• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II - 3. Menyoroti Kiprah Dakwah Ihya Turots dkk di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II - 3. Menyoroti Kiprah Dakwah Ihya Turots dkk di Indonesia"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PAHAM SURURIYYAH

Dalam Bab ini kita membahas lebih lanjut tentang paham Sururiyyah sebelum kita nantinya mendapati penulis menyebut seseorang, organisasi yang memiliki pemahaman atau pembela Sururiyyah dengan sebutan Sururi, yang dinisbahkan atas seseorang yang bernama Muhammad Surur Nayef Zainal Abidin yang kini tinggal di London mendirikan yayasan Al Muntada Al Islami dan menerbitkan majalah Al Bayan. Dan salah satu pecahan dari Sururi dikenal nama Turotsi, paham Turotsi ini diaplikasikan oleh petinggi Ihya Turats al Islami, Kuwait, yakni Abdurrahman Abdul Khaliq, yang pernah dihadirkan oleh Yusuf Utsman Ba’isa (wakil Lajnah Dakwah PP Al Irsyad) di Ma’had Al Irsyad Tengaran Boyolali. Sementara cabang yayasan Al Muntada Al Islami di Indonesia memiliki nama yang sama, Al Muntada, dipimpin oleh Muhammad ibn Ibrahim Al Khalaf dari Unaizah Saudi Arabia, namun pada tahun 1993 namanya menjadi yayasan Al Sofwa.

2.1 Jejak-jejak Ihya Turots di Indonesia

Gambar 1. Screen shot dari situs www.alturath.org

Menurut situsnya sendiri, www.alturath.org, Ihya Turats yang berpusat di Kuwait ini memiliki cabang-cabang diantaranya di Eropa, Arab, Asia, India, Amerika, Afrika dst.

Adapun menurut informasi yang masuk, berikut nama orang yang pernah/aktif di Jum’iyyah Ihya At Turats dan berhubungan dengan Majelis At Turots Al Islami, Yogyakarta, Al Irsyad/Abdurrahman Tamimi, LBI Al Atsary sebagai berikut : Andi Muhammad Arief, Ahmad Zawawi, Asas el-Izzi Makhis, Adnan (Kuwait), Daud Al Asyusyi (Kuwait), Jamal Daddad (Direktur Ihya At Turats Kuwait Perwakilan Asia Tenggara).

Sementara di Indonesia, nama-nama yayasan/lembaga yang terlibat pernah/aktif dengan

Jum’iyyah Ihya’ At Turats al Islamiyyah dari Kuwait ini diantaranya :

(2)

Divisi Pendidikan), Zainal Abidin Ibn Syamsuddin, Lc (Wakil ketua Dept Dakwah), Abu Muhammad Ibn Shadiq (ketua Divisi Litbang). Adapun para da’i yang berhubungan/disepakati Al Sofwa dengan Al Sofwa, Muzayyin Abdul Wahab, MA (DDII) dll. Sementara lembaga asing yang Al Sofwa berhubungan dengannya diantaranya Al Haramain Foundation/Al-Haramain al-Khairiyyah, Al-Haramain Maktab Indonesia, Rabithah Alam Islami/Organisasi Konferensi Islam, IIRO/International Islamic Relief Organization, Hai’atul Ighotsah Islamiyah ‘Alamiyah, Al-Lajnah Al-Khairiyah Al-Musytarakah (Ihya ut Turots). Jadi jelas dimana-mana tetap sama, sesama hizbi berkumpul dan saling tolong-menolong.

Berikut nama-nama da’i-da’i yang pernah/aktif berhubungan atau pembicara di Al Sofwa : 1. Abdul Hakim Abdat (da’i masjid DDII, Pengajar Kitab Shahih Bukhari di Masjid Nurul Iman Jakarta)

2. Abdullah Al-Hadhrami (penulis Majalah As Sunnah, penceramah bedah buku Siapa Khawarij Siapa Teroris karya Abduh Zulfidar Akaha)

3. Abdullah Al-Muqhim (Riyadh-KSA, penceramah di acara Al Sofwa) 4. Abu Aziz

5. Abu Haidar Al-Sundawy (Mudir Yayasan Ihya'u Al-Sunnah, Bandung)

6. Abu Hamzah Agus Hasan Bashari, Lc, MAg (Alumni LIPIA Jakarta dan Magister di IAIN Malang)

7. Abu Ihsan Al-Medani, Lc., MA (penulis majalah As Sunnah, tinggal di Medan) 8. Abu Nida' Khomsaha Sofwan, Lc (Yayasan Majelis At Turats, Yogyakarta) 9. Abu Qatadah (mantan murid Syaikh Muqbil, dai resmi Al Sofwa)

10. Abu Sa'ad Muhammad Nur Huda, Lc, MA (Mudir Ma'had Jamilurrahman, Da'i Majelis At Turats Al Islami, LBIA (Lembaga Bimbingan Islam Al Atsary) Yogyakarta)

11. Ade Hermansyah ibn Bunyamin, Lc. (Mudir Ma'had Al-Ma'tuq, Sukabumi)

12. Afifi Abdul Wadud (Kedokteran Gigi UGM, alumni Ma'had Al-Furqan Gresik, pemilik toko Ihya)

13. Ahmad Bahamam (Riyadh-KSA, penceramah di acara Al Sofwa) 14. Ahmad Farhan Hamim Lc

15. Ahmad Rofi', Lc (Alumni Fak. Hadits, Univ. Islam Madinah, Direktur Utama Sekolah Tinggi Kader Da'i Al-I'tisham Karawang)

16. Ahmas Fais Asifuddin, Lc (Pimpinan Ponpes. Imam Bukhari Solo, Jawa Tengah)

17. Ahzami Sami'un Jazuli, Dr, MA (Dosen Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah, Dewan Syariah PKS)

18. Ainul Haris Umar Thayyib, Lc., M.Ag (Direktur Yayasan Nida'ul Fithrah, Surabaya) 19. Ali Hijrah (Yayasan As-Sunnah Cirebon, Jawa Barat)

20. Ali Nur, Lc., MA (Sumut)

21. Aman Abdurrahman, Lc (Alumni LIPIA Jakarta, Staf Pengajar LIPIA matakuliah Al-Qur'an, dan Imam Tetap Masjid Jami' ALSOFWA

22. Andri Kurniawan 23. Anwar Harun, Lc

24. Anwar Zain (Takmili LIPIA Jakarta, Pengajar di Ponpes Baitus Shalihat, Kediri dan Mulazamah di Majelis Syaikh Muhammad ibn Shalih Al-Utsaimin rahimahullah)

25. Arief Syarifuddin, Lc (Alumni Syari'ah Univ. Islam Madinah-KSA, Islamic Center Bin Baz Yogyakarta)

26. Aslam Muhsin ibn Syamsuddin, Lc. (Alumni Fak. Hadits-Univ. Islam Madinah-KSA, Direktur Internal Sekolah Tinggi Kader Da'i Al-I'tisham Karawang)

27. Asmuji Muhayyat, Lc(Mahad Imam Syafi'I Cilacap, binaan Al Sofwa)

28. Aunur Rofiq Ghufron (Alumni Univ. Malik Su'ud Riyadh, KSA dan sekaligus Mudir Ma'had Al-Furqan, Gresik) [rekan Abdurrahman Tamimi, sesama dai Al Irsyad, Surabaya)

29. Bandar ibn Nafi' Al-Abdaliy (penceramah di acara Al Sofwa)

30. Dr. Ahmad ibn Abdurrahman Al-Qadhiy, Dosen dan Kepala Bidang Penelitian Islam Ilmiah di Univ. Malik Su'ud, Qashim, KSA (penceramah di acara Al Sofwa)

31. Dr. Muhammad Al-Uraifiy (penceramah di acara Al Sofwa)

32. Drs. Tjahjo Suprajogo, M.Si (Dosen IIP, Magister Administrasi tata negara UGM Yogyakarta, Yayasan Qolbun Salim Malang, Jawa Timur)

33. Eko Pramono (Sekarang Pimpinan Majalah El-Fata dan Nikah)

34. Faqih Edi Susilo, Kandidat Doktor UNDIP Semarang(· Yayasan Nurus Sunnah Semarang, Jawa Tengah )

(3)

36. Fariq Qashim Anuz (Yayasan As Sunnah Cirebon, Jeddah Da'wah Center-Jeddah-KSA) 37. Geis ibn Umar Bawazir (Al-Irsyad-Pemalang)

38. Hanifuddin Abdul Ma'in (Da'i ALSOFWA, alumni Pondok Gontor) 39. Haris Budiatna, ST

40. Hartono Ahmad Jaiz (Penulis buku-buku Islam, sekaligus pengamat da'wah Indonesia) 41. Hasyim Rifa'i (Mudir Ma'had Baitus Shalihat, Kediri, Da'i ALSOFWA, mantan petinggi di sekte sesat LDII)

42. Heru Sunoto (Departemen Dakwah Al Sofwa)

43. Husein bin Zainal Abidin, Lc (Alumni Fak. Hadits, Univ. Islam Madinah-KSA, dengan predikat "Cumlaude"

44. Husnul Yaqin Lc

45. Ir. Syafiq Abrori (Direktur Ma'had Yatim Ibnu Taimiyah, Cijeruk, Bogor, pembicara di acara Al Sofwa)

46. Ir. Ummu Fathimah Adiyati Rozana 47. Iriyanis, Lc

48. Isnen Azhar Lc

49. Khalid ibn Abdullah Al-Mushlih (Menantu Ibnu Utsaimin, penceramah di acara Al Sofwa) 50. Khalid Syamhudi, Lc (PP Imam Bukhari, Solo, Alumni Fak. Hadits-Univ. Islam Madinah-KSA, Pernah menjadi Staf Pengajar di Ma'had Jamilurrahman Yogyakarta, Staf Ahli Majalah As-Sunnah, Solo)

51. Luqman Hakim Badri, Lc (Staf Pengajar Gontor dan Alumni Univ. Islam Madinah-KSA) 52. M. Syi'aib Al-Fais, Lc

53. Masruhin Sahal (Mudir Ma'had Al-Tha'ifah Al-Manshurah, Kediri) 54. Masrur Zainuddin, Lc ( · Yayasan Al-Muwahidin Makassar)

55. Masyhudi Subari, Lc (Alumni Gontor sekaligus Alumni Univ. Islam Madinah-KSA) 56. Miftahurrahman Majidi

57. Miftahurrahman Majidi (Da'i ALSOFWA, Alumni Ponpes Al-Furqan Gresik, dan D-1 LIPIA Jakarta)

58. Mudzakar Idris, Lc (Alumni Fak. Da'wah dan Ushuluddin, Univ. Islam Madinah-KSA) 59. Mudzakir Arif, Lc (Dewan Syariah PKS dari Makassar)

60. Muhammad Arif, Lc

61. Muhammad Dahri Qomaruddin, Lc (LIPIA Jakarta) 62. Muhammad Shafwan, Lc

63. Muhammad Tuwaijiriy (Riyadh-KSA, penceramah di acara Al Sofwa) 64. Muhammad Wujud Arba'in (PP AL Furqan, Magelang)

65. Muhammad Yusuf Harun, MA (Magister Konsentrasi Aqidah, Univ. Islam Madinah-KSA, Dosen LIPIA, dan Direktur L-DATA)

66. Mus'ab Al-Atsary

67. Mushlih Abdul Karim, Dr (S-3 Konsentrasi Tafsir Al-Qur'an, Univ. Islam Madinah-KSA dan Dosen LIPIA, Dewan Syariah Pusat PKS, ikhwani)

68. Musthafa Aini, Lc (Ketua Dept. Da'wah-ALSOFWA, Alumni Fak. Da'wah dan Ushuluddin, Univ. Islam Madinah-KSA, Pasca Sarjana di Univ. Muhammadiyah Jakarta, da'I L-DATA,

ikhwani)

69. Muttaqin Sa'id (Alumni Pondok Gontor, dan Alumni Fakultas Al-Qur'an, Univ. Islam Madinah)

70. Muzayyin Abdul Wahhab, MA (S-1 dan S-2 konsentrasi Tarikh-Univ. Islam Madinah-KSA, Deputi Hubungan luar negeri DDII Jakarta)

71. Nizar Sa'ad Jabal, Lc. (Mudir Ma'had Al-Irsyad Tengaran-Salatiga, Alumni LIPIA Jakarta dan Direktur Ma'had Al-Irsyad Al-Islamiy Tengaran Salatiga)

72. Nurul Mukhlishin, Lc (Alumni Fak. Syari'ah, Univ. Islam Madinah-KSA dan Ketua Dept. Da'wah Yayasan Nida'ul Fithrah, Surabaya)

73. Prof. Dr. Buya Hamka [kasetnya disebarkan al Sofwa]

74. Ridhwan Hamidi (Alumni Univ. Islam Madinah-KSA, ketua Yayasan Al Madinah Yogyakarta,

ikhwani)

75. Sholeh Su'aidi

76. Syaikh Mudrika Ilyas, Lc

77. Syarif Abadi (Kepala bidang Peningkatan Kualitas SDM Pengajar Ponpes Darussalam Gontor, pembicara dalam acara Al Sofwa)

(4)

79. Yusuf Syahroni (Majelis Ta'lim Masjid Nurul Jamil, Dago, Bandung, DO PP Ihya Sunnah Yogyakarta karena kasus akhlaq)

80. Yusuf Utsman Baisa Da'i dari kota Udang Cirebon, Alumni Syari'ah-Univ. Islam Madinah-KSA, Mantan Direktur Ma'had Al-Irsyad, Tengaran, Salatiga, Jawa Tengah, Da'i Rabithah Alam Islami, Da'i Atase Agama, dan Da'i Al-Lajnah Al-Khairiyah Al-Musytarakah Ihya At Turats yang berkantor di bilangan Bali Mester, Jakarta Timur, wakil ketua lajnah Dakwah PP Al Irsyad, yayasan As Sunnah Cirebon)

81. Zaid

82. Zainal Abidin ibn Syamsuddin, Lc (alumni LIPIA Jakarta, Wakil Ketua Dept. Da'wah-ALSOFWA, pernah mulazamah di Majelisnya Syaikh Abdul Aziz ibn Baaz)

(Sumber : Bukti-bukti keterkaitan jaringan Al Sofwa, At Turots, Ikhwani, dkk, Ibrahim dkk)

Gambar 1a. Masjid Al Sofwa, di Lenteng Agung

(5)

Gambar 2. PP Ibnu Taimiyyah didanai Ihya Turats Al Islami

Gambar 3. Acara Al Sofwa bersama Muhammad Khalaf, Yazid Jawwas, Abu Nida, Abu Ihsan, dll di Mahad Ibnu Taimiyyah, Bogoro, binaan Ihya Turats Al Islami

(6)

Gambar 4. Tamu lembaga Islamic Center Bin Baz, yang berada di bawah Yayasan Majelis Turats Al Islami, Yogyakarta, pimpinan Abu Nida Chomsaha Sofwan, Lc.

(7)

Gambar 5. Screen shot dari situs Mahad Ali Al Irsyad Tengaran, Boyolali www.alirsyad.8m.net yang menunjukkan pengakuan kerjasama dengan Ihya Turats Al Islami Kuwait.

d. Yayasan As Sunnah, Cirebon yang pernah diketuai oleh Ali Hijrah. Dai’nya adalah Fariq Qasim Anuz, Muhammad Thoharah, Yusuf Utsman Ba’isa dll. Berikut tampak pada gambar 6

screen shot dari persaksian al Akh Abdurrahman Abu Muhammad Ibn Sarijan Cirebon yang bermukim di Kuwait dan kini belajar pada Dr. Khalid Dzufairi, pengasuh Rabee.net/Sahab.net.

(8)

e. Yayasan Imam Bukhari, Selokaton Gondangrejo, Solo yang menerbitkan majalah As Sunnah. Nama yang dikenal disana adalah Ahmas Faiz Asifuddin, Khalid Syamhudi, Lc, Abu Ihsan Al Maidani (penulis Majalah As Sunnah, tinggal di Medan), Abu Umar Basyir Al Maidani (pimpinan majalah El-Fata), Eko Pramono (majalah Nikah, El-Fata), Arief Budiman (Imam Bukhari, Solo).

f. Ma’had Ali Al Irsyad As Salafi, Surabaya pimpinan Abu Auf Abdurrahman bin Abdul Karim At Tamimi yang menerbitkan majalah Adz Dzakhirah. Nama yang dikenal disana adalah Cholid Bawazeer (ketua PW Al Irsyad Jatim yang dicap ilegal oleh Mahkamah Agung RI), Ahmad Abdul Karim At Tamimi, Mubarak Bamualim, Aunur Rafiq Ghufran, Abdurrahman Thoyyib, Abdullah Sholeh Hadrami, Salim Ghanim, Imam Wahyudi, Abu Salma Abu Hudzaifah Muhammad Rachdie Pratama dll. Berikut screen shot dari file yang dikirim orang dalam (?) dari sumber Ma’had Ali Al Irsyad As Salafi Surabaya sendiri, lihat gambar 7 :

(9)

Abdat, Abdullah Hadrami, Abu Ihsan, Abu Haidar, Abu Nida’, Abu Qatadah, Abu Sa’ad Muhammad Nur Huda (LBI Al Atsary/dai Islamic Center Bin Baz/Yayasan Majelis At Turats Al Islami), Agus Hasan Bashari, Armen Halim, Arif Syarifuddin, Fariq Qasim Anuz, Fuad Baswedan (PP Al Irsyad), Khalid Syamhudi, Khairuddin (PC Al Irsyad Pamekasan), Masrur Zainuddin, Muh Elvy Syam, Muh Nafi’ (Al Irsyad Tengaran), M Ramlan (Al Irsyad Tengaran), Muhammad Qasim (Al Irsyad Tengaran), Muhammad Wujud, Nizar Sa’ad Jabal (Al Irsyad Tengaran), Randi Fidayanto, Lc (Unmuh Purwokerto), Rasul Dahri (Malaysia), Rizal Yuliar (Al Irsyad Tengaran), Saiful Haq (Al Irsyad Tengaran), Yazid Jawwas, Yusuf Utsman Ba’isa (As Sunnah Cirebon/PP Al Irsyad) dan dai Al Irsyad lainnya.

g. Pustaka Cahaya Islam, PO Box 391 Bogor email lerahi_sudahi@plasa.com / www.muslim.co.id. Penulis Pustaka Cahaya Islam adalah Abu Abdil Muhsin Firanda Ibnu Abidin as Soronji, Lc, Abu Auf Abdurrahman At Tamimi, Abu Ihsan Al Atsari Al Maidani, Ahmas Faiz bin Asifuddin, Abu Faris Adni Kurniawan, Lc. Dalam buku Firanda berjudul Lerai Pertikaian Sudahi Permusuhan Menyikapi Fenomena Hajr di Indonesia, nampak rujukan utamanya adalah buku resmi terbitan Jum’iyyah Ihya at Turats Al Islami, Kuwait berjudul Syahadat Muhimmah li Ulama’ al Ummah fi Manhaj wa A’mali wa Isdarat. Lihat scan gambar 8, 9, 10 dan 11 pada buku Lerai berikut ini :

(10)

Gambar 9. Rujukan buku Lerai Pertikaian Cetakan Pertama yang membawa pesan untuk mendamaikan pertikaian antara Turotsi pembela Ihya At Turats Kuwait dan Salafi yang menentang hizbiyyun tersebut. Sementara buku Lerai ini memiliki rujukan utama yakni Syahadat Muhimmmah karya resmi Ihya At Turats Al Islami yang isinya penuh dengan pemutarbalikkan fatwa ulama.

(11)

Gambar 11. Rujukan buku Lerai Pertikaian Cetakan Kedua ditambahkan ke Daftar Pustaka, no 62 jelas tertulis Syahadat Muhimmah li Ulama’ al Ummah fi Manhaj wa A’mali wa Isdarat Jum’iyyah Ihya’ at Turats al Islami, sebelumnya tidak ditulis oleh Firanda dalam daftar pustakanya

Dari nama-nama, organisasi dan lembaga yang ada di atas, cukup menggambarkan jejak-jejak dakwah Ihya at Turats al Islami di Indonesia. Banyak sekali muslimin yang menjadi bingung karena rata-rata nama-nama di atas memiliki gelar Licente (Lc), Master of Art (MA), bahkan

Doctor (Dr) dari universitas terkemuka di Timur Tengah dan Indonesia. Namun alhamdulillah

dengan bimbingan para ulama Asy Syaikh Profesor Doktor Rabi Ibn Hadi Al Madkhali, Asy Syaikh Ubaid Al Jabiri (mantan profesor di Jami’ah Islamiyyah), Ahmad An Najmi (mufti Jizan, Saudi Arabia), juga asy Syaikh Muqbil Ibn Haadi al Wadi’I (ahli hadits dari Ma’had Darul Hadits, Dammaj, Yaman ), Asy Syaikh Yahya Al Hajuri (pengganti syaikh Muqbil sepeninggal beliau), Asy Syaikh Dr. Muhammad ibn Haadi Al Madkhali, Asy Syaikh Zaid ibn Haadi Al Madkhali, dll, beliau semuanya menjelaskan kejelekannya dan terlarangnya berhubungan dengan mereka dengan dalil dan bukti detail. Walhamdulillah. Simak dalam CD yang kami sebarkan dalam direktori kelompok – ihyaturots dan kelompok – bantahan_kesaksian atau kliping bab V Bantahan Paham Sururiyyah yang dikumpulkan oleh sdr. Ibrahim Ibn Muhammad dkk.

2.2 Inilah Dakwah Sururiyyah

Pertanyaan pada Syaikh Muqbil Ibn Haadi rahimahullah, ulama Yaman:

Apakah Sururiyyah itu beserta ciri-cirinya yang sangat jelas? Apakah hal ini adalah suatu yang nyata/benar-benar ada atau hanya sekedar imajinasi/khayalan seseorang saja?

Asy Syaikh Muqbil rahimahullah menjawab. Jawaban :

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah, semoga shalawat serta salam atas nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga keluarganya dan para shahabatnya. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah saja, yang Satu dan tak ada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.

(12)

Sururisme (sururiyyah) adalah suatu penisbatan yang ditujukan kepada Muhammad Surur Zainal ‘Abidin. Pada awalnya dia berdiam di Kuwait, dimana dia mengeluarkan (mengarang) beberapa kitab yang baik yang didalamnya menjelaskan tentang aqidah Syi’ah serta buku-buku bagus lainnya. Kemudian dia pindah ke Jerman lalu ke Inggris (United Kingdom,red), dimana akhirnya dia menetap disana.

Lalu disana dia memproduksi majalah berjudul “Al Bayan”, kami dulu benar-benar gembira akan hal itu. Kemudian dia pun memproduksi majalah lainnya, yaitu “As Sunnah”, dan kami pun bersikap sama. Dan pada waktu itu kami katakan, “Inilah jawaban yang selama ini kita tunggu-tunggu”. Beberapa saudara kita pun memuji majalah Al Bayan dan kami pun waktu itu memujinya dengan mengatakan : “Tidak didapati (majalah) yang dapat menyamainya”. Namun seperti itulah keadaan dari hizbiyyah, pada awalnya mereka seakan-akan berdakwah kepada Al Qur’an dan As Sunnah sehingga hati umat melekat pada mereka, dan kekuatan mereka pun bertambah meningkat. Ketika mereka (ummat) mengetahui ada bahwa ada kritikan atasnya, maka kritikan tersebut tidak berpengaruh apa-apa padanya, sehingga mereka menampakkan apa yang mereka sebenarnya ada diatasnya.

Majalah “As Sunnah”, atau lebih tepat disebut “Al Bid’ah”, menyerukan umat untuk menjauhi para ulama dan menuduh para ulama sebagai tidak proaktif, dibayar oleh pemerintah dan tidak mempunyai pemahaman terhadap hal-hal terkini (fiqhul waqi’).

Namun, Alhamdulillah, topeng dari sururi-sururi (pengikut paham sururiyyah,red) itu pun terbongkar pada masa perang Teluk. Ini adalah anugerah dari Allah ‘Azza wa Jalla. Saya ingat waktu itu membaca beberapa perkataan (di dalam majalah mereka) yang didalamnya terdapat celaan terhadap Syaikh Al Albani – rahimahullah - , dikarenakan beliau membuat sebuah ceramah yang direkam yang berjudul “Pertemuan dengan Sururi”. Kemudian di halaman yang lainnya mereka memberikan pujian kepada Syaikh Bin Baz. Maka aku pun sadar terhadap arti dari pujian ini, yaitu agar mereka tidak dikatakan “Mereka menyerang para ulama”.

Beberapa hari setelah dikeluarkannya fatwa Syaikh Bin Baz tentang diperbolehkannya membuat perjanjian damai dengan Yahudi, mereka pun melancarkan serangan terhadap beliau. Maka inilah fakta dalam rencana mereka yang sebelumnya dipendam dengan baik, dalam rangka menjauhkan umat dari para ulama!. Dan majalah Al Bayan dan As Sunnah telah memberikan kontribusi pemahaman bahwa saat ini lebih patut untuk menyerahkan kepada “Salafiyyin di Yaman” yang mengerti permasalahan krisis yang terjadi di Yaman.

Maka aku katakan “Hai kalian orang-orang miskin, siapakah yang tidak mengetahui tentang kondisi kaum muslimin? Justru kamilah yang menemukan diri-diri kami yang memperbaiki situasi ini semua. (miskin = orang membutuhkan uluran tangan orang lain, artinya orang yang rendah/hina, red)

Maka, apa yang menjadikan terjatuhnya kaum muslimin ke dalam kerugian, ketakutan dan penderitaan, yakni diakibatkan oleh dosa-dosa yang kita lakukan. Allah berfirman :

(yang artinya ): “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk) nya mengingkari ni`mat-ni`mat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” [QS An Nahl: 112] .

Sehingga jika kita menyadari tentang adanya penyakit, lalu apakah obatnya? Allah berfirman : َدَع َو

(13)

dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” [QS An Nuur: 55]

Dosa inilah yang membawa kehinaan bagi kaum muslimin. Dan dosa-dosa itu diantaranya adalah mereka berurusan dengan hal yang menarik perhatian (harta, red), menghalalkan perzinaan di banyak negeri-negeri Islam, mereka gandrung dan menyerahkan diri pada hukum-hukum buatan manusia, yang dibuat dengan menurut cara para musuh Islam, dan banyak lagi yang bisa kita sebutkan…dan keluar dengan tanpa Hijab dan mempertontonkan hal-hal yang tidak senonoh,dan memcampuradukkan laki-laki dan wanita (ikhtilath) di sekolah-sekolah dan universitas-universitas.

Maka obat dari hal ini adalah kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu kembali kepada para Ulama. Allah berfirman :

ْوَل َو ِهِب اوُعاَذَأ ِف ْوَخْلا ِوَأ ِنْمَلا َنِم ٌرْمَأ ْمُهَءاَج اَذِإ َو َنيِذالا ُهَمِلَعَل ْمُهْنِم ِرْمَلا يِلوُأ ىَلِإ َو ِلوُسارلا ىَلِإ ُهوّد َر

ِ اا ُل ْضَف َل ْوَل َو ْمُهْنِم ُهَنوُطِبْنَتْسَي ُهُتَم ْح َر َو ْمُكْيَلَع ًليِلَق الِإ َناَطْياشلا ُمُتْعَباتَل

(yang artinya ) : “Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri diantara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).” [QS An Nisaa: 83]

Maka sudah menjadi keharusan bagi kita untuk kembali kepada para ulama. َكْلِت َو

الِإ اَهُلِقْعَي اَم َو ِساانلِل اَهُبِرْضَن ُلاَثْمَلا َنوُمِلاَعْلا

(yang artinya ) : “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” [QS Al 'Ankabuut: 43]

Tapi apa yang kalian lihat, adalah seorang yang menghafal beberapa subyek/hal saja, lalu kemudian dia mengedarkannya berkeliling ke masjid-masjid, sambil menyeruduk dan membenturkan kepalanya (seperti banteng). Lalu teman-temannya memberikan julukan padanya “Syaikhul Islam!”. Inikah yang namanya ilmu? Padahal ilmu itu didapatkan dengan duduk diatas tikar dengan kebutuhanmu dilipat dibawahmu (mendengar langsung dari Syaikh), dengan bersabar dari kesusahan akibat perut yang lapar dan kosong. Sebagaimana bisa dilihat pada keadaan para shahabat Rasulullah - shallallahu ‘alaihi wa sallam - dan atas apa yang mereka dapatkan. Para Ulama’, merekalah yang mampu membawa segala sesuatu sesuai dengan kedudukannya, sebagaimana yang telah dijelaskan pada ayat sebelumnya. Allah Ta’ala berfirman :

ٍتاَي َل َكِلَذ يِف انِإ َنيِمِلاَعْلِل

(yang artinya ) : “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.” [QS Ar Ruum: 22]

Dan Allah berfirman :

َل ِزْنُأ اَمانَأ ُمَلْعَي ْنَمَفَأ وُلوُأ ُراكَذَتَي اَمانِإ ىَمْعَأ َوُه ْنَمَك ّقَحْلا َكّبَر ْنِم َكْيَلِإ

ِباَبْلَلا

(yang artinya ) : “Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran”. [QS Ar Ro'd: 19]

Penderitaan yang kaum muslimin diuji dengannya adalah dikarenakan mereka bodoh terhadap agamanya. Oleh karenanya, ketika ada seseorang yang menghafal beberapa ayat dan hadits kemudian dia mulai berbicara dengannya, apalagi dia mempunyai kemampuan berbicara dengan lancar, maka orang-orang pun mengatakan “Inilah Syaikh!”.

Alhamdulillah, realita dari hal ini menjadi jelas, sebagaimana dikatakan (penyair, red), “Jika kamu mendengar seseorang yang pintar berbicara itu mulai berbicara, jangan berikan dirimu padanya.

(14)

Dan Allah berfirman menceritakan tentang kisah Qarun :

(yang artinya ) : “Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar". [80] Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar". [81] Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). [82] Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu. berkata: "Aduhai. benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (ni`mat Allah)". [QS Al Qoshosh: 79 - 82]

Oleh karena itu, adalah merupakan kewajiban bagi kita untuk kembali kepada Ahlul Ilmi (Ulama) dan menuntut ilmu (thalabul ilmi, red), sebagaimana jibril mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengajarkan para shahabat bagaimana cara menjawab pertanyaan-pertanyaan.

Dan saya tidak akan lupa dengan apa yang dikatakan oleh si dungu ‘Abdul Qadir Asy Syaibani, “Kami akan mengirimkan beberapa saudara kami kepada Abi ‘Abdirrahman (yakni kunyah -Syaikh Muqbil) untuk mendapatkan beberapa tegukan (ilmu) dalam waktu dua bulan, dan kemudian kami akan mengirimkannya ke beberapa markas (pusat dakwah) untuk mengambil alih markas tersebut dari Al Ikhwanul Muslimin”. Maka saya katakan “Dalam dua bulan, apakah mungkin bisa menghasilkan da’i ilallah?”

Jika kebodohan macam ini yang menguasai tujuan-tujuan dari berbagai kelompok dakwah, maka aku akan memberikan kabar akan hancurnya kelompok dakwah model itu. Maka, kita harus berkumpul dengan para ulama dan menimba ilmu dari mereka, sebagaimana yang telah dilakukan oleh para ulama kita terdahulu. Salman Al Farisi duduk dan mencari ilmu kepada ulama yang dia temui pertama kali sampai ulama itu meninggal dan kemudian terhadap yang kedua dan ketiga sampai akhirnya dia bertemu dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengikuti beliau (Shalallahu ‘alaihi wassalam). Dan hal ini juga ditempuh shahabat Mu’adz bin Jabal. Sebelum dia meninggal, mereka bertanya padanya, “Kepada siapa kami harus pergi (mencari ilmu setelah darimu)? Dia menjawab “Kepada Abdullah bin Mas’ud”.

Dan ketika salah seorang saudara kita meminta kepada seorang hizbiyyin untuk menuntut ilmu, dia berkata (dengan menukil ayat Al Qur’an),

ْنَم ْمُكْنِم َنوّبِحُت اَم َة َرِخلا ُدي ِرُي ْنَم ْمُكْنِم َو اَيْنّدلا ُدي ِرُي

(artinya) : “Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat.” [QS Aali 'Imroon: 152]. Kemudian dia berkata, “Allah berfirman dalam ayat ini adalah berkaitan dengan para shahabat, maksudnya, mereka menyadari bahwa mereka tak mempunyai kesabaran dalam mencari ilmu dan menderita kelaparan. Mereka lebih memilih untuk hidup dengan orang-orang di rumah-rumah dan kendaraan-kendaraan dan dalam kehidupan dunia. Kemudian kami mendengar dari mereka, “Engkau menyerang organisasi-organisasi lain”, Lantas siapa yang mengatakan padamu bahwa kami menyerang oraganisasi-organisasi lain ? Ya, kami menyerang oraganisasi-organisasi-oraganisasi yang didalamnya terdapat unsur hizbiyyah, berloyalitas terlarang, pencurian dan penyalahgunaan uang, organisasi semacam itulah yang kami kritisi dan kami menyerukan kepada umat agar menjauhinya”.

(15)

membongkar dan membuat keadaan asli mereka terlihat dengan nyata, dengan ijin Allah, adalah Ahlus Sunnah.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Ahlus Sunnah adalah satu-satunya yang selalu memeriksa dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada di umat muslim. Rasulullah bersabda “ Tidak akan hilang dari umatku sekelompok orang yang selalu menampakkan kebenaran, tidak akan merugikan mereka orang-orang yang menghinakan mereka, mereka tetap berada dalam kondisi yang demikian sampai datang keputusan Allah” (HR. Muslim) .

Maka Syaikh Rabi’ bin Hadi, semoga Allah menjaganya, membongkar kedok para hizbiyyin dan menjelaskan keyakinan-keyakinan yang mereka berada diatasnya. Sebagaimana Syaikh Abul Hasan * di Ma’rib (Penting untuk diketahui bahwa hal ini tertulis pada artikel yang dicetak pada edisi pertama tahun 2000 dari kitab Tuhfatul Mujiib. Sejak itu, yakni sejak meninggalnya Imam Muqbil Al Wadi’I rahimahullah, para Ulama’ memperingatkan dari kesalahan aqidah dan manhaj yang dianut dari pihak Abul Hasan al Ma’ribi. Sehingga seperti Syaikh Rabi al Madkhali, Syaikh Ahmad an Najmi dan Syaikh Ubaid all Jabiri mengingkarinya dan mentahdzirnya dan memperingatkan agar hati-hati atasnya, red), Syaikh Muhammad bin ‘Abdulwahhab di Hudaidah, Syaikh Muhammad Al Imam di Ma’bar, Syaikh Qasim dan Al Akh Muhammad As Sumali di Jami’ul Khair Shan’a.

Maka aku nasehatkan kepada saudara-saudara sekalian, sebab banyak dari mereka, alhamdulillah - segala puji bagi Allah -yang mau menerima (nasehat), untuk kembali kepada Alqur’an dan As Sunnah dan mendakwahkannya, dan tidak menyia-nyiakan kehidupan mereka untuk memuliakan syaikh anu dan anu. Dan jika mereka meninggalkan syaikh tertentu, maka mereka akan berkata “Hati-hatilah padanya, dia berasal dari Jama’at takfir” atau “dia adalah agen pemerintah”. Ini adalah perkataan-perkataan dari seseorang yang tidak takut pada Allah.

(16)

2.3 Paham Sururiyyah, Quthbiyyah dan Ihya Turats

Sururiyyah Syaikh Ayyid Asy Syamari hafidhahullah, pengajar di Makkah al Mukaramah : Ada sekelompok muslim yang mengikuti kaidah salaf dalam perkara Asma’ dan Sifat ALLAH, Iman dan Taqidr. Tapi, ada salah satu prinsip mereka yang sangat fatal yaitu mengkafirkan kaum muslimin. Mereka terpengaruh oleh prinsip Ikhwanul Muslimin. Pelopor aliran ini bernama Muhammad bin Surur.

Muhammad bin Surur yang lahir di Suriah dahulunya adalah anggota Ikhwanul Muslimin. Kemudian ia menyempal dari jamaah sesat ini dan membangung gerakannya sendiri berdasarkan pemikiran-pemikiran Sayyid Quthub (misalnya dalam masalah demontrasi, kudeta dan yang sejenisnya).

Dalam hal Asma dan Sifat, ia mengikut manhaj Salaf, sehingga dari sinilah ia dapat masuk ke kerajaan Saudi dan belajar disana.

Jama’ahnya dinamakan Quthbiyah, dinasabkan kepada Sayyid Quthub karena dia memperbarui manhaj Ikhwanul Muslimin dan menciptakan gerakan-gerakan dakwah yang sesat tersebut. Mereka bisa disebut Ikhwanul Muslimin apabila disandarkan kepada induknya atau Sururiyah bila disandarkan kepada dainya yang bergerak pertama kali di Saudi, yakni Muhammad Bin Surur. Jika tidak, maka Sururiyah adalah Quthbiyah dan Ikhwanul Muslimin itu sendiri.

Sururiyah memiliki prinsip-prinsip yang sama dengan Ikhwanul Muslimin dalam masalah takfir, demonstrasi, tanzhim, mobilisasi massa, dan mengikat pengikut dengan imamat (kepemimpinan seorang Imam, red). Bentuk mereka bermacam-ragam sesuai dengan kondisi negara setempat. Contohnya di Mesir, sebelum diketahui mereka berprinsip ikhwani, sebagian anggota mereka memulai dengan membangun masjid-masjid. Setiap masjid memiliki penanggung-jawab, dan setiap penanggung-jawab harus melapor kepada ketua wilayah dan ketua wilayah melapor kepada ketua umum. Sebagian mereka bergerak dalam pembangunan perpustakaan-perpustakaan, lalu hasilnya dilaporkan dan dikumpulkan sampai diketahui oleh pucuk pimpinan. Sebagian lainnya membentuk halaqah Al Quran dan dipimpin oleh seorang ketua halaqah. Kemudian beberapa ketua halaqah dikumpulkan untuk melaporkan hasil-hasil gerakannya kepada ketua umum. Inilah yang disebut pemikiran Hasan Al Banna, tapi beda nama! Sururiyah melakukan ini semua dan mereka adalah Ikhwanul Muslimin.

Diantara kesamaan-kesamaan Sururiyah dan Ikhwanul Muslimin ialah :

1. Sururiyah memegangi prinsip Ikhwanul Muslimin : “Kita saling tolong-menolong pada apa yang kita sepakati dan saling memaafkan pada apa yang kita perselisihkan.”, akan tetapi dengan cara yang berbeda. Mereka merasa cocok dengan dakwah Ikhwanul Muslimin dan meniru Hasan Al Banna, Sayyid Quthub, AL Hadhami dan At Tilmisani yang beraqidah sufi dan asy’ari (Pengaruh Abul Hasan al Asy’ari, red). Tokoh-tokoh itu menamakan diri dengan apa ? Dengan nama Ikhwanul Muslimin ! Bukan dengan nama sufi dan asy’ari, walaupun pada dasarnya mereka adalah asy’ari dan sufi. Oleh karena itu Sururiyah bekerjasama dengan firqah Jama’ah Tabligh dan Ikhwanul Muslimin, saling memaafkan pada apa yang mereka perselisihkan (termasuk dalam masalah aqidah). Jama’ah Sururiyah berada pada satu barisan dengan firqah (aliran) Tabligh. Ikhwanul Muslimin memasukkan ajaran sufi, asy’ari dan syi’ah. Sementara Sururiyah memiliki satu pemikiran yang sama dengan Ikhwanul Muslimin yaitu

“saling memaafkan pada perkara yang mereka perselisihkan”.

2. Sururiyah memiliki satu pemikiran dengan Hasan al Banna dan Sayyid Quthub dalam masalah mengkafirkan golongan lain dan pemerintahan muslim.

3. Sururiyah satu ide dengan Ikhwanul Muslimin dalam masalah demonstrasi, mobilisasi dan selebaran-selebaran.

4. Sururiyah sama dengan Ikhwanul Muslimin dalam masalah pembinaan revolusi dalam rangka kudeta

5. Sururiyah sama dengan Ikhwanul Muslimin dalam hal tanzhim (aturan) dan sistem kepemimpinan yang mengkerucut (seperti piramid). Namanya berbeda, tapi hakikatnya satu. 6. Sururiyah sama dengan Ikhwanul Muslimin dalam masalah politik dan tenggelam dalam politik. Sehingga fatwa-fatwa mereka dibangun diatas dasar pertimbangan politik.

(17)

tegak bersama ahli bid’ah, sementara Islam mewajibkan mereka untuk bekerjasama dengan ahli tauhid. Dan mereka tidak melakukannya.

Sururiyah yang ditokohi oleh Salman Al Audah dan Safar Hawali semuanya bekerjasama dengan kalangan sufi dan asy’ari seperti Hikmatiyar, Rabbani dan Syah Mahmud. Setelah ketiganya berselisih dan berpecah-belah, mereka menggandeng Hikmatiyar dan Abdur Rabb Ar Rasul Sayyaf karena mereka termasuk golongan Ikhwanul Muslimin dan tidak terpengaruh oleh buku-buku Sayyid Quthub.

Perlu diketahui bahwa Hikmatiyar ini pernah meminta bantuan kepada orang-orang komunis dan ini berlawanan dengan prinsip Sururiyah yang melarang meminta bantuan kepada orang-orang kafir. Namun karena alasan politis mereka membolehkan hal ini ! Ketika Hikmatiyar jatuh dan pemerintahan dipegang orang-orang Taliban, maka Sururiyah memandang negeri ini tidak bermanfaat, lalu mereka memalingkan perhatiannya ke arah lain dan tidak memuji negara yang dikuasai orang-orang Taliban. Sekarang orang-orang Sururi memfokuskan perhatiannya kepada negara Chechnya yang sedang diserang orang-orang kafir (Rusia, red) – semoga ALLAH menolong para mujahidin dan kaum muslimin disana.

Demikianlah jalan dakwah mereka selalu diwarnai politik. Metode berpolitik ini mereka adopsi dari Hasan Al Banna. Al Banna, kita tahu, selalu menyikapi dalil-dalil syar’i secara politis. Walhasil, dia membiarkan ahli maksiat dan orang-orang fasik dan menyatukan mereka ke dalam satu golongan (partai) dalam rangka merealisasikan konsepnya. Ia mendiamkan ahli maksiat dan orang-orang fasik agar tercipta kondisi yang stabil dan mengokohkan golongannya. Demikian juga muammalah mereka bersama para saudagar dan orang-orang kaya dengan cara “mendompleng” mereka dalam rangka mengumpulkan dana. Tanpa dana mereka tidak dapat berbuat apa-apa dalam menjalankan roda dakwah sebagaimana Ikhwanul Muslimin dakwahnya tergantung sekali dengan dana.

Al Quthbiyyah

Adapun Al Quthbiyyah disandarkan (dinasabkan) pada ajaran Sayyid Quthub. Sayyid Quthub adalah anggota (anak-buah, red) Hasan al Banna yang sangat loyal kepada Ikhwanul Muslimin dan menjalankan dengan baik semua apa yang dikehendaki Hasan al Banna.

Sayyid Quthub adalah seorang yang menghabiskan umurnya dengan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan Islam. Termasuk salah seorang murid al ‘Aqqad (sastrawan dan pemikir) yang sangat membenci komunis. Sayyid Quthub banyak menulis buku-buku umum yang tidak berhubungan dengan Islam.

Dia juga menulis banyak kisah dan syair-syair umum (sosial). Dia hanya seorang penulis dan kutu buku. Setelah itu ia bergabung dengan Ikhwanul Muslimin dan memba’iat al Hadhami. Ia menjadi seorang anggota Ikhwanul Muslimin yang sangat loyal, membela dakwah dan konsep-konsep Ikhwan dengan pena dan buku-bukunya.

(Setelah) Hasan al Banna terbunuh, lalu Al Hadhami dan Jamal Abdul Nasher membelanya dan dapat mengkudeta pemerintah raja Faruq.

Dalam perjalanan pemerintahannya, terjadilah silang pendapat antara Jamal Abdul Nasher dan Ikhwanul Muslimin, sehingga banyak dari anggota Ikhwanul Muslimin yang dipenjara termasuk Sayyid Quthub. Di penjara dia menulis tafsir Al Quran yang berjudul “Fi Zhilalil Qur’an” (edisi Indonesia Di bawah Naungan Al Quran) dan kitab-kitab lainnya.

Setelah keluar dari penjara, Sayyid masih aktif menulis dan menyusun konsep-konsep revolusi, pemutarbalikan Islam dan kudeta terhadap pemerintah. Konsep-konsep tersebut dia adopsi dari AbulA’la Al Maududi dan Hasan Al Banna.

Selanjutnya ia menghidupkan tanzhim di masa As Sindi dan memperbaharui tandzim di atas tandzim khusus – tanzhim khususnya dipaparkan Al ‘Isymari dalam buku “Sirriyatut Tarikh Ikhwanul Muslimin,” (sejarah Rahasia Ikhwanul Muslimin). Ia sebutkan bahwa pemimpin pengganti as Sindi adalah Shalih Al’Isymari.

(18)

Ali ‘Isymari mengabarkan bahwa mereka membawa senjata, gerakan ini disokong seorang wanita muslimah bernama Zainal Al Ghazali. Dialah pemasok dana dan senjata yang didapat dari beberapa negara.

Selanjutnya Ali ‘Isymari yang pernah duduk bersama Sayyid Quthub mengatakan bahwa apabila terjadi suatu gangguan terhadap dakwahnya (IM), Sayyid memerintahkan agar mereka segera menuntaskannya dengan melancarkan berbagai macam kerusuhan dan peledakan besar, seperti mensabotase jembatan-jembatan, pusat-pusat listrik dan tempat-tempat lainnya, hingga akhirnya dapat menggulingkan Jamal Abdun Nasher.

Sayyid Quthub dalam bukunya “Limadza yahjuruni ?” (Mengapa Mereka Mengucilkanku ?”) mengakui bahwa dialah yang merancang berbagai macam peledakan dan kerusuhan. Ucapannya persis sama dengan apa yang dikatakan Ali Al ‘Isymari dalam bukunya “Sejarah Rahasia Ikhwanul Muslimin.”

Sayyid Quthub berupaya mengulang sejarah “tanzhim khusus” dengan cara melakukan peledakan-peledakan, serta mengumpulkan senjata-senjata dan melatih anggota membiasakan gerakan-gerakan yang serupa. Sayyid Quthub adalah seorang konseptor Ikhwanul Muslimin yang merancang pemikiran tersebut sebagai sebuah filsafat pengkafiran yang mendatangkan kerancuan agama.

Sayyid Quthub mengkafirkan pemerintah dan masyarakat muslimin. Dialah yang menafsirkan kalimat Tauhid (Laa ilaaha illa ALLAH) dengan tafsir bid’ah yang kaum salaf tidak pernah menafsirkannya. Disamping itu, ia membuang semua Tauhid Asma’ dan Sifat ALLAH yang ada dalam Al Quran. (Karena) Ia adalah seorang penganut tasawuf. Tafsirnya terhadap ayat 1 dari Surat Al Ikhlas ٌد َحَأ ُ اا َوُه ْلُق, cukuplah sebagai buktinya (Dalam Tafsir Fi Zhilalil Quran, red).

Ia juga seorang aqlani (rasionalis, pemuja akal) yang lebih mengutamakan logika daripada nash Al Quran dan Asunnah. Bukti-bukti yang menunjukkan ia seorang aqlani adalah : 1. Ia mencela orang yang berpoligami. Menurut logika Sayyid, kalau jumlah kaum wanita banyak daripada kaum pria, baru boleh dijalankan poligami. Pemikirannya ini mirip dengan pemikiran orang-orang kiri (komunis, red).

2. Tentang masalah perbudakan, ia berpendapat bahwa perbudakan sekarang sudah tidak ada dan dahulu perbudakan hanya ada pada kelompok tertentu.

3. Kalau sudah tegak daulah Islam dengan cara yang ia tempuh atau jalan pengikutnya, ia akan mengambil semua harta manusia kemudia ia bagi-bagikan walaupun sebagian rakyatnya memiliki harta dengan jalan yang benar. Caranya ini persis cara-cara komunis. Darimana dalilnya ? Tidak ada, ia berbicara semaunya.

Oleh karena itu, kalau kita tanyakan kepada teman-teman Sayyid : apakah ia seorang ahli fiqih ? Bukan. Apakah ia memiliki fatwa-fatwa dalam amsalah ekonomi, muammalah dan ibadah ? Tidak. Apakah ia pernah menulis kita-kitab ushul fiqih ? Tidak pernah . Apakah ia pernah membahas masalah hadits-hadits dan atsar shahabat ? Tidak pernah. Apakah ia menafsirkan ayat-ayat hukum dalam Al Quran dengan mengikuti metode Al Qurthubi dan membawakan dalil-dalil Al Qur’an sendiri dan As Sunnah ? Tidak. Bahkan ia menafsirkan Al Quran dengan jalan logika dan tidak merujuk kepada kitab-kitab tafsir Ulama terdahulu.

Ia membuang sifat-sifat ALLAH, ia memberikan tafsir yang keliru, mengangkat masalah-masalah tasaquf dan komunisme, mengkafirkan kaum muslimin, melemparkan kerancuan agama kepada Muhammad bin Surur dan pengikutnya, sehingga mereka mengambil konsepnya dalam berdakwah.

Saya katakan bahwa Sayyid ini seorang Ikhwanul Muslimin pengekor Hasan AL Banna, yang fanatik, walaupun dia seorang yang pandai berbicara, beradab dan ahli sastra.

(19)

Sebagaimana yang disebutkan oleh Syaikh Bakr Abu Zaid ketika memuji kefasihan dan akhlaq Sayyid Quthub.

Apakah yang masuk ke dalam agama dari kefasihan ?

Kami berargumen dengan Al Quran dan As Sunnah. Jika tidak maka banyak dari kalangan sufi yang ahli bahasa, nahwu dan akhlaq yang baik. Tapi yang kita jadikan patokan adalah shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam yang dapat membedakan antara hak dan yang batil, bukan mereka.

Syaikh Rabi Bin Hadi Al Madkhali ketika membantah kita “Munthalaq Al Kitab was Sunnah” karya Syaikh Bakr Abu Zaid, berkata, “Ia soerang lelaki yang menyelisihi Kitab dan As Sunnah dalam bab ini. Syaik Bakr Abu Zaid datang dan memberikan padaku beberapa lembar kertas yang sangat kecil kemudian memuji Sayyid Quthub. Ia (Sayyid) seorang yang baik katanya.” Syaikh Rabi’ berkata, “Ini ucapan yang salah.” Kemudian kertas yang berisi pujian terhadap Sayyid Quthub tadi diedarkan (oleh pengikut IM, penerjemah). Seolah masalahnya adalah masalah ta’at buta terhadap Syaikh Bakr, untuk membantah bahwa ucapan Syaikh Rabi’ tidak benar.

Dimana sisi ucapan dan dalil Syaikh Bakr yang menjelaskan ucapan Syaikh Rabi’ itu salah ??? Apakah Anda telah membantah beliau dengan rinci ? Dimana Anda terangkan, ucapakan Syaikh Rabi’ salah dengan keterangan kitab-kitab Sayyid Quthub ? Atau ucapan Syaikh batil dengan dalil ini.

Mereka tidak melakukan hal itu semuanya, tetapi memakai metode Ikhwanul Muslimin yaitu ketaatan buta. Bila ia mengatakan tidak benar, maka kita harus berkata tidak benar tanpa melihat dalil-dalil dan hujjah. Sayikh Bakr Abu Zaid telah salah dalam memutuskan dan bersikap, semoga ALLAH membimbing kita dan beliau.

Dan Alhamdulillah, beliau telah bertaubat dari kesalahannya dan menulis kitab “Hukum Intima” (Hukum Bergabung dengan Golongan-golongan) seta kitab-kitab bagus lainnya.

Ternyata beliau baru tahu bahwa Ikhwanul Muslimin mengedarkan kertasnya tadi di Yaman dan negeri lainnya disertai foto Sayyid Quthub dan diberi judul “Nashihah Adz Dzahab” (Nasihat Emas).

Cukuplah bagi beliau mengetahui kesalahannya dari siapa yang menyebarkan kertas itu. Ternyata mereka adalah musuh Syaikh Bakr sendiri, musuh manhaj yang haq.

Kita kembali kepada pembahasan Sayyid Quthub dan melihat masalah yang terjadi di masanya. Ia tidak mampu memimpin jama’ah Ikhwanul Muslimin karena organisasi tersebut telah dinyatakan terlarang di Mesir. Jama’ah dan kantornya telah dibubarkan. Lalu apa yang dilakukan Sayyid ?

Tidak kehilangan akal, dia menulis buku-buku yang telah disebarluaskan di masyarakat. Buku-bukunya penuh dengan racun, filsafat, pengkafiran muslimin, kudeta “Islami” dan lain sebagainya. Banyak pengagum atau pengikut Sayyid Quthub terpengaruh dengan pemikirannya.

Yayasan Ihya’ut Turats

Yayasan Ihya’ut Turats lebih lunak sikapnya terhadap pemerintah. Mereka nampaknya punya sikap yang baik sehingga memiliki referensi dari Syaikh Bin Baz yang mereka sebarluaskan dalam menyikapi pemerintah.

Adapun yang tercela dari yayasan ini adalah pembuatan aturan mereka yang sama dengan Ikhwanul Muslimin dalam masalah ketaatan kepada pemimpin. Walaupun tidak ada lafadz baiat dalam organisasi mereka, tetapi mereka membuat satu nama yang disebut dengan ketaatan. Maksudnya, wajib ta’at kepada pemimpin. Abdurrahman Abdul Khaliq dan Muhammad Mahmud Najdi menulis konsep-konsep ketaatan bagi anggota Ihya’ut Turats. Dan ditetapkan dosa bagi yang tidak menaati pemimpin.

(20)

jawab masjid bertanggung-jawab kepada pemimpin umum Ihya’ut Turats. Tidak disyaratkan bagi pemimpin tersebut alim terhadap ilmu agama atau bahwa ia haruslah seorang thalibul ilmi. Yang penting ia loyal dan taat kepada aturan organisasi dan manhaj Ihya’ut Turats.

Mereka mengadopsi konsep Ikhwanul Muslimin dalam perkara tandzhim (aturan organisasi), mengikat pengikut dengan pemimpin atau dengan Yayasan, ikut serta dalam pemilu dan masuk ke dalam parlemen.

Demikian juga Ihya’ut Turats berbeda-beda prinsipnya, diantara mereka ada yang bermanhaj (memilih jalan dakwah) Firqah Tabligh (aliran Jamaah Tabligh), bergabung dengan Abdur Rahman Abdul Khaliq dan Syayiji, Sururiyun, Salman Al ‘Audah dan menyebarkan kaset-kaset ceramahnya.

Ihya’ut Turots adalah suatu organisasi yang tidak punya pendirian tegas, terkadang mengatakan kami menentang Ikhwanul Muslimin, melawan pemikiran Sayyid Quthub, Muhammad bin Surur, memuji Abdurahman Abdul Kholiq, Safar Hawali dan memuji orang-orang yang melawan Salaf dan dakwahnya.

Hasan al Banna adalah penanggung-jawab dakwah dan organisasinya (Ikhwanul Muslimin, red). Para dainya terikat oleh pemimpin dalam satu yayasan. Padahal dakwah yang benar itu diikat dengan ahli ilmu, dan bukannya diikat oleh pemimpin dalam yayasan-yayasan. Yayasan itu memberi manfaat yang besar bila bertujuan menopang dakwah Islamiyah-Salafiyah, atau membantu fakir miskin dan anak-anak yatim. Sayangnya, mereka menjadikan yayasan sebagai hakim (pengatur) bagi para da’i. Bagi yang tidak sependapat dengan aturan yayasan, maka ia harus disingkirkan.

Mereka menulis konsep yang mereka namakan “Manhaj Yayasan” yang berisikan kalimat-kalimat yang sangat umum maknanya, yang mereka tidak batasi maknanya pada apa yang mereka kehendaki. Sesungguhnya sikap mereka adalah melawan orang-orang Salaf dan orang-orang yang menentang Sururiyun, Sayyid Quthub dan Tabligh.

Kita menemukan bahwa Ihya’ut Turats memiliki sikap yang jelek terhadap Syaikh Rabi’ Bin Hadi dan Ulama-Ulama Salafi. Mereka menjauhkan para pemuda manhaj salaf dan menghadiri taklim-taklim salafiyyin. Mereka bergabung bersama Jama’ah Tabligh, Sururiyun, jama’ah Abdurahman Abdul Khaliq dan jama’ah Syayiji, seperti yang terjadi di Kuwait.

Sikap mereka terhadap Syaikh Muqbil Bin Hadi al Wadi’i dan ulama Salafi selain beliau, serta jama’ah Ansharus Sunnah di Sudan juga tidak baik. Mereka memcah-belah dakwah Salaf di Yaman dan selanjutnya membentuk jama’ah yang dibangun di atas tandzhim dan ketaatan kepada pemimpin mereka.

Nasihat buat Ihya ut Turats

Aku mengajak kepada Ihya’ut Turats untuk kembali kepada ALLAH, bertaubat dan meninggalkan jalan yang selama ini mereka tempuh karena jalan mereka membahayakan dan seiring dengan berjalannya waktu mereka membentuk pemikiran dan jama’ah baru yang memiliki pemimpin dan konsep yang sesat.

Hendaknya mereka kembali kepada jalan (manhaj) salaf. Inilah keterangan yang bisa saya sampaikan dan saya meminta maaf kalau pembahasan ini terlalu panjang karena pertanyaan kalian memerlukan jawaban yang panjang dan seandainya kami mau merinci lebih panjang, tentu akan panjang lebar pembahasannnya. Akan tetapi saya hanya mencukupkan sampai disini saja.

(Ditulis oleh Syaikh Ayyid asy Syamari, pengajar di Makkah al Mukaramah, dalam rangka menjawab pertanyaan sebagian jama’ah Ahlusunnah wal Jama’ah asal Belanda tentang perbedaan Ikhwanul Muslimin, Quthbiyyah, Sururiyah dan Yayasan Ihya ut Turats. Penerbit Maktabah As-Sahab 2003. Judul asli Turkah Hasan Al Banna wa Ahammul Waritsin. Penerjemah Ustadz Ahmad Hamdani Ibnul Muslim.) Sumber artikel : http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=338, http://www.salafy.or.id/print.php? id_artikel=337, http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=560.

2.4 Ihya Turats dalam bantahan Syaikh Muqbil Ibn Haadi

rahimahullah

(21)

Segala pujian bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi pilihan-Nya. Amma ba’du.

Berikut ini adalah tanya jawab yang saya tujukan kepada Syaikhuna (syaikh/ulama kita) Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i seorang ahli hadits di negeri Yaman - semoga Allah menjaganya - tentang Abdur Rahman Abdul Khaliq, manhaj dan yayasannya, Ihya'ut Turats.

Beliau rahimahullah telah menjawab dengan lengkap tentang siapa Abdur Rahman Abdul Khaliq, manhaj dan majalah Al-Furqan yang ia pimpin.

Di samping itu Syaikh telah menambah dalam jawabannya kondisi jama’ah-jama’ah islamiyah yang ada dan beberapa tokoh yang ada di sekitar kita, serta membeberkan kesesatan dan penyimpangan mereka agar para pemuda menyikapinya dengan keterangan ilmu yang jelas.

Sebagaimana biasa jawaban beliau selalu diiringi dengan nasihat-nasihat dan pengarahan-pengarahan yang tegas kepada penuntut ilmu dan murid-muridnya.

Alhamdulillah, Allah telah memudahkanku untuk menelaah buku-buku Syaikh sehubungan dengan persoalan-persoalan ini, yang aku kumpulkan dalam buku catatan khusus agar mudah memanfaatkan dan mencarinya ditambah dengan beberapa komentar dalam catatan kaki. Hanya Allah yang memberi taufik untuk semua kebaikan.

Pertanyaan:

Apa yang Anda ketahui tentang Abdur Rahman Abdul Khaliq, “Apakah dia seorang salafi sejak awal ataukan dia bermanhaj Ikhwanul Muslimin”

Jawab:

Abdur Rahman Abdul Khaliq pernah tinggal di Madinah ketika aku masih di Ma’had Al-Haram. Aku mendengar kabar-kabar yang baik tentang dirinya. Ketika banyak kaum muslimin keluar dan membersihkan gambar-gambar yang ada di sekitar tanah Haram, ia pergi ke Kuwait dan Allah memberikan manfaat yang banyak kepada kaum muslimin melalui dakwahnya. Ia menegakkan dakwah salafiyah sebatas kemampuan ilmunya sehingga banyak para pemuda belajar berkumpul dan mengelilinginya serta mengambil manfaat darinya. Akan tetapi ia seorang yang tertutup hingga Syaikh Al-Albani memberi kabar kepadaku ketika aku di Madinah. Beliau berkata, "Jama’ah di Kuwait mengkafirkan imam yang empat atau membid’ahkan mereka”. Syaikh (Muqbil, red) berkata, “Saya tahu siapa Abdur Rahman Abdul Khaliq, ia termasuk murid kami tetapi saya mengingkari perbuatannya, saya harus menghadirkannya dan hendaknya orang yang menuduh ia mengkafirkan atau menuduh bid’ah imam yang empat juga hadir untuk beradu kesaksian.”

Setelah dakwah salafiyah di Madinah semarak dan banyak manusia merasakan manfaatnya, sekitar seratus lima puluh orang-orang Kuwait berkunjung kepada saudara-saudara mereka yang ada di Madinah dan mengambil manfaat ilmu dari mereka selama satu atau dua malam. Nampaknya penyakit hasad masuk ke dalam hati Abdur Rahman Abdul Khaliq dan teman-temannya, lalu mereka hendak membuat kerancuan kepada ikhwan-ikhwan di Madinah dan memprovokasi mereka untuk memberontak kepada pemerintah, ia pernah mengatakan bahwa ikhwan-ikhwan Madinah adalah Khawarij. Yang lain mengatakan bahwa mereka menyelisihi Syaikh bin Baz, Syaikh Ibnu Humaid dan Syaikh Asy-Syabil.

Setelah itu beberapa ikhwan mendatanginya dan mendengarkan ceramahnya. Dalam ceramahnya itu dia antara lain mengatakan, “Tidak selayaknya kita menyerukan menutup pabrik-pabrik minuman keras hingga kita mempersiapkan pekerjaan untuk pegawai-pegawainya setelah pabrik ditutup. Jika tidak ada pekerjaan, dari mana mereka makan”

Seorang yang bernama Ali Ja’fan datang kepadanya dan berkata, “Ya, Syaikh! Takutlah kepada Allah, minuman keras itu kemungkaran yang wajib disingkirkan”, Abdur Rahman Abdul Khaliq berkata, “Ya, ia mungkar wajib disingkirkan.”

(22)

Ja’fan. Abdur Rahman Abdul Khaliq berkata, “Tidak, kamu salah.” Kemudian ia meminta maaf atas ucapannya.

Beberapa ikhwan mendatangi jama’ahnya dan mengingkari televisi dan gambar-gambar bernyawa. Setelah pertemuan itu ia menulis satu buku kecil yang berjudul “Al-Wala’ wal Bara” (Loyalitas dan Permusuhan), ia menginginkan setiap ikhwan membacanya. Belakangan ia terpengaruh oleh pemikiran Ikhwanul Muslimin dalam hal kerusuhan, demokrasi dan fanatik golongan maka ia mengalami kemunduran sebagaimana yang Allah firmankan, “Dan bacakanlah kepadanya ayat-ayat Kami, kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan, maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami meninggikan dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menuruti hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya diulurkanlah lidahnya dan jika kamu membiarkannya diapun tetap mengulurkan lidahnya. Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (Al-A’raf:75-76).

Selanjutnya ia menduh tokoh-tokoh Kuwait seperti al-Akh Abdul Lathif Ad-Durbas dan beberapa alim lainnya sebagai pengikut Juhaiman ! Padahal mereka adalah orang-orang yang berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dia semakin berani dengan segala kecerobohannya dalam masalah gambar bernyawa, mengkritik ulama tanpa ilmu bahwa para ulama tidak mengetahui kondisi zaman (waqi’) sedikitpun dan keras terhadap orang-orang fasik. Saya (Syaikh Muqbil) menganggap ia memecah-belah barisan ahlus sunnah dengan membuat tipu daya melalui hartanya, tidak melalui pemikirannya. Ia bangkit dari Kuwait ke Indonesia (Abu Nida cs, red), Mesir dan beberapa negara lainnya. Saya berpendapat tidak benar menyerahkan dana kepada Yayasan Ihya'ut Turats karena mereka gencar memecah-belah dakwah Ahlus Sunnah sehingga Ahlus Sunnah di Jeddah dan Sudan terpecah.

Di Yaman banyak orang yang tertipu oleh kekayaannya bukan pemikirannya. Saya beritahukan kepada pemuda-pemuda salaf Kuwait bahwa Yayasan Ihya'ut Turats memberikan dana yang menimbulkan bencana kepada orang-orang yang tertipu tersebut. Abdul Qadir Asy-Syaibani dan Muhammad Abdul Jalil saling bermusuhan gara-gara dana Ihya'ut Turats. Salah seorang anggota Yayasan Ihya'ut Turats yang bernama Muhammad ketika hendak mendanai Majalah Al-Furqan mengatakan, tidaklah kami dipukul di suatu negeri sekeras di negeri Yaman. Jadi mereka memakan dana satu golongan ke golongan lainnya sampai mereka tidak punya apa-apa, dan orang-orang yang ada di Yaman memakan dana Yayasan Ihya'ut Turats sampai habis kemudian berpindah ke golongan lainnya.

Saya nasihatkan kepada Abdur Rahman Abdul Khaliq agar belajar ilmu lebih banyak lagi di hadapan para ulama seperti Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dan Syaikh Bin Baz (sebelum keduanya meninggal, red) yang mereka katakan tidak mengetahui kondisi zaman- dan hendaknya mereka tidak menyombongkan diri. Saya pernah mengatakan kepada beberapa ikhwan Kuwait, sesungguhnya dakwah kalian sejak lama tidak menghasilkan apa-apa. Salah seorang dari mereka berkata, “Ya, benar, ketika kami melihat demikian kami bersama para pemuda menimba ilmu di Universitas yang ada di Su’udiyah (Saudi).”

Saya menasihatkan kepada saudara-saudara kita di Kuwait agar menjauhkan diri dari Abdur Rahman Abdul Khaliq. Allah telah memperingatkan kita dari teman yang jelek dengan firman-Nya, “Dan di hari orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata, ‘Aduhai kiranya aku mengambil jalan bersama-sama Rasul’, Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur’an ketika Al-Quran itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.” (Al-Furqan: 27-29)

Apakah Abdur Rahman Abdul Khaliq lebih alim daripada Ahmad bin Hambal” Apakah Abdur Rahman Abdul Khaliq lebih bertaqwa daripada Ahmad bin Hambal” Kalau kita mau taklid (mengikuti dgn membabi-buta, red) tentu kita akan taklid kepada Ahmad bin Hambal. Kita memnadang bahwa taklid diharamkan dan pemuda Kuwait tetap dalam kondisi buta kalau mereka masih mengikuti Abdur Rahman Abdul Khaliq.

(23)

adalah seorang yang mukmin, namun setelah Saddam menyerang Kuwait, ia memvonis Saddam kafir. Adapun saya, Alhamdulillah sebelum dan sesudah penyerangan Kuwait memvonis Saddam kafir. Maka orang yang plin-plan dan tidak kokoh ilmunya niscay akan bertindak seperti yang diperbuat Abdur Rahman Abdul Khaliq.

Pernah ada seorang yang berkata bahwa Syaikh Bin Baz menulis surat kepada Abdur Rahman Abdul Khaliq menasihati agar mau bertaubat, kemudian ia bertaubat. Namun taubat yang ia lakukan tidak sebanding dengan kalimat yang membuat perpecahan di dalam barisan Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Saya takut ia adalah mata-mata dakwah. Jangan dikira ia telah bertaubat dari semua yang telah diperingatkan kepadanya, tidak ada seperempatnya, karena ia tidak mau tunduk terhadap ilmu.

Saudara kita Rabi’ bin Hadi (Asisten Profesor di Univ. Islam Madinah, red) telah membantah semua pemikiran sesatnya - semoga Allah membalasnya dengan kebaikan- seandainya pemuda Kuwait membaca tulisannya niscaya beliau akan berlepas diri dari Abdur Rahman Abdul Khaliq dan Yayasan Ihya'ut Turats. Jika mereka tidak membacanya maka mereka akan bertanya-tanya siapakah Abdur Rahman Abdul Khaliq itu ?

Sesungguhnya yang membuat ia seperti itu adalah dinar Kuwait dan tampilnya dia di koran. Yang menggerakkan dakwah adalah dinar Kuwait, bukan dia pribadi. Saya akan menanyakan kepada Abdur Rahman Abdul Khaliq, “Negeri mana yang lebih kamu butuhkan dan layak untuk dirimu -jika kamu ingin berbuat baik- Mesir negerimu atau Kuwait” Di Mesir terdapat makam Al-Badawi dan Al-Hasan. Kalau kamu mau berdakwah tentu kamu akan kembali ke Mesir, mendirikan markaz di sana untuk berdakwah dengan sebatas ilmu yang kamu punyai dan membekali diri dengan ilmu semampumu.”

Pertanyaan

Anda pernah mengatakan bahwa sebagian kaum muslimin bergabung bersama Ikhwanul Muslimin padahal mereka tahu bahwa Ikhwanul Muslimin berdiri di atas kebatilan dan Anda berkali-kali mengulangi pernyataan tersebut (sebanyak empat kali) sehingga sebagian manusia memahami pernyataan Anda bahwa semua apa yang ada pada Ikhwanul Muslimin batil tidak ada kebenarannya, tetapi diketahui Anda tidak berniat seperti itu dan Anda mengatakan bahwa kami ahlus sunnah selalu adil dalam ucapan dan perbuatan kami?

Jawab

Yang kami yakini bahwa Ikhwanul Muslimin, Jama’ah Tabligh (yaitu Firqah Tabligh) dan Jama’ah Salafiyah Abdur Rahman Abdul Khaliq serta dakwah mana saja yang berupaya mengumpulkan manusia dan meninggalkan yang lainnya atau bergabung kepadanya adalah bid’ah. Karena Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam mengatakan,

“Seorang muslim adalah saudara muslim yang lain janganlah menzalimi, mencla dan menghinakannya, takwa itu berada di sini (sambil menunjuk dadanya), cukup dikatakan jelek seorang muslim dengan menghinakan saudaranya.”

Dan Allah Ta’ala berfirman (yang artinya) (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah bersaudara.” (Al-Hujurat: 10).

Firman Allah (yang artinya), “Dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa dan jangan tolong menolong dalam dosa dan permusuhan.” (Al-Maidah: 2)

(24)

Pertanyaan

Apakah yang disebut dengan jama'ah salafiyah Abdur Rahman Abdul Khaliq. Siapa dia, apa yang ia serukan dan dimanakah sekarang ?

Jawab

Dia sekarang ada di Kuwait dan berasal dari negeri Mesir. Ia pernah tinggal di Madinah sebagai mahasiswa Universitas Madinah, pernah merobek gambar-gambar bernyawa di Madinah kemudian dia pindah ke Kuwait.

Pada awalnya di Kuwait ia berdakwah di atas sunnah kecuali dalam satu masalah yaitu masalah loyalitas (al wala’) dan kebencian (al bara’) terhadap ahli bid’ah (ia kurang baik) akan tetapi pada akhirnya dakwahnya menjadi rancu dan tidak ikhlas, padahal Allah Ta’ala telah berfirman (yang artinya), “Ketahuilah bahwa agama yang murni itu milik Allah.”

Maka hendaknya dia mengikhlaskan agamanya untuk Allah semata dan menyeru kepada Kitabullah (Al Quran, red) dan Sunnah Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam. Sedangkan tulisan-tulisannya di koran dan majalah adalah baik. Kami tidak menutup mata kebaikannya akan tetapi kami menasihati agar ia taubat dan tidak menyeru kepada fanatik golongan dan agar membela setiap muslim.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh yang ma’ruf, mencegah yang munkar.” (At-Taubah: 71).

Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk.” (Al-Maidah: 55)

Saya nasihatkan kepadanya agar kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam, kembali kepada dakwah semula dan tiak memecah belah kaum muslimin, menolong set هap muslim, tidak menuduh bahwa ulama tidak mengetahui waqi’ (realita) dan tidak berharakah serta pernyataan lainnya yang membuat lari manusia dari agama.

Alhamdulillah banyak pemuda Jeddah (Arab Saudi) yang dahulu tertipu oleh Abdur Rahman Abdul Khaliq sekarang sudah banyak yang kembali kepada ajaran Al-Qur'an dan As-Sunnah secara murni.

Insya Allah di Kuwait, Haramain (dua tanah suci, Mekkah dan Medinah, red) dan Nejed banyak pemuda yang akan berpegang teguh dengan Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya, karena mereka berkumpul bersama Syaikh bin Baz dan Syaikh Ibnu ‘Utsaimin yang tidak menyeru kepada fanatik golongan maupun sekedar menghimpun kaum muslimin. Bahkan mereka melarang perpecahan kaum muslimin menjadi banyak jama'ah. Jangan dipahami kami melarang adanya saling menolong di antara kaum muslimin dalam satu pemimpin bahkan kami mewajibkannya dan jangan dipahami kami melarang adanya aturan (organisasi) bahkan organisasi terdapat dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda (yang artinya), “Sungguh badanmu punya hak atas kamu, istrimu punya hak atas kamu, dan dirimu punya hak atas kamu maka berilah masing-masing haknya.”

Kami tidak mengingkari adanya aturan-aturan dalam segala sesuatu tetapi yang kami ingkari, peringatkan dan perangi adalah fanatik golongan yang memecah belah kaum muslimin.” (Ijabatus Sa-il, 410-412)

Pertanyaan

(25)

Jawab

Saudara-saudara kita di Kuwait yang tergabung dalam Yayasan Ihya'ut Turats terdapat saudara-saudara yang baik pemikirannya. Dahulu mereka pernah di Madinah kemudian menetap di Kuwait dan berdakwah di sana. Seiring dengan perjalanan waktu mereka menyimpang dari jalan yang lurus. Mereka menganggap masalah demokrasi dan masalah-masalah lainnya sebagai masalah-masalah yang remeh. Akhirnya, dakwah mereka menjadi dakwah Abdullah As-Sabt, sebuah dakwah yang menghancurkan dan memecah belah ahlus sunnah.

Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam telah menerangkan sifat beliau sendiri dalam kitab “Shahih Bukhari” pada kitab “Al-I’tisham” bahwa beliau memecah belah manusia. Artinya memecah belah antara orang-orang Islam dengan orang-orang kafir. Adapun saudara kita Abdur Rahman Abdul Khaliq memecah belah ahlus sunnah. Seorang ahlus sunnah dari Sudan datang kepada saya dan mengatakan bahwa di Sudan ahlus sunnah telah pecah disebabkan oleh Abdur Rahman Abdul Khaliq.

Juga telah terjadi perpecahan ahlus sunnah di Yaman, Mesir dan Yordania (dan Indonesia dengan sebab Abu Nida cs, red). Dia memecah belah bukan melalui pemikirannya tetapi melalui dinarnya. Adapun pemikirannya bukan diambil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah, tetapi dinar sebagaimana kata penyair:

Berapa banyak kelebihan rizki

Dapat melunakkan dan menunggangi leher-leher lelaki kuat.

Adapun di Yaman saya memperkirakan anggotanya meninggalkan Abdur Rahman Abdul Khaliq tetapi berpindah ke Sururiyyun. Saya ingin bertanya kepada mereka, “Wahai salafi Yaman kalian bersama orang-orang Kuwait selama empat tahun apakah mereka di dalam kesesatan atau apa? Apa motivasi kalian meninggalkan mereka kemudian berpindah ke Sururiyyun, apakah Sururiyyun lebih banyak hartanya ? Atau kalian tidak sadar terhadap perbuatan kalian sendiri ? Apakah kalian tidak bisa berdikari ? Dakwah bagi kami lebih mahal daripada dirham dan dinar.

Saya nasihatkan kalian jangan suka mencoba-coba, terkadang bersama Ihya'ut Turats dan terkadang pindah ke Sururiyyun. Berdirilah di atas kaki sendiri dan beramallah dengan mengharap wajah Allah semata, Allah tidak akan menyia-nyiakan amalanmu.

Pertanyaan

Di tempat kami ada Yayasan Ihya'ut Turats milik Abdur Rahman Abdul Khaliq, apa nasihat Anda bagi para pemuda yang menjadi anggota Yayasan ?

Jawab

Ini yayasan perpecahan. Ada sebagian dari mereka berkunjung ke Yaman dan berkata, “Kami tidak bisa memberi bantuan kepada Anda kecuali pesantren Anda mempunyai izin resmi dari pemerintah.”

Saya katakan kepadanya, “Kami tidak membutuhkan bantuanmu, kecuali tanpa syarat dan ikatan apa-apa.” Lalu mereka pergi mencari orang-orang yang lemah kepribadiannya untuk dijadikan pegawai dengan gaji dinar Kuwait hingga menjadikan pegawai-pegawai itu tidak membutuhkan ulama. Di antara mereka ketika singgah di Shan’a (Yaman) pernah berkata, “Dakwah kita berjalan setelah kita meninggalkan ulama.” Betapa jelek ucapan ini padahal Allah telah berfirman (yang artinya), “Tanyakanlah kepada ulama jika kamu tidak mengetahui.” (An-Nahl: 43).

Allah Ta'ala telah berfirman (yang artinya), “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahami kecuali orang-orang yang berilmu.” (Al-Ankabut: 43).

(26)

yang telah diberikan kepada Qarun. Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.” Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu, “Kecelakaan besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar.” (Al-Qash-shash: 79-80).

Maka ahli ilmu adalah orang-orang yang lebih mengetahui dan mendudukkan sesuatu pada tempatnya. Bagi yang ragu terhadap ucapanku pergilah kepada Abdul Majid Ar-Rimi dan katakan kepadanya, “Aku bertanya kepadamu dengan nama Allah apakah pernah ada orang Kuwait yang duduk bersamamu mengatakan, “Dakwah kami berjalan setelah kita meninggalkan ulama”.

Jadi dakwah Ihya”ut Turats memecah belah umat. Dalam “Shahih Bukhari” disebutkan bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda (yang artinya), “Muhammad pemisah manusia,” atau dalam riwayat lain berbunyi, “Muhammad memisahkan manusia.” Artinya Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam memisahkan antara istri dengan suami, karena kadang istri menjadi muslimah si suami kafir, atau sebaliknya. Atau memisahkan anak dengan orang tua yakni kadang anaknya muslim sedangkan orang tuanya kafir, atau sebaliknya.

Sedangkan Ihya'ut Turats memisahkan ahlus sunnah di banyak negeri seperti Mesir, Yaman, Kuwait, Emirat Arab, Haramain dan negeri lainnya (termasuk di Indonesia, red).

Saya nasihatkan kepada semua saudaraku janganlah menjual agama dengan pembangunan masjid, jika ada orang berkata, “Aku akan memberi dana bantuan padamu untuk membuat masjid,” Katakan padanya, “Kamu memberi dana bantuan pembangunan masjid lillah, tanpa syarat maupun ikatan apa-apa.” Membangun masjid harus lillahi Ta’ala. Adapun jika memberikan syarat misalnya dengan mengatakan, “Aku bangunkan masjid atau madrasah untukmu tetapi kamu harus menjadi anggotaku,” maka jangan ikuti!.

Buku Abdur Rahman Abdul Khaliq banyak mengandung kerancuan, maka saya nasihatkan kepada semua kaum muslimin untuk membaca buku saudara kita Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali (Ulama dari Saudi) yang membantah semua pemikiran Abdur Rahman Abdul Khaliq. Agar tidak disangka dia telah bertaubat melalui Syaikh bin Baz. Ya, ia telah taubat dalam satu masalah, tetapi dalam masalah-masalah yang lain ia belum menunjukkan taubatnya.

Apakah telah ia taubat dari memecah belah ahlus sunnah, dan fanatik golongan? Apakah ia telah kembali kepada jalan yang baik sewaktu dia masih kuliah di Universitas Madinah?

Maka mereka - baik Jama'ah Abdur Rahman Abdul Khaliq, Ikhwanul Muslimin ataupun Sururiyyun- adalah seperti orang-orang yang buta sebelah matanya, seperti yang dikatakan penyair,

Orang buta menuntun orang yang melihat “adalah sangat baik”,

Sungguh menyesatkan orang buta yang kamu minta petunjuknya.

Saya nasihatkan kepada saudara-saudara di Inggris, Allah tidak menyia-nyiakanmu dan bagi yang memiliki ilmu hendaknya mengajarkan kepada yang tidak mengetahui, dekatilah mereka, sering-seringlah berkomunikasi denga para ulama. Mempelajari ilmu itu lebih bermanfaat bagimu. Jika ada seorang yang telah mengambil faidah ilmu di sisi ulama dan tinggal selama empat bulan di sisimu, maka itu lebih bermanfaat bagimu dan negerimu.

(Dinukil dari Tanya Jawab Ikhwan Inggris dengan Syaikh Muqbil, hal. 151-153)

---Judul: Tanya Jawab dengan Syaikh Muqbil tentang Kesesatan Abdur Rahman Abdul Khaliq, Yayasan Ihya’ut Turats dan Majalah Al-Furqan, Penerbit : Maktabah Sahab, 2003. Dikumpulkan oleh : Abu Juwairiyah rahimahullah, direkam pada tanggal 22 Syawal 1416 H

bertepatan dengan 23 Maret 1995.

Penerjemah: Ahmad Hamdani bin Muslim. Dinukil dari Buku “Hasan Al Banna seorang Teroris “? oleh Ayyid Asy Syamari hal 71 - 117.

Gambar

Gambar 1. Screen shot dari situs www.alturath.org
Gambar 1a. Masjid Al Sofwa, di Lenteng Agung
Gambar 2. PP Ibnu Taimiyyah didanai Ihya Turats Al Islami
Gambar 4.  Tamu lembaga Islamic Center Bin Baz, yang berada di bawah Yayasan MajelisTurats Al Islami, Yogyakarta, pimpinan Abu Nida Chomsaha Sofwan, Lc.
+6

Referensi

Dokumen terkait