• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Standar Pendidikan Keperawatan Dalam Peningkatan Mutu Proses Pembelajaran di Akademi Keperawatan Surya Nusantara Pematangsiantar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Implementasi Standar Pendidikan Keperawatan Dalam Peningkatan Mutu Proses Pembelajaran di Akademi Keperawatan Surya Nusantara Pematangsiantar"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Keunggulan suatu bangsa tidak lagi tertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang terjadi. Laporan Human Developmant Index (HDI) menunjukkan posisi kualitas SDM Indonesia masih berada di bawah, hal ini mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini masih ketinggalan dan berada di belakang SDM negara-negara maju.

Berdasarkan Nilai HDI, Indonesia menduduki peringkat ke-124 dari 187 negara yang disurvei oleh UNDP (United Nations Development Program)

Indonesia memerlukan SDM yang cerdas, sehat, jujur, berakhlak mulia, berkarakter, dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Dimensi pendidikan merupakan pondasi dan jalur utama pengembangan SDM dan pembentukan

(2)

karakter yang merupakan kunci dalam menentukan nasib suatu bangsa. Untuk menciptakan hal tersebut maka mutu pendidikan di Indonesia harus terus ditingkatkan agar bangsa Indonesia mampu bersaing dengan negara lain.

Perhatian di bidang pendidikan pada saat ini menjadi sebuah prioritas, sehingga pelaksanaan pembangunan bangsa Indonesia dapat ditunjang dengan SDM yang bermutu. Pendidikan belum memiliki peran secara optimal dalam mengembangkan SDM, sehingga keluaran (output) pendidikan lebih banyak yang menjadi masyarakat pencari pekerja (worker society), bukan masyarakat pencipta lapangan kerja (employee society) atau masyarakat pewira usaha

(entrepreneurship society). Padahal Indonesia dihadapkan pada era persaingan di lingkungan Asean Free Trade Area (AFTA) dan era General Agreement on Trade in Services

Peranan pendidikan menjadi sangat krusial. Kualitas pendidikan juga akan melahirkan modal intelektual (

(GATS) oleh Word Trade Organization (WTO) tahun 2010. Semua ini hanya bisa dicapai oleh kekuatan SDM yang handal dan mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang selaras (Engkoswara & Komariah, 2011).

(3)

Indikator mutu pendidikan menurut Sallis (2008) dapat terlihat dari dua sudut pandang yaitu sekolah sebagai penyedia jasa pendidikan (service provider), dan siswa sebagai pengguna jasa (costumer) yang di dalamnya ada orang tua, masyarakat dan stakeholder. Selanjutnya indikator peningkatan mutu pendidikan di sekolah dilihat pada setiap komponen pendidikan antara lain: mutu lulusan, kualitas guru, kepala sekolah, staf sekolah (tenaga administrasi, laporan dan teknisi, tenaga perpustakaan), proses pembelajaran, sarana dan prasarana, pengelolaan sekolah, implementasi kurikulum, sistem penilaian dan komponen-komponen lainnya.

Guna meningkatkan mutu pendidikan tersebut, maka Pemerintah telah mengeluarkan undang-undang R.I nomor 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional yang merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi. Sistem Nasional Pendidikan memuat: visi, misi, fungsi dan tujuan pendidikan nasional serta strategi pembangunan pendidikan nasional. Untuk dapat merealisasikan hal tersebut diatas maka pemerintah menetapkan peraturan pemerintah tentang: “Standar Nasional Pendidikan“ (SNP) yang bernomor 19 tahun 2005 meliputi 8 Standar Nasional Pendidikan, yaitu: (a) standar isi, (b) standar proses, (c) standar kompetensi lulusan, (d) standar tenaga kependidikan, (e) standar saranan prasaran, (f) standar pengelolaan, (g) standar pembiayaan, (h) standar penilaian.

(4)

memberikan pelayanan yang aman dan dapat dipertanggungjawabkan. Pelayanan keperawatan yang berkualitas didukung oleh SDM yang dihasilkan dari institusi pendidikan yang berkualitas sesuai standar yang ditetapkan. Pendidikan perawat memegang peranan yang sangat penting dalam mewujudkan pelayanan yang berkualitas.

(5)

70% manajemen isi atau proses masih rendah terutama penerapan kurikulum (Nurachmah, Supartini, Irawaty, 2012).

Sebagian besar pendidikan Diploma Keperawatan kurang didukung oleh ketersediaan sarana praktik yang memadai seperti: rumah sakit, puskesmas, panti werda dan berbagai wahana praktik yang mendukung ketercapaian kompetensi mahasiswa, karena jumlah rumah sakit sebagai sarana praktek belum sebanding dengan jumlah mahasiswa. Selain permasalahan lahan praktik, aspek ketersediaan SDM di bidang keperawatan juga belum memadai. Berdasarkan hasil survey AIPDiKI pada tahun 2012, tercatat sebanyak 80% dosen masih berkualifikasi sarjana (S1). Hal ini disebabkan sangat sedikitnya kualifikasi dosen yang telah S2, maupun S3 di bidang keperawatan, serta minimnya para pengajar yang berpengalaman dalam klinik, yang juga berdampak terhadap peningkatan mutu pendidikan dalam hal ini peningkatan proses pembelajaran oleh karena sumber daya manusia yang belum maksimal. Kondisi ini belum sesuai dengan UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bahwa kualifikasi akademik dosen untuk program diploma dan program sarjana minimum lulusan Program Magister.

(6)

Pada penelitian yang lainnya oleh Aziz (2011), yang dilakukan di Pakistan menunjukkan bahwa buruknya kualitas pendidikan di negara Pakistan maupun di beberapa negara lain, dikarenakan tidak tersedianya sistem mekanisme penjaminan mutu pendidikan yang sesuai dengan standar yang diharapkan. Hal ini menyebabkan timbulnya permasalahan sistem jaminan kualitas yang berdampak pada: (1) rendahnya rasio guru-siswa di ruang kelas (1:50), (2) kurangnya infrastruktur fisik, (3) kurangnya anggaran, (4) buruknya kondisi asrama, (5) guru memiliki kesempatan lebih sedikit untuk pendidikan tinggi, (6) rendahnya gaji dosen, (7) kurang maksimalnya fasilitas belajar mengajar, (8) kurangnya instruktor klinis para mahasiswa di lapangan, dan (9) kurangnya pengenalan akan teknologi

Hal ini sejalan dengan hasil analisis yang telah dilakukan oleh Ribek & Rahayu (2009) yang berjudul “Analisis Pelaksanaan Standar Nasinal Pendidikan di Jurusan Keperawatan Poltekkes Depkes Denpasar“, yang menyimpulkan pentingnya penerapan standar pendidikan nasional guna meningkatkan mutu pendidikan suatu institusi.

. Untuk itulah pentingnya dilaksanakan suatu kemitraan yang baik antara institusi pendidikan dengan pihak rumah sakit, guna penyatuaan persepsi dalam memenuhi kompetensi para peserta didik (Xippolitos et al, 2011).

1.2 Identifikasi Masalah

(7)

penilaiaan mahasiswa dan stocholder mengenai penerapan standar pendidikan keperawatan terhadap pelayanan pendidikan dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran di Akademi Keperawatan.

Berdasarkan permohonan survey pendahuluan yang peneliti berikan kepada Institusi Akademi Keperawatan (Akper) Surya Nusantara Pematangsiantar, peneliti diberikan ijin guna mendapatkan data-data yang berhubungan dengan penerapan standar pendidikan keperawatan, maka peneliti memperoleh data pendahuluan berdasarkan hasil wawancara, diantaranya adalah Institusi Pendidikan yang dikelola oleh Yayasan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh dengan ijin No. 173/D/O/2002, dalam menyelenggarakan pendidikan Diploma III Keperawatan berdasarkan pada peraturan sistem pendidikan nasional dan kurikulum Pendidikan Nasional Diploma III Keperawatan.

(8)

departeman lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat (LPPM), sistem penjaminan mutu internal yang belum terlaksana, dibuktikan dengan tidak tersedianya dokumentasi untuk kegiatan diatas, serta tidak terdapatnya departeman LPPM pada institusi tersebut.

Pada standar 3: belum terdokumentasinya perekaman dan pelacakan data lulusan secara terstruktur. Standar 4: sumber daya manusia yang masih kurang dapat dilihat dari keterbatasan dosen tetap pengajar keperawatan sehingga berdampak ketidak sesuai perbandingan antara dosen dengan mahasiswa (1:25), minimnya dosen yang memiliki jabatan fungsional lektor. Standar 5: pada proses pembelajaran ditemukan kurikulum yang masih belum berbasis kompetensi, dan belum mencerminkan visi, misi, dan tujuan institusi secara maksimal. Kurangnya kegiatan institusi yang mencerminkan suasana akdemik seperti, seminar-seminar keperawatan, sinposium, lokakarya, bedah buku. Standar 6: pada standar pembiayaan ditemukan tidak dianggarkannya dana dari institusi guna penelitian yang akan dilaksanakan oleh para staff pengajar, keterbatasan ruangan praktikum keperawatan, sistem informasi akademik yang masih bersifat manual tidak seperti yang direncanakan. Standar 7: minimnya dosen melakukan penelitian secara mandiri maupun bersama, guna meningkatkan bidang keilmuan masing-masing.

(9)

standar (4) Sumber daya manusia, standar (5) Kurikulum, pembelajaran, dan suasanan akademik, standar (6) pembiayaan, sarana dan prasaranan, serta sistem informasi, standar (7) Penelitian, pelayanan/pengaddian masyarakat, dan kerjasama, maka pihak manajeman program studi dianjurkan untuk melakukan perbaikan-perbaikan guna meningkatkan mutu pendidikan, sehingga hal ini akan berdampak terhadap pencapaian niai akreditasi institusi pada masa yang akan datang tidak memperoleh nilai C dari BAN-PT pada visitasi seperti tahun 2010 yang lalu, melainkan nilai yang memuaskan (Penilaian Akreditasi BAN-PT, 2010).

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana peranan institusi memenuhi standar pendidikan keperawatan dalam meningkatkan mutu pendidikan yang dilihat dari proses pengajaran guna meningkatkan mutu pendidikan.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan umum

(10)

1.4.2 Tujuan khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus pada penelitian ini, dibagi menjadi tahapan sebagai berikut:

1. Mendiskripsikan penerapan peningkatan mutu dalam proses pembelajaran di Akper Surya Nusantara, Pematangsiantar.

2. Mendiskripsikan penerapan standar pendidikan keperawatan di Akper Surya Nusantara, Pematangsiantar.

3. Menganalisa hubungan standar 1: Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, serta Strategi Pencapaian (X1

4. Menganalisa hubungan standar 2: Tata Pamong, Kepemimpinan, Jaminan Mutu (X

) dengan mutu proses pembelajaran (Y).

2

5. Menganalisa hubungan standar 3: Mahasiswa dan Lulusan (X ) dengan peningkatan mutu proses pembelajaran (Y).

3

6. Menganalisa hubungan standar 4: Sumber Daya Manusia (X

) dengan peningkatan mutu dalam proses pembelajaran (Y).

4

7. Menganalisa hubungan standar 5: Kurikulum, Pembelajaran serta Akademik (X

) dengan peningkatan mutu dalam proses pembelajaran (Y).

5

8. Menganalisa hubungan standar 6: Pembiayaan, Sarana dan Prasarana, serta Sistem Informasi (X

) dengan peningkatan mutu dalam proses pembelajaran (Y).

6) dengan peningkatan mutu dalam proses

(11)

9. Menganalisa hubungan standar 7: Penelitian, Pelayanan/pengabdian kepada Masyarakat, dan Kerjasama (X7) dengan peningkatan mutu dalam proses pembelajaran (Y).

1.5 Hipotesa Penelitian

Adapun yang menjadi hipotesa dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Terdapatnya hubungan yang searah dan signifikan antara pemenuhan

standar pendidikan keperawanan terhadap peningkatan mutu proses pembelajaran pada Akper Surya Nusantara Pematangsiantar.

2. Standar visi, misi, tujuan, sasaran, dan strategi pencapaian mempunyai pengaruh yang paling dominan dalam mempengaruhi peningkatan proses pembelajaran di akper Surya Nusantara Pematangsiantar.

1.6 Manfaat Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Fuente : Encuesta aplicada a niños del Centro Educativo “Huayna Cápac” Elaborado por: Lauro Vicente Medina Abrigo y Rosa Marga Medina Abrigo... Ante la inquietud abordada, como

Form ini menampilkan menu-menu seperti menu data master yang terdapat data karyawan, data absen, laporan absen, data cuti, cuti out, sisa cuti, untuk mengubah template

Isu-isu yang muncul akan semakin berpengaruh terhadap hubungan bilateral kedua negara karena banyaknya isu-isu baik positif maupun negatif yang bermunculan dari pihak Indonesia

Dalam perjalanannya keatas, serabut asenden ini akan semakin bergeser ke medial (karena ada serabut lain di tingkat yang lebih atasnya akan masuk), sehingga serabut

Siswa yang mempunyai kesegaran jasmani yang baik diharapkan dapat pula mencapai prestasi belajar yang optimal, sehingga mereka akan berlomba-lomba untuk memiliki kesegaran

 Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menuliskan perilaku dalam kehidupan sehari-hari Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menuliskan perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang

Jika permintaan meningkat lebih besar dari peningkatan penawaran, maka titik keseimbangan bergeser ke kanan, akibatnya harga barang akan mengalami peningkatan..

Manakah di bawah ini negara yang tidak berbatasan baik darat maupun laut dengan Indonesia..