• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Analisis Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Emiten LQ-45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Analisis Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Emiten LQ-45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas saat ini, kemajuan teknologi telah berpengaruh besar terhadap cara perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya agar senantiasa semakin efisien dan efektif. Perusahaan dituntut untuk selalu selangkah lebih maju dari para pesaingnya agar dapat mencapai tujuan perusahaan, yaitu menghasilkan laba sebesar-besarnya demi mempertahankan kelangsungan hidupnya seraya memperbesar skala usahanya.

(2)

terjadi selama perusahaan masih berjalan sehingga perusahaaan wajib bersaing pula dalam mengelola modal kerjanya.

Keown (2010: 646) mengemukakan bahwa modal kerja adalah “the firm’s total investment in current assets or assets that it expects to be converted into cash

within a year or less”. Sedangkan menurut Riyanto (2008: 57) mengemukakan

bahwa modal kerja adalah nilai aktiva atau harta yang dapat segera dijadikan uang kas dan digunakan perusahaan untuk keperluan sehari-hari, misalnya untuk membayar gaji pegawai, membeli bahan baku barang, membayar ongkos angkutan, membayar utang, dan sebagainya.

Jumlah modal kerja yang baik bagi suatu perusahaan adalah modal kerja yang cukup. Salah satu penyebab kerugian dan keberhasilan suatu perusahaan adalah bagaimana perusahaan mengelola modal kerjanya. Kekurangtepatan dalam pengelolaan akan menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan yang mungkin timbul karena adanya krisis atau kekacauan keuangan.

(3)

karena manajemen modal kerja berhubungan langsung serta berpengaruh terhadap profitabilitas dan likuiditas perusahaan.

Menurut Mohamad dan Noriza (2010), tujuan dari manajemen modal kerja adalah untuk memastikan perusahaan dapat membiayai kegiatan operasionalnya dan selalu mampu untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Kekeliruan dalam manajemen modal kerja akan membawa perusahaan menuju krisis likuiditas dengan mengurangi profitabilitas dan likuiditas perusahaan, jadi efektivitas dalam manajemen modal kerja sangat penting demi kelancaran usaha dan juga profitabilitasnya (Siddique & Khan, 2009).

Modal kerja harus senantiasa dikelola agar tidak terlalu kecil maupun terlalu besar jumlahnya. Jika jumlahnya terlalu kecil, perusahaan akan menghadapi kondisi illikuid, yaitu kondisi dimana perusahaan kesulitan untuk memenuhi kewajiban lancarnya yang disebabkan oleh tidak tersedianya dana yang cukup untuk melunasi utang jangka pendek perusahaan yang telah jatuh tempo. Sementara itu, jika jumlah modal kerja terlalu besar, maka hal terebut bisa berarti adanya dana yang menganggur. Dana yang menganggur berarti mengurangi laba perusahaaan karena dana tersebut seharusnya dapat digunakan dalam berbagai macam kepentingan pengembangan usaha maupun untuk membiayai investasi jangka pendek perusahaan.

(4)

Munawir (2004:240), rasio ini menunjukkan berapa kali dana yang tertanam dalam modal kerja berputar dalam satu periode; atau jumlah penjualan yang bisa dicapai oleh setiap rupiah modal kerja, dan jumlah penjualan tersebut otomatis berpengaruh terhadap profitabilitas. Semakin besar rasio working capital turnover, maka semakin cepat perputaran modal kerja yang berarti semakin efektif pula pengelolaan sebuah perusahaan terhadap modal kerjanya yang akan berdampak pada peningkatan profitabilitas perusahaan.

Modal kerja dapat diukur dengan meninjau elemen-elemen modal kerja, yaitu kas, piutang usaha, dan persediaan. Kas merupakan unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Semakin besar jumlah kas perusahaan, maka tingkat likuiditas perusahaan juga semakin tinggi dan risiko perusahaan gagal memenuhi kewajiban lancarnya juga semakin kecil. Hanya saja, seperti yang dibahas sebelumnya, jumlah kas harus tetap dikelola seefektif mungkin agar jumlahnya tidak terlalu besar untuk mencegah timbulnya dana yang menganggur sehingga berujung pada berkurangnya profitabilitas perusahaan. Keseimbangan kas masuk dan keluar diharapkan dapat terjadi dengan adanya pengaturan yang baik sehingga pengeluaran-pengeluaran kas untuk pembayaran utang maupun kewajiban-kewajiban lain dapat ditutup dari pengumpulan piutangnya.

(5)

yang setelah jatuh tempo baru akan diterima sebagai kas. Oleh karena itu, piutang usaha merupakan salah satu unsur modal kerja yang terus berputar. Piutang usaha juga memerlukan perhatian yang serius dalam pengelolaannya karena piutang meskipun besar jumlahnya apabila belum tertagih akan berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Sementara piutang usaha yang tidak tertagih akan mengurangi profitabilitas perusahaan.

Persediaan adalah salah satu unsur modal kerja yang juga selalu berputar. Masalah penentuan jenis dan besarnya jumlah persediaan barang penting untuk dikelola secara efektif karena berpengaruh langsung terhadap tingkat profitabilitas perusahaan. Penentuan persediaan barang ini diharapkan agar barang yang tersedia di gudang tidak kurang dan tidak berlebihan. Persediaan barang dalam jumlah yang tidak mencukupi berarti ada sebagian permintaan dari langganan yang tidak dapat dipenuhi oleh perusahaan dan berujung pada penurunan penjualan. Sebaliknya bila persediaan barang terlalu banyak, selain perusahaan harus menanggung biaya penyimpanan dan pemeliharaannya, modal untuk produksi barang tersebut berhenti berputar karena tidak terjadi penjualan. Oleh karena itu, perusahaan harus mengelola persediaannya agar selalu berada pada tingkat kecukupan, sehingga tingkat profitabilitas yang diharapkan dapat tercapai.

(6)

(piutang usaha, persediaan, dan utang usaha) dari cash conversion cycle (CCC) memiliki cara tersendiri untuk dikelola agar dapat memaksimalkan profitabilitas perusahaan. Untuk membuat CCC lebih efektif, maka piutang usaha, persediaan, dan utang usaha senantiasa harus berada pada titik keseimbangannnya agar berpengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan.

Cash conversion cycle (CCC) dapat menunjukkan kepada perusahaan berapa

lama jangka waktu yang dibutuhkannya untuk mengubah/ mengembalikan kas keluar yang digunakan untuk kegiatan operasional menjadi kas masuk. Menurut Keown (2010), Cash Conversion Cycle adalah “the sum of days of sales outstanding and days

of sales in inventory less days of payables outstanding”. Cash Conversion Cycle

merupakan alat yang penting dalam menaksir seberapa baik kinerja perusahaan dalam mengelola modal kerjanya.

Rehman dan Nasr (2007) meneliti hubungan antara cash conversion cycle (CCC), average payment period (APP), average collection period (ACP), dan inventory turnover in days (ITD) terhadap profitabilitas dan likuiditas perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Karachi Stock Exchange. Mereka menyimpulkan bahwa cash conversion cycle, average payment period, average collection period, dan

inventory turnover in days secara signifikan berkorelasi negatif terhadap profitabilitas

(7)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Samiloglu dan Demirgunes (2008) terhadap perusahaan manufaktur Turki yang terdaftar di Istanbul Stock Exchange, terdapat pula hubungan yang signifikan antara manajemen modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan. Account Receivable Period, Account Payable Period, dan

Leverage yang digunakan sebagai komponen manajemen modal kerja berkorelasi

negatif terhadap profitabilitas perusahaan-perusahaan yang diteliti. Penelitian mereka juga mengungkapkan bahwa profitabilitas dapat ditingkatkan dengan memperpendek periode piutang usaha dan utang usaha.

Usama (2012) dalam penelitiannya terhadap perusahaan sektor konsumsi yang terdaftar di Karachi Stock Exchange menyimpulkan bahwa manajemen modal kerja (inventory turnover in days, average collection period, dan cash conversion cycle) berkorelasi negatif terhadap profitabilitas (net operating profitability) perusahaan. Average collection period juga berkorelasi negatif terhadap likuiditas perusahaan.

Sedangkan average payment period dan cash conversion cycle berkorelasi positif terhadap likuiditas perusahaan.

(8)

Perusahaan yang sahamnya termasuk di dalam kategori indeks LQ-45 dipilih melalui beberapa kriteria yang di antaranya adalah merupakan urutan tertinggi yang mewakili sektornya dalam klasifikasi industri BEI sesuai dengan kapitalisasi pasarnya dan merupakan urutan tertinggi berdasarkan frekuensi transaksi. Kriteria lainnya berupa termasuk dalam jajaran 60 besar transaksi saham di pasar regular (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir), telah listing di BEI minimal 3 bulan, serta dinilai kondisi keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhan perusahaan.

Saham-saham yang termasuk di dalam kategori LQ 45 terus dipantau dan akan di-review serta dikeluarkan daftar baru emiten yang sahamnya termasuk dalam kategori LQ 45 pada awal bulan Februari dan Agustus. Apabila ada saham yang sudah tidak memenuhi kriteria, maka akan digantikan dengan saham lain yang memenuhi kriteria. Dengan melihat kriteria di atas, dapat dikatakan bahwa saham yang termasuk ke dalam kategori ini merupakan kumpulan 45 saham paling likuid sehingga analisis terhadap saham tersebut akan memberikan gambaran yang signifikan dari kondisi pasar modal di BEI pada umumnya.

(9)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan studi dokumentasi yang telah dilakukan sebelumnya terhadap laporan keuangan tahunan perusahaan LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah Cash Conversion Cycle secara parsial berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) emiten LQ-45 di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah Working Capital Turnover secara parsial berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) emiten LQ-45 di Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah Cash Conversion Cycle dan Working Capital Turnover secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) emiten LQ-45 di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diajukan dalam penelitian, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh siklus perubahan kas (cash conversion cycle) secara parsial terhadap profitabilitas (ROA) emiten LQ-45

(10)

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh perputaran modal kerja (working capital turnover) secara parsial terhadap profitabilitas (ROA) emiten LQ-45 di Bursa Efek Indonesia.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh siklus perubahan kas (cash conversion cycle) dan perputaran modal kerja (working capital turnover)

secara parsial maupun simultan terhadap profitabilitas (ROA) emiten LQ-45 di Bursa Efek Indonesia.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat, yaitu:

1. Memberi kontribusi pemikiran dan pertimbangan terhadap para pemakai laporan keuangan dalam memahami bagaimana manajemen modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.

2. Menambah pengetahuan pihak manajemen perusahaan tentang seberapa besar peranan manajemen modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan sehingga diharapkan dapat membantu perusahaan dalam mengelola modal kerjanya untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan.

Referensi

Dokumen terkait

Lembar Kerja (LK) 1.1 ini akan memandu Anda melakukan analisis keterkaitan delapan komponen yaitu Standar Kompetensi Lulusan/SKL, Kompetensi Inti/KI,

Grafik Tinggi Bibit Rhizophora mucronata

Abstrak: Jurnalisme tabloid merupakan terminologi yang sering diperdebatkan, dikritisi dan dicaci. Padahal, bentuk jurnalisme ini sebenarnya melayani selera pembaca yang

Surat adalah suatu sarana untuk menyampaikan pernyataan-pernyataan atau informasi secara tertulis dari pihak yang satu kepada pihak yang lain, baik atas nama sendiri, maupun atas

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat memberikan informasi baru atau data bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh

Sejarah yang tulen telah membuktikan bahawa begitu ramai ulama-ulama Islam telah berkicampung dalam aktiviti antara agama samaada melalui pelbagai penulisan, lawatan

Whilst views and advice given are in good faith, you should not regard the publication as a substitute for the exercise of your own judgement and should seek other professional

Situating polygamy issue on Madurese society, it seems that the phenomenon within this community is more cultural and phenomenological matter for its unique description in terms of;