• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu - Pengaruh Keahlian, Konsistensi Dan Kondisi Lingkungan Kerja Terhadap Efisiensi Penggunaan Tenaga Kerja Pada Pdam Tirta Bina Labuhanbatu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu - Pengaruh Keahlian, Konsistensi Dan Kondisi Lingkungan Kerja Terhadap Efisiensi Penggunaan Tenaga Kerja Pada Pdam Tirta Bina Labuhanbatu"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Harso Susilo (2002) melakukan penelitian dengan judul analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi tenaga kerja Pada PT. Mandala Airlines. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti adalah: Skill/Keahlian, Effort/Upaya, Working Condition/Kondisi lingkungan kerja, Consistenc/Keajegan, dan Efisiensi Tenaga Kerja. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik proporsional random sampling, dari 1.160 orang populasi diambil 92 orang menjadi sampel.

Hasil pengujian dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa Variabel Skill/Keahlian(X1), Variabel Effort/Upaya(X2), Variabel Working

Condition/ Kondisi lingkungan kerja (X3), dan Variabel Consistenc/Keajegan

(X4) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap efisiensi penggunaan

tenaga kerja, secara parsial keempat variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap efisiensi penggunaan tenaga kerja, dan dari keempat variabel tersebut yang memiliki pengaruh yang paling besar atau yang paling dominan adalah variabel Consistenc/Keajegan.

Prabudi Traju Trisno, 2001 melakukan penelitian dengan judul penelitian ”Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi tenaga kerja pada PT. Merpati Nusantara Airlines” penelitian ini bertujan untuk

(2)

konsistensi terhadap efisiensi tenaga kerja pada PT. Merpati Nusantara Airlines.

Penelitian ini dilakukan di PT. Merpati Nusantara Airlines dengan menetapkan seluruh karyawan menjadi populasi, dan peneliti mengambil sampel sebanyak 98 responden dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling, daftar pertanyaan dalam penelitian ini menggunakan skala likert dengan 10 skala, serta data dianalisis dengan analisis regresi linear berganda.

Hal pengujian dalam panalitian tersebut menunjukkan bahwa secara simultan variabel keahlian, upaya, kondisi lingkungan kerja, dan konsistensi berpengaruh signifikan terhadap efisiensi tenaga kerja pada PT. Merpati Nusantara Airlines, koefisien determinasi dalam penelitian tersebut sebesar 51,7 %, pengujian secara parsial dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa keempat variabel bebas yanitu keahlian, upaya, kondisi lingkungan kerja dan konsistensi nerpengaruh terhadap efisiensi tenaga kerja pada PT. Merpati Nusantara Airlines, dan variabel yang paling dominan mempengaruhi efisiensi tenaga kerja adalah konsistensi.

2.2. Teori Tentang Keahlian

(3)

satu sumber peningkatan keahlian dapat berasal dari pengalaman-pengalaman dalam bidang tertentu. Pengalaman tersebut dapat diperoleh melalui proses yang bertahap, seperti pelaksanaan tugas-tugas, pelatihan ataupun kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pengembangan keahlian seseorang.

Keahlian yang dimiliki tenaga kerja berpengaruh pada kelancaran produksi dan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Kelancaran proses kerja bergantung pada keahlian yang dimiliki oleh tenaga kerja. Semakin tinggi keahlian yang dimiliki akan semakin maksimal output yang dihasilkan begitu juga sebaliknya (Siswanto, 2003). Keahlian yang dimiliki tenaga kerja berpengaruh pada kelancaraan produksi dan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Dengan demikian kelancaran proses kerja bergantung pada keahlian yang dimiliki tenaga kerja.

(4)

Robert dalam Robbins (2007) mendefenisikan tiga keahlian mendasar manajemen yaitu:

1. Keahlian teknis yaitu kemampuan menerapkan pengetahuan atau keahlian khusus.

2. Keahlian personal yaitu kemampuan untuk bekerja sama, memahami, dan memotivasi orang lain, baik secara individual maupun dalam kelompok.

3. Keahlian konseptual kemampuan mental untuk menganalisis dan mendiagnosis situasi-situasi rumit.

2.3. Teori Tentang Konsistensi

Menurut Mangkunegara (2008) Konsistensi merupakan ketetapan karyawan dalam menjalankan job description sesuai dengan apa yang diperintahkan perusahaan. Dalam suatu perusahaan industri, bagaimanapun baiknya peraturan kerja, pengawasan kerja, rencana-rencana produksi, penentuan anggaran, kesemuanya itu tidak akan mendukung tercapainya tujuan usaha perusahaan manakala sebagian dari pekerja merupakan manusia -manusia yang tidak patuh terhadap ketentuan-ketentuan yang ada dalam peraturan kerja maupun yang berasal dari pemerintah dan perundang-undangan.

(5)

kerja pada dasarnya merupakan salah satu wujud moral kerja yang tinggi. Untuk itu disiplin kerja tidak hanya diartikan sebagai kepatuhan terhadap ketentuan secara kaku, dipaksakan serta menggunakan ancaman sanksi/hukuman (Nawawi, 2006).

Konsistensi adalah salah satu personal trait yang paling sering disyaratkan oleh perusahaan saat mereka menerima karyawan baru. Tidak hanya dibutuhkan dalam menjalankan tanggung jawab, namun konsistensi juga menunjukkan kualitas kepribadian seseorang. Seorang karyawan yang memberikan hasil kerja yang stabil dan tidak pernah lalai meningkatkan kualitasnya akan lebih dihargai perusahaan dan dipekerjakan lebih lama dibandingkan dengan seorang karyawan yang sesekali menunjukkan prestasi kerja yang sangat memuaskan, namun kinerjanya seringkali berubah dengan ekstrim. Manajemen perusahaan lebih menghargai karyawan yang konsisten menunjukkan prestasi dan kinerja kerja yang terus meningkat walaupun tidak drastis. Konsisten dalam mengerjakan tiap tugas pada akhirnya akan jadi kebiasaan kerja yang menguntungkan. Work habit yang tercipta akan membuahkan efisiensi kerja. Anda akan bekerja lebih cepat dan efisien dengan hasil yang tetap baik. Dengan kata lain, konsistensi pada akhirnya membuat Anda bekerja dengan lebih pintar.(http://pacebuk.blogspot .com/2011/05/jaga-konsistensi-kerja.html)

(6)

menjadi budaya dan berjalan sesuai dengan irama dan berputarnya program dan beban kerja perusahaan.

Dalam suatu perusahaan industry, bagaimana baiknya peraturan kerja, pengawasan kerja, rencana-rancana produksi, penentuan anggaran, kesemuanya itu tidak akan mendukung tercapainya tujuan usaha perusahaan manakala sebagian dari antara pekerja merupakan manusia-manusia yang tidak patuh terhadap ketentuan-ketentuan yang ada. Bedjo Siswanto (1989: 277) menyatakan bahwa pembinaan disiplin yang terus menerus dilakukan oleh manajemen pada suatu saat diharapkan para karyawan tidak melakukan disiplin bukan karena sanksi, akan tetapi sudah menjadi budaya dan berjalan sesuai dengan irama dan berputarnya program dan beban kerja perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa konsistensi dalam aktifitas kerja Nampak dari disiplin karyawan, berkaitan dengan kepatuhan menaati peraturan perusahaan dan selanjutnya berpengaruh pada kelancaran proses kerja serta efisiensi penggunaan tenaga kerja. Sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan tidak saja perlu mendapatkan tenaga kerja yang mempunyai tingkat keterampilan tinggi, tetapi juga perlu didukung oleh disiplin yang telah menjadi budaya dalam segala pekerjaan diperusahaan.

(7)

Dari uraian diatas jelas bahwa konsistensi dalam aktivitas kerja nampak dalam disiplin pegawai, keterkaitan dengan kepatuhan menaati peraturan perusahaan dan selanjutnya akan mempengaruhi kelancaran proses kerja dan efisiensi penggunaan tenaga kerja.

2.4. Teori Tentang Kondisi lingkungan kerja

Beberapa macam kondisi yang dapat dipersiapkan oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan adalah penerangan, suhu udara, suara bising, penggunaan warna, ruang gerak yang diperlukan serta keamanan kerja dalam perusahaan. Masing-masing jenis kondisi lingkungan kerja ini perlu dipersiapkan dan direncanakan dengan baik oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan, sehingga diperoleh kenyamanan kerja yang memadai bagi para karyawan yang bekerja didalam perusahaan tersebut (Wilberforces T, 2000)

(8)

berhubungan dengan waktu seperti jam kerja, waktu istirahat serta kerja bergilir (shifting), berpengaruh terhadap hasil kerja manusia (Siswanto, 2003) Stewart and Stewart, (1983: 53 ) menyatakan “Working condition can be defined as series of conditions of the working environment in which become the working place of the employee who works there,” yang kurang lebih dapat diartikan kondisi lingkungan kerja sebagai serangkaian kondisi atau keadaan lingkungan kerja dari suatu perusahaan yang menjadi tempat bekerja dari para karyawan yang bekerja didalam lingkungan tersebut. Kondisi yang dimaksud disini adalah kondisi lingkungan kerja yang baik yaitu nyaman dan mendukung pegawai untuk dapat menjalankan aktivitasnya dengan baik. Meliputi segala sesuatu yang ada di lingkungan karyawan yang dapat mempengaruhi kinerja, serta keselamatan dan keamanan kerja, temperatur, kelambaban, ventilasi, penerangan, kebersihan dan lain–lain.

Menurut Newstrom (2000) Work condition relates to the scheduling of work-the length of work days and the time of day (or night) during which people work. yang kurang lebih berarti bahwa kondisi lingkungan kerja berhubungan dengan penjadwalan dari pekerjaan, lamanya bekerja dalam hari dan dalam waktu sehari atau malam selama orang-orang bekerja.

Oleh sebab itu kondisi lingkungan kerja yang terdiri dari faktor -faktor seperti kondisi fisik, kondisi psikologis, dan kondisi sementara dari lingkungan kerja, harus diperhatikan agar para pekerja dapat merasa nyaman dalam bekerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja.

(9)

Faktor fisik ini mencakup peralatan kerja, suhu I tempat kerja, kesesakan dan kepadatan, kebisingan, luas ruang kerja

2.4.1. Jenis Kondisi lingkungan kerja : 1. Kondisi Fisik dari lingkungan kerja

Kondisi fisik dari lingkungan kerja di sekitar karyawan sangat perlu diperhatikan oleh pihak badan usaha, sebab hal tersebut merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk menjamin agar karyawan dapat melaksanakan tugas tanpa mengalami gangguan. Memperhatikan kondisi fisik dari lingkungan kerja karyawan dalam hal ini berarti berusaha menciptakan kondisi lingkungan kerja yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan para karyawan sebagai pelaksanan kerja pada tempat kerja tersebut.

(10)

dan lantai dan tingkat ada (atau tidaknya) seni didalam bekerja, musik, tumbuh-tumbuhan atau hal-hal yang menghiasi tempat kerja.

Menurut Handoko (2000), lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja, yang meliputi temperatur, kelembaban udara, sirkulasi juadara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain yang dalam hal ini berpengaruh terhadap hasil kerja manusia tersebut.

2.4.2. Faktor-faktor lingkungan kerja fisik meliputi : a. Illumination

Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi para karyawan guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja. Pada dasarnya, cahaya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: cahaya yang berasal dari sinar matahari dan cahaya buatan berupa lampu. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan. Dengan penerangan yang baik para karyawan akan dapat bekerja dengan cermat dan teliti sehingga hasil kerjanya mempunyai kualitas yang memuaskan. Cahaya yang kurang jelas (kurang cukup) mengakibatkan penglihatan kurang jelas, sehingga pekerjaan menjadi lambat, banyak mengalami kesalajhan, dan pada akhirtnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanbkan pekerjaan, sehingga tujuan dari badan usaha sulit dicapai.

b. Temperature

(11)

meningkatkan penggunaan tenaga fisik yang lebih berat, sehingga pekerja akan merasa sangat letih dan kinerjanya akan menurun.

c. Noise

Bising dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan suara bising adalah suatu hal yang dihindari oleh siapapun, lebih-lebih dalam melaksanakan suatu pekerjaan, karena konsentrasi perusahaan akan dapat terganggu. Dengan terganggunya konsentrasi ini maka pekerjaan yang dilakukkan akan banyak timbul kesalahan ataupun kerusakan sehingga akan menimbulkan kerugian. d. Motion

Kondisi gerakan secara umum adalah getaran. Getaran-getaran dapat menyebabkan pengaruh yang buruk bagi kinerja, terutama untuk aktivitas yang melibatkan penggunaan mata dan gerakan tangan secara terus -menerus. e. Pollution

(12)

f. Aesthetic Factors

Menurut faktor keindahan ini meliputi: musik, warna dan bau-bauan. Musik, warna dan bau-bauan yang menyenangkan dapat meningkatkan kepuasan kerja dalam melaksankan pekerjaanya (Newstrom, 2000).

2.4.3. Kondisi psikologis dari lingkungan kerja

Rancangan fisik dan desain dari pekerjaan, sejumlah ruangan kerja yang tersedia dan jenis-jenis dari perlengkapan dapat mempengaruhi perilaku pekerja dalam menciptakan macam-macam kondisi psikologi. Menurut newstrom (2000) Kondisi psikologis dari lingkungan kerja dapat mempengaruhi kinerja yang meliputi perasaan yang bersifat pribadi atau kelompok, status dihubungkan dengan sejumlah lokasi ruang kerja dan sejumlah pengawasan atau lingkungan kerja.

2.4.4. Faktor-faktor dari kondisi psikologis meliputi: a. Feeling of privacy

Privasi dari pekerja dapat dirasakan dari desain ruang kerja. Ada ruang kerja yang didesain untuk seorang pekerja, adapula yang didesain untuk beberapa orang, sehingga penyelia untuk mengawasi interaksi antar karyawan.

b. Sense of status and impotance

(13)

yang terbuka karena banyak gangguan suara dan privasi yang dimiliki terbatas.

3. Kondisi sementara dari lingkungan kerja

Menurut Newstrom (2000), “The temporal condition-the time structure of the work day. Some of the more flexible work schedules have developed in an effort to give workers a greater sense of control over the planning and timing of their work days”. Kondisi sementara meliputi stuktur waktu pada hari kerja. Mayoritas dari pekerja bekerja dengan jadwal 5-9 jam dimana pekerja akan diberi waktu 1 jam untuk istirahat dan makan siang.Faktor-faktor dari kondisi sementara meliputi:

a. Shift

Dalam satu hari sistem kerja shift dapat dibagi menjadi 3 yaitu shift pagi, shift sore, dan shift malam. Berdasarkan banyak penelitian bahwa shift malam dianggap banyak menimbulkan masalah seperti stres yang ti nggi, ketidakpuasan kerja dan kinerja yang jelek.

b. Compressed work weeks

(14)

c. Flextime

Adalah suatu jadwal kerja dimana karywan dapat memutuskan kapan mulai bkerja dan kapan mengakhiri pekerjaannya selama karywan dapat memenuhi jumlah jam kerja yang ditetapkan oleh badan usaha.

Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan. Kondisi lingkungan kerja dipandang mempunyai peranan yang cukup penting terhadap kenyamanan, ketenangan, dan keamanan kerja. Terciptanya kondisi lingkungan kerja yang nyaman akan membantu para karyawan untuk bekerja dengan lebih giat sehingga produktivitas dan kepuasan kerja bisa lebih meningkat. Kondisi lingkungan kerja yang baik merupakan kondisi lingkungan kerja yang bebas dari gangguan fisik seperti kebisingan, kurangnya penerangan, maupun polusi serta bebas dari gangguan yang bersifat psikologis maupun temporary seperti privasi yang dimiliki karyawan tersebut maupunpengaturan jam kerja (Newstrom, 2000).

2.5. Teori Tentang Efisiensi

Menurut Siswano (2003), efisiensi kerja karyawan adalah perbandingan terbaik antara suatu usaha dengan hasilnya yang merupakan syarat dan menjadi ukuran keberhasilan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui kerja sama manusia. Dorongan atau motivasi perlu ditumbuhkan apabila efisiensi merupakan tujuan yang ingin dicapai dan perlu bagi kelangsungan hidup perusahaan

(15)

semula itu mengalami perkembangan. Efisiensi dapat dirumuskan menurut suatu pengertian tertentu yaitu memaksimumkan perbandingan antara hasil bersih yang nyata (imbangan akibat-akibat yang dikehendaki terhadap yang tidak dikehendaki) dengan pengorbanan yang diberikan.

Suatu tindakan dapat disebut efisien apabila mencapai hasil yang maksimal dengan usaha tertentu yang diberikan. Atau apabila mencapai suatu tingkat hasil tertentu dengan usaha terkecil yang mungkin diberikan.

Tunggal (2003) menyatakan bahwa efisiensi adalah prediksi keluaran/output pada biaya minimum, atau merupakan rasio antara kuantitas sumber yang digunakan dengan keluaran yang dikirim. Sedangkan menurut Gie (1997 : 26), efisiensi adalah satu pengertian tentang perhubungan optimal antara pendapatan dan pengeluaran, bekerja keras dan hasil-hasilnya, modal dan keuntungan, biaya dan kenikmatan, yang ada kalanya juga disamakan dengan ketepatan atau dapat juga dirumuskan sebagai perbandingan terbaik antara pengeluaran dan penghasilan, antara suatu usaha kerja dengan hasilnya. Perbandingan ini dapat dilihat dari dua segi, yaitu :

1. Segi hasil

Suatu pekerjaan dapat disebut efisien jika dengan usaha tertentu memberikan hasil yang maksimal. Hasil yang dimaksud yaitu mengenai kualitas dan kuantitas maksimal yang diperoleh.

2. Segi usaha

(16)

Perbandingan terbaik antara usaha kerja dan hasilnya dalam setiap pekerjaan terutama ditentukan oleh bagaimana pekerjaan itu dilakukan. Jadi efisiensi kerja pada umumnya merupakan perwujudan dari cara-cara bekerja yang efisien, dilihat dari segi usaha yang meliputi 3 unsur yaitu waktu, biaya dan metode kerja (tenaga dan pikiran), suatu cara bekerja yang efisien ialah cara yang dengan tanpa sedikitpun mengurangi hasil yang hendak dicapai yaitu :

1. Cara yang termudah 2. Cara yang teringan 3. Cara yang tercepat 4. Cara yang tersingkat 5. Cara yang termurah

Suatu cara bekerja efisien yang dipraktekkan pada suatu satuan usaha tertentu akan mengakibatkan tercapainya hasil yang dikehendaki, bahkan dalam derajat yang tertinggi mengenai mutu dan jumlahnya. Jadi hasil yang maksimal dalam setiap perkerjaan tergantung pula pada cara bekerja yang efisien.

c. Pengukuran Efisiensi Kerja

Ada berbagai cara sebagai pedoman yang dipakai untuk mengukur apakah efesiensi tercapai dalam suatu perkerjaan. Menurut Reksohadiprawito (2000), pedoman dalam pengukuran efisiensi kerja yaitu :

1. Jika dua macam tindakan akan memberikan hasil yang sama dalam rangka tujuan, organisasi, maka salah satu harus dipilih yaitu yang mengakibatkan pendekatan biaya-biaya yang paling sedikit.

(17)

banyak. Sementara itu menurut Ackoff (1999) bahwa terdapat 6 (enam) cara pengukuran efesiensi yang paling umum, yaitu :

1. Berpegang pada faktor “waktu” yang konstan, kemudian mengukur % hasil pekerjaan yang diselesaikan.

2. Berpegang pada faktor “biaya” yang konstan, kemudian mengukur % hasil pekerjaan yang diselesaikan.

3. Berpegang pada faktor “metode kerja” yang konstan, kemudian mengukur % hasil pekerjaan yang diselesaikan.

4. Menetapkan hasil pekerjaan yang harus diselesaikan, kemudian mengukur waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

5. Menetapkan hasil pekerjaan yang harus diselesaikan, kemudian mengukur biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

6. Menetapkan hasil pekerjaan yang harus diselesaikan, kemudian mengukur metode kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

(18)

melaksanakan tugas pokoknya. Secara kuantitatif tidak dapat segera diamati, namum ketepatan dan kecermatan menggunakan metode atau alat sebagai indikator yang dapat menjamin kualitas hasil yang akan dicapai selalu dapat diamati. Daya guna (efisiensi) yang berarti produktifitas tinggi mengandung indikator sebagai berikut:

1. Metode atau cara bekerja yang dipergunakan merupakan cara terbaik dan paling tepat untuk mencapai hasil maksimum baik dari sisi kuantitas dan kualitas.

2. Peralatan yang dipakai merupakan yang terbaik dan paling serasi dengan metode yang dipilih. Hal ini ditunjang dengan pemeliharaan dan penggunaan secara maksimal dan bertanggungjawab hingga mencapai hasil yang maksimal.

3. Penggunaan metode kerja dan peralatan memperkecil hambatan.

4. Penggunaan metode kerja dan alat tidak mengandung resiko yang merugikan dan memiliki jaminan yang tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

5. Personel kerja memiliki kreatifitas, inisiatif dan sikap kerja yang tepat terutama dalam menghadapi hambatan kerja, efisiensi akan tampat dalam disiplin (loyalitas) kerja dan moral (semangat) kerja.

(19)

2.6. Kerangka Konseptual

Organisasi atau perusahaan akan berhasil apabila perusahaan tersebut mampu secara efektif dan efisien mengkombinasikan sumber-sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan tersebu. Seberapa baik strategi suatu perusahaan untuk mendayagunakan sumber daya yang ada menjadi indikator tingkat keberhasilan suatu perusahaan.

Perusahaan yang berangkutan harus mampu menempatkan tanaga kerja pada suatu pekerjaan sesuai dengan keahlian atau bakat pekerja tersebut dan memastikan semua tenaga kerja dapat bekerja dengan baik dan pekerjaanya sesuai dengan kemampuan tenaga kerja tersebut. Keahlian yang dimiliki tenaga kerja berpengaruh pada kelancaran produksi dan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Kelancaran proses kerja bergantung pada keahlian yang dimiliki oleh tenaga kerja. Semakin tinggi keahlian yang dimiliki akan semakin maksimal output yang dihasilkan begitu juga sebaliknya (Siswanto, 2003).

(20)

Pengaruh faktor manusia sebagai pelaksana kerja atas efisiensi kerja meliputi unsur-unsur: (1) Kemampuan dan kemahiran bekerja, (2) Keinginan bekerja, (3) Lingkungan kerja, dan (4) Konsistensi/Keajegan tersebut dikemukakan oleh maiyer (2008). Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka variabel keahlian, konsistensi, dan kondisi lingkungan kerja dijadikan variabel bebas dalam penelitian ini yang akan menjelaskan variabel terikat dalam hal ini efisiensi penggunaan tenaga kerja.

2.7. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis kerja yang diajukan dalam penelitian ini adalah keahlian, kondisi lingkungan kerja dan konsistensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi penggunaan tenaga kerja pada PDAM Tirta Bina Labuhanbatu.

Gambar2.1. Kerangka Konsistensi

(X2)

Kondisi lingkungan kerja

(X3)

Keahlian (X1)

Efisiensi Penggunaan Tenaga Kerja

Referensi

Dokumen terkait

Sebagian besar responden menyatakan bahwa kualitas hasil evaluasi naskah oleh redaksi JPP tergolong baik (93,94% responden), saran perbaikan yang diberikan oleh redaksi JPP

menggunakan katalis basa dapat mengubah trigliserida, digliserida atau monogliserida menjadi ester, dimana sebagian asam lemak bebas dalam minyak castor

Hasil pengamatan dalam pendampingan pengelolaan perpustakaan menunjukkan bahwa pengelolaan perpus- takaan di UK/UPT lingkup Kementerian Pertanian masih menghadapi hambatan, antara

According to the discourse, we can find out that it is an excellent speech in English in order to tell the animals in Animal Farm about the dream that Old Major had

Peningkatan PDRB diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang merupakan kondisi yang diperlukan ( necessary condition ) bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan

Pemaparan latar belakang dan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian apakah ada pengaruh antara strategi pembelajaran kooperatif Think pair

Kemajuan teknologi informasi sangat berkembang pesat dewasa ini, hal ini berdampak positif pada media pembelajaran, dahulu sistem pembelajaran hanya terbatas pada sistem

PENGARUH KOMPLEKSITAS PERUSAHAAN, SPESIALISASI INDUSTRI KAP, DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AUDIT FEE (Studi Empiris pada Seluruh Perusahaan yang Terdaftar di BEI