BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Motivasi 1. Defenisi
Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di
dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan), berawal dari
kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah
menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk
mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak (Sardiman, 2007).
Mc.Donald (1959) merumuskan, bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi
dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan (Hamalik, 2008).
Menurut Sardiman (2007), motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan
sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan
perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar, tetapi
motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi
merupakan suatu keinginan, dorongan atau daya penggerak yang terdapat pada diri
seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan.
ada di dalam diri ibu untuk melaksanakan inisiasi menyusu dini pada bayi baru lahir, guna
mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Unsur – unsur Motivasi
Mc.Donald dalam Sardiman (2007), mengemukakan bahwa motivasi mengandung
tiga elemen penting, yaitu :
a. Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia.
Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem
“neurophysiological”yang ada pada organism manusia. Karena menyangkut
perubahan energi manusia (walaupun motivasi muncul dari dalam diri manusia),
penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/”feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini
motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat
menentukan tingkah laku manusia.
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini
sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang
muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong
oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal
kebutuhan.
3. Fungsi Motivasi
Menurut Hamalik (2008), motivasi memiliki tiga fungsi, yaitu :
a. Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul
b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang.
Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
4. Motivasi dan Kebutuhan
Seseorang melakukan aktivitas itu didorong oleh adanya faktor-faktor kebutuhan
biologis, insting, unsur-unsur kejiwaan yang lain serta adanya pengaruh perkembangan
budaya manusia. Sebenarnya semua faktor-faktor itu tidak dapat dipisahkan dari soal
kebutuhan, kebutuhan dalam arti luas, baik kebutuhan yang bersifat biologis, maupun
psikologis. Dengan demikian, dapatlah ditegaskan bahwa motivasi akan selalu berkait
dengan soal kebutuhan. Sebab seseorang akan terdorong melakukan sesuatu bila merasa
ada suatu kebutuhan(Sardiman , 2007).
Menurut Sanjaya (2011), Maslow mengurutkan kebutuhan manusia itu
bertingkat-tingkat. Individu akan merasa puas memenuhi kebutuhan pada taraf tertentu, manakala
pada taraf sebelumnya kebutuhan itu telah terpenuhi. Kebutuhan-kebutuhan itu adalah
sebagai berikut :
a. Kebutuhan fisiologis
Merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar yang harus terpenuhi, sebelum
kebutuhan lain terpenuhi, meliputi kebutuhan rasa lapar, haus, kebutuhan istirahat dan
lain sebagainya. Demikian juga motivasi ibu untuk melaksanakan inisiasi menyusu
dini pada bayinya, karena ibu menganggap bayi yang sehat dapat dimulai dengan
b. Kebutuhan keamanan (security)
Yaitu kebutuhan rasa terlindungi, bebas dari rasa takut dan kecemasan, serta bebas
dari masalah kesehatan atau penyakit.
c. Kebutuhan sosial
Yaitu kebutuhan akan cinta kasih, seperti rasa diterima oleh kelompok, perasaan
dihargai dan dihormati oleh orang lain. Ibu yang melaksanakan inisiasi menyusu dini,
termotivasi karena ibu sering berkumpulmenghadiri posyandu pada saat kehamilan,
sehingga sering mendapatkan informasi tentang inisiasi menyusu dini.
d. Kebutuhan untuk menjadi dirinya sendiri
Yaitu kebutuhan berprestise yang erat dengan kebutuhan untuk mengembangkan bakat
dan minat yang dimilikinya baik dalam bidang pengetahuan, sosial dan lain
sebagainya. Ibu termotivasi melaksanakan inisiasi menyusu dini karena sudah
berminat sejak kehamilan, dengan tujuan memperoleh bayi yang sehat.
5. Jenis - jenis Motivasi
Menurut Sardiman (2007), ada dua jenis motivasi yaitu :
a. Motivasi Intrinsik
Yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang
dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu. Sebagai contoh, seorang ibu melaksanakan inisiasi menyusu dini tanpa ada
yang menyuruh atau mendorongnya.
Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik
1) Kebutuhan (need)
Manusia adalah makhluk sosial yang mempunyai keinginan, dan keinginan ini
menimbulkan kebutuhan yang perlu dipenuhi. Keinginan atau kebutuhan ini
bersifat terus menerus dan selalu meningkat. Kebutuhan yang telah terpenuhi
(dipuaskan), mempunyai pengaruh untuk menimbulkan keinginan atau kebutuhan
lain dan yang lebih meningkat. Kebutuhan manusia tersebut tampaknya berjenjang
atau bertingkat-tingkat. Tingkatan tersebut menunjukkan urutan kebutuhan yang
harus dipenuhi dalam suatu waktu tertentu. Satu motif yang lebih tinggi tidak akan
dapat mempengaruhi atau mendorong tindak seseorang, sebelum kebutuhan dasar
terpenuhi. Dengan kata lain, motif-motif yang bersifat psikologis tidak akan
mendorong perbuatan seseorang, sebelum kebutuhan dasar (biologis) terpenuhi.
Kebutuhan yang satu dengan yang lain saling kait mengkait, tetapi terlalu dominan
keterkaitan tersebut. Misalnya motivasi ibu melaksanakan inisiasi menyusu dini
karena suatu kebutuhan untuk meningkatkan produksi ASI (Notoatmodjo, 2007).
2) Harapan (expectancy)
Harapan timbul karena seseorang dimotivasi untuk mencapai tujuan atau keinginan
tertentu. Apa yang diharapkan seseorang seyogianya adalah harapan-harapan yang
realistis yang dapat dicapai, untuk itu seseorang dimotivasi oleh karena adanya
harapan dan pencapaian kepada keberhasilan. Dalam suatu proses siklus,
keberhasilan dan harga diri meningkat, menggerakkan seseorang ke arah
pencapaian tujuan. Jika seseorang cukup nyaman dengan pencapaian yang sudah
direncanakan, maka motivasi akan meningkat. Misalnya ibu termotivasi
malaksanakan inisiasi menyusu dini karena menpunyai harapan agar bayinya sehat
3) Minat
Yaitu suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa
ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan
antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat dan dekat dengan
hubungan tersebut, maka semakin besar minat. Minat dapat pula dimanifestasikan
melalui partisipasi suatu aktivitas. Hal ini dapat dikaitkan dengan minat ibu yang
tinggi untuk melaksanakan inisiasi menyusu dini karena ibu menyadari pentingnya
inisiasi menyusu dini pada bayi baru lahir (Slameto, 2003).
b. Motivasi Ekstrinsik
Yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari
luar. Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang
didalamnya aktivitas dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik, yaitu sebagai berikut :
1) Motif (motive) atau dorongan (drive)
Dalam diri manusia ada dua motif, yaitu motif primer atau motif yang tidak
dipelajari dan motif sekunder atau motif yang dipelajari melalui pengalaman serta
interaksi dengan orang lain. Oleh karena motif sekunder timbul karena interaksi
dengan orang lain, maka motif ini sering disebut motif sosial. Motif primer atau
motif yang tidak dipelajari ini secara alamiah timbul pada setiap manusia secara
biologis. Motif ini mendorong seseorang untuk terpenuhinya kebutuhan bilogisnya,
misalnya makan, minum, seks dan kebutuhan-kebutuhan biologis yang lainnya.
Sebagai contoh motif primer, misalnya ibu termotivasi malaksanakan inisiasi
bebas dari masalah kesehatan. Sedangkan motif sekunder, misalnya ibu termotivasi
karena dorongan dari tenaga kesehatan, suami, keluarga atau orang terdekat. Atau
berdasarkan pengalaman persalinan yang lalu, dengan inisiasi menyusu dini dapat
mengurangi nyeri persalinan (Notoatmodjo, 2007).
2) Rangsangan (incentive)
Agar seseorang bersedia untuk melakukan sesuatu seperti yang diharapkan,
terkadang perlu untuk memberikan perangsang (incentive).Dalam motivasi,
perangsang ini dibagi menjadi dua, yaitu perangsang positif (memberikan suatu
imbalan) dan perangsang negative (memberikan hukuman). Perangsang positif
disini dimaksudkan adalah memberikan suatu imbalan yang dapat menyenangkan
bagi seseorang yang memiliki suatu prestasi. Rangsangan positif ini banyak
macamnya, diantaranya hadiah, pengakuan, atau melibatkan orang tersebut pada
kegiatan yang bernilai gengsi yang lebih tinggi. Sedangkan perangsang negatif
yaitu imbalan yang tidak menyenangkan berupa hukuman bagi orang yang tidak
melakukan atau berbuat seperti apa yang diinginkan. Jenis perangsang bersifat
negatif ini misalnya teguran, ancaman dan lain sebagainya. Misalnya ibu
termotivasi melaksanakan inisiasi menyusu dini karena ingin bayinya mendapatkan
kekebalan pasif melalui kolostrum, atau merasa takut bayinya akan terinfeksi oleh
berbagai penyakit jika ia tidak malaksanakan inisiasi menyusu dini (Taufik, 2007).
3) Lingkungan
Individu dan lingkungan terjalin proses interaksi atau saling mempengaruhi satu
dengan yang lainnya. Lingkungan dapat memberikan pengaruh dan menimbulkan
perubahan pada tingkah laku individu. Hal ini berarti bahwa lingkungan dapat
laku yang baik maupun tidak baik. Misalnya media (cetak atau elektronik), dan
orang-orang yang ada di lingkungannya (Hamalik, 2008).
Menurut Putri (2009) dalam jurnal ilmiah, sikap ibu bersalin untuk menerapkan
inisiasi menyusu dini terbentuk setelah adanya paparan informasi mengenai inisiasi
menyusu dini baik melalui media cetak maupun media elektronik.
B. Inisiasi Menyusu Dini 1. Definisi
Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi
mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi
mamalia lain mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak
kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi
melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari
payudara. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui eksklusif
dan akan lebih lama disusui (Roesli, 2008).
Bayi mendapatkan ASI kolostrum – ASI yang pertama kali keluar. Cairan emas ini
kadang juga dinamakan the gift of life. Bayi yang diberi kesempatan inisiasi menyusu dini
lebih dulu mendapatkan kolostrum daripada yang tidak diberi kesempatan. Kolostrum,
ASI istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan terhadap infeksi,
penting untuk pertumbuhan usus, bahkan kelangsungan hidup bayi. Kolostrum akan
membuat lapisan yang melindungi dinding usus bayi yang masih belum matang sekaligus
2. Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini
Menurut Wiknjosastro (2008), keuntungan Inisiasi Menyusu Dini bagi Ibu dan
Bayi antara lain yaitu :
a. Keuntungan kontak kulit ke kulit untuk bayi
1) Optimalisasi fungsi hormonal ibu dan bayi
2) Kontak kulit ke kulit dan IMD akan :
a) menstabilkan pernapasan.
b) mengendalikan temperature tubuh bayi.
c) memperbaiki/mempunyai pola tidur yang lebih baik.
d) mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan efektif.
e) meningkatkan kenaikan berat badan (bayi kembali ke berat lahirnya dengan
lebih cepat).
f) meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dan bayi.
g) bayi tidak terlalu banyak menangis selama satu jam pertama.
h) menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam perut bayi sehingga
memberikan perlindungan terhadap infeksi.
i) bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium lebih cepat,
sehingga menurunkan kejadian ikterus BBL.
j) kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama beberapa jam
pertama hidupnya.
b. Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini untuk Ibu
1) Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada Ibu
a) Oksitosin :
(2) Merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan produksi ASI.
(3) Keuntungan dan hubungan mutualistik ibu dan bayi.
(4) Ibu menjadi lebih tenang, fasilitasi kelahiran plasenta dan pengalihan rasa
nyeri dari berbagai prosedur pascapersalinan lainnya.
b) Prolaktin
(1) Meningkatkan produksi ASI.
(2) Membantu ibu mengatasi stres terhadap berbagai rasa kurang nyaman.
(3) Memberi efek relaksasi pada ibu setelah bayi selesai menyusu.
(4) Menunda ovulasi.
c. Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini untuk Bayi
1) Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal. Mendapat kolostrum segera,
disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
2) Segera memberikan kekebalan pasif pada bayi. Kolostrum adalah imunisasi
pertama bagi bayi.
3) Meningkatkan kecerdasan.
4) Membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan hisap, telan dan napas
5) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi.
6) Mencegah kehilangan panas.
3. Langkah Inisiasi Menyusu Dini
Langkah 1 : Lahirkan, lakukan penilaian bayi, keringkan.
a. Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran.
b. Kemudian letakkan bayi di perut bawah ibu.
d. Bila tidak perlu resusitasi, keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya dengan halus tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu
menghangatkan tubuh bayi. Setelah kering, selimuti bayi dengan kain kering untuk
menunggu 2 menit sebelum tali pusat di klem.
e. Hindari mengeringkan tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi juga
membantunya mencari putting ibunya yang berbau sama.
f. Lender cukup dilap dengan kain bersih. Pengisapan lender didalam mulut atau hidung
bayi dapat merusak selaput lender dan meningkatkan resiko infeksi pernapasan.
g. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil
tunggal) kemudian suntikkan Intramuskular 10 UI oksitosin pada ibu. Jaga bayi tetap
hangat.
Langkah 2 : Lakukan kontak kulit dengan kulit selama paling sedikit satu jam.
a. Setelah tali pusat dipotong dan diikat, letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan
bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu. Kepala bayi harus berada diantara
payudara ibu, tapi lebih rendah dari putting.
b. Kemudian selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi.
c. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit satu jam.
Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Bila perlu letakkan bantal di
bawah kepala ibu untuk mempermudah kontak visual antara ibu dan bayi. Sebagian
besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi Menyusu Dini dalam waktu 30-60 menit.
d. Hindari membasuh atau menyeka payudara ibu sebelum bayi menyusu.
e. Selama kontak kulit ke kulit tersebut, lanjutkan dengan langkah Manajemen Aktif
Langkah 3 : Biarkan bayi mencari dan menemukan putting ibu dan mulai meyusu.
a. Biarkan bayi mencari dan menemukan putting dan mulai menyusu.
b. Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi upaya bayi untuk menyusu,
misalnyamemindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lainnya. Menyusu
pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu
payudara.
c. Menunda semua asuhan BBL lahir normal lainnya hingga bayi selesai menyusu.
Tunda memandikan bayi 6-24 jam setelah bayi lahir untuk mencegah terjadinya
hipotermia.
d. Usahakan tetap menempatkan ibu dan bayi diruang bersalin hingga bayi selesai
menyusu.
e. Segera setelah BBL selesai menghisap, bayi akan berhenti menelan dan melepaskan
putting. Bayi dan ibu akan merasa mengantuk. Bayi kemudian diselimuti dengan kain
bersih, lalu lakukan penimbangan dan pengukuran bayi, mengoleskan salep antibiotika
pada mata bayi dan memberikan suntikan vitamin K1.
f. Jika bayi belum melakukan Inisiasi Menyusu Dini dalam waktu satu jam, posisikan
bayi lebih dekat dengan putting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama
30-60 menit berikutnya.
g. Jika bayi masih belum melakukan Inisiasi Menyusu Dini dalam waktu 2 jam,
pindahkan ibu ke ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan
BBL (pemberian antibiotika salep mata dan vitamin K1), dan kemudian kembalikan
bayi kepada ibu untuk menyusu.
h. Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga kehangatannya. Tetap
terasa dingin saat disentuh, buka pakaiannya kemudian telungkupkan kembali di dada
ibu sampai bayi hangat kembali.
i. Satu jam kemudian. Berikan bayi di ruangan yang sama. Letakkan kembali bayi dekat
dengan ibu sehingga mudah terjangkau dan bayi bisa menyusu sesering keinginannya.
4. Tahapan Inisiasi Menyusu Dini
Menurut Roesli (2008), dalam Inisiasi Menyusu Dini melalui 5 (lima) tahapan prilaku
sebelum bayi menyusu, yakni :
a. Dalam 30 menit pertama, stadium istirahat / diam dalam keadaan siaga. Bayi diam tidak
bergerak, sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini
merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke luar kandungan.
b. Antara 30-40 menit, mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau minum, mencium,
menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan air ketuban yang ada ditangannya. Bau
dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan puting susu ibu.
c. Mengeluarkan air liur, saat menyadari ada makanan disekitarnya bayi mulai
mengeluarkan air liurnya.
d. Bayi mulai bergerak kearah payudara. Areola (kalang payudara) sebagai sasaran, dengan
kaki menekan perut ibu. Ia menjilat-jilat kulit ibu, menoleh ke kanan dan ke kiri, serta
menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan tangan yang mungil.
e. Menemukan, menjilat, mengulum putting, membuka mulut lebar, dan melekat dengan
5. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini
Menurut Roesli (2008), Berikut ini beberapa pendapat yang menghambat terjadinya
kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi yaitu :
a. Bayi kedinginan.
Berdasarkan Penelitian dr Niels Bergman (2005) ditemukan bahwa suhu dada ibu yang
melahirkan menjadi 1°C lebih panas daripada suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika
bayi yang diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1°C. Jika bayi
kedinginan suhu dada ibu akan meningkat 2°C untuk menghangatkan bayi.
b. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya.
Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah lahir. Keluarnya
oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan
ibu.
c. Tenaga kesehatan kurang tersedia.
Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat menjalankan tugas. Bayi dapat
menemukan sendiri payudara ibu. Lihat ayah atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi
sambil memberikan dukungan pada Ibu.
d. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk.
Dengan bayi diatas ibu, ibu dapat dipindahkan keruang pulih atau kamar perawatan. Beri
kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini.
e. Ibu harus dijahit.
Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi diarea payudarayang dijahit adalah bagian
bawah tubuh ibu.
f. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore (gonorhea) harus
g. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur.
Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain
itu, kesempatan vernix (zat lemak putih yang melekat pada bayi) meresap,melunakkan
dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir.
Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu dini selesai.
h. Bayi kurang siaga.
Pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah itu, bayi tidur
dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang diasup ibu, kontak kulit
akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk bounding (ikatan
kasih sayang).
i. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga diperlukan cairan
lain (cairan prelaktal).Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi
dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.
j. Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya bagi bayi.
Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Selain sebagai imunisasi
pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum melindungi dan