PENGARUH PENERAPAN ILMU ADMINISTRASI
TERHADAP PENINGKATAN KREATIVITAS KERJA
PEGAWAI DI KECAMATAN BAMBUHARUM KABUPATEN
KARANG TUMARITIS
SKRIPSI
Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Menyelesaikan Program Strata Satu (S-1) Program Studi Administrasi Pemerintahan
oleh MIFTAH NPM. 10010357
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PEMERINTAHAN SEKOLAH TINGGIILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (STISIP)
BENTANG BARANANG KARANG TUMARITIS
ABSTRAK
MIFTAH (10010357) Pengaruh Penerapan Ilmu Administrasi Terhadap Peningkatan Kreativitas Kerja Pegawai Di Kecamatan Bambuharum Kabupaten Karang Tumaritis – Sekolah Tinggi Imu Sosial dan Ilmu Pemerintahan (STISIP) Bentang Baranang – Karang Tumaritis
Pembimbing:
Penelitian ini dilaksanakan pada Kecamatan Bambuharum Kabupaten Karang Tumaritis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) pengaruh penerapan ilmu administrasi terhadap peningkatan kreativitas kerja pegawai Kecamatan Bambuharum, Kabupaten Karang Tumaritis, dan (2) besarnya pengaruh Penerapan Ilmu Administrasi terhadap Kreativitas Kerja Pegawai di Kecamatan Bambuharum Kabupaten Karang Tumaritis.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey, dengan pegawai di Kecamatan Bambuharum Kabupaten Karang Tumaritis yang seluruhnya berjumlah 29 orang. Teknik pengumpulan data untuk kedua variabel Penerapan Ilmu Administrasi dan kepuasan nasabah menggunakan instrumen angket dengan skala ordinal serta menggunakan skala Likert.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) Penerapan Ilmu Administrasi berpengaruh terhadap kreativitas kerja pegawai Kecamatan Bambuharum Kabupaten Karang Tumaritis. Hal ini dibuktikan melalui persamaan regresi Ŷ = 34,277 + 0,386X + e serta uji t yang menyatakan nilai thitung (2,384) lebih besar
daripada nilai ttabel (1,703) pada tingkat kekeliruan 5% dan db = 27, maka HO
ditolak dan HA diterima. (2) Kreativitas Kerja Pegawai pada Kecamatan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Setiap Organisasi memiliki tujuan utama dalam kegiatan usahanya.
Dalam mencapai tujuan Organisasi tersebut diperlukan proses
penyelenggaraan dari setiap bidang-bidang yang ada dalam Organisasi untuk
bersama-sama mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh Organisasi.
Dalam pencapaian tujuan organisasi diperlukan adanya tenaga kerja
atau pegawai yang potensial dan mampu berkreativitas kerja dengan baik
tetapi juga memerlukan pemahaman dan pengetahuan tentang konsep ilmu
administrasi yang baik sehingga tercipta suasana pekerjaan yang rapih, tertib,
dinamis dan mampu mencapai target yang telah ditentukan.
Proses dalam pencapaian tujuan Organisasi dengan memaksimalkan
seluruh sumber daya yang ada secara bersama-sama tersebut dinamakan
“Administrasi” (administration).1 Sebagaimana diungkapkan oleh Sondang P. Siagian, bahwa “administrasi adalah segenap proses penyelenggaraan dari
setiap usaha kerja sama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan
tertentu.”2
1
Moekijat, Administrasi Kantor, (Bandung: Alumni 2000), hal. 6. 2
Sebagaimana dikatakan oleh Slamet Soesanto dan Sondang P. Siagian,
bahwa terdapat 8 (delapan) unsur dalam rangkaian kegiatan penataan
(administrasi) yang merupakan sub konsep dari administrasi itu sendiri, yaitu:3
1. Organisasi, adalah kumpulan dari orang-orang atau kelompok yang
memiliki kesamaan dalam tujuan.
2. Manajemen, adalah proses secara teknis dalam mencapai tujuan.
Manajemen memiliki fungsi-fungsi utama, yaitu dalam hal perencanaan
(planning, pengorganisasian (organizing), pengendalian (controlling), dan
evaluasi (evaluating).
3. Komunikasi, adalah hubungan yang terjadi di antara anggota-anggota
organisasi.
4. Informasi, adalah terkait dengan sumber-sumber data atau informasi yang
dibutuhkan dalam proses pencapaian tujuan.
5. Personalia, adalah adanya orang-orang atau karyawan yang bertanggung
jawab dalam menjalankan tugas masing-masing bidang dengan hak dan
kewajiban yang telah ditetapkan oleh Organisasi.
6. Finansial, merupakan aspek pendanaan dari seluruh kegiatan administrasi.
7. Material, adalah faktor penunjang dalam kegiatan administrasi yang
biasanya berbentuk fisik, baik sarana maupun prasarana.
3
Ibid., hal. 4-5.Lihat juga Slamet Soesanto, Administrasi kantor: manajemen dan aplikasi,
(Jakarta: Djambatan 1999), hal.10-11.
8. Relasi Publik, adalah hubungan Organisasi dengan dunia luar. Relasi
publik memfokuskan pada kegiatan sosialisasi tujuan atau kegiatan
Organisasi secara eksternal.
Berdasarkan pertimbangan hal tersebut, maka penulis merasa tertarik
untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai ”Pengaruh Penerapan Ilmu
Administrasi terhadap Peningkatan Kreativitas Kerja Pegawai di Kecamatan
Bambuharum Kabupaten Karang Tumaritis”.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan di atas,
teridentifikasi beberapa permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut.
1. Apakah penerapan ilmu administrasi berpengaruh terhadap peningkatan
kreativitas kerja pegawai Kecamatan Bambuharum, Kabupaten Karang
Tumaritis?
2. Seberapa besar pengaruh penerapan ilmu administrasi terhadap
peningkatan kreativitas kerja pegawai Kecamatan Bambuharum,
Kabupaten Karang Tumaritis?
C. Maksud dan Tujuan Penelitian
Sesuai denga rumusan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan
untuk menggambarkan hal-hal sebagai berikut.
1. Pengaruh penerapan ilmu administrasi terhadap peningkatan kreativitas
2. Besarnya pengaruh penerapan ilmu administrasi terhadap peningkatan
kreativitas kerja pegawai Kecamatan Bambuharum, Kabupaten Karang
Tumaritis.
D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan
sebagai berikut.
a. Menambah perbendaharaan referensi di Perpustakaan Sekolah Tinggi
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Syamsul ‘Ulum Karang
Tumaritis.
b. Merupakan sumber referensi bagi jurusan administrasi pemerintahan,
yang akan meneliti lebih lanjut mengenai administrasi kreativitas kerja
pegawai di Kecamatan Bambuharum Kabupaten Karang Tumaritis.
c. Memberikan masukan bagi Camat Bambuharum mengenai urgensitas
sistem administrasi di Kecamatan Bambuharum Kabupaten Karang
Tumaritis.
2. Kegunaan Teoretis
Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:
a. Mendapatkan data dan fakta yang valid hubungan antara penerapan
ilmu administrasi terhadap peningkatan kreativitas kerja pegawai di
b. Memberikan sumbangan bagi perkembangan khazanah ilmu
pengetahuan, terutama bagi kemajuan ilmu administrasi yang penulis
dapat di bangku perkuliahan.
E. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1. Kerangka Pemikiran
Pengelolaan atau manajemen adalah kemampuan dan keterampilan
khusus untuk melakukan suatu kegiatan baik bersama orang lain atau
melalui orang lain. Menurut Hersey dan Blanchard (1982), dalam
Handayaningrat: “Management as working with and through individuals
and groups to accomplish organizational goals”. Pengelolaan merupakan
kegiatan yang dilakukan bersama dan melalui orang-orang serta kelompok
dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.4
Fungsi manajemen menurut Morris (1976), adalah “rangkaian
kegiatan wajar yang telah ditetapkan dan memiliki hubungan saling
ketergantungan antara yang satu dengan yang lainnya dilaksanakan oleh
orang-orang, lembaga atau bagiannya yang diberi tugas untuk
melaksanakan kegiatan tersebut”.5
Pengertian di atas menunjukkan bahwa fungsi-fungsi manajemen
itu berwujud kegiatan-kegiatan yang berurutan dan berhubungan sehingga
satu kegiatan menjadi syarat bagi kegiatan lainnya. Kegiatan-kegiatan itu
harus dan dapat dilakukan oleh seseorang dan kelompok yang bergabung
4
Handayaningrat. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, (Jakarta : PT. Gunung Agung. 2004) hlm. 8
5
dalam satu organisasi. Secara lebih luas, menurut Donell (1977),
“fungsi-fungsi manajemen itu perlu dilakukan presiden, menteri, rektor, dekan,
pemuka agama dan pimpinan lembaga pemerintahan dan
kemasyarakatan”.6
Siagian menggolongkan “fungsi manajemen ke dalam dua bagian
utama, yaitu: fungsi organik dan fungsi pelengkap”.7 Terry (1970) mengemukakan empat fungsi manajemen, yaitu: “planning, organizing,
actuating, and controlling”.8 Planning mencakup penyusunan rangkaian kegiatan dari berbagai alternatif upaya yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Organizing meliputi pembagian
dan pengelompokan kegiatan. Actuating adalah penyusunan rangkaian staf
untuk melaksanakan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, motivasi dan
pengarahan. Controlling menyangkut inovasi, koordinasi,dan pengawasan.
Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas, maka indikator yang
digunakan pada variabel penerapan ilmu administrasi dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
(1) Planning atau perencanaan
(2) Organizing atau pengorganisasian
(3) Actuating atau kepemimpinan
(4) Controlling atau pengawasan
6 Ibid, hlm. 17
7
Siagian, Sondang P. 1984. Pengembangan Sumber Daya Manusia. (Jakarta: Gunung Agung. 2001) hlm. 17
8
2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah. Karena sifatnya masih sementara, maka perlu
dibuktikan kebenarannya melalui data empirik yang terkumpul.9 Titik tolak untuk merumuskan hipotesis adalah rumusan masalah. Untuk
memerlukan hipotesis perlu adanya asumsi terlebih dahulu, karena asumsi
itu merupakan titik tolak merumuskan hipotesis.
”Terdapat pengaruh penerapan ilmu administrasi terhadap peningkatan
kreativitas kerja pegawai pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah
Kabupaten Karang Tumaritis”
Oleh sebab itu, penulis membuat asumsi mengenai permasalahan yang
sedang dibahas dalam penelitian ini dengan hipotesis penelitian sebagai
berikut.
9
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Administrasi. (Bandung: Alfabeta. 2004) p. 138
X
Y
Penerapan Ilmu Administrasi
HO = O Tidak terdapat pengaruh gaya kepemimpinan transformasional
terhadap kepuasan kerja pegawai Kecamatan Bambuharum,
Kabupaten Karang Tumaritis.
HA≠ O Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap
kepuasan kerja pegawai Kecamatan Bambuharum, Kabupaten
Karang Tumaritis.
F. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Penelitian
Penelitian tentang ”Pengaruh Penerapan Ilmu Administrasi terhadap
Peningkatan Kreativitas Kerja Pegawai di Kecamatan Bambuharum
Kabupaten Karang Tumaritis” ini menggunakan pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif merupakan salah satu pendekatan yang ada dalam
penelitian. Pendekatan ini menekankan pada prosedur yang ketat dalam
menentukan variabel-variabel penelitiannya. Keketatan pendekatan ini sudah
terlihat dari asumsi dasar penelitian kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai
objek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam
bentuk operasionalisasi variabel masing-masing. Reliabilitas dan validitas
merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan
pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil
penelitian dan kemampuan replikasi serta generalisasi penggunaan model
hipotesis dan pengujiannya yang kemudian akan menentukan tahapan-tahapan
berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula statistik yang akan
digunakan. Juga, pendekatan ini lebih memberikan makna dalam
hubungan-nya dengan penafsiran angka statistik bukan makna secara kebahasaan dan
kulturalnya.
Metode penelitian memandu peneliti tentang urut-urutan bagaimana
penelitian akan dilakukan, dengan alat apa dan prosedur yang bagaimana.
Dalam penelitian tentang ”Pengaruh Penerapan Ilmu Administrasi terhadap
Peningkatan Kreativitas Kerja Pegawai di Kecamatan Bambuharum
Kabupaten Karang Tumaritis” ini digunakan metode deskriptif verifikasi
dengan menggunakan teknik survei. Singarimbun mengemukakan bahwa
penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi
dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok.10 Sementara itu, Sugiyono mengemukakan bahwa menurut tingkat
eksplanasinya, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian asosiatif.11 Penelitian asosiatif adalah penelitian yang mencari pengaruh antara satu
variabel dengan variabel lainnya. Variabel yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah (1) Penerapan Ilmu Administrasi dan (2) Peningkatan Kreativitas Kerja
Pegawai.
2. Teknik Pengumpulan Data
10
Masri Singarimbun & Sofian Effendi. Metode Penelitian Survai. (Jakarta: LP3ES. 2003) p. 3 11
Menurut Nasir, teknik pengumpulan data merupakan instrumen ukur
yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data yang akan
dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan,
serta beragam fakta yang berpengaruh terhadap fokus penelitian yang sedang
diteliti. Sesuai dengan pengertian teknik penelitian di atas, teknik
pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini terutama ada dua
macam, yakni studi dokumentasi dan teknik angket.12
a. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini
dimaksudkan sebagai cara pengumpulkan data dengan mempelajari dan
mencatat bagian-bagian yang dianggap penting dari berbagai risalah resmi
yang terdapat baik di lokasi penelitian maupun di instansi lain yang ada
pengaruhnya dengan lokasi penelitian. Studi dokumentasi ditujukan untuk
memperoleh data langsung dari instansi/lembaga meliputi buku-buku,
laporan kegiatan dan keuangan, serta dokumen lain yang relevan dengan
fokus penelitian.
b. Teknik Angket
Angket yang disusun dan dipersiapkan disebar kepada responden
sebagaimana ditetapkan sebagai sampel penelitian. Jumlah angket yang
disebarkan seluruhnya adalah sebanyak sampel yang ditentukan untuk
penelitian. Pemilihan dengan model angket ini didasarkan atas alasan
12
bahwa (a) responden memiliki waktu untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang diajukan, (b) setiap
responden menghadapi susunan dan cara pengisian yang sama atas
pertanyaan yang diajukan, (c) responden mempunyai kebebasan dalam
memilih jawaban, dan (d) dapat digunakan untuk mengumpulkan data atau
keterangan dari banyak responden dalam waktu yang cepat dan tepat.
Untuk mengungkap data ini digunakan angket yang berbentuk skala
Likert. Adapun alasan menggunakan skala Likert ini untuk mengukur sikap,
pendapat dan profesi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu
fenomena sosial. Permasalahan strategi pemasaran dan keputusan pembelian
produk dapat dikategorikan sebagai fenomena sosial. Oleh karena itu,
penggunaan skala Likert pada penelitian ini dapat diterima.
Skala Likert yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
Tabel 1.1 Penskoran Skala Likert
Pernyataan Bobot
Penilaian Pernyataan
Bobot Penilaian
Sangat setuju Skor : 5 Sangat baik Skor : 5
Setuju Skor : 4 Baik Skor : 4
Netral Skor : 3 Netral Skor : 3
Tidak setuju Skor : 2 Tidak baik Skor : 2
G. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Kecamatan Bambuharum Kabupaten
Karang Tumaritis, yang berlokasi di Jl. Sukasangsara, Bambuharum Karang
Tumaritis. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, yakni dari bulan
Februari 2014 sampai dengan bulan Juli 2014. Rincian pelaksanaan penelitian
dapat dijelaskan melalui tabel berikut.
Tabel 1.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Kegiatan Febr
Secara sistematis, karya tulis ini dikembangkan dalam lima bagian
sebagai berikut.
1. Bagian pertama merupakan pendahuluan yang membahas latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka
pemikiran dan hipotesis, waktu dan lokasi penelitian, serta sistematika
2. Bagian kedua merupakan tinjauan teoretis yang berisi tentang pembahasan
penerapan ilmu administrasi dan peningkatan kreativitas kerja pegawai.
3. Bagian ketiga merupakan pembatasan mengenai metode penelitian yang
membahas tentang latar penelitian, metode dan teknik penelitian, metode
dan teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan data.
4. Pembahasan hasil penelitian yang berisi deskripsi, analisis, serta
pem-bahasan hasil penelitian serta pembuktian hipotesis.
5. Bagian kelima merupakan kesimpulan atas seluruh hasil analisis data yang
diperoleh dalam penelitian serta saran yang dapat dikemukakan
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Administrasi
Administrasi, seperti diungkapkan oleh Siagian, adalah “Rangkaian
kegiatan perbuatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu
kerjasama untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.13 Sedangkan oleh Newman, administrasi diartikan sebagai “Bimbingan, Ilmu Administrasi dan
pengawasan usaha kelompok dan individu guna mencapai tujuan bersama”.14 Namun, kedua pengertian tersebut nyaris sama dalam hal pencapaian tujuan
bersama. Artinya, administrasi memang memiliki fokus utama dalam
pencapaian tujuan dari kelompok orang atau unit usaha.
Dengan demikian, administrasi adalah rangkaian kegiatan perbuatan
yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu kerjasama untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Ketiga faktor inilah yang merupakan tanda
pengenal atau ciri khas dari administrasi, yaitu faktor-faktor (1) sekelompok
orang, (2) kerjasama, dan (3) tujuan tertentu. Jadi bisa ditarik kesimpulan
bahwa kerjasama adalah rangkaian perbuatan yang dilakukan bersama-sama
secara teratur yang menimbulkan akibat yang sebenarnya tidak akan terjadi
13
Sondang P Siagian, Kerangka dasar ilmu administrasi, (Jakarta: Rineka Cipta 2002), hal.1 14
apabila dilakukan oleh seorang diri. Dan tujuan yang akan dicapai yang telah
disepakati oleh sekelompok orang tersebut.15
Dalam masalah Sumber Daya Manusia (SDM), ilmu administrasi juga
membahas tentang hal tersebut. Sebagaimana dikatakan oleh Sondang P.
Siagian, bahwa cabang dari ilmu administrasi salah satunya adalah ”Ilmu
Administrasi Kepegawaian”. Beberapa yang dibahas dalam cabang ilmu ini
adalah: sistem-sistem kepegawaian, proses penerimaan pegawai, analisis
pekerjaan, sistem penggolongan jabatan dan kepangkatan, sistem penggajian,
sistem penilaian kecakapan pegawai, sistem kenaikan pangkat dan
pemindahan jabatan, disiplin jabatan, pengembangan kecakapan pegawai,
sistem pemberhentian pegawai, dan sistem pensiun atau jaminan hari tua.16
Fokus utama Ilmu Administrasi Kepegawaian atau dalam ilmu
Manajemen SDM adalah sama, yaitu untuk meningkatkan kinerja dengan
menetapkan cara yang lebih efektif dan efisien disertai dengan peningkatan
kualitas kehidupan para pekerja, seperti yang dikemukakan oleh Werther dan
Davis bahwa:
"Tujuan manajemen sumber daya manusia adalah untuk meningkatkan
produktivitas manusia (kinerja) dalam suatu organisasi dengan cara yang
bertanggungjawab secara strategis, etika dan sosial. Kegiatan ini memberikan
kontribusi untuk meningkatkan kinerja secara langsung dengan meningkatkan
kualitas kehidupan kerja bagi para pekerja."17
B.W. Werther, JR and Keith Davis, Personel Management and Human Resources, (Mc. Graww Hill: International Edition, management series, 1999), hal.10. Periksa juga Slamet Soesanto,
B. Unsur-unsur Ilmu Administrasi
Selanjutnya, sebagaimana dikatakan oleh Slamet Soesanto dan
Sondang P. Siagian, bahwa terdapat 8 (delapan) unsur dalam rangkaian
kegiatan penataan (administrasi) yang merupakan sub konsep dari administrasi
itu sendiri, yaitu:18
1. Organisasi, adalah kumpulan dari orang-orang atau kelompok yang
memiliki kesamaan dalam tujuan.
2. Manajemen, adalah proses secara teknis dalam mencapai tujuan.
Manajemen memiliki fungsi-fungsi utama, yaitu dalam hal perencanaan
(planning, pengorganisasian (organizing), pengendalian (controlling), dan
evaluasi (evaluating).
3. Komunikasi, adalah hubungan yang terjadi di antara anggota-anggota
organisasi.
4. Informasi, adalah terkait dengan sumber-sumber data atau informasi yang
dibutuhkan dalam proses pencapaian tujuan.
5. Personalia, adalah adanya orang-orang atau karyawan yang bertanggung
jawab dalam menjalankan tugas masing-masing bidang dengan hak dan
kewajiban yang telah ditetapkan oleh Organisasi.
6. Finansial, merupakan aspek pendanaan dari seluruh kegiatan administrasi.
7. Material, adalah faktor penunjang dalam kegiatan administrasi yang
biasanya berbentuk fisik, baik sarana maupun prasarana.
18
Ibid., hal. 4-5.Lihat juga Slamet Soesanto, Administrasi kantor: manajemen dan aplikasi,
8. Relasi Publik, adalah hubungan Organisasi dengan dunia luar. Relasi
publik memfokuskan pada kegiatan sosialisasi tujuan atau kegiatan
Organisasi secara eksternal.
Berikut ini adalah gambar yang akan menunjukkan hubungan antara
“administrasi” dan “manajemen” serta fungsi-fungsinya.
Fungsi-fungsi inti manajemen adalah juga fungsi-fungsi inti dari
administrasi, dikarenakan manajemen adalah inti dari administrasi. Diagramnya
sebagai berikut: 19
Gambar 2.1 Hubungan Manajemen dan Administrasi
Lebih lanjut, di antara fungsi-fungsi manajemen dan juga fungsi-fungsi
administrasi yang mesti diterapkan dalam sebuah organisasi dikemukakan oleh
19
G.R. Tery yang biasa disebut dengan istilah POAC, yaitu Planning, Organizing,
Actuiting dan Controlling:20
1. Planning, perencanaan. Yaitu proses pemikiran, atau usaha/kegiatan/
langkah memprediksi kenyataan dengan memilih memanfaatkan
kemampuan dan kegiatan yang diperlukan serta sarana yang ada secara
sistematis untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Perencanaan adalah
suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, yang mencakup:
a. penentuan kebijaksanaan/tujuan yang hendak dicapai;
b. penyusunan kegiatan secara sistematis;
c. berorientasi masa depan;
d. penentuan waktu pelaksanaan (awal dan akhirnya);
e. metode yang dipergunakan.
Lebih jauh, perencanaan yang baik adalah:
1) berdasarkan fakta/kenyataan, bukan keinginan pribadi;
2) mempermudah pencapaian tujuan;
3) berorientasu ke depan;
4) dapat dipertanggung jawabkan, baik dari segi teknis,
ekonomis, operasional dan jarak waktu yang akan
ditempuh;
5) fleksibel dan dinamis, bila menghadapi masalah-masalah
yang datang menyusul.
20
2. Organizing, pengorganisasian. Adalah proses memikirkan,
memperhitungkan, kemudian menyediakan segala sesuatunya untuk
memungkinkan rencana-rencana dapat terselenggara secara efektif dan
efisien, yang meliputi:
a. pencapaian tujuan diperlukan adanya kegiatan;
b. kegiatan harus dibagi-bagi/didelegasikan kepada anggota
manajemen, mulai top manajer, midle manajer, lower manajer dan
pegawai;
c. perlunya penggolongan pekerjaan secara sendiri-sendiri;
d. perlunya delegasi kewenangan dalam tugas.
Pengalokasian tugas dan wewenang inilah yang dimaksudkan dengan
pengorganisasian.
3. Actuiting, menggerakkan untuk bekerja. Untuk melaksanakan kegiatan,
pemimpin mengambil tindakan berupa:
a. menetapkan leadership berupa penempatan/penunjukkan manajer,
baik top, midle maupun lower manajer yang diperlukan;
b. memberikan pengarahan dan instruksi;
c. mengadakan komunikasi dengan tim kerja yang ada;
d. mengadakan konseling, konsultasi, dan rapat.
4. Controlling, pengawasan dan peninjauan. Pengawasan adalah proses yang
menentukan apa yang hendak dicapai, menilainya, dan jika perlu
mengambil tindakan koreksi agar pelaksanaan dapat berjalan menurut
Sebagai suatu proses, unsur-unsur manajemen di atas dapat digambarkan
melalui diagram di bawah ini:
Berdasarkan diagram di atas, dalam kerangka manajemen atau
administrasi sebagai suatu proses ada empat macam peranan penting bagi para
penentu kebijakan (decision maker):
a. Menentukan kebijakan pada hakikatnya merupakan salah satu fungsi
manajer, di samping planning, organizing, actuiting, dan controlling.
b. Di dalam melaksanakan serangkaian fungsi manajemen, penentu kebijakan
harus selalu mampu memberikan: petunjuk, bimbingan dan pengarahan
kepada bawahan.
c. Penentu kebijakan harus melakukan hubungan dengan pihak-pihak lain,
dan tidak mungkin dapat bekerja sendiri tanpa adanya kerjasama dengan
pihak lain/pelaksana.
MANAJEMEN / ADMINISTRASI
MERENCANAKAN (PLANNING)
MENGORGANISASIKAN (ORGANIZING)
MEMIMPIN (ACTUITING)
MENGAWASI (CONTROLLING)
TUJUAN ORGANISASI YANG TELAH DITETAPKAN
d. Sebagai seorang penentu kebijakan harus mampu menciptakan suasana
kerja yang sebaiknya-baiknya, dengan memperhatikan aspirasi yang
diharapkan bawahan, sehingga para bawahan dapat bekerja dengan
sebaik-baiknya.
C. Pengertian Personalia (Kreativitas Kerja Pegawai)
Secara umum telah diterima bahwa peran manusia dalam suatu
organisasi merupakan faktor penentu berhasil tidaknya suatu organisasi
mencapai tujuannya. Jadi sumber daya manusia merupakan sumber daya yang
paling penting bagi organisasi. Seperti dikatakan oleh Dessler bahwa
karyawan merupakan kunci daya saing Organisasi.21
Kreativitas Kerja Pegawai dalam sebuah organisasi sering disebut
personalia dan ilmu yang membahas hal itu disebut "Manajemen Personalia"
yang lebih dikenal dengan istilah "Manajemen SDM".
Kreativitas Kerja Pegawai merupakan sumber daya yang paling
penting bagi organisasi, karena beberapa alasan yang disebut oleh Gibson,
et.al. antara lain:
Tidak ada organisasi tanpa orang.
Organisasi bukan hanya alat untuk menyediakan barang dan jaga saja,
organisasi juga menciptakan lingkungan tempat kehidupan, dalam hal ini
organisasi mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku.
21
Dalam kenyataannya orang hidup dalam organisasi dan dipengaruhi
organisasi.
Orang merupakan satu sumber umum bagi semua organisasi.22
Henry Simamora menyimpulkan: “Sumber daya manusia membuat
sumber daya organisasi lainnya bekerja”.23 Jadi, manusia yang mempu berkreativitas sebagai titik sentral yang sekaligus subyek dan obyek dalam
organisasi, sedangkan organisasi adalah untuk memenuhi dan mencapai tujuan
manusia serta melayani manusia. Oleh karena itu, di dalam proses pencapaian
tujuan organisasi/perusahan terjadi pengaruh timbal balik antara manusia,
kerjasama, tujuan, peralatan dan struktur organisasi.
Lebih jauh Sondang P. Siagian mengatakan, “Betapapun besarnya
kemampuan seseorang untuk mengumpulkan dana untuk dijadikan modal,
tidak akan terjadi “nilai tambah” modal tersebut apabila tidak digunakan oleh
manusia untuk menghasilkan barang atau jasa untuk dijual kepada pihak
konsumen yang membutuhkannya. Tegasnya, betapapun besarnya modal yang
dipupuk, ia tetap merupakan “benda mati” dan hanya mempunyai makna
apabila digunakan dan dikelola manusia.”24
Bertitik tolak dari kedua pendapat di atas, dapat diketahui bahwa
manusia itu mempunyai: (1) kemampuan (ability) yang tersimpan (potensi)
22
Gary Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Gramedia, 2004), hal.14 23 Henry Simamora,, Manajemen Sumberdaya Manusia, Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE-YPKN, ed. Kesatu, cet. Pertama, 2000.
24
untuk mengembangkan dirinya, (2) pengetahuan (knowledge) dan (3)
keterampilan (skill) untuk merubah sesuatu agar mempunyai nilai tambah.
Dengan demikian, potensi manusia itu tidak dapat ditentukan
batas-batasnya, tetapi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan
kemampuan (ability) seseorang dapat diukur menurut ketentuan sesuatu
jabatan atau pekerjaan. Itulah sebabnya, manusia itu di dalam organisasi
dikelompokkan ke dalam unit-unit kerja untuk lebih memudahkan mengelola
atau yang disebut dengan istilah “Manajemen Sumber Daya Manusia”
(Human Resources Management) yaitu: “…rekan setara dalam proses
perencanaan strategis, dan membentuk tenaga kerja yang berkomitmen“.25
Adapun tujuan mendayagunakan sumberdaya manusia atau
menciptakan kreativitas kerja pegawai itu adalah “untuk meningkatkan
kontribusinya agar banyak mendatangkan hasil bagi organisasi”, tetapi
kenyataannya belum, hal ini diungkapkan Rudolf Dreikers “bahwa manusia
belum menggunakan seluruh sumber daya manusia sebagaimana mestinya”
(Bennet Silalahi, 2000:17).26
1. Kemampuan Kreativitas Sumber Daya Manusia (Personalia)
Memasuki era globalisasi, maka potensi keberhasilan suatu organisasi
tidak terlepas dari peranan sumber daya manusianya. Dalam bagian ini
25
Gary Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Gramedia, 2004), hal.13. 26
pengertian sumber daya manusia dan kualitas tidak dijelaskan lagi, namun
penekanannya adalah penjelasan mengenai kualitas sumber daya manusia.
Edwin B. Flippo (dalam Sondang P. Siagian) mengatakan, bahwa
sesudah karyawan direkrut (ditarik), dipilih dan dilantik/diperkenalkan
selanjutnya dia harus dikembangkan agar lebih sesuai dengan pekerjaan dan
organisasinya. Tidak seorangpun yang sepenuhnya sesuai pada saat
pengangkatan, sehingga harus dilakukan pendidikan dan pelatihan.27
Flippo menonjolkan bahwa pegawai yang baru direkrut “… agar lebih
sesuai (memahami, mengerti betul) tugas pekerjaan dan organisasi harus
dididik dan dilatih terlebih dahulu”. Ini berarti pendidikan dan latihan
mempunyai korelasi dengan kemampuan, penguasaan, pemahaman akan
pekerjaan seseorang dalam suatu organisasi.
Secara lebih tegas dia mengatakan pengembangan meliputi baik
pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan pekerjaan
tertentu maupun pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan umum dan
pemahaman atas keseluruhan lingkungan. Akhirnya, Flippo berkesimpulan
bahwa pengembangan terdiri atas :
♦ Pelatihan (training) untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan
untuk melakukan pekerjaan tertentu.
♦ Pendidikan yang berhubungan dengan peningkatan pengetahuan,
pengertian, dan latar belakang orang.
27
H.A.R. Tilaar mengatakan, proses pendidikan pada hakekatnya
merupakan suatu proses pemberdayaan yaitu suatu proses untuk
mengungkapkan potensi yang ada pada manusia sebagai individu, yang
selanjutnya dapat memberikan sumbangan kepada kebudayaan masyarakat
lokal kepada masyarakat bangsanya, dan pada akhirnya kepada masyarakat
global.28
Lebih lanjut menjelaskan bahwa peningkatan kemampuan intelektual
termasuk penguasaan, penerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan serta
teknologi agar penguasaan tersebut dapat meningkatkan kualitas hidup
manusia Indonesia. Selanjutnya, manusia Indonesia yang berkualitas
merupakan kemampuan daya saing yang tinggi ditengah-tengah kehidupan
global.
Prasetya Irawan menyatakan, bahwa pengembangan pegawai
mempunyai cakupan makna yang luas. Namun secara umum pengembangan
pegawai dapat didefinisikan sebagai suatu proses merekayasa perilaku kerja
pegawai sedemikian rupa sehingga pegawai dapat menunjukkan kinerja yang
optimal dalam pekerjaannya”.29
28
H.A.R Tilaar, Pengembangan SDM Dalam Era Globalisasi, Jakarta : Gramedia Widyasarana Indonesia. 2003, hal.16.
29
2. Strategi Pengembangan Kreativitas Kerja Pegawai/ SDM a. Perencanaan
Secara umum, perencanaan SDM disebutkan oleh Dessler adalah
proses menentukan posisi yang akan diisi dalam Organisasi, dan bagaimana
cara mengisinya. Merencanakan pekerjaan adalah sebuah bagian integral dari
strategi Organisasi dan proses perencanaan SDM. Manajemen harus membuat
rencana pekerjaan dan kebutuhan SDM dengan asusmi dasar masa depan.30
Dessler kemudian merumuskan tahapan-tahapan dalam meramalkan
kebutuhan SDM. Proses pertama yang harus ditempuh adalah memprediksi
pendapatan. Kemudian memperkirakan ukuran staf yang dibutuhkan untuk
mencapai volume pendapatan yang diharapkan. Rencana mengisi staf harus
mencerminkan:
1. Rotasi yang diproyeksikan (sebagai hasil dari pengunduran diri atau
pemberhentian)
2. Mutu dan keterampilan karyawan (yang berkaitan dengan kebutuhan
yang berubah dari organisasi)
3. Keputusan strategis untuk meningkatkan mutu produk dan jasa atau
memasuki pasar baru
4. Teknologi dan perubahan lainnya yang menghasilkan meningkatnya
produktivitas
5. Sumber keuangan yang tersedia pada divisi SDM.
30
Menurut Sondang P. Siagian bahwa “Perencanaan sumber daya
manusia terdapat paling sedikit enam manfaat yang dapat dipetik melalui
suatu perencanaan sumber daya manusia”. Keenam manfaat tersebut adalah :31 1. Organisasi dapat memanfaatkan sumber daya manusia secara lebih baik
2. Meningkatkan produktivitas sumber daya manusia
3. Berkaitan dengan kebutuhan dimasa yang akan datang
4. Berkaitan dengan informasi sumber daya manusia
5. Berkaitan dengan penelitian
6. Berkaitan dengan penyusunan program kerja
b. Peningkatan Kreativitas Sumber Daya Manusia
Kaitannya dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam
skripsi ini, Pascale dan Athos (dalam Sondang P. Siagian, 2000:46)
mensyaratkan dua hal penting yakni :32
1. Metode pengembangan atau peningkatan kualitas sumberdaya manusia,
2. Sasaran atau tujuan yang jelas dari pengembangan atau peningkatan
sumber daya manusia. Kedua ha pokok ini dijelaskan satu demi satu di
bawah ini.
1) Metode Pengembangan atau Peningkatan Kretifitas SDM
Untuk mendukung terlaksananya proses industrialisasi diperlukan
SDM yang menguasai berbagai aspek teknologi. Sebagai konsekuensi
perlu ditingkatkan kualitas SDM yang mampu mengantisipasi dan
mengikuti perkembangan teknologi. Untuk menghasilkan SDM yang
31
Sondang P Siagian. Kerangka dasar ilmu administrasi. Jakarta: Rineka Cipta 2002, hal.90 32
berkualitas sebagai modal dasar dalam pembangunan baik secara nasional
maupun regional menuju masyarakat industri, maka diperlukan proses
pendidikan, baik formal maupun non formal.
Hal ini sangat penting, karena kualitas pendidikan masih dijadikan
indikator untuk mengukur kreativitas SDM. Para pakar dibidang ekonomi
mengakui bahwa kualifikasi dan kuantitas pendidikan turut berpengaruh
terhadap ekonomi suatu negara.
Hal senada juga dikemukakan H.A.R. Tilaar yaitu :
“Proses globalisasi tidak akan berjalan secara mekanistis. Pada akhirnya proses tersebut diciptakan dan dikendalikan oleh manusia. Oleh karena itu manusia harus dipersiapkan untuk menghayati dan menanggulangi serta melaksanakan proses tersebut agar terkendali. Disinilah tempat proses pendidikan untuk mempersiapkan manusia, mengantisipasi proses transformasi tersebut.”33
Prasetyo Irawan, et.al. (2001) secara spesifik menyebutkan tujuan
dan mengapa dilakukan pengembangan atau peningkatan kreativitas
pegawai sebagai berikut :
Alasan Tujuan 1. adanya pegawai baru
2. adanya peralatan kerja baru
3. adanya perubahan sistim manajemen / administrasi birokrasi
4. adanya standar kualitas kerja yang baru
1. memberi orientasi pekerjaan kepada pegawai baru
2. mempersiapkan pegawai un- tuk menggunakan peralatan baru
5. adanya kebutuhan untuk menyegarkan ingatan 6. adanya penurunan dalam
hal kinerja pegawai
5. menyegarkan (refresing),ilmu dan keterampilan yang dimiliki 6. meningkatkan kualitas kinerja
2) Tujuan atau Sasaran Pengembangan Kreativitas Pegawai
Apabila ditetapkan suatu rencana pelatihan dan pengembangan
(training and development) dan pemilihan suatu metode pelatihan dan
pengembangan yang tepat, tentu ada tujuan atau sasaran yang diharapkan
dari pelatihan dan pengembangan sumberdaya manusia dimaksud. Secara
umum tujuan tersebut adalah untuk menambah pengetahuan agar lebih
luas dan lebih terampil.
Henry Simamora mengatakan, bahwa Tujuan utama pelatihan
secara luas dapat dikelompokkan ke dalam lima bidang, yaitu :34
♦ Memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan
perkembangan teknologi.
♦ Mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru untuk menjadi
kompeten dalam pekerjaan.
♦ Membantu memecahkan permasalahan operasional.
♦ Mempersiapkan karyawan untuk promosi.
♦ Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi.
Dengan kata lain, program pelatihan dan pengembangan
dilaksanakan karena output dari program tersebut dapat memberikan
kontribusi terhadap tujuan atau sasaran organisasi.
Secara implisit Edwin B. Flippo (2003:73) menyebutkan tiga hal yaitu :
1) Program-program pelatihan bagi non manajer untuk
mengembangkan keterampilan dalam melakukan suatu pekerjaan.
2) Program-program pelatihan dan pendidikan bagi para eksekutif
untuk mengembangkan kemampuan manajemen.
3) Program-program yang dirancang untuk mengembangkan unit
organisasi sebagai satu kesatuan.35
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Kreativitas Sumber Daya Manusia/ Pegawai
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan atau peningkatan
kualitas sumberdaya manusia adalah hal-hal yang dapat mendorong atau
menghambat pengembangan atau peningkatan kualitas sumberdaya manusia
atau dapat disebut pendorong dan faktor penghambat pengembangan pegawai
dapat dikemukakan sebagai berikut :
Adapun hal-hal yang dapat mendorong pengembangan kreativitas
pegawai yaitu :
1) Adanya kebijaksanaan pimpinan organisasi untuk melaksanakan
pengembangan atau peningkatan kualitas.
2) Apabila dalam suatu organisasi sangat sedikit tersedia tenaga (pegawai)
yang berpengalaman dan terampil.
3) Apabila ada promosi jabatan atau gaji yang lebih tinggi.
4) Apabila ada tujuan yang jelas dari suatu organisasi, maka untuk mencapai
tujuan tersebut perlu ditanamkan kesamaan pola pikir, sedangkan pola
pikir tersebut hanya dapat dicapai melalui suatu diklat sebagai sarana
pengembangan pegawai.
5) Adanya suatu upaya untuk meningkatkan kualitas produk atau perfomance
suatu organisasi.
Sedangkan hal-hal yang dapat menghambat pengembangan kreativitas
pegawai adalah
1) Tidak adanya kebijaksanan pimpinan organsasi untuk melaksankan
pengembangan pegawai.
2) Tidak ada promosi jabatan atau gaji yang lebih tinggi.
3) Tidak mempunyai tujuan yang jelas, sehingga tidak ada gambaran kerja
yang akan dilaksanakan.
4) Tidak ada upaya dari pimpinan organisasi untuk meningkatkan kualitas
produk atau perfomance organisasi.
Manajer harus melihat atau mengetahui batasan wewenangnya.
Seseorang pemimpin/manajer tanpa mengetahui dengan jelas batas wewenang
yang dimilikinya tidak mungkin dapat memimpin atau mengatur dengan
efektif.
1. Mengetahui batas kemampuan. Seorang pemimpin/manger harus
mengetahui batas kemampuannya, misalnya mengemukakan apa yang
2. Mampu melakukan dialog internal. Pemberdayaan seorang pegawai
bukanlah suatu hal yang sederhana tetapi merupakan tanggung jawab
formal yang luas jangkauannya. Untuk mencapai tanggung jawab yang
luas tersebut tergantung atau ditentukan dari kemampuan
pemimpin/manajer melakukan dialog secara internal.
3. Mampu membangun dialog internal secara positif. Membangun dialog
internal secara positif dapat membawa keuntungan yang sangat potensial.
Keuntungan dimaksud bukan hanya bermanfaat bagi pimpinan tetapi juga
bagi pegawai untuk mendorong lebih cepat bertindak dalam bekerja.
4. Penerimaan atau penampilan yang menarik. Tidak seorangpun dapat
termotivasi oleh sesuatu hal yang sama. Seseorang pegawai misalnya
tekun untuk menghemat, yang lain lebih senang mengusulkan pemecahan
masalah dalam suatu proposal, yang lain lagi lebih menekuni untuk
mendorong melalui suatu ide yang dapat memperbaiki prestise. Semua
motivasi pegawai tersebut bagi pemimpin/manajer harus tampil atau
menerimanya dengan cara menarik.
D. Manajemen Perencanaan Kebutuhan Sarana dan Prasarana
Dalam upaya memperlancar proses pekerjaan apalagi Organisasi yang
bergerak dalam bidang penyewaan suatu barang, dibutuhkan berbagai
peralatan kerja yang jumlah dan ragam sarana dan prasarana yang diperlukan
berbeda sesuai kebutuhan. Semua kebutuhan sarana dan prasarana yang
tepat pakai. Sehingga perencanaan dan penentuan kebutuhan sarana dan
prasarana akan menjadi mudah. Apabila setiap unit kerja kebutuhan atas
sarana dan prasarana yang diperlukan sudah ditetapkan, yang disusun dalam
Daftar Susunan Personil dan Perlengkapan yang lazim disebut DSPP.
Jika kebutuhan dan peralatan kerja untuk petugas operasional maupun
unit usaha suatu perusahan telah disusun dan dirumuskan dengan mudah
pengadaan kebutuhan segera direalisir.
Taufik S. Kurniawan menyebutkan bahwa bagian terpenting dalam
pengelolaan suatu proses pekerjaan dan pengendalian diperlukan sistem
manajemen yang baik dan perencanaan yang optimal sehingga berbagai
permasalahan yang timbul sekecil mungkin dapat dicegah. Beberapa faktor
yang perlu diperhatikan antara lain ialah:
a. Perlunya tenaga kerja dengan segala kelengkapan lainnya untuk
mendukung pembinaannya.
b. Tersedianya materiil (equipment) dengan aneka ragam kelengkapan
untuk mendukung pembinaannya.
c. Tersedianya instalasi dan fasilitas dengan segala kelengkapannya
beserta kegiatan pemeliharaan dan sarana penunjangnya.36
Selain itu juga diperlukan tersedianya logistik yang diharapkan dapat
mengatasi berbagai permasalahan yang timbul, di tengah meningkatnya
teknologi. Dengan kemungkinan timbulnya berbagai permasalahan itulah
diperlukan dukungan manajemen dan administrasi materiil yang
kompleks.37
Dalam hal tersebut perlu dilaksanakan kontrol dalam mengantisipasi
perkembangan kebutuhan antara lain ditujukan bagi:
1) pembinaan katalogisasi dan standarisasi
2) perencanaan kebutuhan materiil
3) pembinaan sistem distribusi
4) pemberian pengarahan dalam pengadaan
5) pemberian pengarahan dalam pemeliharaan, dan
6) pemberian pengarahan dalam penentuan materiil serta
pertanggungjawaban administrasi.
Dalam pelaksanaan distribusi dapat disimpulkan sebagai berikut:
a)hampir setiap organisasi di dunia tidak terlepas dari kegiatan
pengadaan dan penyediaan
b) setiap kegiatan yang memerlukan material tergantung pada
kebutuhan organisasi bersangkutan.38
Dalam pelaksanaan tugas suatu satuan kerja, perlu disusun suatu
pedoman yang menyangkut keperluan dan kebutuhan barang-barang sebagai
sarana penunjang operasional. Kebutuhan atas aneka ragam material atau
barang tersebut, disusun berdasarkan kebutuhan yang menyangkut uraian
37 Slamet Soesanto, Administrasi kantor: manajemen dan aplikasi, (Jakarta: Djambatan 1999), hal.10-11.
tugas dan komposisi tenaga kerja yang dituangkan dalam Daftar Susunan
Personal dan Peralatan (DSPP) seperti disebutkan dalam uraian di atas.
Rencana kebutuhan material untuk melengkapi kebutuhan suatu
organisasi atau satuan kerja lazimnya disebut “initial issue”. Selain itu
setiap organisasi dari satuan unit kerja, memerlukan sekelompok material
yang lazim disebut material pelengkap (secondary items) yang meliputi
klasifikasi habis dipakai (expendable items) yang bersifat konsumtif.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu direncanakan adanya
keperluan untuk penggantinya (replacement). Sedangkan untuk membina
“supply level” atau batas-batas persediaan, diperlukan jumlah stock
replenishment atau penambahan persediaan.
Selain itu harus juga dipahami bahwa suatu satuan kerja bila akan
mengajukan permintaan barang (material) kepada atasan di atasnya perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Permintaan sarana dan prasarana harus sesuai dengan DSPP,
yaitu sebagai akibat adanya mutasi personil dan perkembangan
dalam organisasi.
b. Disertai laporan adanya kerusakan atau kehilangan suatu barang
yang memerlukan penggantinya.39
Dalam merumuskan dan menentukan kebutuhan barang-barang
tersebut terutama yang tergolong “pakai habis” (expendable), dalam rangka
mencukupi kebijaksanaan penyediaan, perlu kiranya diperhatikan azas
selektif dan responsif. Selektif dalam kaitannya dengan jenis atau
macamnya, dan responsif dalam kaitannya dengan jumlah atau besarnya
kebutuhan jenis barang yang bersangkutan.40
Selain itu perlu diperhatikan agar dalam menyusun rencana
kebutuhan tersebut tidak terjadi perencanaan yang terlalu tinggi (over
estimation) dan tidak pula perencanaan yang terlalu rendah (under
estimation), yang berakibat akan mempengaruhi buruknya efisiensi dan
Kreativitas.
E. Pengertian Kreativitas Kerja/ Kinerja yang diharapkan
Kinerja adalah terjemahan dari "work performance" atau "job
performance". Dalam beberapa kamus bahasa Inggris dijelaskan bahwa,
"performance is the ability to perform; capacity to achieve a desired result".
(Websters Third New International Dictionary, 1966). "The act of performing;
execution; completion achievement" (New Practical Standard Dictionary,
1956). "The execution of accomplishment of work" (The Random House
Dictionary of English Language, 1968).41
Hoy dan Miskel mengatakan bahwa "Performance = f (ability x
motivation)".42 Kinerja adalah fungsi dari abilitas dan motivasi.
40 Moekijat, Administrasi Kantor. (Bandung: Alumni 1999), hal.97.
41 H.A.R. Tilaar, Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Era Globalisasi. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), hal.200.
Kreativitas Kerja anggota-anggota suatu organisasi ditentukan oleh
kemampuan dan motivasinya. Terdapat korelasi yang positif antara motivasi
dengan penampilan kerja.
Kreativitas kerja dari karyawan atau staf sangat tergantung pada
kemampuan dan motivasinya. Bila setiap karyawan atau staf mempunyai
kemampuan dan motivasi kerja, maka hasilnya akan nampak pada penampilan
kerjanya dalam bentuk produktivitas kerja.
Kinerja dapat dilihat dalam wujud kematangan kerja anggota-anggota
suatu organisasi. Teori Ilmu Administrasi situasional dari Hersey dan
Blanchard telah menempatkan faktor kematangan kerja (job maturity) para
pengikut atau bawahan itu demikian penting sehingga sangat menetukan
dalam memilih gaya Ilmu Administrasi mana yang paling efektif untuk suatu
organisasi. Hersey dan Blanchard mengatakan "maturity not as age or
emotional stability but as desire for achievement, willingness to accept
responsibility, and task-related ability and experience".43
Kematangan merupakan kapasitas seseorang dalam merumuskan
tujuan serta kemampuan untuk mencapai tujuan itu, kemauan dan kemampuan
bertanggung jawab, berpendidikan dan berpengalaman sebagai individu atau
kelompok.
Secara umum, dikatakan oleh Achmad S. Ruky, yang dimaksud
dengan Kinerja adalah perbandingan atau rasio output dan input. Penggunaan
rasio ini perlu memperhatikan aspek staf (kualitas dan jumlahnya, aspek
pimpinan kelompok) dan pembina, maupun aspek rumusan sasaran tenaga
kerja yang harus dicapai di samping kapasitas mesin pengolahnya
(teknologi).44
Konsep kreativitas kerja dikembangkan untuk mengukur besarnya
kemampuan menghasilkan nilai tambah atas komponen masuknya yang
digunakan. Kinerja mengutarakan cara pemanfaatan secara baik terhadap
sumber-sumber dalam memproduksi barang atau jasa.
Kinerja yang meningkat, berarti performansi yang baik akan menjadi
feedback bagi usaha atau memotivasi staf pada tahap berikutnya. Semakin
besar kemampuan itu dibina semakin efektif pemanfaatan sumberdaya yang
digunakan dan itu berarti akan dapat menekan besarnya biaya per unit.
Secara makro berlaku konsep yang serupa. Untuk menghasilkan tingkat
kinerja yang tinggi ada ketergantungan pada aspek teknologi yang dipakai di
samping pada aspek keterampilan kualitas sumber daya yang digunakan.
Dalam hubungan itu dapat dijumpai kaitan antara aspek kinerja dengan aspek
keterampilan pelaksana dan prosesnya. Namun demikian secara makro kinerja
tidak hanya dipengaruhi oleh keterampilan saja, melainkan juga oleh berbagai
faktor lain termasuk lingkungan di mana kegiatan dilakukan. Sementara itu
melalui lingkup pendekatan mikro, kinerja mempunyai hubungan yang lebih
erat dengan prestasi yang optimal karena telah dirawat dan dijaga
produktivitasnya.
Tujuan dari peningkatan kinerja SDM ini adalah untuk meningkatkan
efisiensi material, meminimalkan biaya per unit dan memaksimalkan output
per jam kerja. Peningkatan kinerja SDM merupakan hal penting. Mengingat
manusialah yang mengelola modal, sumber alam dan teknologi, sehingga
dapat meperoleh keuntungan darinya.
Kreativitas Kerja merupakan suatu sikap mental yang selalu
mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari
kemarin dan hari esok harus lebih baik dari kemarin dan hari esok harus lebih
baik dari hari ini. Indikator yang tepat digunakan sebagai kriteria manfaat dan
komponen-komponen pengukuran kinerja antara lain adalah peningkatan
prestasi kerja, penurunan absensi dan perputaran (turn over) tenaga kerja.
Sedangkan untuk mengukur kreativitas kehidupan kerja dapat dilihat
dari peningkatan kepuasan kerja dan penurunan stress.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas kerja adalah:
a. Manusia
Faktor manusia mencakup beberapa aspek antara lain kuantitas, tingkat
keahlian, latar belakang kebudayaan dan pendidikan, kemampuan sikap,
minat, struktur pekerja, jenis kelamin.
b. Modal
c. Faktor metode (proses) meliputi tata ruang tugas, penanganan bahan baku
penolong dan mesin, perencanaan dan pengawasan produksi, pemeliharaan
melalui pencegahan, teknologi yang memakai cara alternatif.
d. Faktor produksi, meliputi kuantitas, kualitas ruangan produksi, struktur
campuran, spesialisasi produksi.
e. Faktor lingkungan organisasi (internal) meliputi organisasi dan
perencanaan, kebijaksanaan personalia, sistem manajemen, gaya Ilmu
Administrasi, kondisi kerja, ukuran Organisasi, iklim kerja, sistem
intensif.
f. Faktor lingkungan negara (faktor eksternal) meneliti struktur sosial politik,
struktur industri, perusahan, tujuan pengembangan jangka panjang.
g. Faktor lingkungan internasional (regional) meliputi kondisi perdagangan
dunia, masalah-masalah perdagangan internasional, kebijaksanaan migrasi
tenaga kerja.
h. Umpan balik
Umpan balik menunjukkan bagaimana masyarakat menilai kuantitas dan
kualitas produksi beberapa banyak yang harus dibayarkan untuk
masukan-masukan utamanya (tenaga kerja dan modal) di mana masyarakat
menawarkan pada Organisasi. 45
Terdapat dua faktor penting yang berpengaruh terhadap menurunnya
pertumbuhan produktivitas dan kinerja, yaitu faktor ekonomi dan faktor
kelembagaan. Faktor ekonomi dalam hubungannya dengan performansi
45
produktivitas, cenderung untuk menekankan pendekatan pada faktor-faktor
ekonomi makro yang memberi konstribusi langsung pada pertumbuhan, faktor
kelembagaan pendekatannya lebih mengkonsentrasikan pada perilaku, sikap
dan motivasi di antara pelaku-pelaku ekonomi.
Dengan pendekatan sistem, faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
staf dapat digolongkan pada tiga kelompok yaitu:
a. Yang menyangkut kualitas dan kemampuan fisik
Kualitas dan kemampuan staf dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
latihan, motivasi kerja, etos kerja, mental dan kemampuan fisik staf
yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin
tinggi pula tingkat kinerja. Latihan kerja melengkapi staf dengan
keterampilan. Bagi para pemimpin organisasi, program dan penyediaan
fasilitas merupakan investasi berharga yang hasilnya dapat diperoleh
kembali dalam bentuk peningkatan kinerja staf.
b. Sarana Pendukung
Sarana pendukung untuk meningkatkan kreativitas kerja pegawai dapat
dikelompokkan dalam dua golongan yaitu:
1) Menyangkut lingkungan kerja termasuk teknologi, sarana dan
peralatan produksi yang digunakan, tingkat keselamatan kerja
serta suasana dalam lingkungan kerja itu sendiri.
2) menyangkut kesejahteraan staf yang tercermin dalam sistem
pengupahan dan jaminan sosial, serta jaminan kelangsungan
Peningkatan kinerja mustahil berhasil jika hanya dilancarkan dalam
bidang-bidang tertentu saja. Masalah kinerja merupakan masalah sistem dalam
arti tertentu, karena ada banyak segi dari pekerjaan dan kegiatan organisasi
yang mempunyai dampak terhadap kreativitas kerja pegawai.
Faktor pertumbuhan kinerja yang sangat penting adalah material dan
tenaga kerja. Meningkatkan kinerja juga tergantung pada pemilihan
bahan-bahan maupun pendayagunaan secara optimal. Dalam bidang tenaga kerja
peningkatan kinerja diupayakan bahwa salah satu arena potensial tertinggi
dalam peningkatan kinerja adalah mengurangi jam kerja yang tidak produktif,
lamanya staf bekerja dan proporsi menempatkan waktu yang produktif sangat
BAB III
OBJEK PENELITIAN
A. Deskripsi Latar Penelitian
Kecamatan Bambuharum merupakan salah satu kecamatan hasil
pemekaran dari kecamatan Barangbangsemplak. Kecamatan yang relatif baru
ini terbagi ke dalam 8 wilayah pemerintahan desa. Kantor Kecamatan
Bambuharum terletak di Jl. Raya Hastinapura Km. 21 Bambuharum,
Kabupaten Karang Tumaritis.
Kecamatan merupakan perangkat daerah sebagai pelaksana teknis
kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu dan dipimpin oleh
Camat.. Camat berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati
melalui Sekretaris Daerah.
Jenis Pelayanan Publik yang diberikan oleh kecamatan Bambuharum
bagi penduduknya meliputi pelayanan Kartu Keluarga (KK), pelayanan e-
KTP, pelayanan PPAT, serta pelayanan legislasi lainnya.
Camat mempunyai tugas melaksanakan kewenangan pemerintahan
yang dilimpahkan oleh Bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi
daerah dan menyelenggarakan tugas umum pemerintahan, meliputi
pemberdayaan masyarakat, ketentraman dan ketertiban umum, penerapan dan
penegakan peraturan perundangan-undangan, pemeliharaan prasarana dan
desa dan atau kelurahan, dan pelayanan masyarakat sesuai dengan ketentuan
dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kecamatan Bambuharum merupakan sebuah kecamatan yang berada di
Kabupaten Karang Tumaritis. Dengan kedaan iklim yang tropis dan
mempunyai banyak lahan yang luas seperti Kecamatan yang berada di
lingkungan Kabupaten Karang Tumaritis, maka keadaan geografis semacam
ini dimanfaatkan oleh penduduk atau warga di Kecamatan Bambuharum
Kabupaten Karang Tumaritis dengan bercocok tanam baik mengolah hasil
kebun yang produktif maupun bertani kendati ada beberapa lainnya yang
mempunyai mata pencaharian sebagai Guru, PNS, mapun berdagang dan
pekerja lepas.
Kualitas Sumber Daya alam di lingkungan Kecamatan Bambuharum
Kabupaten Karang Tumaritis memang sangat baik dan potensial kendati
belum sepenuhnya dimanfaatkan secara produktif tetapi dirasakan baik
pembangunan maupun penggalaan sumbangsih dari pemerintah memang
cukup membantu dalam hal penataan wilayah maupun pembangunan fisik dan
material seperti adanya program P2KP, Pronangkis (Program Penanggulangan
Kemiskinan), Program Paket maupun program pemerintah dalam hal bantuan
lainnya. Oleh sebab itu peran Kecamatan Bambuharum dirasakan sangat
penting dalam hal ini Camat selaku pimpinan Wilayah Kecamatan terus
berusaha Pro Aktif dalam mewujudkan programnya kepada tujuan organisasi
Adapun struktur keorganisasian kecamatan Bambuharum adalah
sebagai berikut.
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional variabel bertujuan untuk menjelaskan makna
variabel yang sedang diteliti. Singarimbun (2003:46-47) memberikan
pengertian tentang definisi operasional sebagai unsur penelitian yang
memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Definisi
operasional dapat juga dikatakan sebagai informasi ilmiah yang sangat
membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama. Dengan
demikian, definisi operasional dalam sebuah penelitian harus dapat diukur dan
spesifik serta dapat dipahami oleh orang lain.
Berdasarkan pendekatan penelitian yang digunakan, variabel penelitian
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Dimensi Indikator Skala
Planning atau
perencanaan 1. Penentuan visi dan misi 2. Penentuan sasaran dan tujuan
3. Penentuan rencana dan strategi
Ordinal
Organizing atau
pengorganisasian 4. Pembagian tugas secara merata
5. Pembentukan tim kerja
Ordinal
Actuating atau
kepemimpinan 6. Penentuan pimpinan tim kerja Ordinal Penerapan
7. Pengawasan dilakukan secara melekat
8. Dilakukan sistem monitoring berkesinambungan
9. Evaluasi dilakukan secara berkala
10.Hasil evaluasi dijadikan pedoman perbaikan kinerja
Ordinal
Faktor Kemampuan
11.Pengetahuan : pendidikan, pengalaman, latihan dan minat
12.Ketrampilan : kecakapan dan kepribadian
Faktor Motivasi 13.Kondisi sosial : organisasi formal dan informal, kepemimpinan
14.Kebutuhan individu :
fisiologis, sosial dan egoistic
15.Kondisi fisik : lingkungan
Variabel Dimensi Indikator Skala kerja.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian
Sumber data mengacu kepada populasi penelitian serta penentuan
sampel yang digunakan dalam penelitian. Populasi menurut Husaeni
(2008: 41) adalah semua nilai baik melalui perhitungan kuantitatif maupun
kualitatif, dari karakteristik tertentu mengenai objek yang lengkap dan
jelas. Ditinjau dari banyaknya anggota populasi, maka populasi terdiri dari
populasi terbatas (terhingga) dan populasi tak terbatas (tak terhingga), dan
dilihat dari sifatnya populasi dapat bersifat homogen dan heterogen.
Menurut Sugiyono (2004:4) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulan.
Populasi penelitian tentang ”Pengaruh Penerapan Ilmu
Administrasi Terhadap Peningkatan Kreativitas Kerja Pegawai di
Kecamatan Bambuharum Kabupaten Karang Tumaritis” ini adalah seluruh
pegawai di Kantor Kecamatan Bambuharum yang seluruhnya berjumlah
2. Sampel Penelitian
Pada penelitian ini digunakan teknik sampling berupa probability
sampling, yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang sama
bagi semua anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel
(Sugiyono, 2004: 92). Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah
stratified random sampling di mana populasi mempunyai anggota yang
tidak homogen dan berstrata secara proporsional.
Sampel yang diambil pada penelitian ini didasarkan kepada
pendapat Arikunto (1988:94) yang menyatakan bahwa untuk sekedar
ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil
semuanya. Selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih besar, dapat diambil
antara 10 % - 15 % atau 20 % - 25 %.
Berdasarkan pendapat di atas, untuk mendapatkan sampel yang
representatif dan berukuran sesuai dengan kebutuhan, maka seluruh
populasi dijadikan sampel atau menggunakan sampel populasi. Penentuan
kelas ini sebagai sampel dilakukan karena diasumsikan seluruh populasi
homogen.
D. Prosedur Penelitian
Menurut Neuman, W. Lawrence (2006: 209-219) terdapat tujuh
langkah dasar dalam melakukan sebuah penelitian survey sebagai berikut.
Perencanaan meliputi penentuan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu
penelitian dan merencanakan strategi umum untuk memperoleh dang
menganalisa data bagi penelitian itu.
2) Pengkajian secara teliti terhadap rencana penelitian
Tahap ini merupakan pengembangan dari tahap perencanaan. Disini
disajikan lagi latar belakang penelitian, permasalahan, tujuan penelitian,
hipotesis serta metode.
3) Pengambilan contoh (sampling)
Proses pemilihan sejumlah unsur dari suatu populasi guna mewakili
seluruh populasi itu.
4) Penyusunan daftar pertanyaan
Proses penerjemahan tujuan-tujuan studi kedalam bentuk pertanyaan
untuk mendapatkan jawaban yang berupa informasi yang dibutuhkan.
5) Kerja lapangan
Tahap ini meliputi pemilihan dan latihan para pewawancara, bimbingan
dalam wawancara serta pelaksanaan wawancara.
6) Editing dan Coding
Coding adalah proses memindahkan jawaban yang tertera dalam daftar
pertanyaan ke dalam berbagai kelompok jawaban yang disusun dalam
angka dan ditabulasi.
Meliputi berbagai tugas yang saling berhubungan dan terpenting pula
dalam suatu proses penelitian.
E. Langkah-langkah Pengumpulan Data
Menurut Nasir (2003:328), teknik pengumpulan data merupakan
instrumen ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data
yang akan dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis,
informasi lisan, serta beragam fakta yang berpengaruh terhadap fokus
penelitian yang sedang diteliti. Sesuai dengan pengertian teknik penelitian di
atas, teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini terutama
ada dua macam, yakni studi dokumentasi dan teknik angket.
1) Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini
dimaksudkan sebagai cara pengumpulkan data dengan mempelajari dan
mencatat bagian-bagian yang dianggap penting dari berbagai risalah resmi
yang terdapat baik di lokasi penelitian maupun di instansi lain yang ada
pengaruhnya dengan lokasi penelitian. Studi dokumentasi ditujukan untuk
memperoleh data langsung dari instansi/lembaga meliputi buku-buku,
laporan kegiatan dan keuangan, serta dokumen lain yang relevan dengan
fokus penelitian.
Angket yang disusun dan dipersiapkan disebar kepada responden
sebagaimana ditetapkan sebagai sampel penelitian. Jumlah angket yang
disebarkan seluruhnya adalah 31 perangkat angket. Pemilihan dengan
model angket ini didasarkan atas alasan bahwa (a) responden memiliki
waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan
yang diajukan, (b) setiap responden menghadapi susunan dan cara
pengisian yang sama atas pertanyaan yang diajukan, (c) responden
mempunyai kebebasan dalam memilih jawaban, dan (d) dapat digunakan
untuk mengumpulkan data atau keterangan dari banyak responden dalam
waktu yang cepat dan tepat.
Untuk mengungkap data ini digunakan angket yang berbentuk skala
Likert. Adapun alasan menggunakan skala Likert ini untuk mengukur
sikap, pendapat dan profesi seseorang atau sekelompok orang tentang
suatu fenomena sosial. Permasalahan strategi pemasaran dan keputusan
pembelian produk dapat dikategorikan sebagai fenomena sosial. Oleh
karena itu, penggunaan skala Likert pada penelitian ini dapat diterima.
Skala Likert yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut.
Tabel 3.2 Penskoran Skala Likert
Pernyataan Bobot
Penilaian Pernyataan
Bobot Penilaian
Sangat setuju Skor : 5 Sangat baik Skor : 5
Netral Skor : 3 Netral Skor : 3
Tidak setuju Skor : 2 Tidak baik Skor : 2
Sangat tidak setuju Skor : 1 Sangat tidak baik Skor : 1
F. Langkah-langkah Pengolahan Data
1. Analisis Deskriptif Hasil Penelitian
Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur
persepsi, sikap atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah
peristiwa atau fenomena sosial, berdasarkan definisi operasional yang
telah ditetapkan oleh peneliti. Pengolahan data secara deskriptif adalah
dengan cara memperoleh hasil perkalian dari jumlah responden dengan
skor pilihan jawaban yang diberikan. Seluruh hasil perkalian dari jumlah
responden pada masing-masing pilihan jawaban ini (pada masing-masing
item) dijadikan dasar penafsiran data hasil penelitian secara deskriptif.
Untuk menentukan tingkat tanggapan responden, dilakukan
perhitungan persentase dengan mengacu kepada teori yang dikemukakan
oleh Harun Al-Rasyid dalam Ating Somantri (2006: 122) dalam menyusun
penskalaan dengan metode Likert’s Summated Rating yang ditentukan
oleh skor maksimum dan skor minimum yang mungkin dicapai oleh setiap