai modernisasi. Manusia dalam menjalani kehidupan manusia harus menyadari akan kefanaan
hidup itu sendiri.