• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN PERILAKU PELAKSANAAN IMUNISASI DASAR PADA BALITA DI KAMPUNG CANTILAN KELURAHAN KAGUNGAN KECAMATAN KASEMEN KOTA SERANG TAHUN 2013 DWI AGUNG RIYANTO ABSTRAK - Index of /file

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN PERILAKU PELAKSANAAN IMUNISASI DASAR PADA BALITA DI KAMPUNG CANTILAN KELURAHAN KAGUNGAN KECAMATAN KASEMEN KOTA SERANG TAHUN 2013 DWI AGUNG RIYANTO ABSTRAK - Index of /file"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN

PERILAKU PELAKSANAAN IMUNISASI DASAR PADA BALITA DI KAMPUNG

CANTILAN KELURAHAN KAGUNGAN KECAMATAN KASEMEN KOTA SERANG

TAHUN 2013

DWI AGUNG RIYANTO*

ABSTRAK

Imunisasi merupakan upaya pencegahan yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau balita sehingga terhindar dari penyakit-penyakit infeksi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap Ibu tentang imunisasi dasar dengan perilaku pelaksanaan imunisasi dasar pada balita di Kampung Cantilan Kelurahan Kagungan Kecamatan Kasemen Kota Serang. Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Populasi penelitian yaitu ibu-ibu yang mempunyai balita yang berada di Kampung Cantilan Kelurahan Kagungan Kecamatan Kasemen sebanyak 324 orang dan jumlah sampel yang diambil sebanyak 76 responden.Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Distribusi frekwensi tingkat pengetahuan responden diperoleh sebesar 46,1% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, dan pengetahuan cukup 36,8 %, dan pengetahuan kurang 17,1 %. Distribusi frekwensi sikap responden tentang perilaku pelaksanaan imunisasi dasar pada balita diperoleh sebesar 30,3 % memiliki sikap negatif dan 69,7% responden memiliki sikap positif. Hasil uji statistik tingkat pengetahuan diperoleh nilai P = 0,00, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dengan perilaku pelaksanaan imunisasi dasar pada balita. Sedangkan pada hasil uji statistik sikap ibu diperoleh p = 0,00, dan nilai OR = 20,25. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap ibu tentang imunisasi dasar dengan perilaku pelaksanaan imunisasi dasar pada balita.Diperlukan langkah tindak lanjut hasil penelitian ini seperti upaya pembinaan kesehatan melalui upaya promosi kesehatan terhadap kader kesehatan secara lebih intensif dan pemberian insentif rutin setiap bulan.

Kata Kunci : Imunisasi dasar, Pengetahuan dan Sikap, Perilaku,Balita

ABSTRACT

The immunization is prevention effort to children for increases immune system of the body to avoid contamination and spread infection disease. The purpose research is to know have a relation between a knowledge level and mother’s attitude about basic immunization with behaviour immunization programme to children in Terumbu Village Kasemen District Serang City. The research type is cross sectional method. The research population are all of women have a children in Terumbu Village Kasemen District amount 324 peoples and sample for this research are 76 respondent. Sampling technique for this research is purposive sampling The procentation value of frequency distribution for knowledge level are 46,1 % (Good), 36,8 % (Moderate), and 17,1 % (Low). The procentation value of frequency distribution for mother’s attitude are 30,3 % (Negative) dan 69,7 % (Possitive). The result of statistic test are a knowledge level and mother’s attitude have P value 0,00, and OR value = 20,25.. The research conclusion is a knowledge level and mother’s attitude have significant relation to behaviour immunization programme to children in Terumbu Village. The government can improve role of social worker in health and give more reward with their jobs with good incentive for each month.

(2)

PENDAHULUAN

Imunisasi merupakan upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit. Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak . Data menunjukkan bahwa setiap tahunnya pada beberapa Negara terdapat 1,5 juta kematian bayi berusia 1 minggu dan 1,4 juta bayi lahir mati akibat tidak mendapatkan imunisasi. Di Indonesia 153.681 bayi mati setiap tahun. Itu berarti setiap harinya ada 421 orang bayi yang mati sama dengan 2 orang bayi mati setiap menit, hal ini salah satunya disebabkan cakupan imunisasi yang kurang lengkap bahkan ada yang sama sekali tidak diimunisasi (Amiruddin, 2007). Tanpa imunisasi, kira-kira 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit campak, 2 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk rejan. 1 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit tetanus. Dan dari setiap 200.000 anak, 1 akan menderita penyakit polio (Amiruddin, 2007).Program imunisasi telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1956 dan hasil yang dicapai yaitu penyakit cacar telah terbasmi dan Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Mulai tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu ; tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus, serta hepatitis B (Depkes RI, 2006). Sesuai dengan program pemerintah, anak-anak wajib mendapatkan imunisasi dasar terhadap tujuh macam penyakit.Imunisasi yang diwajibkan meliputi BCG, polio, hepatitis B, DPT, dan campak (Ranuh, 2008). Bayi dan anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindung dari beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan ke orang lain yang ada disekitarnya (Soedjatmiko, 2009). Imunisasi dasar dilaksanakan dengan lengkap dan teratur, maka imunisasi dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian balita sekitar 80-95% dan imunisasi dasar yang tidak lengkap, maksimal hanya dapat memberikan perlindungan 25-40% (Tawi, 2008).Anak yang tidak diberikan imunisasi dasar lengkap, maka tubuhnya tidak mempunyai kekebalan yang spesifik terhadap penyakit tersebut.Bila kuman berbahaya yang masuk cukup banyak maka tubuhnya tidak mampu melawan kuman tersebut

sehingga bisa menyebabkan sakit berat, cacat atau meninggal (Soedjatmiko, 2009).Pelaksanaan program imunisasi, tingkat keberhasilannya dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor pelayanan kesehatan, masyarakat umum dan faktor ibu sendiri yang menyangkut tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan mengenai imunisasi, dan jumlah anak yang dimiliki.Faktor ibu lebih dominan dibandingkan dengan faktor pelayanan kesehatan dan masyarakat umum karena ibu yang lebih dekat dengan anak. Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2005), mencoba menganalisa perilaku manusia dari kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non-behavior causes). Faktor perilaku ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor, yaitu faktor-faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nalai), faktor-faktor pendukung (lingkungan, fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan dan sebagainya), dan faktor-faktor pendorong (sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok dari masyarakat).Seorang ibu yang tidak mau mengimunisasikan bayinya di posyandu dapat disebabkan karena ibu tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat imunisasi bagi bayinya serta reaksi samping yang ditimbulkan dari imunisasi tersebut (faktor predisposisi) atau karena rumahnya jauh dengan posyandu atau puskesmas tempat mengimunisasikan bayinya (faktor pendukung).

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode

Cross-Sectional, yaitu jenis penelitian untuk mempelajari

dinamika korelasi antara faktor – faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja pada saat pemeriksaan, hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dua variabel.Variabel bebas (independent)

dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap ibu tentang imunisasi dasar dan varibel terikat

(Dependent) dalam penelitian ini perilaku

(3)

pada bulan Januari 2014.Variabel independent dan

dependent dalam penelitian ini adalah pengetahuan

dan sikap Ibu tentang imunisasi dasar dan perilaku pelaksanaan imunisasi dasar pada balita. Populasi penelitian yaitu semua ibu yang mempunyai anak balita (Usia < 5 tahun) yang tinggal di Kampung Cantilan Kelurahan Kagungan yaitu sebanyak 324 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik

Purposive Sampling dan diperoleh jumlah sampel

sebanyak 76 balita. HASIL PENELITIAN

Hasil analisa univariat pada penelitian ini diperoleh gambaran distribusi frekuensi pengetahuan dan sikap responden serta distribusi frekuensi variabel terikat yaitu perilaku pelaksanaan imunisasi dasar pada balita. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran pengetahuan responden tentang imunisasi dasar di Kampung Cantilan Kelurahan Kagungan dijelaskan pada tabel sebagai berikut :

No Pengetahuan

Berdasarkan tabel tersebut menunjukan bahwa masih adanya responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang imunisasi dasar pada balita sebanyak 13 responden (17,1%), dan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 28 responden (36,8%). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh gambaran sikap responden tentang imunisasi dasar pada balita di Kampung Cantilan Kelurahan Kagungan Kota Serang yang disajikan pada tabel berikut :

NO Sikap

Berdasarkan tabel tersebut menunjukan bahwa masih adanya responden yang memiliki sikap negatif tentang imunisasi dasar pada balita dengan jumlah 23 responden (30.3 %).Hasil penelitian diperoleh gambaran perilaku pelaksanaan imunisasi dasar pada balita yang sebagian adanya perubahan perilaku dan sebagian lagi masih belum adanya

perubahan. Data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Berdasarkan tabel tersebut menunjukan bahwa perilaku pelaksanaan imunisasi dasar pada balita sebanyak 26 responden (34,2%) masih belum adanya kesadaran untuk melakukan imunisasi pada balita secara lengkap, sedangkan sebanyak 50 responden (65,8 %) sudah mulai melaksanakan program imunisasi dasar pada balita dengan membawa balita ke posyandu untuk diberikan imunisasi. Analisa bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi square yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara variabel independen yaitu pengetahuan dan sikap ibu dan variabel dependen yaitu perilaku pelaksanaan imunisasi dasar pada balita di Kampung Cantilan Kelurahan Kagungan Kota Serang. Hasil uji statistik hubungan antara pengetahuan ibu dengan perilaku pelaksanaan imunisasi dasar pada balitadapat dilihat pada tabel berikut ini :

Pengetahuan

(4)

<0,05). Hasil uji statistik Hubungan antara sikap ibu dengan perilaku pelaksanaan imunisasi dasar pada balita dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Sikap ibu Perilaku pelaksanaan imunisasi dasar pada

balita

Total OR P

Value

Tidak Ya

n % n % n % Negatif 18 23,7 5 6,6 23 30,3

20,25 5,84-70,25

0.000 Positif 8 10,5 45 59,2 53 69,7

Jumlah 26 34,2 53 65.8 76 100. 0

Berdasarkan tabel menunjukan bahwa kelompok ibu yang bersikap negatif dengan perilaku pelaksanaan imunisasi dasar pada balita memiliki proporsi sebesar 6,6 % dan sikap positif ibu dengan perilaku pelaksanaan imunisasi dasar pada balita dengan proporsi sebesar 59,2 %. Hasil uji statistic diperoleh nilai p=0.000, maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi perilaku pelaksanaan imunisasi dasar pada balita antara sikap ibu yang negatif dan positif (ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku pelaksanaan imunisasi pada balita). Dari hasil analisis nilai OR =20,25 yang berarti bahwa ibu yang bersikap negatif memiliki peluang sebesar 20 kali untuk berperilaku dalam melaksanakan imunisasi dasar pada balita.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.00, menunjukan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan perilaku pelaksanaan imunisasi pada balita. Tingkat pengetahuan dapat diperoleh berdasarkan tingkat pendidikan formal baik formal maupun informal, pengalaman hidup maupun informasi yang didapat dari media massa. Pengetahuan ibu mengenai imunisasi dasar pada balita berkaitan erat dengan bagaimana ibu memahami arti dan manfaat dari pemberian imunisasi dasar pada balita yang didapat di pelayanan kesehatan seperti posyandu maupun puskesmas. Selain itu adanya pengetahuan ibu akan pentingnya imunisasi dasar pada balita dan akibat

(5)

Kesehatan Kota Serang Tahun 2013, dapat dilihat bahwa pencapaian target pemberian imunisasi pada balita yang berada di Kampung Cantilan Kelurahan Kagungan mencapai rata-rata 67,8 % dari total keseluruhan jumlah balita yang ada diwilayah tersebut yaitu sekitar 124 balita. Angka kunjungan ibu-ibu yang mempunyai balita di Kampung Cantilan Kelurahan Kagungan mencapai 65,8 % lebih rendah dari angka kunjungan desa lain yang ada disekitarnya. Data tersebut menunjukkan masih rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan responden dalam memahami pentingnya imunisasi dasar pada balita sebagai upaya preventif dan promotif dalam meningkatkan status kesehatan balita.Hasil penelitian ini didapatkan data bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang kurang menunjukkan masih rendahnya perilaku untuk melaksanakan imunisasi dasar pada balita untuk mengunjungi posyandu ataupun puskesmas.Menurut Notoatmodjo (2005) perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon individu terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.Perilaku itu salah satunya menyangkut respon terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan yang tersedia untuk mendapat pelayanan imunissi.Oleh karena itu ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang berakibat pada perilakunya dalam melaksanakan pemberian imunisasi dasar pada balitanya sehingga kecenderungan mengalami resiko tinggi terhadap masalah kesehatan yang terjadi pada balita yang ada di Kampung Cantilan Kelurahan Kagungan Kota Serang Provinsi Banten.

Berdasarkan hasil uji statistik didapat nilai p=0.00, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara sikap ibu yang memiliki balita dengan perilaku melaksanakan imunisasi dasar pada balita. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa responden yang memiliki perilaku melaksanakan imunisasi dasar pada balita memiliki sikap yang negatif dengan proporsi sebesar 6,6 % dan sikap positif ibu dengan perilaku pelaksanaan imunisasi dasar pada balita dengan proporsi sebesar 59,2 %. Adapun dari hasil analisis nilai OR =20.25 yang ini berarti bahwa ibu yang bersikap positif memiliki peluang dua puluh kali untuk berperilaku dalam melaksanakan imunisasi dasar pada balita. Sikap individu dapat dibentuk maupun dipelajari yang diperoleh dari informasi dan pengalamam dalam kaitannya dengan situasi, kondisi, dan objek tersebut. Sikap merupakan

(6)

dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman individu sepanjang perkembangan selama hidupnya.Manusia sebagai makhluk social dalam pembentukan sikap tidak lepas dari pengaruh interaksi manusia satu dengan yang lain (eksternal).Di samping itu, manusia juga sebagai makhluk individual yang secara internal dapat mempengaruhi dalam pembentukan sikap.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dan data yang menunjukkan bahwa hasil uji statistik menyatakan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan perilaku pelaksanaan imunisasi dasar pada balita di Kampung Cantilan Kelurahan Kagungan dengan nilai p=0.00. Adapun hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan

yang bermakna antara sikap ibu dengan perilaku pelaksanaan imunisasi dasar pada balita di Kampung Cantilan Kelurahan Kagungan dengan nilai p= 0.00, dengan nilai OR =20,25. Saran dari penelitian ini upaya pembinaan kesehatan melalui upaya promosi kesehatan terhadap kader kesehatan secara lebih intensif dan juga perlunya bentuk apresiasi dari pihak Dinas Kesehatan Kota Serang kepada kader kesehatan dengan pemberian insentif rutin setiap bulan dengan konsekwensi adanya peningkatan kinerja dari para kader kesehatan dalam memotivasi para ibu agar mau membawa anak balitanya ke posyandu atau pelayanan kesehatan terdekat untuk melaksanakan pemberian imunisasi dasar.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kota Serang.2013.Profil Dinas Kesehatan Kota Serang.

Depkes RI. 2006. Modul Pelatihan Tenaga Pelaksana Imunisasi Puskesmas. Direktorat Jenderal PP & PL dan Pusdiklat SDM Kesehatan.

Notoatmodjo, S. 2005. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta ; PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan Masyarakat. Jakarta ; PT Rineka Cipta. Amiruddin, R. 2007. Isu Mutakhir Imunisasi

Ranuh, I.G.N. 2008. Buku Imunisasi Di Indonesia. Jakarta ; Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Soedjatmiko. 2009. Imunisasi Penting Untuk Mencegah Penyakit Berbahaya. http://www.ykai.net

Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta ; EGC

Referensi

Dokumen terkait

Figure 6: Main components of the current implementation of the ´ El´emo project data browser: (a) Google maps-based two-dimensional interactive map; (b) visualisation key; (c)

Dari analisa frekuensi curah hujan berdasarkan empat jenis distribusi dengan periode ulang 15 tahun diperoleh nilai curah hujan Distribusi Normal = 194.43 mm, Distribusi

Pcrg.d.ah l21ih.n Penanaanan &amp; Pe.ce8al,an Pcnyelundlpxn Nxrkob:, di wilayd Ten8.h ya(i dilatetrak n olch t)nrkloul hlihrn nakanft dcn8an. Drlilxrlkar iNransi

Pengguna Anggaran Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Buol dengan ini mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa dilingkungan Pemerintah Kabupaten

Perayaan syukur Hari Ulang Tahun ke-10 ini, menjadi momen penting bagi kaum lanjut usia GPIB untuk tetap semangat dan senantiasa bersyukur kepada Tuhan

Hipotesis ini tidak terbukti kebenaranya, setelah penelitian dilakukan peneliti menemukan tiga metode yang digunakan dalam pembelajaran teks jawi kitab kuning yaitu

Jika akan disusun jadwal keberangkatan BRT yang siap digunakan operator Trans Jogja, maka bilangan kabur yang menyatakan waktu keberangkatan tersebut harus diubah menjadi

Bahan yang digunakan adalah kedelai kuning varietas Anjasmoro didapat dari Balitkabi yang dikecambahkan, gula pasir, dan maltodekstrin. Untuk analisis kadar proksimat meliputi..