8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Modal Kerja
2.1.1 Pengertian Modal Kerja
Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Menurut Sawir (2005:129), “ modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari”. Sedangkan menurut Martono (2001:71), ”modal kerja adalah dana yang dipergunakan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari”.
Menurut Riyanto (2008 : 57), terdapat tiga konsep pengertian modal kerja yaitu :
1) Konsep kuantitatif. Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar, dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimana dana yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian, modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar, atau sering juga disebut sebagai modal kerja kotor (gross working capital)
2) konsep kualitatif. Modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, atau disebut sebagai modal kerja bersih (net working capital)
9 usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current income) ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba di masa yang akan datang.
2.1.2 Jenis-Jenis Modal Kerja
Menurut Ahmad (2007 : 04), modal kerja dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu :
1) Modal kerja permanen (permanent working capital) yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya.
Modal permanen ini dapat dibedakan dalam :
a) Modal kerja primer, yaitu modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontiniuitas usahanya.
b) Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.
2) Modal kerja variabel (variable working capital ), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah – ubah sesuai dengan perubahan keadaan dan modal, kerja ini dibedakan antara lain :
a) modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
b) Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi.
c) Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak).
2.1.3 Elemen Modal Kerja
Adapun elemen-elemen pembentuk modal kerja adalah meliputi kas, piutang dan persediaan (Van Horne, 2005:313).
1) Kas
10 tinggi pula tingkat likuiditasnya. Tetapi suatu perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas dalam jumlah yang banyak mencerminkan adanya overinvestment dalam kas atau banyak uang yang menganggur dan berarti bahwa perusahaan kurang efisien dalam pengelolaan kas. Jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh profit yang lebih besar namun suatu perusahaan yang hanya mengejar keuntungan tanpa memperhatikan likuiditas akhirnya perusahaan itu akan dalam keadaan likuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan.
2) Piutang
11 3) Persediaan
Inventory atau persediaan barang sebagai elemen utama dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar dimana secara terus-menerus mengalami perubahan (Riyanto, 2008: 69). Masalah investasi dalam inventory merupakan masalah pembelanjaan aktif seperti halnya investasi dalam aktiva-aktiva lainnya. Masalah penentuan besarnya investasi atau lokasi modal dalam inventory berpengaruh langsung terhadap profitabilitas pada perusahaan. Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam inventory (persediaan) akan menekan keuntungan.
Adanya investasi dalam persediaan yang terlalu besar dibandingkan dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan kerugian akibat kerusakan dan turunnya kualitas sehingga semua itu akan memperkecil profitabilitas. Demikian juga sebaliknya adanya investasi yang terlalu kecil dalam persediaan akan berakibat menekan profitabilitas karena persediaan.
2.1.4 Fungsi Modal Kerja
Beberapa fungsi modal kerja antara lain adalah sebagai berikut :
1) Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.
12 3) Menjamin dimilikinya kredit perusahaan yang semakin besar dan
memungkinkan bagi perusahaan untuk menghadapi bahaya atau
kesulitan keuangan yang terjadi
4) Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup
untuk melayani konsumen
5) Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi yang lebih
efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa
yang dibutuhkan.
2.1.5 Sumber Modal Kerja
Apabila sumber modal kerja lebih besar dari pada penggunaan, berarti ada kenaikan modal kerja. Sebaliknya apabila penggunaannya lebih kecil, berarti penurunan modal kerja. Sumber-sumber modal kerja yang akan menambah modal kerja adalah:
1) adanya kenaikan sektor modal, baik yang berasal dari laba maupun penambahan modal saham,
2) ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi,
3) ada penambahan utang jangka panjang, baik dalam bentuk obligasi atau utang jangka panjang lainnya.
Penggunaan-penggunaan modal kerja yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah sebagai berikut:
1) berkurangnya modal sendiri karena kerugian, maupun pengambilan
13 2) pembayaran utang-utang jangka panjang,
3) adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap.
2.1.6 Manajemen Modal Kerja
Manajemen modal kerja merupakan suatu kegiatan yang meliputi administrasi dan pengawasan terhadap modal kerja, sumber modal kerja agar kegiatan operasi dapat berjalan lancar. Menurut Sawir (2005:133), “ Modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen modal kerja meliputi semua aspek pengelolaan administrasi aktiva lancar dan kewajiban lancar dalam operasional perusahaan sehari-hari yang berpedoman sesuai dengan kebijakan masing-masing perusahan.
2.2 Perputaran Piutang ( Receivable Turnover )
14 syarat pembayarannya berarti semakin cepat terikatnya modal kerja terebut dalam piutang dan berarti makin besar tingkat perputaran piutang dalam satu periode.
Perputaran piutang merupakan rasio aktivitas yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam penggunaan dana yang tersedia yang tercermin dalam perputaran modal. Perputaran piutang menurut Warren (2005:407) dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa rasio perputaran piutang yang tinggi mencerminkan kualitas piutang yang semakin baik. Tinggi rendahnya perputaran piutang tergantung pada besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Semakin cepat perputaran piutang berarti semakin cepat modal kembali. Tingkat perputaran piutang suatu perusahaan dapat menggambarkan tingkat efisiensi modal perusahaan yang ditanamkan dalam piutang, sehingga semakin tinggi perputaran piutang berarti semakin efisien modal yang digunakan dan sebaliknya semakin rendah tingkat perputaran piutang maka semakin berkurang efisiensi dari modal.
2.3 Perputaran Persediaan ( Inventory Turnover )
15 Stice et.al (2004 : 654) mengemukakan bahwa :
“Persediaan (atau persediaan barang dagang)secara umum ditujukan untuk barang-barang yang diimiliki perusahaan dagang, baik berupa usaha grosir maupun ritel, ketika barang-barang tersebut telah dibeli dan ada kondisi siap intuk dijual. Kata bahan baku (raw matrial), barang dalam proses (work in process), dan barang jadi (finished goods) untuk dijual ditujukan untuk persediaan di perusahaan manufaktur”.
Persediaan mempunyai peran yang sangat penting bagi setiap perusahaan karena erat hubunganya dengan produksi dan penjualan. Produksi tidak akan lancar apabila persediaan bahan baku kurang, demikian pula halnya penjualan tidak akan berhasil apabila persediaan barang kurang.
Perputaran persediaan adalah rasio antara harga pokok penjualan terhadap persediaan rata-rata menunjukkan seberapa cepat persediaan tersebut dapat dijual. Rasio ini dapat dihitung sebagai berikut :
16 panjang terikatnya dana dalam persediaannya, persediaan yang terlalu banyak dan tidak cepat dijual dapat menyebabkan penurunan nilai karena dapat rusak.
Lebih cepat persediaan berputar, maka lebih sedikit risiko kerugian jika persediaan itu turun nilainya atau jika terjadi perubahan dalam permintaan atau perubahan mode. Di samping itu biaya yang berhubungan dengan perputaran persediaan juga semakin berkurang. Modal kerja dalam bentuk kas dapat diperoleh dengan jalan menjual barang persediaan, baik berupa barang dagangan, bahan mentah, barang dalam proses maupun barang jadi. Dalam hal ini berpengaruh juga pada pemenuhan dana yang berasal dari luar perusahaan yang harus ditanggung oleh perusahaan seperti biaya bunga, dan besarnya bunga akan ditentukan oleh lama atau pendeknya pengembalian pinjamannya. Semakian tinggi perputaran persediaan menunjukkan bahwa semakin efektif dan efisien perusahaan dalam mengelola persediaannya, berarti laba yang didapatkan perusahaan semakin besar pula.
2.4 Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif. Dengan demikian profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan
17 suatu faktor yang sangat penting yang perlu mendapatkan perhatian penganalisa di dalam menilai profitabilitas suatu perusahaan. Profitabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal kerja dalam suatu perusahaan dengan membandingkan antara laba dengan modal yang dipergunakan dalam operasi. Oleh karena itu keuntungan yang besar tidak menjamin atau bukan merupakan ukuran bahwa perusahaan profitable, karena bagi manajemen atau pihak lain profitabilitas yang tinggi lebih penting daripada keuntungan yang besar.
2.5 Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau seberapa efektif pengelolaan perusahaan oleh manajemen (Syahyunan, 2004:83):
Rasio profitabilitas yang sering digunakan adalah a. Gross Profit Margin
18 b. Operating Profit Margin
Operating profit margin adalah ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah semua biaya dan pengeluaran lain dikurangi kecuali bunga dan pajak.
c. Net Profit Margin
Net profit margin adalah mengukur persentase keuntungan
perusahaan setelah dikurangi semua biaya dan pengeluaran termasuk bunga dan pajak.
d. Total Assets Turn Over
Total assets turn over adalah mengukur berapa kali total aktiva perusahaan menghasilkan volume penjualan.
e. Return On Equity
Return on equity adalah ukuran pengembalian yang diperoleh pemilik atas investasi di perusahaan.
19
f. Return On Total Assets Return on total assets adalah ukuran keefektifan manajemen dalam
menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia. Semakin tinggi
tingkat pengembalian yang dihasilkan maka perusahaan akan semakin baik.
Seperti terlihat di atas ada beberapa cara untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan. Namun, peneliti membatasi hanya menggunakan satu cara yakni dengan memakai rasio net profit margin untuk mengukur profitabilitas perusahaan. Rasio ini digunakan karena rasio ini mengukur persentase keuntungan perusahaan setelah dikurangi semua biaya dan pengeluaran termasuk bunga dan pajak penghasilan. Net profit margin tersebut memberitahukan penghasilan bersih perusahaan per satu rupiah penjualan.
2.6 Tinjauan Penelitian Terdahulu
20 konsumsi terdaftar perputaran piutang terhadap Return on Asset pada Perusahaan Barang di Bursa Efek Indonesia dan Ellys Delfrina Sipangkar (2009) yang menguji pengaruh perputaran persediaan terhadap tingkat profitabilitas perusahaan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Tinjauan penelitian terdahulu dalam penelitian ini dapat dijelaskan pada tabel 2.1 sebagai berikut :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Nama Judul Variabel Penelitian Uraian
Seprina Tingkat perputaran piutang Variabel dependen : Profitabilitas (ROA) cabang kota metro
Variabel independen : perputaran piutang variabel dependen : profitabilitas ( ROI)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat perputaran piutang memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap profitabilitas ( ROI) adalah Negatif
Marisa Ambarita (2009)
Pengaruh Perputaran Piutang terhadap Return on Asset pada Perusahaan Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia signifikan terhadap return on asset (ROA) pada perusahaan otomotif Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Variabel independen: perputaran persediaan. Variabel dependen : profitabilitas ( ROA)
Hasil penelitian Sumber : Diolah Peneliti
2.7 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.7.1 Kerangka Konseptual
21 menghubungkan antara variabel-variabel penelitian, yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat dependen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah perputaran piutang dan perputaran persediaan. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah Net Profit Margin (NPM).
Perputaran piutang akan mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan. Semakin cepat piutang berputar, semakin cepat perusahaan memperoleh kas yang dapat digunakan untuk opersional perusahaan. Jadi, perputaran piuang secara tidak langsung mempengaruhi operasi perusahaan yang akan berdampak pada tingkat perolehan keuntungan atau laba perusahaan. Jika perputaran piutang semakin cepat maka tingkat profitabilitas akan meningkat. Jadi terdapat pengaruh antara perputaran piutang dengan profitabilitas.
22 Net Profit Margin (NPM) yang diperoleh perusahaan merupakan salah satu indikasi bahwa profitabilitas perusahaan menunjukkan kondisi yang baik. Rasio ini digunakan karena rasio ini mengukur persentase keuntungan perusahaan setelah dikurangi semua biaya dan pengeluaran termasuk bunga dan pajak penghasilan. Net profit margin tersebut memberitahukan penghasilan bersih perusahaan per satu rupiah penjualan.
Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu, maka dirumuskan kerangka konseptual penelitian pada gambar 2.1
Sumber: Riyanto (2008)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.7.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris (Erlina, 2008:49). Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
Modal Kerja :
Perputaran Piutang ( X1)
Perputaran Persediaan (X2)
Profitabilitas :
Net Profit Margin
23
H1 : Perputaran piutang dan perputaran persediaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan
H2 : Perputaran piutang memberikan pengaruh positif secara parsial terhadap
profitabilitas perusahaan
H3 : Perputaran piutang memberikan pengaruh positif secara parsial terhadap