• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK pertumbuhan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "JURNAL MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK pertumbuhan "

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

IMPLEMENTASI STRATEGI PENANGANAN KAWASAN

PERMUKIMAN KUMUH DI KELURAHAN KEMANG AGUNG

KECAMATAN KERTAPATI KOTA PALEMBANG

JUTAN MARTDUPANUS MANIK 07111001015

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA

This research which in entitled the implementation of slum areas management strategy at Kemang Agung Kertapati District Palembang. The phenomenon happened that, urban population growth rapidly, inability of societies economically, and floating swamp housing. The aim of this research was to know the implementation of slum areas management strategy at Kemang Agung Kertapati District Palembang. The method used descriptive qualitative. The data were obtained by conducting interviews, literatures, and observation. Based on the analysis and research on the spot, the writer can conclude that the implementation of slum areas management strategy at Kemang Agung Kertapati District Palembang has not been running optimally, because in implementing made procedures to manage slum areas there were procedures which not be implemented. Although in order to fulfillment of the characteristics development programs and budgets have been made in accordance with well defined characteristics. The advice was given to this research were: (1) Department of Public Works Cipta Karya and Housing Settlements Palembang should provide the competence human resources, (2) Department of Public Works Cipta Karya and Housing Settlements Palembang should socialize to the societies toward slum areas managing programs that would be implemented, (3) Department of Public Works Cipta Karya and Housing Settlements Palembang should to make Standard Operational Procedure of slum areas management strategy, (4) Department of Public Works Cipta Karya and Housing Settlements Palembang should reactivate the media publication website activities, (5) Department of Public Works Cipta Karya and Housing Settlements Palembang should maintains cooperation with departments and government institutions in Palembang, (6) Department of Public Works Cipta Karya and Housing Settlements Palembang should provide facilities and infrastructures in order to mobility access will be running well. Keywords: Implementation Strategy, Slum Areas Management Program.

Penelitian ini berjudul implementasi strategi penanganan kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Kemang Agung Kecamatan Kertapati Kota Palembang. Fenomena yang terjadi yaitu, pesatnya laju pertumbuhan penduduk perkotaan, ketidakmampuan masyarakat secara ekonomi, dan perumahan di atas rawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi strategi penanganan kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Kemang Agung Kecamatan Kertapati Kota Palembang. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data-data yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara, studi pustaka, dan juga observasi langsung. Berdasarkan hasil analisis dan penelitian di lapangan, dapat disimpulkan bahwa implementasi strategi penanganan kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Kemang Agung Kecamatan Kertapati Kota Palembang belum berjalan dengan optimal karena dalam pelaksanaan prosedur yang sudah ditetapkan dalam penanganan kawasan permukiman kumuh masih ada yang belum dilaksanakan sesuai ketetapan prosedur. Walaupun pemenuhan karakteristik untuk pengembangan program dan anggaran telah dibuat dengan baik sesuai karakteristik yang ditentukan. Saran yang diberikan terkait penelitian ini yaitu: (1) Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang seharusnya menambah sumber daya manusia yang berkompeten, (2) Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang seharusnya melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai program-program penanganan kawasan permukiman kumuh yang akan dilaksanakan. (3) Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang seharusnya membuat Standar Operasional Prosedur penanganan kawasan permukiman kumuh. (4) Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang seharusnya mengaktifkan kembali website sebagai media publikasi kegiatan, (5) Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang seharusnya melakukan koordinasi yang erat dengan dinas-dinas dan instansi Pemerintah terkait yang ada di Kota Palembang, (6) Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang perlu menyiapkan sarana dan prasarana agar akses mobilitas dapat berjalan dengan lancar.

(2)

2

PENDAHULUAN

Perkembangan perumahan dan permukiman di perkotaan tidak terlepas dari pesatnya laju pertumbuhan penduduk perkotaan, baik karena faktor pertumbuhan penduduk kota maupun karena faktor urbanisasi. Seiring dengan pertumbuhan penduduk di perkotaan tersebut maka, kebutuhan akan penyediaan prasarana dan sarana lingkungan permukiman meningkat pula, baik melalui kegiatan peningkatan maupun pembangunan prasarana-sarana baru. Namun demikian pemenuhan akan kebutuhan prasarana dan sarana permukiman, baik dari segi perumahan maupun kawasan permukiman yang terjangkau dan layak huni belum sepenuhnya dapat disediakan, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat, sehingga kapasitas daya dukung prasarana dan sarana kawasan permukiman mulai mengalami penurunan yang pada gilirannya memberikan konstribusi terjadinya kawasan permukiman kumuh.

Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki laju urbanisasi tertinggi di Asia telah dihadapkan pada permasalahan kawasan permukiman kumuh yang jumlahnya meningkat cukup besar. Berdasarkan data Susenas BPS, proporsi rumah tangga kumuh di perkotaan telah menurun sebesar 8,18% dari 20,75% pada tahun 1993 menjadi 12,57% pada tahun 2011.

Hal tersebut memberikan indikasi bahwa laju rata-rata penurunan proporsi rumah tangga kumuh perkotaan sebesar 0,50% per tahun. Tanpa suatu terobosan yang berarti maka, upaya mewujudkan kota bebas kumuh pada tahun 2020 akan sulit dicapai.

Seperti umumnya kota-kota di Indonesia, Kota Palembang juga mengalami proses dinamika dan arus urbanisasi dengan berbagai kepentingan yang berdampak pada pertumbuhan penduduk. Saat ini, pertumbuhan penduduk Kota Palembang mencapai 2,65%. Tingkat pertumbuhan penduduk yang relative tinggi ini jika tidak diimbangi dengan ketersediaan prasarana dasar perkotaan akan menimbulkan permasalahan pelik bagi pemerintah. Salah satu masalah yang dihadapi oleh Kota Palembang adalah bermunculannya permukiman kumuh (slums area) terutama di sepanjang Sungai Musi. Berdasarkan undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman bab 28 ayat 1 disebutkan bahwa pemerintah daerah dapat menetapkan suatu lingkungan permukiman sebagai permukiman kumuh yang tidak layak huni, maka dalam hal ini Pemerintah Kota Palembang melalui Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang melakukan identifikasi kawasan kumuh dengan menyusun profil strategi penataan/penanganan permukiman kumuh Kota Palembang (2002), di mana hasil identifikasi yaitu terdapat 42 kawasan permukiman kumuh dengan jumlah penduduk sebanyak 65.580 jiwa atau sekitar 4,60% dari total penduduk. Pada tahun 2007, jumlah kawasan kumuh bertambah menjadi 47 kawasan dan ditempati oleh sekitar 72.780 jiwa atau 5,02% dari total penduduk. Dengan demikian, selama 5 tahun telah terjadi

peningkatan jumlah penduduk permukiman kumuh sebanyak 7.201 jiwa (0,42%).

Berdasarkan Keputusan Walikota Palembang Nomor 488 Tahun 2014 Tentang Penetapan Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh terdapat 59 kawasan permukiman kumuh yang tersebar di Kota Palembang, terbagi atas 3 tingkat kekumuhan, yaitu: 16 kawasan kumuh berat, 42 kawasan kumuh sedang, dan 1 kawasan kumuh ringan.

Kelurahan Kemang Agung Kecamatan Kertapati adalah salah satu daerah kawasan pada tingkat kumuh berat dan menjadi prioritas dalam penanganan kawasan kumuh yang ada di Kota Palembang. Kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Kemang Agung Kecamatan Kertapati berada di RT 22, 23, 24, 25, dan 28. Berdasarkan hasil observasi lapangan, kondisi kawasan permukiman di Kelurahan Kemang Agung Kertapati sudah sangat padat. Kondisi fisik rumah di kawasan ini masih terdapat beberapa rumah yang berada di atas rawa (lahan basah) dengan kondisi rumah non permanen.

Secara teoritis, pelaku dalam pembangunan perumahan dan pemukiman dapat dibagi dalam tiga pihak, yaitu: pemerintah, swasta (pengembang), dan masyarakat. Ketiga pihak ini mempunyai tugas dan fungsinya sendiri-sendiri, serta mempunyai kepentingannya masing-masing. Pada dasarnya tanggung jawab pemerintah, pengembang (swasta) dan masyarakat dalam bentuk kemitraan diarahkan untuk mengurangi kemiskinan dan melaksanakan pemerataan pendapatan dan kesejahteraan.

Untuk itu, perlu diupayakan suatu penanganan yang lebih mendasar pada akar ataupun pokok permasalahan timbulnya kekumuhan khususnya di perkotaan. Salah satunya adalah perlunya penanganan yang terkoordinasi antar sektor melalui integrasi program dan kegiatan penanganan permukiman kumuh melalui suatu sistem kegiatan kota dengan pelaksanaan berbasis kawasan. Penanganan harus dilakukan secara berkelanjutan, dan pada akhirnya dapat mewujudkan lingkungan hunian untuk perumahan dan permukiman yang layak huni, sehat, aman, serasi dan teratur.

Peran pemerintah dalam pembangunan perumahan dan pemukiman sudah dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman dimana dengan peningkatan pembangunan perumahan dan pemukiman masyarakat pada umumnya dan terkhusus pada masyarakat yang masih belum dapat memenuhi kebutuhan papannya atau tempat tinggalnya yang layak huni. Dalam Undang-Undang tersebut diuraikan secara jelas pada pasal 30 yaitu:

(3)

3

2. Pemerintah melakukan pembinaan badan usaha dibidang perumahan dan permukiman.

3. Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Sementara itu, dalam upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat dan menciptakan keserasian lingkungan maka pembangunan perumahan dan permukiman harus dilakukan melalui suatu proses alih fungsi lahan yang bertanggung jawab dan sesuai dengan tata ruang. Oleh karena itu, pembangunan perumahan dan permukiman harus didukung oleh suatu kebijakan, strategi dan program yang komperhensif dan terpadu sehingga selain mampu memenuhi hak dasar rakyat juga akan menghasilkan suatu lingkungan perumahan dan permukiman yang sehat, serasi, harmonis, aman dan nyaman.

Berangkat dari pertimbangan tersebut dan berlandaskan kepada Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Keberadaan Undang-Undang No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman yang merupakan revisi terhadap Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan, pada prinsipnya sangat mendorong meningkatnya perhatian terhadap penanganan perumahankumuh dan permukiman kumuh. Hal ini terlihat jelas dengan penambahan satu bab khusus yaitu Bab VIII tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh. Bahkan penambahan pasal pencegahan terhadap tebentuknya permukiman kumuh merupakan suatu kemajuan yang signifikan. Selain itu, Undang-Undang ini juga telah mengadopsi paradigma masyarakat sebagai subyek yang dipercaya akan menjadikan upaya pencegahan dan penanganan permukiman kumuh lebih bernas.

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan agar pembahasan dan pemecahan masalah tidak menyimpang, maka penulis merumuskan permasalahan, yaitu: Bagaimana Implementasi Strategi Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Di Kelurahan Kemang Agung Kecamatan Kertapati Kota Palembang?

LANDASAN TEORI

Hunger dan Wheelen (dalam terjemahan Julianto 2014:17) memberikan pendapat bahwa “implementasi strategi adalah proses dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakannya dalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran, dan prosedur. Proses tersebut mungkin meliputi perubahan budaya secara menyeluruh, struktur atau sistem manajemen dari organisasi secara keseluruhan”.

Hunger dan Wheelen (dalam terjemahan Julianto 2014:296) menjelaskan bahwa sekali suatu strategi dan seperangkat kebijakan dibentuk, fokus manajemen strategis bergeser pada implementasinya. Implementasi strategi adalah sejumlah total aktivitas dan pilihan yang

dibutuhkan untuk dapat menjalankan sebuah perencanaan strategis. Walaupun implementasi biasanya baru dipertimbangkan setelah strategi disusun, implementasi merupakan kunci sukses manajemen strategis karena perumusan strategis dan implementasi harus dilihat sebagai dua sisi sebuah mata uang.

Manajemen dalam setiap kesempatan harus mempertimbangkan sebelum merencanakan implementasi. Jika pihak manajemen tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan memuaskan, maka sulit bagi strategi yang telah disusun dengan sempurna untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan.

Hunger dan Wheelen (dalam terjemahan Julianto 2014:300) menyebutkan untuk mendukung implementasi strategi yang telah disusun, para manajer harus bekerja sama dengan rekan manajer lainnya dalam mengembangkan program, anggaran dan prosedur. Penjelasan mengenai tindakan yang harus dikembangkan dalam implementasi strategi diuraikan sebagai berikut:

1. Program

Program adalah pernyataan aktivitas-aktivitas atau langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan perencanaan sekali pakai. Program melibatkan restrukturisasi organisasi, budaya internal organisasi atau awal dari suatu usaha penelitian baru. Tujuan program dibuat adalah untuk membuat strategi dapat dilaksanakan dalam tindakan (action-oriented).

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (dalam Modul Akuntabilitas Instansi Pemerintah, 2007:33-34) menjelaskan “program adalah kumpulan kegiatan yang sistematis dan terpadu untuk mendapatkan hasil yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa instansi pemerintah ataupun dalam rangka kerja sama dengan masyarakat, guna mencapai

sasaran tertentu”. Agar program dapat

dilaksanakan secara realistis, maka diperlukan upaya-upaya sebagai berikut:

a. Program dibuat dengan memperhatikan prioritas tinggi dan berdampak dalam pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran instansi pemerintah.

b. Analisis mengenai sejauh mana tingkat keterkaitan (atau hubungan) antara visi, misi, tujuan, sasaran, dan kebijakan dengan program.

c. Koordinasi atas program.

d. Penyusunan program dengan sederhana. e. Setiap pimpinan unit memberikan

kontribusinya dengan mengajukan program dari masing-masing unit.

f. Program berkaitan dengan masa kini dan masa yang akan datang.

2. Anggaran

(4)

4 memberikan perencanaan rinci dari strategi baru

dalam tindakan, tetapi juga menentukan dengan laporan keuangan performa yang menunjukkan pengaruh yang diharapkan dari kondisi keuangan organisasi.

Rudianto (2009:4) mengungkapkan bahwa tidak setiap kerja organisasi disebut anggaran. Anggaran adalah rencana kerja organisasi di masa mendatang yang diwujudkan dalam bentuk kuantitatif, formal dan sistematis. Sehingga di dalam anggaran harus terkandung beberapa ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan sekedar rencana, antara lain sebagai berikut:

a. Dinyatakan dalam satuan moneter.

b. Mencakup kurun waktu tertentu sebagai batasan rencana kerja.

c. Mengandung komitmen manajemen. d. Penyusunan anggaran melalui

persetujuan pejabat tertinggi dari pelaksana anggaran.

e. Anggaran hanya diubah jika ada keadaan khusus.

f. Analisis penyebab jika terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan penggunaan anggaran.

3. Prosedur

Prosedur atau sering disebut dengan Standard Operating Procedures (SOP) adalah sistem langkah-langkah atau teknik-teknik yang berurutan yang menggambarkan secara rinci bagaimana suatu tugas atau pekerjaan diselesaikan. Prosedur secara khusus merinci berbagai aktivitas yang harus dikerjakan untuk menyelesaikan program organisasi.

Menurut Waller (dalam terjemahan oleh Djarot Suseno, 2011: 77) tugas prosedur adalah memastikan bahwa di seluruh organisasi semua orang mengerjakan sesuatu dengan cara yang sama dan bekerja sebagaimana semua orang bekerja. Namun, harus dicatat bahwa prosedur juga bukanlah uraian pekerjaan. Prosedur harus mengungkapkan beberapa hal sebagai berikut:

a. Bagaimana semua aktivitas manajemen dilaksanakan.

b. Siapa yang akan melaksanakan aktivitas. c. Bagaimana aktivitas didokumentasikan. d. Instruksi kerja yang diperlukan untuk

referensi.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang pada dasarnya menggambarkan masalah penanganan kawasan permukiman kumuh di kelurahan Kemang Agung yang ada dengan menentukan, mengklasifikasikan, serta menganalisa data yang diperoleh sehingga dapat diambil kesimpulan yang sesuai dengan pokok permasalahan yang ada.

Jenis dan Sumber Data primer yaitu data yang diperoleh dari tempat penelitian mengenai deskripsi penanganan kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Kemang Agung Kecamatan Kertapati, pola penanganan, dan program penanganan kawasan permukiman kumuh. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari tempat

penelitian mengenai deskripsisi penanganan kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Kemang Agung Kecamatan Kertapati dalam bentuk Keputusan Walikota Palembang dan Petunjuk teknis dalam penanganan kawasan permukiman kumuh.

Dalam penelitian ini, yang menjadi unit analisis datanya adalah Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang, yakni sebagai pelaksana program penanganan kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Kemang Agung Kecamatan Kertapati.

Dalam penelitian ini, yang menjadi key informans adalah: (1) Kepala Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang; (2) Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang; (3) Kepala Bidang Perumahan Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang; (4) Lurah Kemang Agung; (5) Lembaga keswadayaan Masyarakat Kelurahan Kemang Agung; (6) Masyarakat Kelurahan Kemang Agung Kecamatan Kertapati.

Teknik Pengumpulan Data dalam penelitian ini adalah Wawancara yang saya lakukan melalui proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi tentang deskripsi penanganan kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Kemang Agung. Wawancara yang saya lakukan selama dua bulan. Dalam penelitian ini, peneliti juga melakukan observasi yakni di Kantor Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan perumahan Kota Palembang dan Kelurahan Kemang Agung sesuai dengan pedoman observasi yang telah dibuat. Peneliti juga melakukan Dokumentasi (Studi pustaka) yang digunakan penulis dalam penelitian ini pengumpulan data di Kantor Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan perumahan Kota Palembang dan Kelurahan Kemang Agung berupa Keputusan Walikota Palembang dan Petunjuk teknis dalam penanganan kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Kemang Agung Kecamatan Kertapati.

Teknik Analisis Data dalam penelitian ini adalah:

a. Pengumpulan Data

Data-data yang diperoleh di lapangan yaitu uraian data-data tentang deskripsi penanganan kawasan permukiman kumuh dicatat dalam bentuk deskriptif yang diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang.

b. Reduksi Data

Reduksi data yang saya lakukan terlebih dahulu di susun menggunakan matriks tabel, dilanjutkan dengan memilah-milah data yang perlu dalam penelitian ini. Data-data yang didapatkan dari lapangan di olah kembali dan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang perlu saja.

c. Penyajian Data

(5)

5 dapat dilakukan kembali guna mendapatkan

informasi yang sesuai dengan tema penelitian.

d. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan dan verifikasi yang saya lakukan dengan cara memahami temuan-temuan yang ada di lapangan, lalu dilanjutkan dengan menaganalisa menggunakan teori dan dari hasil tersebut dapat disimpulkan bagaimana implementasi strategi penanganan kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Kemang Agung Kecamatan Kertapati.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh di Kelurahan Kemang Agung Kecamatan Kertapati Kota Palembang 1. Kondisi Kekumuhan Dan Legalitas

Lahan Kelurahan Kemang Agung Kecamatan Kertapati Kota Palembang

1.1 Identifikasi Permasalahan Kekumuhan Identifikasi Permasalahan Kekumuhan merupakan tahap identifikasi untuk menentukan permasalahan kekumuhan pada obyek kajian yang difokuskan pada aspek kualitas fisik bangunan dan infrastruktur keciptakaryaan pada suatu lokasi. Identifikasi permasalahan kekumuhan dilakukan berdasarkan pertimbangan pengertian perumahan kumuh dan permukiman kumuh, persyaratan teknis sesuai ketentuan yang berlaku, serta standar pelayanan minimal yang dipersyaratkan secara nasional. Atas dasar itu, maka identifikasi permasalahan kekumuhan dilakukan pada beberapa aspek berikut ini:

a. Kondisi Bangunan, dengan beberapa kriteria sebagai berikut: (1) Sebagian besar bangunan pada lokasi tidak memiliki keteraturan, dalam hal dimensi, orientasi, dan bentuk tapak maupun bangunan; (2) Lokasi memiliki kepadatan bangunan yang tinggi, yaitu tingginya jumlah bangunan per hektar sesuai klasifikasi kota yang bersangkutan; (3) Sebagian besar bangunan pada lokasi tidak memenuhi persyaratan teknis, khususnya persyaratan teknis untuk hunian sederhana (sistem struktur, pengamanan petir, penghawaan, pencahayaan, sanitasi dan bahan bangunan).

b. Kondisi Jalan Lingkungan, dengan beberapa kriteria sebagai berikut: (1) Cakupan pelayanan jalan lingkungan tidak memadai terhadap luas area, artinya sebagian besar lokasi belum terlayani jalan lingkungan; serta (2) Sebagian besar kualitas jalan lingkungan yang ada kondisinya buruk, artinya kerataan permukaan jalan yang tidak memadai bagi kendaraan untuk dapat dilalui oleh kendaraan dengan cepat, aman, dan nyaman.

c. Kondisi Drainase Lingkungan, dengan beberapa kriteria sebagai berikut: (1) Sebagian besar jaringan drainase pada lokasi yang ada tidak mampu mengatasi genangan minimal, yaitu genangan dengan tinggi lebih dari 30 cm selama 2 jam dan tidak lebih dari 2 kali setahun; (2) Cakupan pelayanan

jaringan drainase yang ada tidak memadai terhadap luas area, artinya sebagian besar lokasi belum terlayani jaringan drainase. d. Kondisi Penyediaan Air Minum, dengan

beberapa kriteria sebagai berikut: (1) Sebagian besar luas area memiliki sistem penyediaan air minum yang tidak memenuhi persyaratan teknis, baik jaringan perpipaan yang terdiri dari unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan dan unit pengelolaan; maupun jaringan bukan perpipaan yang terdiri dari sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air; (2) Cakupan pelayanan penyediaan air minum yang ada tidak memadai terhadap populasi, artinya sebagian besar populasi belum terpenuhi akses air minum yang aman sebesar 60 liter/orang/hari.

e. Kondisi Pengelolaan Air Limbah, dengan beberapa kriteria sebagai berikut: (1) Sebagian besar luas area memiliki sistem pengelolaan air limbah yang tidak memenuhi persyaratan teknis, baik sistem pengelolaan air limbah setempat secara individual atau komunal; maupun sistem pengolahan air limbah terpusat; serta (2) Cakupan pelayanan pengolahan air limbah yang ada tidak memadai terhadap populasi, artinya sistem pengolahan air limbah yang ada belum mampu menampung timbulan limbah sebesar 5-40 liter/orang/hari.

f. Kondisi Pengelolaan Persampahan, dengan beberapa kriteria sebagai berikut: (1) Sebagian besar luas area memiliki sistem pengelolaan persampahan yang tidak memenuhi persyaratan teknis, baik dalam hal pewadahan, pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, dan pengolahan; serta (2) Cakupan pelayanan pengelolaan persampahan yang ada tidak memadai terhadap populasi, artinya sistem pengelolaan persampahan yang ada belum mampu menampung timbulan sampah sebesar 0,3 kg/orang/hari.

g. Kondisi Pengamanan Kebakaran, dengan beberapa kriteria sebagai berikut: (1) Sebagian besar luas area memiliki pasokan air untuk pemadaman yang tidak memadai, baik dari sumber alam (kolam air, danau, sungai, sumur dalam) maupun buatan (tangki air, kolam renang, reservoir air, mobil tangki air dan hidran); (2) Sebagian besar luas area memiliki jalan lingkungan yang tidak memadai untuk mobil pemadam kebakaran, yaitu jalan lingkungan dengan lebar jalan minimum 3,5 meter dan bebas dari hambatan apapun.

(6)

6 1.2 Identifikasi Pertimbangan Lain (Non Fisik)

Identifikasi Pertimbangan Lain (Non Fisik) merupakan tahap identifikasi untuk menentukan skala prioritas penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang teridentifikasi dengan sudut pandang lain yang mempengaruhi efektifitas/keberhasilan program penanganan. Identifikasi Pertimbangan Lain dilakukan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan pertimbangan non fisik yang relevan. Identifikasi Pertimbangan Lain dapat dilakukan dengan menggunakan:

a. Nilai Strategis Lokasi

Lokasi terletak pada fungsi strategis kawasan/wilayah, artinya keberadaan lokasi mendukung fungsi tertentu dalam konstelasi kawasan/wilayah, seperti fungsi pemerintahan, fungsi industri, fungsi perdagangan dan jasa, dan fungsi lainnya.

b. Kepadatan Penduduk

Lokasi memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, artinya jumlah penduduk per hektar pada lokasi relatif tinggi sesuai klasifikasi kota yang bersangkutan.

c. Potensi Sosial Ekonomi

Lokasi memiliki potensi sosial ekonomi tinggi yang potensial dikembangkan, artinya pada lokasi terdapat potensi kegiatan ekonomi seperti budidaya, industri, perdagangan maupun jasa; maupun potensi kegiatan sosial budaya seperti kesenian, kerajinan dan lain sebagainya. d. Dukungan Masyarakat

Dukungan masyarakat terhadap proses penanganan kekumuhan tinggi, artinya masyarakat mendukung program penanganan bahkan berperan aktif sehingga tercipta situasi yang kondusif dalam pelaksanaan fisik.

e. Komitmen Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah memiliki komitmen tinggi dalam penanganan lokasi, dimana komitmen pemerintah daerah terhadap lokasi dalam hal ini dinilai dari alokasi anggaran, program regulasi, kebijakan maupun kelembagaan.

1.3 Identifikasi Legalitas Lahan

Identifikasi Legalitas Lahan merupakan tahap identifikasi untuk menentukan permasalahan legalitas lahan pada obyek kajian setiap perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang difokuskan pada status lahan, kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang dan persyaratan administrasi bangunan. Identifikasi legalitas lahan dilakukan dengan menggunakan:

a. Aspek Status Lahan

b. Aspek Kesesuaian Rencana Tata Ruang c. Aspek Persyaratan Administrasi

Bangunan

Melalui Identifikasi legalitas lahan, maka akan diperoleh basis data kondisi status lahan dan kesesuaian RTR untuk setiap lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang diidentifikasi sebagai dasar penentuan kebijakan penanganan setiap lokasi.

Berdasarkan hasil observasi lapangan, kondisi kawasan permukiman di Kelurahan

Kemang Agung sudah sangat padat. Kondisi fisik rumah di kawasan ini masih terdapat beberapa rumah yang berada di atas rawa (lahan basah) dengan kondisi rumah non permanen. Kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Kemang Agung berada di RT 22, 23, 24, 25, 28.

Rekapitulasi Temuan Kondisi Kekumuhan Dan Legalitas Lahan Kelurahan Kemang Agung Kecamatan adalah KertapatiKepadatan Bangunan sebesar 251-299 Unit/Ha, 51%-75% Bangunan Tidak Memiliki Keteraturan, Kualitas Jalan Buruk pada 51%-75% Kawasan, Drainase Lingkungan Tidak Mampu Mengatasi Genangan Minimal di 76%-100% Kawasan, Cakupan pelayanan SPAM tidak memadai terhadap 25%-50% populasi, Pengelolaan Air Limbah Tidak Memenuhi, Pasokan Air Damkar Tidak Memadai di 76%-100% Kawasan, Cakupan pengolahan air limbah tidak memadai terhadap 76%-100% populasi, Pengelolaan Persampahan Tidak Memenuhi Persyaratan Teknis di 51%-75% Kawasan, dan Jalan Lingkungan untuk Mobil Damkar Tidak Memadai di 76%-100% Kawasan. Berdasarkan dari data di atas maka dinyatakan bahwa Kondisi Kekumuhan Kelurahan Kemang Agung Kecamatan Kertapati termasuk kawasan kumuh berat yang ada di Kota Palembang.

Keseluruhan lokasi memiliki kejelasan status tanah, baik dalam hal kepemilikan maupun izin pemanfaatan tanah dari pemilik tanah (status tanah legal), Keseluruhan lokasi berada pada Zona Permukiman sesuai RTR (sesuai), dan Sebagian atau keseluruhan bangunan pada lokasi belum memiliki IMB.

2. Partisipasi Masyarakat

Peran masyarakat dilakukan dengan memberikan masukan dalam (a) penyusunan rencana pembangunan perumahan dan kawasan permukiman; (b) pelaksanaan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman; (c) pemanfaatan perumahan dan kawasan permukiman; (d) pemeliharaan dan perbaikan perumahan dan kawasan permukiman; dan (e) pengendalian penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.

(7)

7

3. Pola Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Di Kelurahan Kemang Agung Kecamatan Kertapati

Dalam Peraturan Daerah tersebut menjelaskan Pola-pola penanganan pada bagian ketiga Pasal 46, dimana pola penanganan tersebut berpacu dari Undang-Undang No. 1 Tahun 2011, yaitu: Pemugaran, Peremajaan, dan Permukiman Kembali.

Dalam Peraturan Daerah tersebut juga menjelaskan bagaimana ketentuan daerah dan cara penanganan yang diberikan yang dijelaskan dalam Pasal 47, yaitu: (1) Dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan berat dengan status lahan legal, maka pola penanganan yang dilakukan adalah Peremajaan; (2) Dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan berat dengan status lahan illegal, maka pola penanganan yang dilakukan adalah pemukiman kembali; (3) Dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan sedang dengan status legal, maka pola penanganan yang dilakukan adalah peremajaan; (4) Dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan sedang dengan status lahan illegal, maka pola penanganan yang dilakukan adalah pemukiman kembali; (5) Dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan ringan dengan status lahan legal, maka pla penanganan yang dilakukan adalah pemugaran; (6) Dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan ringan dengan status lahan illegal, maka pola penanganan yang dilakukan adalah pemukiman kembali.

Berdasarkan dari ketentuan Pasal 47 tersebut, maka dalam pemilihan pola penanganan kawasan permukiman kumuh harus melihat dari kondisi kekumuhan yang ada pada suatu daerah tersebut. Dalam hal ini, untuk melihat pola penanganan permukiman kumuh yang ada di Kelurahan Kemang Agung, maka yang pertama kali adalah melihat kondisi kekumuhan yang ada pada Kelurahan tersebut.

Berdasarkan hasil studi pustaka, yaitu Lampiran Peraturan Walikota Palembang Nomor 488 Tentang Penetapan Lokasi Kawasan Kumuh Kota Palembang yang menyatakan bahwa Kelurahan Kemang Agung termasuk dalam kategori kawasan kumuh berat.

Rekapitulasi Temuan Pola Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Di Kelurahan Kemang Agung adalah Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan penulis menunjukkan bahwa deskripsi pola penanganan kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Kemang Agung menggunakan pola penanganan peremajaan, karena status

daerah tersebut berstatus legal dan juga termasuk dalam kawasan kumuh berat.

B. Analisis Implementasi Strategi Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Di Kelurahan Kemang Agung Kecamatan Kertapati Kota Palembang

Hunger dan Wheelen (2014:17) memberikan pendapat bahwa “implementasi strategi adalah proses dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakannya dalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran, dan prosedur”.

Hunger dan Wheelen (2014:300) menyebutkan untuk mendukung implementasi strategi yang telah disusun, para manajer harus bekerja sama dengan rekan manajer lainnya dalam mengembangkan program, anggaran dan prosedur yang diperlukan untuk mendukung implementasi strategi tersebut. Ini berarti para manajer harus bekerja sama untuk mengembangkan program, anggaran dan prosedur dalam mencapai sinergi agar mampu menjalankan organisasi dengan baik.

Berikut akan diuraikan satu persatu dari analisis implementasi strategi penanganan kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Kemang Agung Kecamatan Kertapati dengan pendekatan implementasi strategi yang diukur melalui penyusunan program, anggaran dan prosedur. Analisis ini berdasarkan pengumpulan data melalui wawancara, studi kepustakaan dan observasi.

1. Program

Tujuan program dibuat adalah untuk membuat strategi dapat dilaksanakan dalam tindakan.

a. Program Dibuat dengan Memperhatikan Prioritas Tinggi dan Berdampak dalam Pencapaian Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Instansi Pemerintah

(8)

8

Pembangunan rusunawa; (7) Program P2KP; (8) Program NUSP penanganan kawasan kumuh Kementrian PU-PERA; (9) Program DAK bidang perumahan dan permukiman dengan pembangunan Fasum dan Fasos; (10) Program dana PSU untuk perumahan-perumahan formal kerja sama dengan pengembang; (11) Program APBD Kota Palembang dengan membangun jalan lingkungan perumahan-perumahan kerja sama pengembang.

b. Tingkat Keterkaitan (Hubungan) antara Visi, Misi, Strategi, dan Program

Keterkaitan atau hubungan antara visi, misi, strategi, dengan program menjadi perhatian dalam keberhasilan suatu program. Program tidak dapat terlepas dari visi, misi, strategi, dan program merupakan kegiatan nyata, sistematis, terpadu yang dilaksanakan guna mencapai visi, misi, strategi, dan program. Hal ini diperlukan agar para implementor strategi penanganan kawasan permukiman kumuh dalam menentukan program yang akan dilaksanakan dapat tetap konsisten dan tidak menyimpang dari maksud dibentuknya instansi tersebut. c. Koordinasi atas Program

Tujuan dari koordinasi atas program yaitu untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Koordinasi juga bermanfaat agar setiap program tetap bekerja dalam satu sinergi dalam satu komando untuk mencapai satu tujuan yang sama dengan berbagai program dan kegiatan yang berbeda. Koordinasi atas program tidak perlu secara menyeluruh, tetapi cukup dilakukan terhadap program yang penting saja. Pada penelitian ini koordinasi akan dilihat melalui koordinasi horizontal yaitu koordinasi antar pejabat atau antar unit yang mempunyai tingkat yang sama dalam suatu organisasi dan koordinasi vertikal yaitu koordinasi antara pejabat tertinggi dengan pejabat unit-unit tingkat bawah yang berada dalam lingkup koordinasinya. Dalam hal ini koordinasi horizontal Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang dengan Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) terkait yang menangani kawasan kumuh, yaitu: (1) BAPPEDA Kota Palembang; (2) Kecamatan Kertapati; (3) Kelurahan Kemang Agung.

Koordinasi vertikal Badan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kota Palembang dilakukan oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang dengan Kepala Bidang Perumahan dan Kepala Seksi Bidang Perumahan. Kepala Bidang dan Kepala Seksi Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang yang

terkait dengan penanganan kawasan kumuh adalah sebagai berikut: (1) Kepala Bidang Perumahan; (2) Kepala Seksi Perumahan Formal; (3) Kepala Seksi Perumahan Swadaya; (4) Kepala Seksi Penghunian & Persewaan Rumah.

Berdasarkan hasil studi kepustakaan, observasi dan wawancara dapat disimpulkan bahwa koordinasi atas program sudah berjalan baik oleh Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang. Koordinasi tersebut dilaksanakan dalam koordinasi vertikal dan koordinasi horizontal. Hal ini dapat dilihat dari berbagai kegiatan bersama antara Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang dengan SKPD terkait penanganan kawasan permukiman kumuh.

d. Penyusunan Program harus Sederhana Penyusunan program hendaknya cukup sederhana agar memiliki kemungkinan tinggi untuk dicapai. Sederhana di dalam program memiliki pengertian bahwa program dibuat dapat diterapkan untuk satu kegiatan tertentu sesuai dengan keadaan sesungguhnya di dalam instansi tersebut. Mengenai penyusunan program dengan sederhana dalam penelitian ini, berdasarkan observasi penulis bahwa pemahaman sederhana adalah cara Bidang Perumahan Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang meletakkan programnya

Berdasarkan observasi penulis menunjukan bahwa Kelurahan Kemang Agung Kecamatan Kertapati termasuk dalam salah satu kawasan kumuh berat yang ada di Kota Palembang. Dengan keadaan tersebut diperlukan program yang mengarahkan untuk penanganan kawasan kumuh tersebut secara optimal. Selanjutnya berdasarkan studi kepustakaan penulis program Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang sudah dibuat sesuai keadaan Kelurahan Kemang Agung sesuai yang dibuat dalam model peraturan daerah Kota Palembang tentang pencegahan dan peningkatan kualitas hidup perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Program tersebut adalah peremajaan yang mencakup pra kontruksi, kontruksi, dan pasca kontruksi.

(9)

9

sehingga program tersebut memiliki kemungkinan tinggi untuk dilaksanakan. e. Setiap Unit Memberikan Kontribusinya

dengan Mengajukan Program dari Masing-Masing Unit

Setiap unit memberikan kontribusinya dalam suatu organisasi dengan cara mengajukan program yang akan dikerjakan oleh mereka. Hal ini dikarenakan masing-masing unit lebih mengetahui keadaan dan situasi di dalam tugas pokok dan fungsi yang akan dikerjakan. Pada indikator ini akan dilihat melalui proses unit di dalam Dinas Pekejaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang dalam mengajukan program.

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan penulis dapat disimpulkan bahwa dalam penentuan program, masing-masing kepala seksi telah melaksanakan kontribusinya dalam pengajuan program. Kontribusi tersebut diberikan dalam hal ini dengan cara mengajukan kegiatan dari setiap program yang akan dilaksanakan oleh Bidang Perumahan Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang dalam rapat secara lisan, kemudian dibahas atau dirapatkan secara bersama-sama. Sehingga didapatkan kesepakatan bersama untuk pembentukan Rencana Kinerja Tahunan.

f. Program Berkaitan dengan Masa Kini dan Masa yang akan Datang

Penentuan program harus diperhatikan agar jangan sampai suatu program kerja hanya merupakan suatu ekstrapolasi keadaan yang lampau, akan tetapi yang lebih penting adalah berkaitan dengan masa kini dan masa yang akan datang. Program masa kini adalah program yang dilakukan sesuai keadaan sekarang yang kemudian akan berdampak ke dalam program masa yang akan datang. Pada penelitian ini program akan dilihat berdasarkan program yang dibuat berdasarkan kebutuhan masa kini dalam penanganan kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Kemang Agung Kecamatan Kertapati dan kemudian dilanjutkan dengan kebutuhan masa yang akan datang.

Berkenaan dengan analisis mengenai tingkat keterkaitan program dengan masa kini dan masa yang akan dilakukan analisis melalui studi kepustakaan, wawancara dan observasi. Dalam studi kepustakaan di Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang dalam penanganan kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Kemang Agung Kecamatan Kertapati terdapat program yang dilakukan di masa kini yaitu Bedah rumah 1000unit/tahun dalam 5 tahun (Perbaikan

rumah tidak Layak Huni) dan juga program NUSP. Program tersebut merupakan program yang dilaksanakan di masa kini yang berkaitan dengan keadaan yang terjadi di masa yang akan datang.

Berdasarkan dari wawancara, studi kepustakaan dan observasi didapatkan bahwa program Dinas Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang telah memperhatikan pembentukan program berkaitan dengan masa kini dan masa yang akan datang. Hal ini dimaksudkan agar program tersebut dapat saling berkoordinasi dan terjadinya keterkaitan antara pogram dalam penanganan kawasan kumuh saat pra penanganan, saat penanganan, dan pasca penanganan.

Rekapitulasi Temuan Program Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang adalah Program telah dibuat dengan memperhatikan prioritas tinggi dan berdampak dalam pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran instansi pemerintah, terdapat tingkat keterkaitan (atau hubungan) yang tinggi antara visi, misi, tujuan, dan strategi dengan program, koordinasi atas program sudah berjalan dengan baik, penyusunan program telah dibuat secara sederhana, setiap unit sudah memberikan kontribusinya dengan mengajukan program, dan program yang dibuat telah berkaitan dengan masa kini dan masa yang akan datang.

2. Anggaran

Analisis anggaran menjelaskan bahwa penyusunan anggaran merupakan bentuk nyata komitmen organisasi dalam mengimplementasikan strategi yang telah diformulasikan sebelumnya. Di dalam penelitian ini analisis anggaran akan dilihat melalui bagaimana anggaran dinyatakan dalam satuan moneter, mencakup kurun waktu tertentu sebagai batasan rencana kerja, mengandung komitmen manajemen, penyusunan anggaran melalui persetujuan pejabat tertinggi dari pelaksana anggaran, anggaran hanya diubah jika ada keadaan khusus, dan analisis penyebab jika terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan penggunaan anggaran. Adapun analisis anggaran dari Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang adalah sebagai berikut:

a. Dinyatakan dalam Satuan Moneter

(10)

10

diwujudkan di dalam suatu cerita panjang akan menyulitkan anggota organisasi untuk membaca atau memahaminya karena itu sebaiknya anggaran disusun dalam bentuk kuantitatif moneter ringkas.

Berdasarkan studi kepustakaan di dalam dokumen Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kota Palembang mengenai anggaran, didapatkan bahwa anggaran sudah dibuat ke dalam satuan moneter. Penyusunan anggaran tersebut dapat dilihat pada rincian dana yang digunakan dalam pelaksanaan program bedah rumah tahun 2014.

Tabel dalam program bedah rumah Tahun 2014 menjelaskan terdapat seribu keluarga yang mendapatkan bantuan tersebut. Program yang menggunakan biaya sebesar 10 Milyar dan dibagi rata, jadi masing-masing keluarga mendapatkan total dana bantuan sebesar 10.000.000 setiap keluarga.

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa anggaran di Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kota Palembang sudah dibuat ke dalam satuan moneter. Tujuannya untuk mempermudah membaca dan membantu dalam memahami rencana kerja yang dibuat.

b. Mencakup Kurun Waktu Tertentu sebagai Batasan Rencana Kerja

Anggaran dapat disusun untuk kurun waktu lebih pendek, tiga bulanan, atau untuk kurun waktu lebih panjang lagi, seperti lima tahunan. Batasan waktu di dalam penyusunan anggaran akan berfungsi untuk memberikan batasan rencana kerja dalam program. Indikator anggaran yang menyatakan bahwa dalam anggaran harus mencakup kurun waktu tertentu sebagai batasan rencana kerja dapat dianalisis melalui wawancara dan studi kepustakaan.

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa dalam anggaran yang ditentukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang memiliki batasan waktu selama satu tahun, karena anggaran yang diterima adalah berdasarkan dari APBN dan APBD. Sehingga batasan rencana kerja yang harus dilaksanakan Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang juga dibatasi selama satu tahun dan terus diperbaharui selama satu tahun.

c. Mengandung Komitmen Manajemen Anggaran harus disertai dengan upaya pihak manajemen dan seluruh anggota organisasi untuk mencapai apa yang telah ditetapkan. Para manajer harus berkomitmen dalam bentuk kesanggupan untuk bertanggung jawab dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam

anggaran. Tanpa upaya serius dari pihak manajemen untuk mencapainya, maka penyusunan anggaran tidak akan banyak manfaat bagi organisasi.

Berdasarkan dari hasil analisis data disimpulkan bahwa Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang sudah menjalankan komitmen manajemen yang diwujudkan ke dalam pencapaian kinerja yang maksimal.

d. Penyusunan Anggaran Melalui Persetujuan Pejabat Tertinggi dari Pelaksana Anggaran

Usulan anggaran disetujui oleh pejabat yang lebih tinggi dari pelaksanaan anggaran. Anggaran tidak dapat disusun sendiri-sendiri oleh setiap bagian organisasi tanpa persetujuan dari atasan pihak penyusun. Dalam penelitian ini dilakukan analisis melalui wawancara yang dilakukan dengan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang, Kepala Bidang Perumahan Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang dan Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang.

Pada penelitian ini yang ingin dilihat dari penyusunan anggaran melalui persetujuan pejabat tertinggi dari pelaksana adalah dari alur pengajuan dana dari Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang.

(11)

11

penyusunan rencana kerja dan anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah diatur dengan Peraturan Daerah.

Berdasarkan hasil analisis data mengenai penyusunan anggaran melalui persetujuan pejabat tertinggi menunjukan bahwa Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang telah melaksanakan penyusunan anggaran melalui persetujuan pejabat tertinggi dari pelaksana anggaran. Mekanisme penyusunan anggaran yang dijelaskan oleh Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang dengan yang dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam pasal 19 dan pasal 20 memiliki kesamaan yaitu selalu melewati persetujuan pejabat tertinggi.

e. Anggaran hanya Diubah Jika Ada Keadaan Khusus

Anggaran tidak setiap saat dan dalam segala keadaan anggaran tersebut boleh diubah oleh manajemen. Anggaran boleh diubah jika situasi internal dan eksternal organisasi memaksa untuk mengubah anggaran tersebut. Perubahan asumsi internal dan eksternal memaksa untuk mengubah anggaran karena jika dipertahankan akan membuat anggaran tidak relevan lagi dengan situasi yang ada.

Pada penelitian ini yang ingin dilihat dari perubahan anggaran hanya dalam keadaan khusus adalah mekanisme dari perubahan anggaran tersebut. Dari hasil observasi penulis ditemukan bahwa mekanisme perubahan tersebut dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kota Palembang berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan Menteri Dalam Negeri tersebut memuat peraturan mengenai perubahan anggaran dalam Bab ke-VIII bagian pertama tentang Dasar Perubahan APBD pasal 154 menyebutkan bahwa:

i. APBD dapat dilakukan apabila terjadi: (1) Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA; (2) Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi,antar kegiatan, dan antar jenis belanja; (3) Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran Iebih tahun sebelumnya harus digunakandalam tahun berjalan; (4) Keadaan darurat; dan (5) Keadaan luar biasa.

ii. Perubahan APBD hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa.

iii. Dalam rancangan kebijakan umum perubahan APBD dan PPAS perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disajikan secara lengkap penjelasan mengenai: (1) Perbedaan asumsi dengan KUA yang ditetapkan sebelumnya; (2) Program dan kegiatan yang dapat diusulkan untuk ditampung dalam perubahan APBD dengan mempertimbangkan sisa waktu pelaksanaan APBD tahun anggaran berjalan; (3) Capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus dikurangi dalam perubahan APBD apabila asumsi KUA tidak tercapai; dan (4) Capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus ditingkatkan dalam perubahan APBD apabila melampaui asumsi KUA.

iv. Rancangan kebijakan umum perubahan APBD dan PPAS perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada DPRD paling lambat minggu pertama bulan Agustusdalam tahun anggaran berjalan.

v. Rancangan kebijakan umum perubahan APBD dan PPAS perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (4), setelah dibahas selanjutnya disepakati menjadi kebijakan umum perubahan APBD serta PPA perubahan APBD paling lambat minggu kedua bulan Agustus tahun anggaran berjalan.

vi. Dalam hal persetujuan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD diperkirakan pada akhir bulan September tahun anggaran berjalan, agar dihindari adanya penganggaran kegiatan pembangunan fisik di dalam rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD.

(12)

12

f. Analisis Penyebab Jika Terjadi Penyimpangan dalam Pelaksanaan Penggunaan Anggaran

Harus dianalisis penyebabnya, jika terjadi penyimpangan di dalam pelaksanaanya karena tanpa ada analisis yang lebih mendalam tentang penyimpangan tersebut, maka untuk terulang lagi di masa mendatang menjadi besar. Tujuan analisis penyimpangan tersebut adalah untuk mencari penyebab penyimpangan, agar tidak terulang lagi dimasa mendatang dan agar penyusunan anggaran di kemudian hari menjadi lebih relevan dengan situasi yang ada.

Berdasarkan observasi penulis mendapatkan bahwa dalam penyelenggaraan keuangan daerah telah diawasi melalui program yang dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Keuangan Daerah, dalam hal ini diselenggarakan Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah menggunakan Program Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA). Program aplikasi ini bertujuan untuk mendorong pelaksanaan tata kelola keuangan daerah sesuai dengan peraturan yang berlaku, efisien, efektif, transparan, akuntabel, dan auditabel. Hal ini penting guna meningkatkan kualitas Laporan Keuangan pemerintah daerah. Program aplikasi ini digunakan untuk pengelolaan keuangan daerah secara terintegrasi, meliputi penganggaran, penatausahaan, akuntansi dan pelaporannya. Output aplikasi ini antara lain:

i. Penganggaran

Rencana Kerja Anggaran (RKA), RAPBD dan Rancangan Penjabaran APBD, APBD dan Penjabaran APBD beserta perubahannya, Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA).

ii. Penatausahaan

Surat Penyediaan Dana (SPD), Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Perintah Membayar (SPM), SPJ, Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D), Surat Tanda Setoran (STS), beserta register-register, dan formulir-formulir pengendalian anggaran lainya.

iii. Akuntansi dan Pelaporan

Jurnal-Jurnal, Buku Besar, Buku Pembantu, Laporan Keuangan (Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Neraca), Perda Pertanggungjawaban dan Penjabarannya.

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa apabila terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan penggunanaan anggaran akan segera dilakukan tindakan analisis penyebab penyimpangan tersebut. Kemungkinan

penyimpangan juga kecil karena Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang sudah menggunakan Program Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA). Program aplikasi ini bertujuan untuk mendorong pelaksanaan tata kelola keuangan daerah sesuai dengan peraturan yang berlaku, efisien, efektif, transparan, akuntabel, dan auditabel.

Rekapitulasi Temuan Anggaran Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang adalah Anggaran telah dinyatakan dalam satuan moneter, mencakup kurun waktu satu tahun sebagai batasan rencana kerja, anggaran yang dibuat sudah mengandung komitmen manajemen, dalam penyusunan anggaran telah melalui persetujuan pejabat tertinggi dari pelaksana anggaran, anggaran dapat diubah satu kali satu tahun sesuai kebutuhan khusus yang sudah ditentukan, dan penggunaan program Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Daerah sebagai benteng penyimpangan dalam penggunaan anggaran.

3. Prosedur

Tujuan prosedur adalah sebagai alat untuk memastikan konsistensi sistem dan mekanisme kerja suatu organisasi, aliran data, serta tata kerja oleh siapa dan dimana. Dalam implementasi strategi, prosedur menjadi salah satu unsur yang diperlukan agar implementasi strategi dapat dikerjakan dengan baik. Prosedur harus mengungkapkan beberapa hal agar dalam implementasi strategi dapat berjalan dengan baik. Di dalam prosedur harus mengungkapkan mengenai semua aktivitas manajemen, sumber daya manusia yang melaksanakan aktivitas, dokumentasi selama aktivitas dan intruksi kerja yang diperlukan sebagai referensi. Adapun analisis anggaran dari Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang adalah sebagai berikut.

a. Menggambarkan Semua Aktivitas Manajemen

Standar Operasional Prosedur (SOP) harus menggambarkan semua aktivitas manajemen yang akan dilaksanakan agar petugas atau pegawai dapat menjaga konsistensi dan tingkat kinerja dalam organisasi atau unit kerja. Standar Operasional Prosedur memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas atau pegawai terkait dan dapat melindungi organisasi/unit kerja atau pegawai dari kesalahan administrasi.

(13)

13

wawancara, menunjukan bahwa Standar Operasional Prosedur Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang memiliki sistem operasional prosedur yang dilakukan dalam kegiatan kepegawaian dan administrasi. Tapi, di dalam pelaksanaan penanganan kawasan permukiman kumuh lebih menggunakan Juknis, karena dalam proses penanganan kawasan permukiman kumuh lebih mengarah pada pelaksanaan dilapangan, dan itu lebih membutuhkan Juknis sebagai pedoman untuk proses penanganan kawasan permukiman kumuh.

b. Sumber Daya Manusia yang Melaksanakan Aktivitas

Sumber Daya Manusia adalah pelaksana yang menggerakan dan melakukan aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan organisasi, termasuk juga mendayagunakan sumberdaya lainnya. Pembahasan tentang Sumber Daya Manusia pada penelitian ini berdasarkan hasil studi kepustakaan penulis akan mengarah kepada Sumber Daya Manusia yang terlibat dalam pelaksanaan penanganan kawasan permukiman kumuh.

Berdasarkan studi kepustakaan di dalam Standar Operasional Prosedur secara garis besar yang terlibat dalam penanganan kawasan permukiman kumuh adalah kepala dinas, sekretaris dinas, kepala bidang, kepala sub bidang, kepala seksi, kepala sub bagian, dan staf yang ada di Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang.

Berdasarkan observasi penulis dapatkan bahwa di dalam struktur Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang sudah memiliki posisi dalam tiap-tiap jabatan, sehingga hal ini menunjukan kesesuaian antara pelaksana di dalam SOP dengan keadaan Sumber Daya Manusia di dalam Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang.

Berdasarkan hasil dari observasi, studi kepustakaan dan wawancara diatas dapat disimpulkan untuk Sumber Daya Manusia yang terlibat dalam pelaksanaan penanganan kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Kemang Agung Kecamatan Kertapati tidak sesuai dengan jumlah pegawai di Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang, karena dalam pekerjaan dilapangan masih ada terlihat kerjasama dengan kontraktor. Hal tersebut dikarenakan kurangnya Sumber Daya Manusia yang ada di Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang.

c. Dokumentasi selama Aktivitas

Dokumentasi selama aktivitas merupakan perwujudan hasil kinerja yang dituangkan ke dalam sebuah laporan atau dokomentasi lainnya. Tujuan dari dokumentasi untuk menunjukan bahwa kegiatan sudah benar-benar dilaksanakan tanpa adanya rekayasa karena bisa dibuktikan melalui perincian kegiatan, laporan pelaksnaan kegiatan, anggaran kegiatan dan bukti pertanggungjawaban kegiatan. Dalam penelitian untuk mengukur indikator ini, penulis akan melakukan studi kepustakaan, observasi dan wawancara dengan narasumber yang ada di Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang.

Berdasarkan observasi penulis, didapatkan bahwa dokumentasi selama aktivitas penanganan kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Kemang Agung Kecamatan Kertapati dibuat ke dalam foto, video dan laporan. Berikut merupakan beberapa hasil dokumentasi berupa foto dan laporan terkait kegiatan penanganan kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Kemang Agung Kecamatan Kertapati.

Berdasarkan hasil observasi, studi kepustakaan dan wawancara dengan beberapa narasumber diatas dapat disimpulkan bahwa dalam dokumentasi selama aktivitas yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang sudah terlaksana dengan baik. Dokumentasi tersebut diwujudkan melalui foto, laporan dan video. Namun, dalam hal publikasi melalui internet atau website tidak digunakan lagi karena tidak dapat difungsikan (dalam keadaan tidak aktif). d. Intruksi Kerja yang Diperlukan Sebagai

Referensi

Intruksi kerja menjelaskan deskripsi urutan atau tata cara dari pekerjaan yang dijelaskan di dalam alur kerja (flow chart) Standar Operasional Prosedur. Orientasinya pada langkah kegiatan atau aktivitas yang harus dijalani. Intruksi kerja diperlukan agar setiap proses prosedur dalam pelaksanaan suatu kegiatan dapat dijelaskan dengan baik melalui intruksi kerja tersebut.

(14)

14

tersebut kadang ada masalah dengan kondisi cuaca, sehingga pada pelaksanaannya dilapangan tidak sesuai intruksi kerja yang sudah diberikan oleh pimpinan atau kepala proyek. Dalam hal tersebut disimpulkan dalam pembuatan intruksi kerja sudah baik, tapi pada pelaksanaanya belum sesuai dengan ketentuan Standar Operasional Prosedur.

Rekapitulasi Temuan Prosedur Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang adalah Prosedur yang disusun telah mengungkapkan mengenai semua aktivitas manajemen, sumber daya manusia yang akan melaksanakan aktivitas, dokumentasi selama aktivitas dan intruksi kerja. Namun, dalam pelaksanaan prosedur belum sepenuhnya berdasarkan Prosedur/Juknis karena dalam penanganan kawasan permukiman kumuh lebih bersifat teknis, pembagian fungsi sumber daya manusia belum dilaksanakan secara optimal karena kurangnya SDM, sehingga pihak swasata dilibatkan dalam pelaksanaan penanganan kawasan permukiman kumuh, dan dokumentasi selama aktivitas hanya berbentuk foto dan laporan karena website sebagai media publikasi di Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang tidak aktif.

PENUTUP

A.Kesimpulan

Implementasi strategi penanganan kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Kemang Agung Kecamatan Kertapati Kota Palembang belum berjalan dengan optimal karena dalam pelaksanaan prosedur yang sudah ditetapkan dalam penanganan kawasan permukiman kumuh masih ada yang belum dilaksanakan sesuai ketetapan prosedur. Walaupun pemenuhan karakteristik untuk pengembangan program dan anggaran telah dibuat dengan optimal sesuai karakteristik yang ditentukan.

B.Saran

Hasil penelitian ini mengahasilkan beberapa saran agar dapat melaksanakan atau mengimplementasikan strategi penanganan kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Kemang Agung Kecamatan Kertapati secara optimal. Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut:

1. Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang sebagai implementor dalam penananganan kawasan permukiman kumuh seharusnya menambah sumber daya manusia yang berkompeten, agar Dinas Pekerjaan

Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang bisa lebih mandiri dan penghematan anggaran dalam pelaksanaan program yang ada, dimana masih kurangnya sumber daya manusia saat ini yang menjadikan keterlibatan pihak swasta dalam pelaksanaan penanganan kawasan permukiman kumuh tersebut.

2. Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang seharusnya melakukan sosialisasi dan pendekatan yang lebih kepada masyarakat mengenai program-program penanganan kawasan permukiman kumuh yang akan dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan agar terciptanya kesadaran masyarakat untuk melaksanakan pemanfaatan dan pemeliharaan program yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah dan meningkatkan kepedulian masyarakat tersebut terhadap lingkungan.

3. Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang seharusnya membuat SOP penanganan kawasan permukiman kumuh, agar pada saat pelaksanaannya memiliki arah dan urutan yang benar sesuai yang di atur.

4. Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang seharusnya mengaktifkan kembali website tersebut, agar dokumentasi juga bisa di publikasikan kepada masyarakat tentang rencana dan hasil dari penanganan kawasan permukiman kumuh yang sudah dilaksanakan. Website tersebut juga bisa dijadikan sebagai media sosialisasi Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang kepada masyarakat tentang program-program yang akan dilaksanakan, foto, dan juga video saat proses pelaksanaan penanganan kawasan permukiman kumuh di Kota Palembang, khususnya di Kelurahan Kemang Agung Kecamatan Kertapati.

5. Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang seharusnya melakukan koordinasi yang erat dengan dinas-dinas dan instansi terkait yang ada di Kota Palembang, karena masalah penanganan kawasan permukiman kumuh ini sangat kompleks dan itu perlu dilakukan secara bersama atau gotong royong.

(15)

15

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Julianto, 2014. Manajemen Strategis. Yogyakarta: Penerbit Andi. Arsyad, Azhar, 2003. Manajemen

Pengetahuan Praktis Bagi Pimpinan & Ekskutif, Manajemen Stratejik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Basri, Hasyim, Ispurwono S, M.Arch dan Dr. Bambang Soemardiono. 2010. Model Penanganan Permukiman Kumuh. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Perumahan Permukiman dala Pembangunan Kota 2010. Surabaya: Institut Teknologi Surabaya

Chandler, Alfred Jr. 1962. Strategy and Structure: Chapters in the History of the American Industrial Enterprise. MIT

David, Fred R. 2009. Manajemen Strategis. Jakarta: Salemba Empat.

Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Perumahan Pemerintah Kota Palembang. 2014. Pemutakhiran Data Kawasan Kumuh Kecamatan Kertapati dan kecamatan Seberang Ulu I Tahun 2014. Laporan Akhir. Palembang. Direktur Jendral Cipta Karya Kementrian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2015. Penyusunan SLUM Improvement Action Plan Neigborhood Upgrading and Shelter Phase 2 (SIAP NUSP-2). Jakarta Selatan: Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jendral Cipta Karya.

Direktur Jendral Cipta Karya Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2015. Pedoman Umum Neigborhood Upgrading and Shelter Phase 2 (SIAP NUSP-2). Jakarta Selatan: Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jendral Cipta Karya.

Fisip Unsri. 2013. Buku Pedoman Penulisan Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi Negara. Indralaya: Universitas Sriwijaya.

Glueck dan Jauch. 2000. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan. Edisi Ketiga. Dialihbahasakan oleh Murad dan Henry. Jakarta: Erlangga. Halim, A. 2002. Akuntansi dan

Pengendalian Keuangan Daerah. Yogyakarta: AMP YKPN.

Hariyanto, Asep. Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan Lingkungan Perumahan dan Permukiman yang Sehat. Jurnal. Bandung: UNISBA

Heryati. Identifikasi dan Penanganan Kawasan Kumuh Kota Gorontalo. Jurnal. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo

Hubeis, M. dan Najib, M.. 2008. Manajemen Strategik dalam Pengembangan Daya Saing Organisasi. Bogor: Kompas Gramedia.

Keputusan Walikota Palembang Nomor 230a Tahun 2014 Tentang Penetapan Daftar Penerima dan Besaran Bantuan Sosial untuk Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni

Keputusan Walikota Palembang Nomor 28a Tahun 2014 Tentang Pembentukan Panitia Pelaksana Kegiatan Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) di Lingkungan Pemerintah Kota Palembang Tahun 2014

Keputusan Walikota Palembang Nomor 29a Tahun 2014 Tentang Standar Satuan Biaya Tahun Anggaran 2014

Keputusan Walikota Palembang Nomor 488 Tahun 2014 Tentang Penetapan Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh Kota Palembang

Kurniawan, Fitri Lukiastuti dan Muliawan Hamdani. 2008. Manajemen Strategik dalam Organisasi. Yogyakarta: Media Pressindo.Purwanto, Iwan. 2012. Manajemen Strategi. Bandung: Yrama Widya.

Kurniawan, F. L. dan Hamdani, M. 2008. Manajemen Strategik dalam Organisasi. Yogyakarta: MedPress. Kusnadi dan Hanafi, A. 1999. Pengantar

Manajemen Strategi. Malang: Universitas Brawijaya.

Lawrence, R. Jauch dan William F. Glueck. 1989. Manajemen dan Strategis Perusahaan. Jakarta: Erlangga.

Mardiana. 2012. Stategi Penanganan Pelayanan Taksi di Bandar Udara Soekarno Hatta. Tesis. Depok: Universitas Indonesia

Model Peraturan Daerah Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Peraturan Daerah No 9 Tahun 2008 Struktur Organisasi Dinas PU Cipta Karya dan Perumahan Kota Palembang

Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 7 tahun 2013 Tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013

Rudianto. 2009. Penganggaran. Jakarta : Erlangga.

(16)

16

Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Jurnal.

Sayuti, J. 2012. Pentingnya Standar Operasional Prosedur Kerja untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan dalam Perusahaan. Jurnal. Vol. 4: (3) Siagian, Sondang P. 2011. Manajemen

Stratejik. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sjafrizal. 2009. Teknik Praktis Penyusunan

Rencana Pembangunan Daerah. Jakarta: Baduose Media.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian

Kualitatif, Kuantitatif, R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharni. 2012. Implementasi Strategi Penerapan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (E- Ktp) Di Kabupaten Nunukan. Skripsi. Makassar: Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara Makassar

Supratikno, H., dkk. 2005. Advanced Strategic Management Back to Basic Approach. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Surtiani, Eny Endang. 2006. Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Tercipatanya Kawasan Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota. Tesis. Semarang: Unversitas Diponegoro

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Prenada Media Syahril, Nurdin. 2005. Studi Perencanaan

Penataan Kembali Infrastruktur Pada Permukiman Kumuh di Dalam Kota. Tesis. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara

Witaradya, K. 2010. Implementasi Kebijakan Publik. https://kertyawitaradya.wordpress.co m/2010/01/26/tinjauan-teoritis-implementasi-kebijakan-publik.

Referensi

Dokumen terkait

diisi dengan tanda silang (X) pada kotak yang sesuai dengan kebangsaan penanggung jawab dilengkapi dengan nomor identitas diri (KTP/Paspor). diisi dengan nomor NPWP Wajib

Al Mahaidi (2008) menunjukkan bahwa semua tipe mortar yang digunakan sebagai perekat memberikan kontribusi yang efektif dalam meningkatkan kapasitas beban dan lendutan

Karakteristik lingkungan adalah ciri khas dari kondisi wilayah di sekitar contoh yang turut mempengaruhi perilaku contoh dalam mengonsumsi makanan organik dan penggunaan

Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian mengenai Pengaruh Fluktuasi Harga Emas dan Kualitas Produk terhadap Profitabilitas Home Industry Perhiasan Emas di

kan jika sebelum makan, subyek peneli- tian tidak mau mencuci tangan. Skor yang diberikan untuk motivasi BSPT juga berkisar antara 0-3. Skor 3 diberikan jika tindakan

Pelaksanaan Paket A/B, melalui pendekatan kompetensi Tujuan PENDIDIKAN KESETARAAN Pembelajaran kecakapan hidup yang mengacu pada. standar kompetensi

Oleh karena itu pada penelitian ini dapat diketahui pengaruh yang bermakna pada pemberian loading 500 cc hidroxylethyl starch 130/0,4 (6%) terhadap tekanan darah dan nadi

Jika nilai kapasitas dasar (Co) lebih rendah dibanding kapasitas dasar (C) atau dengan kata lain nilai kapasitas (C) lebih besar dari nilai kapasitas dasar (Co) maka ada