Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-1 Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
BAB 6
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR
6.1.
Pengembangan Permukiman
6.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:
1) Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional.
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
2) Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
3) Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
4) Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan.
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-2 Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.
Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:
a) Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan;
b) Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial;
c) Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana;
d) Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
e) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman;
f) Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
6.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting Permasalahan dan Tantangan
6.1.3. Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah:
• Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-3 Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
• Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
• Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan. • Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.
• Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.
• Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.
• Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kawasan permukiman.
• Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-4 Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
Tabel 6. 1 Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Kota
A. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Kondisi eksisting pengembangan permukiman hingga tahun 2012 pada tingkat nasional mencakup 180 dokumen RP2KP, 108 dokumen RTBL KSK, untuk di
No Isu Stragis Keterangan
(1) (2) (3)
1 Keberadaan beberapa lokasi permukiman kumuh di wilayah pantai dan di
pusat kota
permukiman di sekitar pantai yang cenderung tidak teratur dan menutup akses publik ke arah laut/sungai,
bahkan mengintervensi hutan mangrove
2 Kurangnya
Ketersediaan Prasarana Permukiman yang Memadai
prasarana permukiman seperti penerangan jalan (PJU), air bersih, pengolahan air limbah, akses jalan lingkungan yang masih minim
3 Genangan Banjir Semakin banyaknya bangunan milik penduduk yang dibangun di atas badan sungai dan tingginya curah hujan, mengakibatkan aliran sungai meluap pada saat hujan karena tidak dapat tertampung oleh badan sungai yang di Kecamatan Sembakung, Lumbis dan Lumbis Ogong.
4 Genangan Laut Banyaknya permukiman di pantai yang mana terpengaruh pasang surut air laut.
5 Penurunan Kualitas Lingkungan
Permukiman
Penurunan kualitas lingkungan yang terjadi di kawasan permukiman nelayan tepi pantai, terutama di kawasankawasan yang dekat dengan pusat kota seperti di kawasan mamolo dan mansapa
6 Masalah Kepemilikan Lahan dan Bangunan
Seiring dengan perkembangan kota, banyak pembangunan fisik yang dilakukan masyarakat maupun pemerintah, sehingga masalah kepemilikan lahan mulai muncul sebagai suatu masalah yang harus diantisipasi.
7 Kebutuhan Prasarana dan Sarana Umum guna mengantisipasi Perkembangan
Permukiman Baru di wilayah Kota Baru
Sesuai rencana pembangunan Kabupaten Nunukan maka perlu untuk antisipasi kebutuhan permukiman baru di wilayah kota baru di Kecamatan Nunukan dan Nunukan Selatan.
8 Kurang
dimanfaatkannya organisasi/
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-5 Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
perkotaan meliputi 500 kawasan kumuh di perkotaan yang tertangani, 385 unit RSH yang terbangun, 158 TB unit Rusunawa terbangun. Sedangkan di perdesaan adalah 416 kawasan perdesaan potensial yang terbangun infrastrukturnya, 29 kawasan rawan bencana di perdesaan yang terbangun infrastrukturnya, 108 kawasan perbatasan dan pulau kecil di perdesaan yang terbangun infrastrukturnya, 237 desa dengan komoditas unggulan yang tertangani infrastrukturnya, dan 15.362 desa tertinggal yang tertangani infrastrukturnya.
Kabupaten Nunukan telah memiliki beberapa peraturan daerah terkait dengan pengembangan permukiman. Tabel 6.2 berikut akan menjelaskan mengenai peraturan daerah Kabupaten Nunukan yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan permukiman. Berikut adalah data data eksisting terkait pengembangan permukiman di Kabupaten Nunukan.
Tabel 6. 2 Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Bupati/peraturan lainnya terkait Pengembangan Permukiman
No
Pengaturan No. / Tahun Perihal
( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 )
1 Perda No.19 Tahun 2013 RTRW Kabupaten
Nunukan
Sumber : Bappeda Kabupaten Nunukan
Tabel 6. 3Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Nunukan Tahun 2014
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-6 Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
No
Sumber: Masterplan Bappeda Kabupaten Nunukan
Tabel 6. 4Data Kondisi RSH Kabupaten Nunukan
No Lokasi RSH Pembangunan Tahun Pengelola Penghuni Jumlah
Kondisi
Keterangan : Tidak Terdapat data
Tabel 6. 5Data Kondisi Rusunawa Kabupaten Nunukan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-7 Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
B. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional antara lain:
Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya:
1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.
2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.
3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.
Tantangan pengembangan permukiman diantaranya:
1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat
2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman.
3. Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian Program-Program Pro Rakyat (Direktif Presiden)
4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah 5. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa
pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.
6. Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya pada Kabupaten/Kota.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-8 Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
Tabel 6.6 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kabupaten Nunukan
yang membangun tanpa IMB
Jumlah polisi bangunan yang dimiliki tidak mampu mengcover seluruh wilayah Kabupaten Nunukan, sehingga kontrol
terhadap pembangunan
permukiman kurang.
melakukan sosialisasi IMB
melakukan pendataan rumah yang belum
Tantangan Pengembangan Alternatif solusi
1 Aspek Teknis
1) Kondisi Fisik dasar
Kabupaten nunukan
terkait dengan banyaknya
masih permukiman
didaerah dekat pantai dan di atas bukit.
Kawasan perbukitan didominasi oleh batu lempung dan batu pasir, di mana batu lempung bersifat
mudah mengembang,
pecahpecah, gembur, lunak, mudah longsor, dan sulit dipadatkan. Sedang batu pasir kuarsa tersemen lemah, mudah terdesintegrasi, mudah terkikis, mudah longsor, dan sulit dipadatkan. Pembukaan kawasan perbukitan akan mengakibatkan erosi dan longsoran, sehingga terjadi banjir lumpur yang akan mendangkalkan sungai atau alur drainase lainnya dan akan
2 Aspek Kelembagaan 1) belum terdapat bidang
yang secara khusus menangani
pengembangan permukiman
Untuk membentuk lembaga baru
yang khusus menangani
pengembangan permukiman
membutuhkan anggaran yang besar
Memasukkan urusan
pengembangan
permukiman menjadi tupoksi salah satu sub
bidang di Dinas
Pekerjaan Umum
3 Aspek Pembiayaan 1) Anggaran Pemerintah
Kabupaten tidak mampu membiayai seluruh
Pemerintah daerah harus bersaing dengan daerah lain guna
mendapatkan dana
pengembangan permukiman dari
Melakukan koordinasi untuk usulan rencana pengembangan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-9 Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
No
Permasalahan Pengembangan
Permukiman
Tantangan Pengembangan Alternatif solusi
5 Aspek Lingkungan Permukiman
1) Banyaknya permukiman yang berada di atas kawasan pasang surut
Permasalahan sanitasi yang buruk di kawasan permukiman perkotaan dan pesisir
Peningkatan kualitas permukiman dengan
perbaikan PSD yang ada
Sumber:
6.1.4. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota. Di tingkat Pusat acuan kebijakan meliputi RPJMN 2010-2014, MDGs 2015 (pengurangan proporsi rumah tangga kumuh tahun 2020), Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pengurangan luasan kawasan kumuh tahun 2014 sebesar 10%, arahan MP3EI dan MP3KI, percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat, arahan Direktif Presiden untuk program pro-rakyat, serta Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014. Sedangkan di tingkat kabupaten/kota meliputi target RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, maupun Renstra SKPD. Acuan kebijakan tersebut hendaknya menjadi dasar pada tahapan analisis kebutuhan pengembangan permukiman.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-10 Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
Sumber : Hasil Analisa 2014
6.1.5. Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:
1) Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa serta
2) Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.
Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KP dan RTBL KSK ataupun review bilamana diperlukan.
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan :
1) Infrastruktur kawasan permukiman kumuh 2) Infrastruktur permukiman RSH
3) Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya
Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman tergambar dalam gambar 6.1.
2
Sasaran Penurunan Kawasan Kumuh
Ha 33,26 23,26 13,26 3,26 0
3 Kebutuhan
Rusunawa TB 0 1 0 1 0
4 Kebutuhan RSH
Unit 300 300 300 300 300
5
Kebutuhan Pengembangan Permukiman Baru
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-11 Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
Gambar 6. 1 Alur Program Pengembangan Permukiman
Sumber: Dit. Pengembangan Permukiman, 2012
Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.
1. Umum
• Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
• Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra. • Kesiapan lahan (sudah tersedia).
• Sudah tersedia DED.
• Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK, Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
• Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.
• Ada unit pelaksana kegiatan.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-12
Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
2. Khusus
Rusunawa
• Kesediaan Pemda untuk penandatanganan MoA dalam rangka penanganan Kws. Kumuh
• Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya
• Ada calon penghuni
Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:
1. Vitalitas Non Ekonomi
• Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.
• Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitasbangunan yang terdapat didalamnya.
• Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.
2. Vitalitas Ekonomi Kawasan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-13
Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.
• Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman kumuh.
3. Status Kepemilikan Tanah
• Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman. • Status sertifikat tanah yang ada.
4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan Air limbah.
5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota
• Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya.
• Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan) kawasandanlainnya.
6.1.6. Usulan Program dan Kegiatan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-14 Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
Tabel 6.8 Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman
Sumber : Hasil Analisa 2014
b. Usulan Pembiayaan Pengembangan Permukiman
Dalam pengembangan permukiman, Pemerintah Daerah didorong untuk terus meningkatkan alokasinya pada sektor tersebut serta mencari alternatif sumber pembiayaan dari masyarakat dan swasta (KPS, CSR).
No Program/ Kegiatan Volume/ Satuan Biaya (Rp.) Lokasi Kesiapan Kriteria
( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 )
5. Survey dan Pembuatan Database Jalan Lingkungan Se-Kecamatan Krayan & Krayan Selatan
320.00 Nunukan
6 Peningkatan Jalan Lingkungan Pulau Sebatik
16.600.00 Nunukan
b) Infrastruktur permukiman RSH
1. Survey dan Identifikasi Perumahan Layak Huni
280.00 Nunukan
2. Fasilitasi Rumah Layak Huni Bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR)
18.600.00 Nunukan
3. Sosialisasi dan Bantuan Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Bidang Perumahan
2.420.00 Nunukan
4. Peningkatan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum Perumahan Layak Huni
17.800.00 Nunukan
b) Rusunawa dan infrastruktur pendukung
Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kab. Nunukan VI-15
No Program/ Kegiatan APBN APBD Prov
APBD Kota
Masya-
rakat Swasta CSR Total
( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) ( 7 ) ( 8 ) ( 9 )
a)
Infrastruktur permukiman kumuh
1.
Peningkatan Jalan Lingkungan Kecamatan Nunukan Barat
4.000 4.000 8.600
2.
Peningkatan Jalan Lingkungan Kecamatan Nunukan Tengah
4.000 4.000 8.600
3.
Peningkatan Jalan Lingkungan Kecamatan Nunukan Timur
4.000 4.000 8.600
4.
Peningkatan Jalan Lingkungan Kecamatan NunukanSelatan
4.000 4.000 8.000
5.
Survey dan Pembuatan Database Jalan Lingkungan Se-Kab/Kota Nunukan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-16 Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
Tabel 6. 9 Usulan Pembiayaan Proyek
No Program/ Kegiatan APBN APBD Prov
APBD Kota
Masya-
rakat Swasta CSR Total
( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) ( 7 ) ( 8 ) ( 9 )
b) Infrastruktur permukiman RSH 1. Survey dan
Identifikasi Perumahan Layak Huni
280,00
2. Fasilitasi Rumah Layak Huni Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
5.000,00 2.000,00 11.600,00
3. Sosialisasi dan Bantuan Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Bidang Perumahan
600.00 600.00 1.230,00
4. Peningkatan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum Perumahan Layak Huni
4.000,00 4.000,00 9.800,00
c) Rusunawa dan
infrastruktur pendukung 1. Sarana dan
keperluan UPTD Rusunawa
2.000,00 1.493,86
2. Pembangunan
Rusunawa
40.000,00
Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
Tabel 6.10 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kab/Kota Nunukan
No
OUTPUT
LOKASI VO L SAT- UAN
SUMBER DANA (dalam Juta Rupiah) TAHUN
INDIKATOR OUTPUT APBN 2. Peningkatan Jalan Lingkungan Kecamatan
Nunukan
Nunukan 4.000 4.000 8.600
3. Peningkatan Jalan Lingkungan Kecamatan Nunukan
Nunukan 4.000 4.000 8.600
4. Peningkatan Jalan Lingkungan Kecamatan Nunukan
Nunukan 4.000 4.000 8.000
5. Survey dan Pembuatan Database Jalan Lingkungan Nunukan
Nunukan 320
b) Infrastruktur permukiman RSH
1. Survey dan Identifikasi Perumahan Layak Huni
Nunukan 280
2.
Fasilitasi Rumah Layak Huni Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
Nunukan 5.000
2.000 11.600
3.
Sosialisasi dan Bantuan Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Bidang Perumahan
Nunukan 600
600 1.230
4. Peningkatan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum Perumahan Layak Huni
Nunukan 4.000 4.000 9.,800
c) Rusunawa dan infrastruktur pendukung
1. Sarana dan keperluan UPTD Rusunawa Nunukan - 2.000 1.493,86
2. Pembangunan Rusunawa Nunukan 40.000
Sumber : Hasil Analisa 2014
Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-18 6.2.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan peraturan antara lain:
1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.
Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
a. Status hak atas tanah dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang alas hak; b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan
c. Izin mendirikan bangunan gedung.
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan.Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan.Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamanatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.
Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-19
3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung.Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.
4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan darijenis-jenis kawasan tersebut.Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.
5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektorsektornya.
Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL
Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-20
pelaksanakan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara.
Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negara;
b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana kepresidenan;
c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penataan lingkungan;
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan; dan f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-21
Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:
a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan nelayan;
Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.
b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung m
Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;
Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;
Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;
Pelatihan teknis.
c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan
Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
Paket dan Replikasi.
Sumber : Dit. PBL, DJCK, 2012
Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-22 6.2.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan
A. Isu Strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan
Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dari Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota.
Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian MDG’s 2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020. Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global Warming). Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO2) sebagai akibat konsumsi energi yang berlebihan mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100, serta meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi ini memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu munculnya bencana alam seperti banjir, kebakaran serta dampak sosial lainnya.
Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-23
kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi masyarakat.
Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1) Penataan Lingkungan Permukiman
a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;
b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan; c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau
(RTH) di perkotaan;
d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal;
e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal;
f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.
2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung
(keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di kab/kota;
c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/berkelanjutan;
d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara;
e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.
3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia;
Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten NunukanTahun 2016 - 2020
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-24
c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan.
Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, skenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi, b) RTH, c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.
Tabel 6. 11 Isu-Isu Strategis Sektor PBL di Kabupaten Nunukan
No Kegiatan Sektor PBL Isu Stragis
(1) (2) (3)
1 Penataan Lingkungan Permukiman Permukiman kumuh di kawasan sempadan pantai
kondisi sarana prasarana dasar yang masih minim
Permukiman nelayan pantai barat kurang terlayani oleh fasilitas skala lingkungan dan kota
2 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Perda bangunan gedung yang belum sesuai dengan standar yang diharapkan
Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara
Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/berkelanjutan
3 Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan
Sumber: Hasil Analisa 2014
B. Kondisi Eksisting
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah KabupatenNunukan VI-25
Berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014, di samping kegiatan non-fisik dan pemberdayaan, Direktorat PBL hingga tahun 2013 juga telah melakukan peningkatan prasarana lingkungan permukiman di 1.240 kawasan serta penyelenggaraan bangunan gedung dan fasilitasnya di 377 kabupaten/kota. Dalam RPI2JM bidang Cipta Karya pencapaian di Kabupaten/Kota perlu dijabarkan sebagai dasar dalam perencanaan.
Tabel 6. 12 Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan
Walikota/Bupati/peraturan lainnya terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan
No
Perda / Pergub / Perwal / Perbup / Peraturan lainnya
Amanat Jenis Produk
Pengaturan No. / Tahun Tentang
( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 )
19 Tahun 2013 RTRW Kabupaten
Nunukan
Sumber : Bappeda dan DPU&TR Kabupaten Nunukan
Tabel 6. 13 Penataan Lingkungan Permukiman Kawasan Tradisional
dan Bersejarah
RTH Pemenuhan SPM Penanganan
Kebakaran
HSBGN Instansi Prasarana Kebakaran
Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten NunukanTahun 2016 - 2020
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-26 Tabel 6. 14 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
No Kawasan Jml BG Negara Berdasarkan Fungsi
Status Kepemilikan
Kondisi Bangunan
Ketersediaan Utilitas BG
( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 )
Fungsi Hunian…Unit Fungsi Keagamaan ….Unit
Fungsi Usaha ... unit Fungsi Sosial Budaya .... unit
Fungsi Khusus ... unit
Ket : Tidak Terdapat data
C. Permasalahan dan Tantangan
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:
Penataan Lingkungan Permukiman:
Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran;
Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman;
Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;
Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:
Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan, besar, sedang, kecil di seluruh Indonesia;
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah KabupatenNunukan VI-27 Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan
Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;
Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian;
Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;
Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan;
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien;
Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.
Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:
Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olah raga.
Kapasitas Kelembagaan Daerah:
Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;
Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi;
Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-28 Tabel 6.16 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan
Lingkungan
5 Aspek Lingkungan Permukiman II Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
1 Aspek Teknis SDM aparatur kurang - Mengikuti seminar
dan Bimtek 2 Aspek
Kelembagaan
belum terdapat perda bangunan gedung yang standar
- Bantek
penyusunan ranperda
bangunan gedung 3 Aspek Pembiayaan Dana yang
besar
dibutuhkan Bersaing untuk mendapatkan dana APBN
Penyempurnaan data dan usulan ke pusat
4 Aspek Peran Serta Masyarakat/Swasta
peran serta rendah
masyarakat SDM mayarakat Sosialisasi
5 Aspek Lingkungan Permukiman
Daya DukungLingkungan Pencemaran Lingkungan
Membuat kajian dan rekayasa teknologi III Kegiatan Pemberdayaan
Komunitas
dalam Penanggulangan Kemiskinan
1 Aspek Teknis SDM aparatur kurang - Mengikuti seminar
dan Bimtek 2 Aspek
Kelembagaan
belum terdapat lembaga yang khusus
3 Aspek Pembiayaan Dana yang dibutuhkan besar
Bersaing untuk mendapatkan
Penyempurnaan data dan usulan ke No Aspek PBL Permasalahan Yang
Dihadapi
Tantangan Pengembangan
Alternatif solusi
( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 )
I Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1 Aspek Teknis kawasan
permukiman kumuh di tepi pantai
Membutuhkan
belum terdapat lembaga yang khusus
3 Aspek Pembiayaan Dana yang dibutuhkan besar
Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-29
dana APBN pusat
4 Aspek Peran Serta Masyarakat/Swasta
peran serta msyarakat rendah
SDM mayarakat Sosialisasi
5 Aspek Lingkungan Permukiman
Sumber : Hasil Analisa 2014
6.2.3. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kab/Kota, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sector PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010, seperti yang telah dijelaskan pada Subbab 6.2.1.
Pada Permen PU No.8 tahun 2010, dijabarkan kegiatan dari Direktorat PBL meliputi:
A. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), pembangunan prasarana dan sarana lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah, pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.
RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)
RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan meliputi:
Program Bangunan dan Lingkungan;
Rencana Umum dan Panduan Rancangan;
Rencana Investasi;
Ketentuan Pengendalian Rencana;
Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-30 RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran. Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungannya. RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran di Kabupaten/Kota untuk kurun waktu 10 tahun. RISPK memuat rencana kegiatan pencegahan kebakaran yang terdiri dari kegiatan inspeksi terhadap ancaman bahaya kebakaran pada kota, lingkungan bangunan dan bangunan gedung, serta kegiatan edukasi pencegahan kebakaran kepada masyarakat dan kegiatan penegakan Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM). RISPK juga memuat rencana tentang penanggulangan kebakaran yang
Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah
Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional adalah:
Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah;
Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek manusia, lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat;
Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting untuk menjamin kelangsungan kegiatan;
Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin aspirasi masyarakat, selain itu juga melakukan pelatihan keterampilan teknis dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-31
Penataan Ruang.Khusus untuk sektor PBL, SPM juga terkait dengan SPM Penataan Ruang dikarenakan kegiatan penataan lingkungan permukiman yang salah satunya melakukan pengelolaan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan. Standar SPM terkait dengan sektor PBL sebagaimana terlihat pada tabel 6.16, yang dapat dijadikan acuan bagi Kabupaten Nunukan untuk menyusun kebutuhan akan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan.
Tabel 6.17 SPM Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
No Jenis Pelayanan Dasar Standar Pelayanan Minimal Waktu
Pencapaian Keterangan Indikator Nilai
B. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara meliputi: 1. Menguraikan kondisi bangunan gedung negara yang belum memenuhi
persyaratan keandalan yang mencakup (keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kemudahan);
2. Menguraikan kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
3. Menguraikan aset negara dari segi administrasi pemeliharaan.
Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-32
C. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam
Penanggulangan Kemiskinan
Program yang mencakup pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan adalah PNPM Mandiri, yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan).P2KP merupakan program pemerintah yang secara substansi berupaya menanggulangi kemiskinan melalui pemberdayaaan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat.
Tabel 6.18 Kebutuhan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
III Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
1 P2KP paket 1 1 1 1 1
2 lainnya
Sumber : Hasil Analisa 2014
6.2.4. Program-Program dan Kriteria Kesiapan Sektor Penataan Bangunan
dan Lingkungan
Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari: a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman;
b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan. Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan
No Uraian Satuan Kebutuhan Ket.
Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V
(1) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) ( 7 ) ( 8 ) ( 9 )
I Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1 Ruang Terbuka Hijau (RTH)
2 Ruang Terbuka
3 PSD Paket 3 3 3 3 3
4 PS Lingkungan
5 HSBGN
6 Pelatihan Teknis Tenaga Pendata HSBGN
Paket 1 1 1 1 1
7 lainnya Paket 1 1 1 1 1
II Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
1 Bangunan Fungsi Hunian
2 Bangunan Fungsi Keagamaan 3 Bangunan Fungsi
Usaha
4 Bangunan Fungsi Sosial Budaya 5 Bangunan Fungsi
Khusus
6 Bintek Pembangunan Gedung Negara
Paket 1 1 1 1 1
Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-33
Bangunan dan Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun.
Kriteria Kesiapan untuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah:
Fasilitasi RanPerda Bangunan Gedung
Kriteria Khusus:
Kabupaten/kota yang belum difasilitasi penyusunan ranperda Bangunan Gedung;
Komitmen Pemda untuk menindaklanjuti hasil fasilitasi Ranperda BG
Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis
Komunitas
Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Penataan
Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas:
Kawasan di perkotaan yang memiliki lokasi PNPM-Mandiri Perkotaan;
Pembulatan penanganan infrastruktur di lokasi-lokasi yang sudah ada PJM Pronangkis-nya;
Bagian dari rencana pembangunan wilayah/kota;
Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL)
Kriteria Lokasi :
Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006;
Kawasan terbangun yang memerlukan penataan;
Kawasan yang dilestarikan/heritage;
Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nunukan Tahun 2016- 2020
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-34 Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi
sosial/ budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra niaga (central business district);
Kawasan strategis menurut RTRW Kab/Kota;
Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan rencana tata ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat;
Pekerjaan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat.
Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, Ruang Terbuka
Hijau(RTH) dan Permukiman Tradisional/Bersejarah
Rencana Tindak berisikan program bangunan dan lingkungan termasuk elemen kawasan, program/rencana investasi, arahan pengendalian rencana dan pelaksanaan serta DAED/DED.
Kriteria Umum:
Sudah memiliki RTBL atau merupakan turunan dari lokasi perencanaan RTBL (jika luas kws perencanaan > 5 Ha) atau;
Turunan dari Tata Ruang atau masuk dlm skenario pengembangan wilayah (jika luas perencanaan < 5 Ha);
Komitmen pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan
Rencana Tata Ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan:
Kawasan diperkotaan yang memiliki potensi dan nilai strategis;
Terjadi penurunan fungsi, ekonomi dan/atau penurunan
kualitas;
Bagian dari rencana pengembangan wilayah/kota;
Rencana pengembangan dan investasi pemda, swasta, dan masyarakat;
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Ruang Terbuka Hijau:
Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-35 Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik alamiah maupun ditanam (UU No. 26/2007 tentang Tata ruang);
Dalam rangka membantu Pemda mewujudkan RTH publik minimal 20% dari luas wilayah kota;
Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, masyarakat;
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria Fasilitasi Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK):
Ada Perda Bangunan Gedung;
Kota/Kabupaten dengan jumlah penduduk > 500.000 orang;
Tingginya intensitas kebakaran per tahun dengan potensi resiko tinggi
Kawasan perkotaan nasional PKN, PKW, PKSN, sesuai PP No.26/2008 ttg Tata Ruang;
Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria dukungan PSD Untuk Revitalisasi Kawasan, RTH Dan Permukiman Tradisional/Ged Bersejarah:
Mempunyai dokumen Rencana Tindak PRK/RTH/Permukiman
Tradisional-Bersejarah;
Prioritas pembangunan berdasarkan program investasinya;
Ada DDUB;
Dukungan Pemerintah Pusat maksimum selama 3 tahun anggaran;
Khusus dukungan Sarana dan Prasarana untuk permukiman tradisional, diutamakan pada fasilitas umum/sosial, ruang-ruang publik yang menjadi prioritas masyarakat yang menyentuh unsur tradisionalnya;
Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria dukungan Prasarana dan Sarana Sistem Proteksi Kebakaran:
Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nunukan Tahun 2016- 2020
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-36 Memiliki Perda BG (minimal Raperda BG dalam tahap pembahasan
dengan DPRD);
Memiliki DED untuk komponen fisik yang akan dibangun;
Ada lahan yg disediakan Pemda;
Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
6.2.5. Usulan Program dan Kegiatan PBL
Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-37
Tabel 6.19 Usulan Program dan Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
No
OUTPUT
LOKASI VOL SATUAN
SUMBER DANA TAHUN
INDIKATOR OUTPUT APBN APBD PROV
KEGIATAN: PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENYELENGGARAAN DALAM
PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN TERMASUK PENGELOLAAN GEDUNG DAN RUMAH NEGARA
2 Peraturan Pengembangan Permukiman
Jumlah NSPK Bid Penataan Bangunan dan Lingkungan
2.a Penyusunan NSPK, Legalisasi Draft NSPK
3
Pembinaan Pelaksanaan Penataan Bangunan dan Lingkungan, Pengelolaan Gedung dan Rumah Negara
Jumlah Laporan Pembinaan Penyelenggaraan Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan 3.a Bantek dan Pendampingan
penyusunan Ranperda BG pembinaan teknis penataan bangunan gedung
Nunukan 250.00 250.00
pelatihan teknis terhadap tenaga pendata HSBGN
Nunukan 250.00 250.00
Fasilitasi Penyusunan Ranperda Bangunan Gedung Kab. Nunukan
Nunukan 1.000.00 250.00 250.00
3.b Fasilitasi penyusunan RTBL
Perluasan Pemukiman
MasyarakatDesa Balatikon
Pembangunan kantor Desa Secara Permanen Tepian
750.00 280.00
Penyusunan Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan Kawasan Dalam Kota NUnukan
750.00 140.00
Penyusunan Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan Kawasan Kota Sebatik
1,000.00 160.00
Penyusunan Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan Kawasan Lumbis
Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-38
No
OUTPUT
LOKASI VOL SATUAN
SUMBER DANA TAHUN
INDIKATOR OUTPUT APBN APBD PROV
Bangunan dan Lingkungan Kawasan Krayan
750.00 100.00 Penyusunan Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan Kawasan Jl. Bhayangkara dan Pasir Putih
750.00 140.00 3.c
Fasilitasi penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi kebakaran (RISPK) Laporan
3.d
Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan
3.e Fasilitasi Rencana Tindak Sistem Ruang Terbuka Hijau (RTH)
3.f
Bangunan dan Lingkungan, Pengelolaan Gedung dan Rumah Negara
Jumlah Laporan Pengawasan Penyelenggaraan Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan
4.a Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung
5 Bangunan Gedung dan Fasilitasnya
Pengembangan Bangunan Gedung Negara/Bersejarah
5.a
Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nunukan Tahun 2016 - 2020
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-39
No
OUTPUT
LOKASI VOL SATUAN
SUMBER DANA TAHUN INDIKATOR OUTPUT APBN APBD
PROV
6 Sarana Dan Prasarana Lingkungan Permukiman
Jumlah Kawasan Yang Tertata Bangunan dan Lingkungannya
6.a
Pengembangan Sarana dan Prasarana untuk Proteksi
kebakaran 5,000.00
6.b Pengembangan Sarana dan
Prasarana untuk Aksesibilitas BG 5,000.00
6.c Sarana dan Prasarana Revitalisasi
Kawasan 5,000.00
6.d Sarana dan Prasarana Ruang
Terbuka Hijau 5,000.00
6.e
Sarana dan Prasarana pada Pemukiman Tradisional dan
6.g Pengembangan PIP2B 5,000.00
7 Keswadayaan / Pemberdayaan Masyarakat (P2KP) Jumlah Kel/Desa yang Mendapatkan
Pendampingan Pemberdayaan Sosial (P2KP/PNPM)
7.a Pendampingan Pemberdayaan Sosial (P2KP/PNPM)
P2KP (PNPM-Mandiri Perkotaan) Nunukan 20.000.00 5,000.00 13,200.00
BOP PNPM-Mandiri Perkotaan Nunukan 1,020.00
TOTAL
Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kota Tarakan Tahun 2015 - 2019
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-40
6.3. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
6.3.1. Arahan Kebijakan Dan Lingkup Kegiatan
Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan SPAM adalah badan usaha milik negara (BUMN)/ badan usaha milik daerah (BUMD), koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Penyelenggaraan SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan SPAM.
Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) antara lain:
i) Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
ii) Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025
Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan prasarana masih rendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan.
iii) Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Peraturan tersebut juga menyebutkan asas penyelenggaraan pengembangan SPAM, yaitu asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keberlanjutan, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas. iv) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang
Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nunukan Tahun 2015 - 2016
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan VI-41
Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan/ penyediaan air minum perlu dilakukan pengembangan SPAM yang bertujuan untuk membangun, memperluas, dan/atau meningkatkan sistem fisik dan non fisik daam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.
v) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari.
SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan dapat meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan. Sedangkan SPAM bukan jaringan perpipaan dapat meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air. Pengembangan SPAM menjadi kewenangan/ tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk menjamin hak setiap orang dalam mendapatkan air minum bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan peraturan perundangundangan, seperti yang diamanatkan dalam PP No. 16 Tahun 2005.
Pemerintah dalam hal ini adalah Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang pengembangan sistem penyediaan air minum. Adapun fungsinya antara lain mencakup:
Menyusun kebijakan teknis dan strategi pengembangan sistem penyediaan air minum;
Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan sistem penyediaan air minum termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
Pengembangan investasi untuk sistem penyediaan air minum;