• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PEMBANGUNAN EKONOMI ISLAM ARAH DA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SISTEM PEMBANGUNAN EKONOMI ISLAM ARAH DA (1)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PEMBANGUNAN EKONOMI ISLAM: ARAH DAN MASA DEPAN EKONOMI ISLAM

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Al quran tentang Ekonomi

Dosen Pembimbing: Dr. H. Waryono Abdul Ghafur

Disusun oleh:

Agep Rumanto (1420310086)

PROGRAM STUDI HUKUM ISLAM

KONSENTRASI KEUANGAN DAN PERBANKAN SYARIAH PROGRAM PASCASARJANA

UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

(2)

ABSTRAK

Permasalahan utama ekonomi konvensional dewasa ini adalah eksploitasi, ketidakmerataan ekonomi, dan stabilitas ekonomi. Ekonomi konvensional ternyata banyak menimbulkan ekses-ekses negatif. Ekonomi konvensional juga tidak bisa diandalkan dalam membangun ekonomi negara-negara berkembang. Kenyataan yang ada adalah bahwa negara-negara berkembang itu justru menjadi sapi perah bagi negara-negara maju. Hal itu karena negara-negara berkembang tersebut “mengamalkan” ekonomi liberal. Maka dari itu, ekonomi Islam diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah tersebut. Dalam makalah ini ada empat kunci utama yang akan diajukan dalam kerangka pengembangan ekonomi Islam yaitu ekonomi tanpa eksploitasi, pemerataan kesempatan ekonomi, ekonomi yang terkandung kearifan lokal, dan sumber daya insan Islami.

(3)

BAB I PENDAHULUAN

Sejak Adam Smith mengemukakan teori pasarnya maka orang percaya bahwa mekanisme pasar akan mampu menyelesaikan masalah ekonomi yang ada dalam masyarakat. Akan tetapi harapan mereka tidak sepenuuhnya terpenuhi, dalam beberapa kasus ada masalah ekonomi yang tidak bisa diserahkan sepenuhnya kepada pasar. Hal ini kemudian direspon Karl Marx dengan mengajukan teori tandingannya. Orang yang percaya dengan teori Marx pun berharap bahwa sistem ekonomi yang Marx kembangkan akan mampu menyelesaikan masalah ekonomi mereka. Akan tetapi setali tiga uang dengan kubu Adam Smith, kubu Karl Marx pun menghadapai masalah serupa yakni bahwa mereka masih tetap menghadapi masalah-masalah ekonomi yang tidak bisa diselesaikan. Pada tahun 1930-an muncul teori pembaharu, John Maynard Keynes mengajukan teorinya bahwa ekonomi tidak semuanya bisa diserahkan kepada pasar, harus ada intervensi pemerintah untuk mempengaruhi pasar. Akan tetapi hal ini pun tidak sepenuhnya mampu menjadi obat bagi ekonomi, karena terbukti masih ada. Masalah utama dari ekonomi konvensional adalah eksploitasi, ketidakmerataan ekonomi, dan ketidakstabilan.

(4)

BAB II PEMBAHASAN

Konsep pembangunan ekonomi Islam berdasarkan pada perintah Allah adalah untuk memakmurkan kehidupan di bumi. Perintah ini terdapat dalam Al Quran surat Al hud : 61

Artinya:

Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)".

(5)

a. Ekonomi yang ma’ruf

Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terdapat dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea keempat yaitu “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial …”.

Dari rumusan tersebut, tersirat adanya tujuan nasional/Negara yang ingin dicapai sekaligus merupakan tugas yang harus dilaksanakan oleh Negara, yaitu:

a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.

b. Memajukan kesejahteraan umum c. Mencerdaskan kehidupan bangsa.

d. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social.

(6)

bidang ekonomi akan tetapi karena alasan kontekstualisasi. Bidang ekonomi menempati sebagian besar porsi kehidupan manusia sekarang ini. Bukan tidak mungkin di masa mendatang manusia tidak lagi menaruh perhatian yang besar terhadap besaran ekonomi, akan tetapi tujuan pokoknya adalah tetap dalam lingkup kesejahteraan.

Sedangkan menurut Maududi dalam bukunya Islamic Law and Constitution, disebutkan bahwa tujuan negara menurut Al Quran tertuang dalam surat Al Hajj ayat 41 yang berbunyi1:

Artinya:

(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.

Hal yang menarik untuk dicermati di dalam ayat tersebut adalah kata makruf. Dalam aspek ma’ruf, erat kaitannya dengan kondisi spesifik suatu masyarakat yang bisa berupa kondisi geografi, sosial, poitik, budaya, dan adat. Artinya jika kita berbicara ma’ruf maka kita harus memperhatikan ciri-ciri khas dari suatu masyarakat atau bangsa. Satu hal yang ma’ruf di di suatu bangsa belum tentu ma’ruf di bangsa lain. Bahwasanya Allah menciptakan umat manusia berbangsa-bangsa seperti tercantum dalam surat Al Hujurat ayat 13:

(7)

Artinya :

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Makna kata bangsa mengacu kepada suatu kelompok manusia yang dianggap memiliki identitas bersama, dan mempunyai kesamaan bahasa, agama, ideologi, budaya, dan sejarah2. Jadi jelaslah sekarang bahwa makruf erat kaitannya dengan bangsa. Hal ini karena kemakrufan melekat pada kearifan lokal setiap bangsa yang mana kearifan lokal ini berbeda-beda antar setiap bangsa. Oleh karena itu untuk mencapai taraf ekonomi yang makruf maka aspek-aspek bangsa perlu diperhatikan. Artinya pengembangan ekonomi harus didasarkan dan disesuaikan dengan ciri-ciri dan kondisi-kondisi spesifik suatu bangsa atau masyarakat.

Pemasukan unsur ma’ruf (kearifan lokal) ke dalam pengembangan ekonomi Islam ini mengacu pada fenomena bahwa tidak sedikit dari bentuk-bentuk akad yang ada dalam fikih muamalah maliyah merupakan warisan tradisi (kearifan lokal) masyarakat sekitar wilayah Arab. Lebih dari itu, kaidah fikih secara tegas menyebutkan: at-Ta’yinu bi al-‘urfi ka al-ta’yinu bi al-nash, ketentuan berdasar kearifan lokal seperti ketentuan berdasarkan nas (nash)3.

Penyamarataan strategi pembangunan ekonomi untuk semua bangsa dan masyarakat hanya akan menimbulkan ekses-ekses negatif. Strategi pembangunan

2 http://id.wikipedia.org/wiki/Bangsa, 10 Desember 2014.

(8)

yang berhasil baik di suatu bangsa belum tentu berhasil baik pula saat diterapkan di bangsa lain.

Ekonomi yang ma’ruf itu tidak bisa tercapai kalau masyarakat itu tidak mengenal diri mereka sendiri. yang dimaksud diri itu adalah kondisi materi dan immateri (spiritual), materi meliputi letak geografis, iklim, kondisi tanah, dsb sedangkan immateri meliputi adat, sosial, budaya, agama, politik, dsb. Bahwasanya Tuhan memang menyengaja menciptakan manusia berkelompok-kelompok dalam bangsa-bangsa yang berbeda. Mengacu pada definisi bangsa seperti yang telah disebutkan di awal, secara lebih jelas bahwa suatu bangsa telah memiliki tatanan kehidupan berkehidupan termasuk bernegara dan berekonomi secara mapan. Hal ini karena jika belum punya tatanan yang matang, lengkap, dan sistematis dan saling terkait maka belum layak disebut. Ini bermakna bahwa suatu bangsa bisa makmur dengan sendirinya tanpa harus meniru atau mengadopsi nilai-nilai dan tata sitem kelola (dalam hal ini ekonomi) untuk mencapai kemakmurannya. Karena tidak mungkin Tuhan menciptakan manusia dipecah-pecah sebagai bangsa melainkan untuk memakmurkan setiap hamba-hambaNya itu.

b. Pemerataan Kesempatan Ekonomi

Ekonomi Islam harus mampu menyelesaikan problem ketimpangan ekonomi baik secara mikro dan makro. dalam tatanan mikro contohnya ketimpangan pendapatan orang perorang. Pemandangan nyata dari ketimpanagn ini adalah banyak gedung tinggi berdiri di samping perkampungan kumuh. Sedangkan dalam tatanan makro, contohnya adalah ketimpangan pembangunan antara Jawa dan daerah lain.

(9)

pengusaan oleh segelintir orang yang biasanya adalah orang yang kuat modal (uang) seperti tengkulak. Karena tengkulak itu lebih sering mengambil untung berlipat tidak terkira dan menekan para produsen, yang biasanya golongan ekonomi lemah, seperti petani, buruh, dsb. Penguasaan rantai distribusi yang dikuasai oleh segelintitr orang itu membuat para petani teesebut tidak memiliki pilihan lain selain menjual kepada tengkulak itu dengan harga yang rendah. Dalam artian konsumsi bahwa pemerataan kesempatan ekonomi merujuk pada peningkatan daya beli (pendapatan) per individu sehingga tingkat konsumsi mereka meningkat, artinya kesejahteraan meningkat.

Islam berusaha keras untuk mewujudkan pemerataan kesempatan ekonomi, hal ini karena Allah mengecam peredaran harta yang hanya terkonsentrasi di segelintir orang saja. Sebagaimana yang tertera dalam surat Al-Hasyr: 7:

Artinya:

Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.

(10)

Ekonomi Islam harus mampu manjawab masalah ekonomi konvensional yaitu eksploitasi, baik eksploitasi pada manusia dan eksploitasi pada alam. Teori ekonomi konvensional yang dibangun dengan dasar argumen bahwa kebutuhan manusia tidak terbatas dan sumber daya ekonomi terbatas membuat orang menjadi serakah. Sedangkan teori ekonomi Islam justru kebalikannya yaitu bahwa kebutuhan manusia itu (ada) batasnya dan sumber daya ekonomi itu melimpah. Kebutuhan manusia terbatas karena pada satu titik tertentu manusia akan berhenti mengkonsumsi suatu barang. Sebagai contoh adalah saat kita kenyang maka kita akan berhenti makan. Bahkan ada hadits yang menyebutkan bahwa berhentilah makan4 sebelum kenyang. Hal ini menganjurkan kepada manusia bahwa manusia tidak boleh menuruti hawa nafsunya yang akan berujung pada redamnya sifat serakah dan lebih merangsang sifat untuk berbagi kepada sesama.

Dengan mengetahui bahwa manusia seharusnya ada batasnya maka tidak akan ada dikotomi seperti yang pernah dikatakan Adam Smith yang membagi manusia menjadi dua yaitu Homo economicus (makhluk ekonomi) dan homo socius (makhluk sosial) . Kekeliruan ekonomi konvensional (liberal) adalah cara pandang mereka terhadap manusia saat berekonomi adalah bahwa manusia itu homo economicus dan bukan homo socius. Hal ini aneh karena ekonomi liberal yang diinspirasi dari Adam Smith hanya mengambil cara pandang homo economicus, padahal sebelum Adam Smith mengungkapkan homo economicus, dia telah mencetuskan teori terlebih dahulu bahwa manusia itu makhluk sosial (homo socius)5. Agaknya homo socius memang sengaja dilupakan oleh para pelaku ekonomi konvensional untuk menuruti hasrat keserakahan mereka. Jadi bapak ekonomi liberal sekalipun sebenarnya berpandangan sama dengan ajaran Islam, yaitu bahwa manusia dalam berekonomi harus mengenal batas-batas karena akan memiliki dampak secara sosial.

d. Memulai dari Diri Sendiri

4 Jika arti makan diperluas menjadi semakna arti mengkonsumsi, maka hadits tersebut bisa diartikan berhentilah mengkonsumsi sebelum kamu mencapai titik kepuasan dari mengkonsumsi barang tersebut.

(11)

Ketiga poin di atas akan menjadi percuma jika tidak ditopang oleh sumber daya insani yang handal. Islam sebagai ajaran moral menjadi satu-satunya solusi dalam pengembangan sumber daya insani ini. Hal ini terlihat dari dua pokok ajaran Islam yaitu selain akidah, Islam juga bertumpu pada akhlak. Dalam bahasa masyarakat awam, Islam selain mengatur tata cara ibadah, juga mengatur soal akhlak dan budi pekerti orang-perorang.

Dalam haditsnya Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa Beliau hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak umat manusia. Artinya sebagai seorang muslim tuntutan pertama adalah bahwa kita harus memiliki akhlak yang mulia, termasuk dalam hal berakhlak dalam ekonomi. Maka dari itu jalan perbaikan pembangunan ekonomi Islam adalah perbaikan pada individu-individu pelaku ekonomi. Perbaikan ini tentu saja harus dimulai dari diri kita sendiri, lingkungan terdekat dan saat ini juga.

(12)

BAB III ANALISIS KRITIS A. Investasi atau Penghisapan

Beberapa waktu yang lalu Presiden Joko Widodo melakukan lawatan ke Tiongkok dan menandatangani 12 MOU (Memorandum of Understanding)6. Dalam isi 12 MOU tersebut terdapat kesepakatan investasi besar-besaran dari Tiongkok untuk Indonesia yang dikucurkan untuk beberapa sektor. Ada beberapa pihak yang pro dankontra dengankebijakan yang diambil pemerintahan presiden Joko Widodo ini. Di antara yang pro menyebutkan bahwa Indonesia memang kekurangan modal untuk mengembangkan sektor-sektor industri di Indonesia, sehingga dengan adanya investasi ini akan menumbuhkan sektor-sektor industri baru yang pada akhirnya akanmeningkatkan pendapatan (PDB) bagi Indonesia. Sementara yang kontra, menyebutkan bahwa sebenarnya Indonesia masih punya cukup dana untuk membiayai sektor-sektor tersebut yang mana diambilkan dari domestic saving.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa domestic saving kita rendah. Akan tetapi golongan yang kontra ini lebih mengedepankan rasa nasionalisme sehingga meski investasi kecil masih lebih baik daripada mendapat besar tetapi dari asing. Alasan kedaulatan menempatiporsi yang besar dalam alurpikir mereka. Selain rasa nasionalisme mereka juga memiliki argumen logis, yaitu tentang repatriasi7. 6 http://www.antaranews.com/en/news/96469/indonesia-china-sign-12-investment-mous, 11 Desember 2014

(13)

Penelitian yang dilakukan oleh Sritua Arief, seorang ekonom kerakyatan menyebutkan bahwa repatriasi dollar semakin besar dari tahun ke tahun. Itu artinya semakin invesatasi asing yang kita dapat maka semakin besar pula dollar yang keluar negeri akibat pembyaran dividen pemegang saham yang nota bene berada di luar negeri. Aliran uang keluar ini (outflow) tentu akan menekan neraca pembayran menjadi semakin defisit. Jika sudah defisit maka akan menekan nilai tukar yang selanjutnya akan semakin memperlemah kurs mata uang domestik terhadap mata uang asing.

Sekarang penulis akan menganalisis investasi asing ini dengan kerangka analisis ekonomi Islam yang membawa semangat anti eksploitasi, pemerataan kesempatan ekonomi, dan memiliki kema’rufan.

Investasi asing sebenarnya adalah kerja sama antara 2 pihak dalam melakukan sebuah usaha (proyek), dalam hal ini antara pihak asing dan pihak dalam negeri. Jadi investasi asing sebenarnya bisa dikategorikan sebagai kerjasama musyarakah dan mudharabah di mana dua pihak saling bekerjasama (partnership) kemudian untung akan dibagi kepad kefua belah pihak. Dan memang itulah yang terjadi di dalam investasi asing. Oleh karena itu jika kita berhenti pada bentuk kerja samanya saja maka investasi asing itu sudah Islami. Akan tetapi kita jangan terkecoh hanya pada bentuk kerja samanya saja, kita harus telusuri aspek-aspek lain kerja sama tersebut seperti apakah mengandung unsur eksploitasi, ketidakmerataan dan ketidakma’rufan.

(14)

lewat negara-negara jajahan. Mereka akan menembus batas-batas negara lain karena paham merkantilis erat dengan paham liberal, kapitalis yang menghendaki kebebasan dalam berekonomi. Kasus VOC adalah kasus paling nyata dari bentuk merkantilisme ini. VOC yang bernegara sempit dan miskin sumber daya alam memperluas faktor produksi mereka dengan melakukan ekspansi produksi ke negara-negara lain. Dan yang terlihat adalah penindasan antara kaum pemodal (VOC) dengan buruh (pribumi). Maka tentu wajar jika kita trauma terhadap investasi asing karena kita pernah mengalami pengalaman menyakitkan selama beratus abad sebagai korban merkantilisme. Dan yang terjadi sekarang ini memang tidak jauh beda dengan apa yang dilakukan VOC dulu dengan apa yang dilakukan perusahaan MNC (Multi National Corporation) semacam Exxon, Chevron, dan Freeport. Dan faktanya memang tidak jauh beda bahwa rakyat di sekitar area industri tidak banyak mendapat manfaat bahkan kalau bisa dibilang justru dirugikan. Maka ini cukup mengatakan bahwa investasi asing selama ini memang hampir mirip dengan VOC yaitu adanya eksploitasi.

Kedua kita lihat dari segi pemerataan kesempatan ekonomi. Investasi asing yang diharapkan akan turut meningkatkan PDB sehingga kesejahteraan masyarakat turut terangkat ternyata cuma angan kosong belakan atau setidaknya hanya kecil saja efeknya. Investasi asing akan memakmurkan rakyat terutama rakyat sekitar secara teori maka dalam kenyataanya hanyalah sebuah paradoks. Investasi asing justru membuat jurang kelompok kaya (pemodal) dengan kelompok miskin (buruh) semakin tinggi. Ketimpanagan ini linear jika kita hubgnkan dengan ekploitasi yang aada dalam investasi asing. ini jelas bahwa eksploitasi akan membuat kekayaan akan semakin lari ke pemilik modal dan kaum buruh hanya akan semakin terhisap kekayaannya. Bertambah miris saat kita tahu bahwa yang menjadi buruh adalah justru orang-orang pribumi. Hal ini semakin mempertegas pendapat bahwa investasi asing hanyalah bentuk modern dari eksploitasi yang dulu pernah dilakukan VOC.

(15)

negara berkembang semakin tinggi. Hal tersebut, seperti dikutip dari Huffington Post, Rabu 29 Mei 2013, ditemukan oleh Diego Comin, seorang profesor Harvard Business School dan Marti Mestieri, peneliti di Toulouse School of Economics. Hasil penelitian menunjukkan, pada tahun 1800 pendapatan negara-negara maju di Eropa dengan negara berkembang sebesar 90 persen. Memasuki tahun 2000, perbedaan ekonomi antara keduanya membengkak hingga 750 persen8.

Investasi asing dilakukan oleh perusahaan multi national. Itu atinya strategi kebijakan perusahaan global semacam itu pasti tidak diambil dari unsur-unsur yang ada di wilayah tersebut atau setidaknya sedikit. Kebijakannya pasti hanya akan tunduk kepada pemilik modal. Pembukaan lahan hutan untuk kelapa sawit misalnya hanya akan merusak hutan. Selain itu kadang juga menimbulkan konflik dengan petani setempat. Konflik ini bahkan bereskalasi sampai tingkat pelanggaran HAM. Selain itu, perusahaan multi national juga akan mempekerjakan buruh dengan upah yang rendah. Hal ini membuat investasi asing hanya akan merusak tatanan lokal wilayah setempat, baik tatanan yang bersifat materiil dan immateriil.

Miskinnya kearifan lokal dalam pengembangan investasi asing hanya akan menimbulkan gesekan-gesekan dengan wilayah tersebut. Ekonomi konvensional sudah gagal dalam menyerap kearifan lokal sebagai strategi pengembangan investasi asingnya.

Maka dari itu, dibutuhkan sebuah paradigma baru dalam pengembangan investasi asing ini, dan menurut penulis kearifan lokal itu mampu dimasukkan dalam paradigma ekonomi Islam. Jadi tidak salah jika kita menaruh harap pada ekonomi Islam akan mampu menyelesaikan masalah ini, meski jalan itu sulit dan pasti akan menghadapi hantaman-hantaman dari pihak-pihak yang kepentingannya akan terganggu. Hal ini karena kearifan lokal akan mampu menjadi bumper dari keserakahan para pemodal kapitalis. Kearifan lokal akan membuat strategi global dari perusahaan multinasional harus mampu disesuaikan dengan kearifan lokal wilayah tersebut. Jika tidak mampu menyesuaikan maka otomatis investasi akan batal dan si pemodal kapitalis tidak mendapat untung.

(16)

Sebaliknya jika mampu disesuaikan maka investasi asing akan mampu mengangkat kesejahteraan penduduk setempat.

BAB IV

KESIMPULAN

Menurut penulis kondisi ekonomi Indonesia belum makruf. artinya dalam perekonomian kita belum memenuhi syarat kebajikan, terutama dalam hal ketimpangan. Jika ditarik dalam variabel ekonomi maka pertumbuhan ekonomi itu (economic growth) itu baru baik (khoir), sementara yang kita kejar bukan hanya pertumbuhan akan tetapi juga pemerataan kesempatan ekonomi yang ma’ruf. Jadi bisa disimpulkan bahwa ekonomi kita memang tumbuh baik, akan tetapi pertumbuhan itu tidak diiringi oleh pemerataan yang ma’ruf.

Jangan sampai kita mengalami trauma terhadap ekonomi Islam karena penerapannya yang mentah-mentah tanpa melihat kondisi sosial di setiap negara/daerah/bangsa, karena spirit penerapan ekonomi Islam sekarang ini mirip dengan spirit kapitalisme dan liberalisme. Spirit itu adalah spirit eksploitasi dan penghisapan tanpa ada spirit pemerataan kesempatan ekonomi. Maka di masa depan kalian jangan pernah mengeluh akan gagalnya ekonomi Islam memperbaiki ekonomi ummat manusia, karena hari ini saya telah memperingatkan bahwa jika ekonomi Islam tidak dikembangkan sesuai dengan kondisi sosial masyarakat yang ada, ekonomi Islam akan sama gagal dan tragis nasibnya seperti ekonomi kapitalis.

(17)
(18)

DAFTAR PUSTAKA

Addiarahman, Mengindonesiakan Ekonomi Islam, Yogyakarta: Ombak, 2013

Fauzia, Ika Yunia, Prinsip Dasar Ekonomi Islam: perspektif maqashid al-syariah,

Jakarta: Kencana, 2014.

Hijaz: Terjemah tafsir perkata, Bandung:Syamil Quran, 2013.

Sayyid Abul A’la Maududi, The Islamic Law and Constitution, diterjemahkan dan diedit oleh Khurshid Ahmad, 1983.

Referensi

Dokumen terkait

Selain membangun kedua DBMS tersebut, pada tahap ini dibangun pula perangkat lunak yang akan digunakan sebagai tools untuk membandingkan performansi sistem dari

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang telah dilakukan oleh (Wilopo, 2006) yang menguji pengaruh keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi,

Selain itu, media KOMPEL telah dinyatakan “dapat diterapkan” dalam proses pembelajaran yang dibuktikan dengan hasil lembar kuisioner respon siswa pada tahap uji coba

Dengan demikian, ada dimensi lain dari diri Anda yang tidak bersifat fisik, dan sering disebut sebagai dengan psikis ( rohani ), sehingga manusia terdiri dari aspek jasmani dan

Hasil dari survei faktor risiko penyakit tidak menular di Kabupaten Rembang tahun 2010 adalah proporsi penduduk laki-laki yang merokok adalah sebesar 59,6%, proporsi

Sehingga dengan adanya penurunan skor antara skor pre-test dan skor post-test dapat disimpulkan bahwa pemberian strategi assertive training dapat mereduksi perilaku

Hal lain yang cukup menarik di antara tiga fraksi pada percobaan ini, bahwa pada fraksi ukuran butir kasar dengan selang waktu pengamatan tiap 2 jam selama 6 jam untuk berat

(anya saja komunitas kebudayaan yang bagaimana yang mendorong komunitas masjid ini beresponsi ketika berinteraksi dengan dunia luar? Jika melihat dari perubahan