BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Otonomi Daerah saat ini menjadi sebuah doktrin dalam penyelenggaraan pemerintah di daerah untuk dapat mengatur beberapa aspek kehidupan di daerahnya : ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial, serta budaya secara mandiri. Pelimpahan ini di era reformasi menjadi sebuah kabar baik dalam rangka komitmen pemberdayaan daerah untuk dapat berkembang secara merata dan meraih tujuan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Pelaksanaan otonomi daerah diharapkan mampu untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan kemandirian serta stabilitas sosial daerah untuk dapat mencapai cita-cita kemakmuran.Pencapaian cita-cita kemakmuran tersebut dilakukan daerah untuk berlomba-lomba meningkatkan pendapatan daerah melaui cara-cara yang kreatif dan inovatif dan tentunya tanpa melanggar ketentuan hukum yang berlaku.
Adapun upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan daerah tersebut diantaranya dalam bentuk peningkatan Pendapatan Asli Dareah (PAD) melalaui beberapa instrumen seperti peningkatan pajak daerah, retribusi, serta sumber-sumber pendapatan potensial yang secara faktual dapat memberikan pemasukan bagi daerah yang implementasinya diwadahi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
atau yang lebih dikenal dengan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).Keberadaan BUMD pada umumnya dilandasi oleh keinginan campur tangan Pemerintah Daerah dalam kehidupan ekonomi di daerah. Sehingga dengan ikut campurnya Pemerintah Daerah tersebut memudahkan memasukkan misi-misi ekonomis yang tidak lain adalah kebijakan Pemerintah Daerah dalam rangka pengembangan ekonomi di daerah, oleh karena itu misi yang diemban BUMD pada dasarnya adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan Pemerintah Daerah yang dalam hal ini adalah tugas-tugas untuk meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan perekonomian daerah.1
Pengaturan tentang Perusahaan Daerah (PD/BUMD) diatur oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, namun kemudian Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 dicabut dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1969 tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berbagai Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (khususnya dalam Lampiran III dimana tercantum ketentuan ketidakberlakuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962) yang sampai saat ini belum ada penggantinya.
Namun dalam ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1969 dijelaskan bahwa pernyataan tidak berlakunya Undang-Undang yang tercantum dalam lampiran III tersebut, Undang-Undang tersebut ditetapkan pada saat Undang-Undang yang menggantikannya mulai berlaku. Berdasarkan logika ketentuan pada Pasal 2 tersebut maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun1962 masih berlaku dan masih dijadikan acuan hukum dalam mengatur Perusahaan
1
Daerah/BUMD, karena hingga saat ini belum ada Undang-Undang yang mengatur tentang Perusahaan Daerah/BUMD untuk menggantikan kedudukan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tersebut.
Secara umum istilah BUMD baru dikenal pada tahun 1999 dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian dirubah menjadi Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dimana pada pasal 177 disebutkan:”Pemerintah Daerah dapat memiliki BUMD yang pembentukan, penggabungan, pelepasan kepemilikan, danatau pembubarannya ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang berpedoman pada peraturan Perundang-undangan”.2
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau Perusahaan Daerah (PD) dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 adalah: ”semua perusahaan yang didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 yang modalnya untuk seluruhnya atau untuk sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain dengan berdasarkan Undang-Undang”.3
Mengingat bahwa pembinaan Pemerintahan Daerah berada di bawah tanggung jawab Menteri Dalam Negeri, maka peraturan pelaksana Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah diterbitkanlah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BUMD. Bentuk hukum badan hukum BUMD menurut Permendagri ini dapat berupa Perusahaan Daerah atau PD dan Perseroan Terbatas atau PT.4
2Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 3
Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1962 tentang Pemerintahan Daerah. 4
Kepemilikan suatu usaha atau badan usaha dapat dilihat dari struktur modal perusahaan atau badan usaha itu sendiri. Menurut ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, modal Perusahaan Daerah terdiri untuk seluruhnya atau untuk sebagian dari kekayaan daerah yang dipisahkan. Kemudian pada ayat (2) Undang-Undang tersebut ditegaskan jika modal Perusahaan Daerah seluruhnya berasal dari kekayaan yang dipisahkan dari satu daerah maka modal tidak perlu terdiridari saham-saham, namun jika modal tersebut berasal dari kekayaan lebih dari satu daerah maka modal Perusahaan Daerah harus terdiri dari saham-saham.
Selain itu saham BUMD yang berbentuk Perusahaan Daerah tersebut dimungkinkan juga untuk dimiliki pihak lain diluar Pemda, ini dipertegas didalam Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, Warga Negara Indonesia dan atau Badan Hukum yang didirikan berdasarkan Undang-Undang Indonesia dan yang peserta atau pemegang sahamnya terdiri dari Warga Negara Indonesia.
Seperti diketahui bahwa BUMD dalam sistem pengelolaannya masih mengandalkan subsidi yang dialokasikan dalam APBD, padahal tujuan utama dari dibentuknya BUMD adalah untuk mendapatkan keuntungan bagi daerah, namun
pada kenyataannya banyak BUMD yang mengalami
terbebani untuk menganggarkan subsidi demi mempertahankan kelangsungan BUMD.5
Keberadaan BUMD dalam prakteknya tidak memberikan pemasukan bagi pendapatan daerah yang cukup signifikan, bahkan cenderung menguras keuangan daerah yang terdapat dalam APBD, disamping itu juga BUMD sering merugi karena besarnya modal yang dimasukkan Pemerintah Daerah tidak memberikan keuntungan yang sebanding dari apa yang telah dihasilkannya. Disamping itu yang cukup serius adalah keberadaan BUMD sering dijadikan instrumen untuk melakukan praktek-praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme oleh oknum-oknum pengurus BUMD, pejabat, birokrat, elite politik, serta pengusaha yang ada di daerah. Kondisi tersebut tentunya menimbulkan kerugian dari APBD sebagai sebuah entitas bisnis yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang tujuannya adalah untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan daerah yang saat ini sangat dibutuhkan, salah satu opsi (pilihan) yang saat ini sangat ramai dibahas di masyarakat adalah opsi untuk melakukan privatisasi sebagaimana juga sudah diterapkan dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN). 6
Dalam istilah privatisasi menyimpan beberapa pengertian, pertama adalah kehendak pemerintah untuk mengurangi campur tangan dalam kehidupan ekonomi dan memberikan kesempatan lebih banyak kepada peranan swasta.Kedua, penjualan sebagian atau semua saham pemerintahdi BUMN/BUMD kepada sektor swasta. Ketiga, perubahan gaya manajemen
5Wuri Andriyani, Jurnal Hukum Yuridika, Vol. 15, No.4, Fakultas Hukum Universitas Airlangga,
Surabaya, 2000, hal. 301. 6
BUMN/BUMD dari modal ambternaar menjadi lebih business-likeseperti halnya
perusahaan swasta yang benar-benar profesional.7
Selain itu desakan untuk melaksanakan privatisasi didasari pada tujuan
mulia untuk mencegah atau setidaknya mengurangi korupsi oleh aparat/pengelola
BUMD yang sering didominasi oleh tujuan hanya ingin melayani pemerintah dan
tidak terlalu peduli dengan kinerja perusahaan.Kondisi ini terkait dengan fakta
bahwa BUMD memiliki kelemahan inheren, yaitu dalam hubungan antara
principal (pemilik/pemerintah) dengan pengelola/manajemen BUMD, dimana
pihak principalsering sekali tidak mempunyai visi dan misi.
Pasal 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2005 Tentang Tata
Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero) menyebutkan:”Privatisasi adalah
penjualan saham Persero, baik sebagian maupun seluruhnya kepada pihak lain
dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat
bagi Negara dan Masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh
masyarakat”.
Ide awal privatisasi di Indonesia berasal dari International Monetery Fund
(IMF) dan Bank Dunia (World Bank) untuk memulihkan perekonomian
Indonesia.Privatisasi disyaratkan oleh IMF dan World Bank karena memberikan
peluang pada pemodal asing untuk masuk menanamkan investasinya, sehingga
diharapkan bisa memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Partisipasi pihak swasta/asing dianggap perlu sebagai penetrasi pasar dan
mengubah kultur korup dikalangan pengelola BUMN/BUMD. IMF berkeyakinan
7
bahwa privatisasi akan berhasil memulihkan perekonomian Indonesia jika
dilakukan dengan bersih dan benar serta dilengkapi dengan aturan yang
mendukung untuk melindungi kepentingan masyarakat.8
Upaya revitalisasi di Indonesia banyak didesak oleh beberapa
kalangankarena beberapa hal. Pertama, menurunnya harga minyak dan gas bumi
serta menipisnya cadangan minyak, mengurangi economic rent yang selama ini
dinikmati pemerintah. Padahal pemerintah menanggung biaya yang membengkak
dalam perekonomian. Beban itu harus diringankan dengan cara pemerintah
melepaskan kendali perekonomian kepada sektor swasta. Alasan kedua,
perubahan ekonomi kearah globalisasi akan menyebabkan peningkatan kompetisi.
Kompetisi menuntut adanya unit ekonomi yang bergerak secara fleksibel, tanggap
secara cepat terhadap perubahan.Alasan ketiga, defisit anggaran dan utang
pemerintah yang besar mengakibatkan diperlukannya perubahan mendasar dalam
pengeluaran pemerintah. Berbagai subsidi, baik eksplisit maupun implisit harus
diturunkan untuk mengurangi beban anggaran. Alasan keempat, adalah intervensi
pemerintah seringkali mendistorsi cara kerja pasar yang sesungguhnya bisa
berlangsung efisien.9
Di Indonesia pelaksanaan privatisasi sudah dilaksanakan terhadap
beberapa BUMN maupun BUMD, pada BUMN sudah dilakukan proses
privatisasi pada P.T. Indosat. Tbk (bergerak dalam bidang telekomunikasi) yang
dibeli oleh Singapore Technologies Telemedia (STT), dan P.T. Semen Padang
(bergerak dalam produksi semen) yang dibeli oleh Cemex SA de CV
8Sri Mulyani Indrawati, Op.Cit Hal. 301 9
Mexico.Sementara Privatisasi pada BUMD terjadi pada Perusahaan Air Minum
Jakarta/PAM Jaya (bergerak dalam bidang pengelolaan air minum) yang dibeli
oleh Thamez dan Suez.
Berbagai pertanyaan telah diluncurkan terutama terkait dengan hasil
privatisasi.Pertanyaan ini dianggap sebagai pertanyaan fundamental dari
kebijakan privatisasi.Namun demikian, kebijakan privatisasi ini sebenarnya tidak
bisa dipisahkan dari kebijakan pengelolaan perusahaan publik (Badan Usaha
Milik Negara-BUMN/Badan Usaha Milik Daerah-BUMD).Sebagai contoh di
berbagai Negara, perusahaan Negara melakukan ekspansi besar-besaran setelah
Perang Dunia II berakhir sampai dengan awal tahun 1970-an. Setelah itu, sampai
awal tahun 1990-an, manajemen perusahaan Negara lebih memilih untuk
menstabilkan kondisi yang telah ada.Namun demikian, sejarah ekonomi tetap
mencatat adanya kemandegan peran antara tahun1945 ke tahun 1950, yang sering
disebut sebagai masa yang hilang.10
Privatisasi telah menjadi uji kebijakan publik”siapa yang menang”,”siapa
yang kalah”, dan “berapa banyak”.Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan
seperti pemerintah, pembeli perorangan, pekerja perusahaan tersebut, konsumen
dan pesaing perlu diuji posisi mereka sebelum dan setelah privatisasi.Untuk
menjawab pertanyaan tersebut tidaklah sederhana. Ada empat kelompok
pertanyaan yang perlu dikaji:11
1. Apa dampak privatisasi? Perbandingan kondisi sebelumnya dan sesudah
pelaksanaan, faktor dominan penyebab perubahan, selanjutnya identifikasi
10
Bastian Indra, Privatisasi di Indonesia, Jakarta, Salemba Empat, 202, hal .2 11
permasalahan merupakan langkah yang perlu dilakukan sebelum menjawab
pertanyaan ini.
2. Tingkat dampak privatisasi ? Dampak pelaksanaan privatisasi ternyata tidak
hanya menyangkut aspek ekonomi namun juga aspek industri, sosial, budaya,
dan politik. Besarnya dampak privatisasi perlu dkaji apakah privatisasi akan
menguntungkan dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang
bagi manajemen, pemerintah, masyarakat, dan lainnya. Apabila jawaban tidak,
maka perlu disaring lagi dengan diikuti pertanyaan apakah perubahan dunia
industri dan teknologi masih dapat diikuti atau tidak.
3. Kapan target privatisasi dapat dicapai? Konsekuensi biaya dan hasil privatisasi
harus diperhitungkan secara cermat. Perencanaan investasi ini dan
pelaksanaan privatisasi harus dijadwalkan dengan rancangan tingkat hasil
optimal. Kapan suatu target privatisasi dalam aspek tertentu dapat dievaluasi
dan dimonitor? Pertanyaan lebih ditujukan pada detail riil, seperti tingkat
penjualan saham, keuntungan, dan laju pertumbuhan pelayanan perusahaan.
Beberapa tuntutan masyarakat bahkan menanyakan tentang arus kas pasca
privatisasi. Ini berarti ketepatan proyeksi hasil dan dampak perlu dilakukan
secara cermat.
4. Apakah transaksi privatisasi cenderung ”win-win”? Kondisi ini perlu
dievaluasi sebelum dan sesudah privatisasi. Pelaporan ke publikakan lebih
menekankan hal ini. Persepsi masyarakat nasional dan internasional
sebenarnya akan amat dipengaruhi oleh keberhasilan pembeli maupun penjual
menjawab pertanyaan iniakan mempengaruhi proses privatisasi akan memiliki
masa depan.
Pemerintah yang melakukan privatisasi perusahaan publik dapat
dipastikan memiliki motif tertentu.Motivasi penjualan perusahaan Negara atau
perusahaan Negara yang dikontrakkan dengan pihak swasta adalah peningkatan
efisiensi publik, selayaknya kinerja efisiensi sektor swasta.Selain itu, harapan
kemungkinan laba, insentif yang lebih tinggi, efisiensi dan berorientasi kepada
konsumen merupakan berbagai motivasi tambahan bagi perusahaan yang
diprivatisasi. Keuntungan efisiensi akan menurunkan tingkat tarif yang perlu
dibayar oleh pembayar pajak, untuk menjaga kelangsungan pelayanan perusahaan
bentukan milik Negara.
Menurut Pasal 5 PP No. 33 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Privatisasi
Perusahaan Perseroan (Persero), privatisasi dilakukan dengan cara :
1. Penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal
2. Penjualan saham secara langsung kepada investor
3. Penjualan saham kepada manajemen danatau karyawan Persero yang
bersangkutan.12
Initial Public Offering (IPO) merupakan penjualan saham perusahaan
melalui pasar modal. BUMN yang dijual dengan cara ini antara lain: PT. Telkom
(1995), PT. Timah (1995), PT. Aneka Tambang (1997), PT. Bank Mandiri (2003),
dan PT. GDN (2003). Penjualan saham BUMN melalui IPO dinilai memiliki
12
beberapa kelebihan.Diantaranya, terjadi transparansi dalam transaksi serta
cenderung lebih mampu menghindari konsentrasi kepemilikan saham pada
investor tertentu.13
Metode IPO dapat menghasilkan dana segar dalam jumlah yang besar bagi
pemerintah, tanpa harus kehilangan kendali atas BUMN tersebut. Investor publik
pada umumnya memiliki saham untuk tujuan inventasi, dengan persentase
kepemilikan yang relatif kecil, pada umumnya mereka tidak bermaksud ikut serta
dalam kegiatan operasional perusahaan. Dengan demikian IPO cocok dipilih
apabila nilai jumlah saham yang akan dipartisipasikan cukup besar. BUMN
memiliki kondisi keuangan yang baik, tersedia cukup waktu melaksanakan IPO,
serta cukup tersedia likuiditas dana dipasar modal.14
Demikian pula bila dilihat dari keberadaan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) sebagai Perusahaan Daerah, maka privatisasi BUMD melalui
mekanisme IPO perlu dikaji secara mendalam apakah layak atau cocok sebagai
pilihan kinerja yang bagus, baik dari segi kondisi keuangan, manajemen serta
kesediaan likuiditas dana di pasar modal.
B. Perumusan Masalah
Dari uraian yang telah disampaikan dalam latar belakang diatas, maka
perumusan masalah yang mendasari skripsi ini adalah :
13
Ibid 14
1. Bagaimana kedudukan BUMD sebagai suatu badan usaha?
2. Bagaiman pengaturan privatisasi dalam hukum positif di Indonesia?
3. Bagaimana privatisasi BUMD melalui mekanisme Initial Public Offering
(IPO)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setiap pekerjaan atau kegiatan memiliki tujuan yang hendak dicapai agar
kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan maksimal.
Tujuan dari pembuatan skipsi ini adalah :
1. Memenuhi salah satu syarat guna meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara serta memenuhi Tridharma Perguruan
Tinggi No.22 Tahun 1961 sebagai sumbangsih almamater dan umumnya
untuk ilmu pengetahuan, secara khusus dalam bidang Hukum Ekonomi.
2. Membuka wahana berpikir penulis maupun mereka yang berkepentingan
dalam hal mengetahui proses privatisasi BUMD melalui mekanisme IPO
(Initial Public Offering).
Sedangkan yang menjadi manfaat dari penulisan skripsi ini adalah untuk
melengkapi bahan bacaan baik bagi mahasiswa maupun mereka yang
berkepentingan melihat tinjauan yuridis terhadap privatisasi BUMD melalui
D. Keaslian Penulisan
Dengan melihat skripsi ini, maka akan diperoleh suatu gambaran
mengenai pasar modal khususnya mengenai privatisasi BUMD melalui
mekanisme IPO (Initial Public Offering). Sepanjang yang diketahui, khususnya
setelah mengadakan intervensi judul skripsi ini di perpustakaan Fakultas Hukum
USU maka skripsi ini yang berjudul “Tinjauan Yuridis Terhadap Privatisasi
BUMD melalui mekanisme IPO (Initial Public Offering)” belum pernah diangkat
sebelumnya.Penyusunan skripsi ini berdasarkan referensi buku-buku hasil pikiran,
bacaan-bacaan dari media internet, dan juga bantuan dari berbagai pihak.Semua
ini merupakan implikasi pengetahuan dalam bentuk tulisan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.Dengan demikian skripsi ini masih asli.
E. Tinjauan Kepustakaan
Menurut Paul Starr, Privatisasi adalah sebuah konsep yang paling
membingungkan sehingga tak heran jika menimbulkan reaksi politik.
Kebingungan terjadi karena istilah privat dan public adalah dua hal yang tak
terpisah untuk menjelaskan sejumlah hubungan yang saling bertentangan dalam
pemikiran kita.Starr mencontohkan, dua gagasan tentang perubahan konsep public
menjadi riwayat sebagai perubahan dari hal yang bersifat terbuka menjadi
tertutup, dan perubahan dari konsep public menjadi privat yang diartikan sebagai
perubahan dari keseluruhan menjadi bagian.15
15
J.A Kay dan D.J Thompson mengartikan privatisasi sebagai cara untuk
mengubah lingkungan antara pemerintah dan sektor swasta. Dubleavy
menyatakan bahwa privatisasi merupakan pemindahan permanen aktivitas
produksi barang dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan Negara ke perusahaan
swasta atau dalam bentuk organisasi non-publik, seperti lembaga swadaya
masyarakat. Menurut Besley dan Littlechid, meskipun kata “privatisasi” secara
umum dapat diartikan sebagai “pembentukan perusahaan”, namun dalam
Company Act, privatisasi didefinisikan sebagai penjualan berkelanjutan yang
sekurang-kurangnya sebesar 50% dari saham yang dimiliki pemerintah ke
pemegang saham swasta. Pengertian diatas juga sejalan dengan Peraturan
Pemerintah No.33 Tahun 2005 Tentang Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan
(Persero) yang menyebutkan “Privatisasi adalah penjualan saham Persero, baik
sebagian maupun seluruhnya kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan
kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi Negara dan masyarakat,
serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat”.16
F. Metode Penulisan
Bobot keilmuan yang terdapat dalam karya tulis termasuk skripsi ini
dipengaruhi oleh kekuatan data yang diperoleh untuk mendapatkan hasil yang
optimal dalam melengkapi bahan-bahan bagi penulisan skripsi ini, maka diadakan
penelitian dalam rangka pengumpulan data. Adapun yang digunakan oleh penulis
dapat diuraikan sebagai berikut :
16
1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang dilakukan telah disesuaikan dengan masalah yang
diangkat didalam skripsi ini, sehingga penelitian yang dilakukan adalah
“penelitian hukum normatif” yaitu penelitian tinjauan hukum terhadap
privatisasi BUMD melalui mekanismeInitial Public Offering (IPO).
2. Jenis Data
Data yang digunakan sebagai bahan analisis penelitian skripsi ini adalah “data
sekunder”. Data skunder, dalam hal ini dapat dibagi dalam 2 (dua) bagian
yaitu :
a. Badan Hukum Primer, yaitu segala bentuk peraturan produk
perundang-undangan yang terkait dengan permasalahan yang dibahas.
b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu buku-buku hasil penelitian dan atau karya
ilmiah serta bahan-bahan dari internet yang relevan terhadap permasalahan
yang diteliti.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan didalam penelitian ini adalah
dengan cara “penelitian keperpustakaan” (library research) yaitu penelitian
yang dilakukan dengan cara mengumpulkan literatur dengan sumber data
berupa bahan hukum primer dan ataupun bahan hukum sekunder yang ada
hubungannya dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini.
4. Analisa Data
Didalam penelitian skripsi ini yang termasuk kedalam tipe penelitian hukum
melakukan analisa data terhadap permasalahan yang dihadapi. Hal ini
dilakukan dengan menganalisa bahan-bahan yang diperoleh dari peraturan
produk perundang-undangan, buku dan karya ilmiah serta bahan dari internet
yang berkaitan erat dengan proses privatisasi BUMD melalui mekanisme IPO
yang kemudian dianalisa secara induktif-kualitatif.
G. Sistematika Penulisan
Untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka perubahannya
diuraikan secara sistematis dan diperlukan satu sistematika penulisan yang teratur.
Dimana penulisan membagi menjadi bab per bab dan masing-masing bab ini
saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Adapun sistematika penulisan
skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I : Bab ini merupakan bab pendahuluan, dimana pada bab ini dipaparkan
hal-hal yang umum sebagai langka awal dari penulisan skripsi ini.Bab
ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penulisan, keaslian penulisan, metode penulisan, serta sistematika
penulisan.
BAB II : Pada bab ini dipaparkan bagaimana kedudukan BUMD sebagi suatu
badan usaha. Bab ini berisikan pengaturan BUMD Di Indonesia, tujuan
pembentukan BUMD kepemilian BUMD, tata kelola BUMD dan organ
BAB III :Pada bab ini dipaparkan bagaimana privatisasi BUMD. Bab ini berisikan
pengaturan privatisasi dalam hukum positif di Indonesia, dan privatisasi
melalui mekanisme IPO serta kondisi emiten setelah penawaran umum.
BAB IV : Pada bab ini dipaparkan bagaimana transparansi dalam privatisasi
BUMD. Bab ini berisikan arti penting transparansi dan keterbukaan
informasi.