Headline Kompasiana 12/10/2014
Laju Pertumbuhan Populasi Sapi Perah
Indonesia Lambat
Oleh : Joko Ade Nursiyono
Sapi perah (KOMPAS.com/Heru Sri Kumoro)
Sapi merupakan hewan ternak paling penting di dunia. Selain mampu menyediakan sekitar 55 persen kebutuhan daging dunia, sapi juga mampu memenuhi sekitar 85 persen kebutuhan kulit dunia. Dan yang utama, sapi juga sampai saat ini mampu menjadi hewan satu - satunya memenuhi sekitar 95 persen kebutuhan susu dunia.
kondisi populasi ternak sapi perah hendaknya sudah keharusan menjadi perhatian pemerintah dan seluruh masyarakat.
Data hasil Sensus Pertanian (ST) tahun 2013 yang telah dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, bahwa jumlah rumah tangga peternak sapi perah di Indonesia mengalami penurunan sebanyak 5.626.614 rumah tangga atau turun sekitar 30,26 persen dari kondisi rumah tangga peternak sapi perah hasil ST tahun 2003. Sementara itu, jumlah perusahaan peternakan yang berbadan hukum mencapai 629 unit dan tumbuh sebesar 32,42 persen dari kondisi tahun 2003.
Populasi dan Laju Pertumbuhan Sapi Perah Indonesia (diolah dari data dirjen Peternakan), sumber : Dok.pri
Bila dikaji lebih lanjut, sebab utama penurunan populasi sapi perah yang terjadi di Indonesia adalah pergeseran profesi peternak sapi perah atau pergeseran ternak yang diusahakan. Pergeseran profesi peternak tersebut bisa jadi bersifat sementara atau sudah beralih secara permanen. Mungkin ditinjau dari segi pendapatan, terdapat sebagian peternak yang usaha sapi perahnya berhasil, kemudian seluruh sapi perahnya dijual untuk mendirikan usaha semisal tokoh atau tetap beternak hanya saja ternak yang diusahakan lain. Hal tersebut bukan tidak mungkin akan terjadi, sebab berdasarkan data dirjen Peternakan mulai tahun 2001 hingga 2012, didapatkan hasil uji korelasi sebagai berikut :
Tabel Korelasi Populasi Sapi Perah dengan Ternak Lainnya, sumber : Dok.pri
Terlihat bahwa korelasi (arah hubungan) antara populasi sapi perah dan populasi kerbau dalam rentang waktu 12 tahun memperlihatkan hubungan yang negatif sebesar 0,94. Artinya, ketika populasi sapi perah terjadi penurunan, terdeteksi populasi kerbau mengalami peningkatan. Secara relatif kemungkinan besar telah terjadi pergeseran ternak yang diusahakan oleh rumah tangga peternak, atau bisa juga terjadi penambahan oleh adanya impor ternak baik karena tekanan kebutuhan maupun secara ad hoc. Hal yang sama juga terjadi hubungan yang negatif antara populasi sapi perah dengan populasi Ayam Buras, meskipun kecil yakni sebesar 0,03.