• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor faktor Yang Menyebabkan Kejadian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Faktor faktor Yang Menyebabkan Kejadian"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEJADIAN

TB (TUBERKULOSIS) PARU PADA LAKI-LAKI

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

KEDUNGWUNI I KABUPATEN

PEKALONGAN

Skripsi

ZEMA MAKSALMINA

NIM : 08.0339.S

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN

PEKALONGAN

(2)

Faktor-faktor Yang Menyebabkan Kejadian TB (Tuberkulosis) Paru Pada untuk mengetahui gambaran faktor-faktor (tingkat pendidikan, pekerjaan, lingkungan rumah, status gizi, perilaku, dan kebiasaan merokok) yang menyebabkan kejadian TB paru pada laki-laki di wilayah kerja Puskesmas Kedungwuni I Kabupaten Pekalongan. Desain penelitian deskriptif, dengan pendekatan crossectioal. Pengambilan sampel menggunakan teknik total population. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisa Univariat dan diperoleh hasil dari 22 responden dengan tingkat pendidikan SD/MI 8 responden, SLTP/MTs 6 responden, SLTA/MA 6 responden dan perguruan tinggi 2 responden. Pekerjaan sebagai pegawai swasta 2 responden, buruh 7 responden, pedagang 10 responden, dan pensiun 3 responden. Lingkungan rumah yang bukan rumah sehat 15 responden, dan rumah sehat 7 responden. Status gizi yang dinyatakan kekurangan BB tingkat berat 2 responden, kekurangan BB ringan 10 responden, BB normal 7 responden, kelebihan BB ringan 3 responden. Perilaku yang tidak sehat terdapat 17 responden, dan perilaku sehat 5 responden. Sedangkan kebiasaan merokok dinyatakan perokok berat 4 responden, sedang 11 responden, ringan 3 responden, dan bukan perokok 4 responden. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar laki-laki dengan TB paru mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, pekerjaan yang beresiko terhadap gangguan pernapasan, lingkungan rumah tidak memenuhi syarat, status gizi rendah, perilaku yang buruk dan kebiasaan merokok. Saran agar perawat melakukan pengkajian lebih dalam tentang faktor-faktor penyebab TB, sehingga dapat membantu menurunkan resiko penularan TB terhadap orang di sekitarnya dan kekambuhan TB di masa mendatang.

(3)

PENDAHULUAN

Penyakit Tuberkulosis Paru termasuk penyakit menular kronis. Situasi

TB Paru di dunia semakin memburuk dengan jumlah kasus yang terus

meningkat serta banyak yang tidak berhasil disembuhkan, sehingga pada

tahun 1993 WHO (World Health Organization) mencanangkan TB Paru yang

juga merupakan salah satu emerging diseases, sebagai salah satu kedaruratan

dunia (global emergency) (Riskesdas 2010). Departemen Kesehatan (Depkes)

RI (2006) menyatakan bahwa sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia

yang paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun), dan jumlah pasien TB

di Indonesia sekitar 10% dari total jumlah pasien TB didunia. Di Indonesia,

TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat

Tuberkulosis paru merupakan penyakit saluran pernapasan bawah

yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Namun menurut

Binongko (2012), terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyakit

TB antara lain adalah; faktor umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,

kondisi rumah, status gizi, faktor jenis kelamin, faktor perilaku, dan

kebiasaan merokok.

Faktor pertama yaitu umur, Widoyono (2011, h. 14) menyatakan

bahwa penyakit TB menyerang semua golongan usia dan jenis kelamin.

Kedua, Depkes RI (2002) yang dikutip dalam Wadjah (2012) mengemukakan

bahwa tingkat pendidikan yang relatif rendah menyebabkan keterbatasan

informasi yang didapatkan. Ketiga (Pekerjaan), Dhewi (2011) menyatakan

karena penghasilan yang kurang, seseorang akan lebih mengutamakan

kebutuhan primer daripada pemeliharaan kesehatan. Keempat, Rumah yang

(4)

terutama TB akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain

(Ruswanto 2010). Status gizi merupakan faktor kelima. Salah satu kekuatan

daya tangkal suatu penyakit adalah status gizi yang baik (Ruswanto 2010).

Jenis kelamin. Laki-laki memiliki mobilitas yang lebih tinggi dibandingkan

perempuan sehingga memungkinkan untuk terpapar bakteri penyebab TB

paru lebih besar, selain itu kebiasaan laki-laki mengkonsumsi rokok, minum

alkohol dan keluar malam hari dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh

(Dhewi 2011). Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respons seseorang

terhadap stimulus tentang sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan serta lingkungan (Wawan & Dewi 2010, h. 56). Faktor kedelapan,

kebiasaan merokok. Kebiasan merokok akan merusak mekanisme pertahanan

paru (Fidiawati 2011).

METODE

Pada Penelitian ini menggunakan metode descriptive yang dilakukan

secara crossectional yaitu penelitian dengan menggunakan pendekatan,

observasi, atau pengumpulan data pada suatu saat dengan tujuan untuk

memperoleh gambaran tentang faktor-faktor yang menyebabkan kejadian TB

paru (Nursalam 2008 : hh. 82-83) Pada penelitian ini, peneliti bertanya

kepada responden tentang faktor-faktor penyebab TB paru (tingkat

pendidikan, pekerjaan, lingkungan rumah, status gizi, perilaku, dan kebiasaan

merokok). Pengumpulan datanya menggunakan alat kuesioner yang jumlah

(5)

karakteristik responden. Setelah data terkumpul peneliti melakukan

pengolahan data yang selanjutnya peneliti menganalisa gambaran dari

faktor-faktor tersebut.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh laki-laki yang menderita TB

paru di wilayah kerja Puskesmas Kedungwuni I Kabupaten Pekalongan yang

berjumlah 22 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

total population.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa dari 22 responden : 8

responden (36,4%) tingkat pendidikan masih rendah yaitu SD/MI, 10

responden (45,5%) bekerja sebagai pedagang, 15 responden (68,2%)

lingkungan rumahnya bukan rumah sehat, 10 responden (45,5%) status gizi

buruk, 17 responden (77,3%) perilaku tidak sehat, dan 11 responden (50,0%)

termasuk perokok sedang.

Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap

pengetahuan seseorang, pengetahuan akan berpengaruh pada perilaku sebagai

hasil jangka panjang sehingga pengetahuan dan perilaku seseorang yang

rendah dapat dikarenakan oleh tingkat pendidikan yang rendah (Notoatmodjo

2003, h.97).

Pedagang berkemungkinan bertemu penderita TB lebih besar

dibanding pekerjaan lain. Penyakit TB ditularkan melalui udara saat seorang

pasien TB batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut

terhirup oleh orang lain saat bernapas. Bila perderita batuk, bersin atau

(6)

kedalam paru orang sehat. Sehingga dapat tertular dan terinfeksi TB paru

(Widoyono 2011, h. 15).

Kondisi rumah yang tidak memenuhi syarat (meliputi kepadatan

hunian, pencahayaan, ventilasi, dan kelembaban) dapat dijadikan tempat

tumbuhnya bakteri TB. Selain itu bila anggota keluarga terkena penyakit

infeksi, terutama TB akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain

(Ruswanto 2010).

Status gizi yang akan berpengaruh pada kejadian tuberkulosis, upaya

untuk menjaga, melindungi dan meningkatkan kesehatan dengan asupan gizi

yang memenuhi akan sangat bermakna agar dapat terhindar dari penularan

TB dan mempercepat kesembuhan (Supariasa 2002, h.61).

Pengetahuan penderita TB Paru yang kurang akan berpengaruh

terhadap sikap dan perilaku sebagai orang sakit dan akhirnya berakibat

menjadi sumber penular bagi orang di sekelilingnya (Wawan & Dewi 2010, h.

56).

Kebiasan merokok akan merusak mekanisme pertahanan paru. Selain

itu, asap rokok juga diketahui dapat menurunkan respons terhadap antigen

sehingga membuat seseorang jadi lebih mudah terinfeksi tuberculosis

(Aditama 2009 dikutip dalam Fidiawati 2011).

SIMPULAN DAN SARAN

Hasil analisa univariat menggambarkan bahwa dari keenam faktor

penyebab TB paru dapat disimpulkan sebagian besar laki-laki dengan TB

paru mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, pekerjaan yang beresiko

terhadap gangguan pernapasan, lingkungan rumah tidak memenuhi syarat,

status gizi rendah, perilaku yang buruk dan kebiasaan merokok. Saran bagi

(7)

penyebab TB, sehingga dapat membantu menurunkan resiko penularan TB

terhadap orang di sekitarnya dan kekambuhan TB di masa mendatang.

ACKNOWLEDGEMENT AND REFERENCES

Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI 2010, Riset Kesehatan Dasar 2010, Opr0016E.pdf.

Binongko, Andhien 2012, Laporan Surveilance Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas Wajo Kota Baubau, http://adhienbinongko.blogspot.com/2012/05/babi-pendahuluan-1.html

Depkes RI 2006, Pedoman Nasional Penanggulangan TBC, buku-pedoman-nasional-penanggulangan-tbc.pdf

Dhewi, Gendhis I 2011, Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap Pasien Dan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien TB Paru Di BKPM Pati. STIKES Telogorejo Semarang.

Fidiawati, Fitriana D 2011, Hubungan Kebiasaan Merokok Dan Kelembaban Rumah Dengan Kejadian Tb (Tubercolusis) Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur Kota Metro. Politeknik Kesehatan Tanjung Karang.

Kementerian Kesehatan RI 2012, Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011,

Opr001P5.pdf

Notoatmojdo, Soekidjo 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmojdo, Soekidjo 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar), PT Rineka Cipta, Jakarta

Ruswanto, Bambang 2010, Analisis Spasial Sebaran Kasus Tuberkulosis Paru Ditinjau Dari Faktor Lingkungan Dalam Dan Luar Rumah Di Kabupaten Pekalongan. Universitas Diponegoro Semarang.

Supariasa, I Dewa N 2002, Penilaian Status Gizi, EGC, Jakarta.

Wadjah, Nurhayati 2012, Gambaran Karakteristik Penderita Tbc Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Pagimana Kecamatan Pagimana Kabupaten Banggai. 145-117-1PB.pdf

(8)

Referensi

Dokumen terkait

(2) Giberelin 100 ppm merupakan konsentrasi terbaik dalam mempengaruhi induksi partenokarpi sedangkan giberelin dengan konsentrasi 200 dan 300 ppm mempengaruhi

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang

Puyuh Plastik apabila masa kerja tenaga kerja alih daya tersebut belum mencapai 3 bulan secara berturut- turut, lain halnya untuk tenaga kerja alih daya yang telah

pendidikan ibu, nilai aset, pendapatan per kapita, dan pengeluaran per kapita keluarga merupakan variabel yang memiliki pengaruh yang berbeda terhadap kesejahteraan keluarga

Jika komputer dan perangkat yang terpasang tidak dimatikan secara otomatis saat Anda menonaktifkan sistem pengoperasian Anda, tekan dan tahan tombol daya selama sekitar 6 detik

Simpulan penelitian pengembangan ini adalah (1) Dihasilkan modul pembelajaran fisika dengan strategi inkuiri terbimbing pada materi fluida statis yang tervalidasi; (2)

Tujuan penelitian peng- embangan ini adalah menghasilkan modul interaktif dengan menggunakan learning content development system pada materi pokok usaha dan energi untuk

Melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan bagian Tata Usaha (TU) untuk mengumpulkan data dan informasi tentang SMP Negeri 2 Balong Ponorogo