• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI PUPUK BERSUBSIDI PADA KECAMATAN GERUNG LOMBOK BARAT Ni Ketut Sriwinarti1 , Andres Faesal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI PUPUK BERSUBSIDI PADA KECAMATAN GERUNG LOMBOK BARAT Ni Ketut Sriwinarti1 , Andres Faesal"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

Penyaluran pupuk bersubsidi pada dasarnya telah di atur dalam Peraturan Menteri Pertanian Republik In-donesia Nomor 130/Permentan/SR. 130/11/2014 ten-tang kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) pu-puk bersubsidi untuk sektor pertanian tahun anggaran 2015. Selain itu, kios binaan atau pengecer resmi juga mendapatkan surat dari Produsen berkaitan masalah proses penyaluran pupuk yang sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Dokumen yang harus disiapkan untuk mempelancar alur distribusi pupuk dari produsen adalah RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani), dimana RDKK yang diminta harus sudah divalidasi oleh departemen pertanian setempat. Setelah prasyarat terse-but dipenuhi barulah kios yang ditunjuk dapat menebus pupuk yang telah di tetapkan berkaitan syarat minimal jumlah penebusan [1].

RDKK merupakan rencana kebutuhan pupuk ber-subsidi untuk satu tahun yang disusun berdasarkan musy-awarah anggota kelompok tani yang merupakan alat pesanan pupuk bersubsidi kepada gabungan kelompok tani atau penyalur sarana produksi pertanian [2]. Dalam proses penyaluran pupuk, RDKK merupakan kartu ken-dali utama dan masih satu-satunya yang digunakan oleh pemerintah untuk menghitung maupun menyalurkan kebutuhan pupuk di satu wilayah. Dimana untuk satu musim kedepan, pengecer sudah mendapatkan data

men-genai berapa kebutuhan petani, dan siapa saja pemilikin-ya, terdapat kendala yang terjadi dilapangan yaitu pada saat pengecer mengimplementasikan pupuk tersebut. Se-bagai penyalur yang berhubungan langsung dengan pet-ani, terkadang pengecer atau kios tidak bisa secara pasti membuktikan bahwasanya memang benar bahwa petani tersebut berada dikelompok yang terdaftar dan berapa hak yang seharusnya diberikan ke masing-masing petani sesuai dengan luas lahan yang dikelola. Karena data yang diperoleh oleh pengecer adalah hanya nama.

Permasalahan yang sering terjadi dilapangan dise-babkan karena kurangnya koordinasi antara ketua ke-lompok tani dengan petani yang terdaftar dalam RDKK, sehingga masih banyak diketemukan petani yang tidak mengetahui apakah dirinya terdaftar atau tidak, Mayori-tas (65%) Petani terdaftar di RDKK mengerjakan tanah yang bukan miliknya (kontrak) sehingga apabila masa kontrak berakhir dan terjadi pergantiaan pengerja tanah maka data nya tidak langsung terupdate dalam RDKK, Di dalam beberapa kasus ditemukan kios-kios binaan yang tidak langsung (tepat waktu) dalam menebus pupuk pada PT. Petrosida sehingga petani tidak bisa membeli pupuk yang merupakan haknya [3].

Sistem informasi pendistribusian pupuk di Ke-camatan Gerung, dirancang dengan harapan agar dapat mengatasi permasalahan yang terjadi khususnya pada lini akhir yaitu ketidaktepatan dalam hal penyaluran pupuk

SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI PUPUK BERSUBSIDI PADA KECAMATAN

GERUNG LOMBOK BARAT

Ni Ketut Sriwinarti1, Andres Faesal2

1,2Dosen STMIK Bumigora Mataram

1sriwinarti@stmikbumigora.ac.id, 2andris.faesal@stmikbumigora.ac.id

Abstract

The accuracy of type, number, price, place, time and quality are the expectations that every farmer expects in the process of distributing and procurementing subsidized fertilizer. But the various alternatives which have already given or designed were not be able to solve the scarcity of fertilizer and it was happening very frequent in our envi-ronment. The usage of control card (farmer card) has been designed by goverment in 2007-2008 but it was not well distributed to all regions in East Nusa Tenggara. Whereas the usage of this card can be a good solution that can help in controling (managing) the fertilizer distribution so the fertilizer can be given to the appropriate farmers. The imple-menting of farmer card along with the making of information system of fertilzer distribution in Gerung is designed to solve the inaccuracies of subsidized feltilizer distribution. Every farmer registered in famer groups and RDKK (which is used by retailers to get the fertilizer) will get the identity card. By using the identity card farmers can come and show the identity card to retailers and then the retailers will see the identity and check the amount of fertilizer that each farmer has. By this system retails can distribute the fertilizer accurately in the term of target, quantity and price. Besides, this system also can help in observing the redeem that retailer did and the numbers of fertilizer sold.

(2)

bersubsidi. Setiap petani yang terdaftar dalam kelompok tani dan terdaftar dalam RDKK yang kemudian digu-nakan oleh pengecer untuk melakukan penebusan pupuk akan mendapatkan kartu identitas. Dengan adanya kartu identitas tersebut para petani yang sudah memiliki identi-tas dapat langsung datang ke pengecer kemudian pengec-er bisa melihat biodata dan jatah pupuk yang dimiliki oleh masing-masing petani.

II. METODE PENELITIAN

2.1 Pendekatan dan Lokasi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (pur-posive) di Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut selain merupakan salah satu dae-rah yang memiliki tingkat kebutuhan pupuk yang cukup besar, para petani yang berada di daerah tersebut sangat terbuka akan informasi yang dibutuhkan.

2.2. Alur Sistem

Sistem yang dibangun memiliki maksud utama untuk membantu dalam memberikan identitas pemilik pupuk (petani) dan berapa jatah pupuk yang dimiliki oleh petani, sehingga pada prinsipnya alur kerjanya dapat terbagi menjadi 2 bagian yaitu pemrosesan pencetakkan kartu petani dan transaksi penebusan pupuk

2.2.1 Kartu Petani

Sesuai dengan peraturan menteri Nomor 130 tahun 2014, yang mengatur mengenai jalur distribusi pu-puk bersubsidi oleh sebab itu di dalam sistem ini tetap digunakan RDKK sebagai pedoman dalam penginputan data, dimana secara sederhana digambarkan pada bagan dibawah ini:

Admin

Memasukkan Data Petani Sesuai RDKK

Proses Data dan Cetak Kartu Petani

Kartu Petani

Gambar 1. Alur Proses Kartu Petani

Kartu petani akan dibagikan ke masing-masing petani, dimana kartu tersebut akan dibawa oleh petani pada saat proses penebusan pupuk. Di mana desain kartu yang akan diberikan untuk masing-masing petani yaitu seperti dibawah ini:

Gambar 2. Desain kartu pupuk

2.2.2 Penebusan Pupuk

Pada saat penebusan pupuk para petani memba-wa kartu identitas yang telah diberikan sehingga pihak pengecer dapat melihat apakah petani tersebut memiliki jatah pupuk atau tidak. Apabila petani tersebut terdaftar dan memiliki jatah pupuk, maka proses penebusan akan dilakukan.

Nota Penjualan Perbaharui Database

Gambar 3. Alur Proses Penebusan Pupuk

2.3 Desain Database

Di dalam desain database, dapat dilihat file-file apa saja yang terintegrasi, spesifikasi, struktur dan batasan dari data atau informasi yang akan disimpan. Ni Ketut Sriwinarti & Andres Faesal

(3)

Gambar 4. Desain Database

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Ketepatan Jumlah dan Jenis

Kelangkaan pupuk merupakan permasalahan yang sering muncul khususnya di desa Gerung. para petani sering mengeluhkan berkaitan ketiadaan pupuk yang ada di pasaran, sedangkan dari pihak produsen mengung-kapkan bahwasanya mereka telah memproduksi sesuai dengan anggaran yang diberikan (disusun) oleh masing-masing daerah. Apabila ditelusuri langsung ke petani di ketahui bahwasanya para petani tidak mengetahui kema-na seharusnya dia membeli pupuk yang merupakan bagi-annya, selain itu terdapat ketidakjelasan di lini pengecer mengenai berapa seharusnya hak pupuk yang seharusnya diberikan untuk masing-masing petani.

Apabila merujuk dari peraturan Menteri no 122/ Permentan/SR.130/11/2013 yang mengungkapkan bah-wasanya kebutuhan pupuk bersubsidi dihitung sesuai dengan anjuran pemupukan berimbang spesifikasi lokasi dengan pertimbangan usulan yang diajukan oleh dinas Provinsi kepada direktur jenderal. Berdasarkan peraturan tersebut maka dalam system ini dirancang pembagian (penjatahan) pupuk ke masing-masing petani adalah ses-uai dengan kepemilikan tanah yang dimiliki yaitu misal-kan luas tanah yang dimiliki adalah 10 are, maka sesuai dengan ketetapan dari dinas pertanian bahwasanya setiap 10 are tanah yang dimiliki akan menerima 20 kg urea, 10 kg NPK, 5 kg Za, 10kg SP-36 dan 50 kg Organik. Sehing-ga secara otomatis apabila semakin luas tanah yang di-miliki maka semakin banyak hak pupuk yang diberikan.

Gambar 5. Layout Alokasi pupuk

1.2 Ketepatan Harga

Produk yang disubsidi oleh pemerintah, jumlah maupun harganya sudah ditetapkan oleh peraturan menteri atau badan pemerintah. Pupuk subsidi seperti Urea, ZA, NPK dan SP-36 me-miliki harga eceran tertinggi yang telah ditetap-kan oleh Menteri dalam peraturan Menteri yang diterbitkan setiap satu tahun sekali. Namun praktek dilapangan menunjukkan seringnya terjadi perbedaan harga yang cukup signifikan [2]. Dengan adanya sistem ini, harga eceran pu-puk sudah ditetapkan sehingga pengecer akan mengikuti asas dan tidak ada perbedaan antara petani satu dengan yang lainnya.

Gambar 6. Layout Persediaan Pupuk

1.3 Ketepatan Sasaran

(4)

akan menginputkan data petani sesuai sengan informasi yang diberikan, kemudian para petani akan dibagikan kartu petani yang menunjukkan identitas para petani, di-mana pada saat akan melakukan penebusan (pembelian) pupuk, petani menunjukkan kartunya ke pengecer.

Gambar 7. Data Petani

1.4 Ketepatan Informasi Persediaan

Selain ketepatan-ketepatan yang dijabarkan pada point-point sebelumnya, sistem ini juga dapat memban-tu melihat secara cepat mengenai jumlah pupuk yang tersedia di gudang.

Gambar 8. Data Pupuk yang Tersedia

1.5 Ketepatan Nilai Penebusan

Menu penjualan dan pembelian yang dirancang dapat membantu pengecer dalam memproses trans-aksi pembelian pupuk dan transtrans-aksi penjualan pupuk sehingga dapat dihasilkan laporan yang menunjuk-kan berapa jumlah pupuk yang dibeli (ditebus) oleh pengecer dan berapa jumlah pupuk yang terjual oleh pengecer. Di laporan penjualan ditunjukkan siapa saja petani yang melakukan pembelian pupuk dan berapa jumlahnya.

Gambar 9. Menu Pembelian dan Penjualan

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis, diketahui bahwasanya RDKK yang selama ini digunakan oleh pemerintah sebagai dasar dalam pen-gendalian distribusi pupuk bersubsidi belum berjalan se-cara optimal, mulai dari terkendala masalah data dalam RDKK maupun pada saat implementasinya. Sedangkan pada saat penyaluran masih diketemukan adanya perbe-daan harga dari yang ditetapkan. System pendistribusian pupuk bersubsidi merupakan alternative system yang ditawarkn untuk mengatasi permasalahan yang muncul di masyarakat khususnya diwilayak kecamatan Gerung. System ini memberikan ketepatan pada saat proses peny-aluarn pupuk yaitu ketepatan jumlah pupuk yang terbagi, ketepatan jenis pupuk yang diberikan, ketepatan harga pupuk sesuai dengan peraturan Menteri dan ketepatan sasaran atau tepat ke konsumen pupuk. Petani juga di-berikan identitas (kartu petani) yang dapat digunakan se-bagai tanda pengenal pada saat proses pembelian pupuk ataupun bantuan-bantuan yang akandiberikan nantinya.

Selain membantu dari pihak petani, system ini juga dirancang untuk membantu pengecer, dimana me-lalui system ini dapat di informasikan secara cepat dan tepat berkaitan jumlah persediaan pupuk, jumlah pembe-lian pupuk yang telah dilakukan dan nilai penjualan pu-puk perperiode.

Ni Ketut Sriwinarti & Andres Faesal

(5)

Saran Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini hanya menggunakan satu pengec-er saja, sehingga pengendalian distribusi pupuknya tidak bisa dilakukan secara optimal. Oleh sebab itu dibutuh-kan lebih dari satu pengecer. Selain itu penelitian ini juga bisa dikembangkan dengan membangun aplikasi berba-sis android, dimana informasi ketersediaan pupuk setiap pengecer dapat terlihat bukan hanya oleh pemilik kios tetapi juga oleh petani.

V. DAFTAR PUSTAKA

[1] Pera turan Menteri Pertanian Republik Indonesia No 122/Permentan/SR.122/11/2013 tentang kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi untuk sector pertanian tahun anggaran 2014

[2] Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No 130/Permentan/SR.130/11/2014 kebutuhan dan Har-ga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi untuk sector pertanian tahun anggaran 2015

[3] Sriwinarti, Ni Ketut dan Andres Faesal, 2015, Anali-sa Awal Pengendalian Distribusi Pupuk Bersubsidi Pada Kecamatan Gerung Lombok Barat, Prosid-ing Seminar Nasioanl Teknologi Informasi dan

Ap-likasinya, Vol 7: H-7-11, Politeknik Negeri Malang.

[4] Hollensen, S. 2010, Marketing Management: A Re-lationship Approach. 2nd ad., Harlow, Essex: Person.

[5] Sudjono, Spudnik, 2011, Sistem Distribusi Relation-ship: Kajian Penyempurnaan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Kepada Petani. Analisa Kebijakan Perta-nian. Volume 9, No 4 Des 2011: 313 - 330

Gambar

Gambar 2. Desain kartu pupuk
Gambar 6. Layout Persediaan Pupuk
Gambar 8. Data Pupuk yang Tersedia

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Setelah diolah hipotesis yangdiajukan dalam penelitian ini seluruhnya diterima dan didukung oleh data empirik sehingga dapat ditafsirkan bahwa (1) Kepemimpinan

Usaha temak dikatakan efisien atau menguntungkan jika nilai R-C ratio lebih dari 1, sebaliknya jika R-C ratio kurang dari 1 maka usaha tersebut tidak efisien atau

kesimpulan sebagai berikut: (1) Algoritma genetika dapat digunakan untuk melakukan optimasi terhadap pembuatan jadwal proyek dengan menggabungkan CPM sehingga diperoleh

Penelitian ini ilmu antropometri atau pengukuran tubuh manusia sangatlah penting, hal ini disebabkan karena objek penelitian adalah siswa usia sekolah dasar, sehingga

Dari hasil-hasil penelitian terdahulu maka dapat disimpulkan bahwa integrasi pasar modal dapat diartikan sebagai hubungan yang terjadi antar pasar modal dua atau lebih

Biro Konsultasi merupakan satu unit yang menjadi sasaran untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat baik secara individu maupun keluarga yang memiliki permasalahan dalam

Pembahasan secara detail tentang perancangan Virtual Plant baik hardware maupun software seperti perancangan regulator ( power supply , serta pembuatan program baik