• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dikutip dari Kemmis, S, Mc Taggert R

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Dikutip dari Kemmis, S, Mc Taggert R"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI BAGIAN TUMBUHAN MELALUI PENDEKATAN KONTRUKTIVISME SISWA

KELAS IV SD NEGERI SEMARUM KECAMATAN DURENAN KABUPATEN TRENGGALEK SEMESTER I TAHUN 2013/2014

Oleh: Sumarji

SD Negeri Semarum, Durenan, Trenggalek

Abstrak. Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar IPA dalam kelas adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar sebagai penyampai materi saja melalui ceramah, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Pembelajaran berbasis Konstruktivisme membutuhkan strategi Pembelajaran yang mengikuti metodologi sains dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran yang lebih bermakna. Konstruktivisme adalah seni dan ilmu bertanya serta menjawab. Konstruktivisme melibatkan observasi dan pengukuran, pembuatan hipotesis dan interpretasi, pembentukan model dan pengujian model. Konstruktivisme menuntut adanya eksperimentasi, refleksi, dan pengenalan akan keunggulan metode-metodenya sendiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran Konstruktivisme, yaitu suatu metode penelitian yang didasarkan pada hasil pertimbangan dari peneliti itu sendiri guna memperoleh data yang diperlukan. Penelitian ini bertempat di Kelas IV SD Negeri Malasan Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek. Waktu penelitian adalah rentang waktu untuk melakukan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Nopember semester ganjil Tahun 2013/2014. Metode Pembelajaran Berbasis Konstruktivisme memiliki dampak positif dalam Prestasi Belajar IPA Pada sub Pokok Struktur dan fungsi bagian tumbuhan Kelas IV semester I SD Negeri Malasan Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek Tahun 2012/2013. Hal ini dapat diidentifikasi dari kenaikan Persentase prestasi ketuntasan belajar siswa secara signifikan setelah mendapatkan perlakuan dari tiap siklus, yaitu sebelum siklus (17.86%), siklus I (71.43%), siklus II (96.43%).

Kata kunci: Prestasi Belajar, IPA, Model Belajar Konstruktivisme

Mutu pendidikan bukan merupakan suatu yang statis, melainkan suatu konsep yang bisa berkembang seirama dengan tuntutan kebutuhan hasil pendidikan yang berkaitan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang melekat pada wujud pengembangan kualitas sumber daya manusia. Mutu pendidikan yang dimaksud adalah kemampuan sekolah dalam mengelola secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah, sehingga meng-hasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma atau standart yang

(2)

163

peningkatan kualitas proses termasuk kreatifitas guru dalam mengajar.

Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan pengembangan pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, Kurikulum Sekolah Dasar ( 1994:73). Kegiatan belajar mengajar pada mata pela-jaran IPA walaupun sang guru sudah beru-saha semaksimal mungkin tanpa dibarengi metode yang relevan dengan materi pembe-lajaran maka hasilnya tidak akan memuas-kan. Pengalaman membuktikan bahwa meli-hat dari perolehan hasil Ulangan Akhir Semester untuk mata pelajaran IPA selalu berada di bawah rata-rata. Memang untuk pembelajaran IPA yang baik seperti diung-kapkan oleh Akhmadi (1993), bahwa penga-jaran IPA yang baik tidak cukup hanya bersumber pada buku, melainkan harus di-lengkapi dengan alat praktik serta dihubung-kan dengan lingkungan alam. Apabila kita cermati kembali hal tersebut diatas pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar IPA dalam kelas adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar sebagai penyampai materi saja melalui ceramah, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pem-belajaran.

Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu Pembelajaran menjadi lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan

membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. Dari uraian tersebut, maka guru diharapkan untuk berupaya lebih untuk dapat melakukan pendekatan dalam belajar mengajar sebagai upaya mengoptimalisasi hasil belajar, sebab tanpa pendekatan ini hasil belajar tidak akan diperoleh dengan sebaik-baiknya. Ada berbagai alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya pendekatan yang dapat digunakan guru dalam Pembelajaran Sains adalah Pembelajaran Pendekatan Konstruktivisme. Menurut Nurhadi (2003) dalam proses pembelajaran, pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan yang memberikan pengakuan terhadap keragaman siswa. Dalam pandangan pembelajaran konstruktivisme ini diakui bahwa siswa, pada awal proses pembelajaran, telah memiliki konsep kognitif, afektif dan psikomotor tertentu sebagai akibat pembelajaran dan pengalaman sebelumnya.

(3)

melibatkan observasi dan pengukuran, pem-buatan hipotesis dan interpretasi, pemben-tukan model dan pengujian model. Konstruk-tivisme menuntut adanya eksperimentasi, refleksi, dan pengenalan akan keunggulan metode-metodenya sendiri.

Zamroni (1999) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam belajar mengajar konstruktivisme. Diantaranya: (1) Murid harus selalu aktif selama proses pembelajaran; (2) Proses aktif adalah proses membuat segala sesuatu masuk akal; (3) Interpretasi selalu dipengaruhi oleh pengetahuan sebelumnya; (4) Kegiatan belajar mengajar tidak hanya proses peng-alihan pengetahuan, tetapi juga pengpeng-alihan ketrampilan dan kemampuan. Berikut ini

bagan tahapan belajar mengajar konstruk-tivisme, yang meliputi: (a) Pemanasan aper-sepsi; (b) Eksplorasi; (c) Konsolidasi pembe-lajaran; (d) Pembentukan sikap dan perilaku; (e) Penilaian formatif. Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring pe-serta didik untuk melakukan kegiatan. Ka-dang kala guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondu-sif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi.

Gambar 1 Pelaksanaan dari tiap siklus

Thematic concern

Reconnainsance Reflection

Of the action

Plan

Action Classroom Observation

Reflection Of the action

Plan

Action Classroom Observation

(4)

165

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian ini adalah berada di SD Negeri Semarum kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek. Sasaran dalam penelitian ini adalah siswa Kelas IV Semester I SD Negeri Semarum Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek Tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 28 siswa, dengan rincian siswa laki-laki sebanyak 15 dan 13 siswa perempuan. Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen yaitu: (a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); (b) Lembar Kegiatan Siswa; (c) Tes formatif. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Nopember semester ganjil Tahun 2013/2014. Penelitian yang dilaksanakan ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi

planning (rencana), action (tindakan),

observation (pengamatan), dan reflection

(refleksi). Pelaksanaan dari tiap siklus dapat di ilustrasikan pada Gambar 1. Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Pada penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN Prasiklus

Proses belajar mengajar yang dilaku-kan peneliti dalam hal ini adalah guru kelas IV SD Negeri Semarum terhadap siswanya

bias dikatakan kuno, karena masih menggu-nakan teknik ceramah sehingga siswa kurang mampu menangkap isi materi. Materi IPA dituntut tidak hanya ceramah, tetapi dibarengi dengan praktik dan bentuk lang-sung, agar siswa mampu menangkap isi ma-teri secara maksimal. Dari data tersebut ter-lihat jelas bahwa rata-rata nilai siswa 61.85, dan masih sangat jauh dibandingkan dengan standar yang diinginkan peneliti yaitu 85.00. Tingkat ketuntasan Prasiklus tersebut hanya mencapai 17.86 yang bias juga diartikan ha-nya 5 siswa yang tuntas dari total 28 siswa. Dari data tersebut peneliti akan melakukan siklus I dengan metode Kontruktivismne.

Siklus I

Tahap Refleksi Awal

Peneliti selaku guru kelas IV meng-identifikasi permasalahan yang ada di kelas IV SD Negeri Semarum Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek yaitu tentang rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA pokok bahasan Struktur dan fungsi bagian tumbuhan.

Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiap-kan perangkat Pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat Pembelajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolahan metode Pem-belajaran Pendekatan Konstruktivisme, dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

Tahap Pelaksanaan

(5)

PERTEMUAN I

Kegiatan Awal terdiri dari: (a) Salam pembuka; (b) Berdo’a; (c) Absensi; (d) Apersepsi dan motivasi. Kegiatan inti terdiri dari: (a) Siswa mengamati gambar tentang struktur dan fungsi bagian tumbuhan; (b) Guru menjelaskan tentang struktur dan fungsi dari akar; (c) Menjelaskan akar tunggang dan memberikan contoh tanaman-nya, manga, jeruk, sawo dan kacang-kacang-an; (d) Menjelaskan akar serabut dan memberikan contoh tanamannya, padi, jagung, pohon kelapa; (e) Menjelakan akar-akar yang memilki tugas khusus; (f) Men-jelaskan kegunaan akar bagi tumbuhan; (g) Guru membuat pertanyaan tentang materi terkait; (h) Siswa secara acak diminta untuk menjawab; (i) Siswa dibagi menjadi bebera-pa kelompok; (j) Tiap kelompok diminta untuk mengklasifikasikan gambar akar tumbuhan tersebut; (k) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa; (l) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman. Kegiatan akhir terdiri dari: (a) Kesimpulan hasil dis-kusi kelas, penguatan dan pembetulan, serta memajang hasil kerja siswa; (b) Mengulang kegunaan materi akar, struktur akar, dan Apersepsi; (d) Menyampaikan tujuan pembe-lajaran. Kegiatan inti terdiri dari: (a) Siswa mengamati gambar tentang struktur dan fungsi bagian tumbuhan; (b) Guru men-jelaskan tentang struktur dan fungsi dari ba-tang; (c) Guru membagi siswa menjadi bebe-rapa kelompok; (d) Siswa melakukan diskusi tentang bagian-bagian batang dan fungsinya;

(e) Siswa melaporkan hasil diskusi; (f) Guru melakukan Tanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa; (g) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman. Kegiatan akhir terdiri dari: (a) Siswa mengerjakan lembar evaluasi individu dan dikumpulkan; (b) Siswa diminta merefleksikan kegiatan belajar pada hari tersebut; (c) Berdo’a dan salam.

Tahap Pengamatan

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Dalam hal ini peneliti adalah seorang guru kelas IV. Sebagai pengamat adalah observer yang juga sebagai guru kelas VI SD Negeri Semarum.

Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pe-ngamatan sebagai berikut: (1) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu; (2) Guru ku-rang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan Pembelajaran; (3) Siswa kurang begitu antusias selama Pembelajaran berlangsung.

(6)

167

Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiap-kan perangkat Pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat Pembelajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan metode Pembelajaran Pendekatan Konstruktivisme dan lembar observasi guru dan siswa.

Tahap Pelaksanaan

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru kelas. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Adapun langkah-langkah kegiatan pembela-jaran pada siklus II ini adalah sebagai berikut.

PERTEMUAN I

Kegiatan Awal terdiri dari: (a) Salam pembuka; (b) Berdo’a; (c) Absensi; (d) Apersepsi dan motivasi. Kegiatan inti terdiri dari: (a) Siswa mengamati gambar tentang struktur dan fungsi bagian tumbuhan; (b) Guru menjelaskan tentang struktur dan fungsi dari akar; (c) Menjelaskan akar tung-gang dan memberikan contoh tanamannya, manga, jeruk, sawo dan kacang-kacangan; (d) Menjelaskan akar serabut dan memberi-kan contoh tanamannya, padi, jagung, pohon kelapa; (e) Menjelakan akar-akar yang me-milki tugas khusus; (f) Menjelaskan kegu-naan akar bagi tumbuhan; (g) Guru membuat pertanyaan tentang materi terkait; (h) Siswa secara acak diminta untuk menjawab; (i) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok; (j) Tiap kelompok diminta untuk mengklasifikasikan gambar akar tumbuhan tersebut; (k) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa; (l) Guru

bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman. Kegiatan akhir terdiri dari: (a) Kesimpulan hasil diskusi kelas, penguatan dan pembetulan, serta memajang hasil kerja siswa; (b) Mengulang kegunaan materi akar, struktur akar, dan kegunaan akar; (c) Memotivasi dan menasehati murid; (d) Berdo’a dan salam.

PERTEMUAN II

Kegiatan Awal terdiri dari: (a) Me-meriksa kesiapan siswa; (b) Berdo’a; (c) Apersepsi; (d) Menyampaikan tujuan pem-belajaran. Kegiatan inti terdiri dari: (a) Sis-wa mengamati gambar tentang struktur dan fungsi bagian tumbuhan; (b) Guru menje-laskan tentang struktur dan fungsi dari ba-tang; (c) Guru membagi siswa menjadi bebe-rapa kelompok; (d) Siswa melakukan diskusi tentang bagian-bagian batang dan fungsinya; (e) Siswa melaporkan hasil diskusi; (f) Guru melakukan Tanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa; (g) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman. Kegiatan akhir terdiri dari: (a) Siswa mengerjakan lembar evaluasi individu dan dikumpulkan; (b) Siswa diminta merefleksikan kegiatan belajar pada hari tersebut; (c) Berdo’a dan salam.

Tahap Pengamatan

Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai peneliti adalah guru kelas IV dan sebagai observer adalah guru kelas VI. Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut. (1) Memotivasi siswa; (2) Membimbing siswa merumuskan kesimpul-an/menemukan konsep; (3) Pengelolaan waktu.

(7)

Pada siklus I, secara garis besar Pem-belajaran dengan metode Pendekatan Konstruktivisme cukup dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan karena model tersebut masih dira-sakan baru oleh siswa. Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode Pembelajaran Pendekatan Konstruk-tivisme diperoleh nilai rata-rata prestasi be-lajar siswa adalah 82.6 dan ketuntasan bebe-lajar mencapai 71.43% atau ada 20 siswa dari 28 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 hanya sebesar 71.43 % lebih kecil dari per-sentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena sis-wa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan metode Pendekatan Konstruktivisme. Rekapitulasi lembar observasi aktivitas guru siklus I dapat dike-tahui bahwa cara mengajar peneliti dengan metode kontruktivisme sudah relative baik, ini dibuktikan dengan rata-rata nilai yang mencapai 63.89. Tetapi nilai tersebut perlu ditingkatkan lagi pada siklus II. Pada siklus I aktifitas siswa dirasa dalam katagori baik, dengan nilai rata-rata 61.11. Nilai tersebut bisa diartikan bahwa siswa pada saat proses penelitian atau proses belajar mengajar sudah mulai bias mengikuti, meskipun memakai metode yang baru. Peningkatan kualitas belajar siswa perlu ditingkatkan pada siklus kedua.

Siklus II

Setelah penelitian siklus satu dan belum mencapai hasil nilai yang maksimal, maka dilaksanakan siklus selanjutnya yaitu siklus II. Pada siklus II, secara garis besar

Pembelajaran dengan metode Pendekatan Konstruktivisme dilaksanakan dengan baik, peran siswa sudah terlihat lebih dominan dibanding dengan peran guru. Hasil berikut-nya adalah tes formatif siswa seperti terlihat pada tabel diatas. Nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 92.22 dan ketuntasan belajar mencapai 96.43% atau ada 27 siswa dari 28 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ke-tuntasan belajar secara klasikal telah meng-alami peningkatan, sedikit lebih baik dari si-klus I. Adanya peningkatan hasil belajar sis-wa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar.

Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dingin-kan guru dengan menerapdingin-kan metode Pende-katan Konstruktivisme. Nilai rata-rata aktivitas guru pada siklus II meningkat dibandingkan dengan siklus I, yaitu 83.33. Aktivitas guru selama Pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah metode Pen-dekatan Konstruktivisme dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan me-ngamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan me-latih menggunakan alat, memberi umpan ba-lik/evaluasi/Tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

(8)

169

setiap siklus yang terus mengalami pe-ningkatan aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan analisis data, di-peroleh aktivitas siswa dalam proses Pende-katan Konstruktivisme paling dominan ada-lah bekerja dengan menggunakan alat/ media, mendengarkan/memperhatikan penje-lasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. Berikut akan ditampilkan grafik pada Gambar 2, secara keseluruhan peningkatan Nilai siswa setiap siklus.

PENUTUP Kesimpulan

Metode Pendekatan Konstruktivisme memiliki dampak positif dalam Prestasi Belajar IPA Pada sub Pokok Struktur dan

fungsi bagian tumbuhan Kelas IV semester I SD Negeri Semarum Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek Tahun 2013/2014. Hal ini dapat diidentifikasi dari kenaikan Persentase prestasi ketuntasan belajar siswa secara signifikan setelah mendapatkan per-lakuan dari tiap siklus, yaitu sebelum siklus (17.86%), siklus I (71.43%), siklus II (96.43%). Salah satu pengaruh dari Penerap-an metode PendekatPenerap-an Konstruktivisme di Kelas IV semester I SD Negeri Semarum Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek adalah adanya peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

Saran

Dalam melaksanakan metode pende-katan konstruktivisme, guru perlu memper-siapkan materi beserta media Pembelajar-annya dengan matang.

Gambar 2 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa NILAI RATA-RATA,

SEB. SIKLUS, 61.85

NILAI RATA-RATA, SIKLUS I, 82.60

NILAI RATA-RATA, SIKLUS II, 92.22

KETUNTASAN, SEB. SIKLUS,

17.86

KETUNTASAN, SIKLUS I, 71.43

KETUNTASAN, SIKLUS II, 96.43

NILAI RATA-RATA

(9)

DAFTAR RUJUKAN

Zamroni. 1999. Pengelolaan Sekolah Di Sekolah Dasar. Dikbud: Dikdasmen. Direktorat Dikdas.

Moeliono. 1989. Kumpulan karangan tersebar. Jakarta: Gramedia

Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Cooperatif Learning di Ruang-ruang kelas). Jakarta: Gramedia widiasarana

Akhmadi, Abu. 1993. Teknik Belajar dengan Sistem SKS. Surabaya: PT. Bina Ilmu

Purwanto, M. Ngalim. 1988. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remadja (RK)

Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Suryabrata, Sumadi. 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali

Arikunto, Suharsimi. 1986. Suatu Pendekatan Prosedur Penelitian Praktik, Bina Aksara, Jakarta.

Sugiono. 2000. Statistik Untuk Penelitian.

Gambar

Gambar 1 Pelaksanaan dari tiap siklus
Gambar 2 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Modifikasi tepung biji cempedak dan tepung biji durian dalam pembuatan bakso ikan dalam setiap perlakuan memberi pengaruh yang berbeda dari segi tekstur, warna dan

Namun demikian, apakah antioksidan dalam daun kapulaga dapat mengendalikan kadar glukosa darah dan menurunkan indeks atherogenik pada tikus diabetes induksi alloxan ,

8 Ruang perawatan ini memang terlihat bersih, tetapi dari bakteri yang ditemukan, hal ini dapat menyebabkan potensi sumber penularan infeksi nosokomial di ruangan IMC. Oleh

Djamil Padang periode 1 Januari – 31 Desember 2013 didapatkan penderita tonsilitis kronis berdasarkan umur terbanyak adalah pada kelompok usia 11-20 tahun,

4n;ormasi dalam pasal ini se&enarn(a tidak jauh &er&eda den)an pasal-pasal se&elumn(a han(a disini diperte)as tentan) pern(ataan-pern(ataan (an)

Ekspansi n, masukan semua simpul anak dari n (ni) yang belum muncul pada open ke dalam daftar open dan bubuhkan pointer dari ni ke n, berikan h(ni) untuk setiap simpul pada

Selain itu juga karakter dari forward chaining sendiri ialah data-driven dengan memasukkan fakta yang telah diketahui ke dalam working memory dan dilakukan

Variabel Kualitas Layanan Peripheral memiliki t hitung sebesar 4.092 dengan nilai signifikansi 0.000, maka nilai signifikansi ˂ 0.05 sehingga dapat diartikan bahwa