• Tidak ada hasil yang ditemukan

7 PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PEMANFAATAN JAMBAN TERHADAP PERILAKU BUANG AIR BESAR YANG SEHAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "7 PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PEMANFAATAN JAMBAN TERHADAP PERILAKU BUANG AIR BESAR YANG SEHAT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PEMANFAATAN JAMBAN

TERHADAP PERILAKU BUANG AIR BESAR YANG SEHAT

A. Ridwan*, Fendi Fradana **

*) Dosen Akper Pamenang Pare Kediri **) Perawat Magang di Puskemas Kandangan Kediri

Family latrine is a building used to dispose of faeces or human excrement to a family commonly known as (WC). The purpose of this study is to investigate the influence of education on the use of latrines to the behavior of healthy bowel on RT 01 RW 01 Desa Dusun Ngrangkok Klampisan Kandangan Kediri District Year 2011.

The research design will be used in this research is to design research at the level of pre-experimental design precisely on-one-group pre-post test design, the population of 30 heads of families who were taken with a purposive sampling technique sampling contained 23 samples with the inclusion criteria. By analysis using Wilcoxon test through the help of computer software.

Results obtained from 23 respondents, the vast majority behave defecate qualify after the extension that is 10 respondents (43,48%) and the smallest is not eligible ie there are 8 respondents (34,78%). The test results using Wilcoxon tests with the result P value: 0.001 <0.05. Thus p < then working hypothesis (H1) was accepted and nil hypothesis (Ho) is rejected it means there is the influence of education on the use of latrines to the behavior of a healthy bowel movement.

This is because education is a component that affects the behavior of the family. The more often get the better education also behavior in everyday life. For that family needs to get a good education from the health department or from health workers about the behavior of proper bowel movements.

Keywords: Counseling, Utilization Latrines, Behavior

Latar Belakang

Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia bagi suatu keluarga yang lazim disebut (WC). Syarat jamban yang sehat adalah tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau tinja dan tidak dijamah serangga maupun tikus, air seni, air bersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah sekitar dengan lantai sedikitnya berukuran 1 X 1 meter dan dibuat cukup landai dengan kemiringan kearah lobang jongkok, mudah dibersihkan dan aman penggunaannnya, dilengkapi dengan dinding dan penutup, cukup penerangan dan sirkulasi udara, luas ruangan cukup dan tersedia air serta alat pembersih (Madjid, 2009).

Pada kenyataannya hingga saat ini cakupan keluarga menggunakan jamban memenuhi syarat kesehatan masih rendah. Di Indonesia layanan sanitasi dasar yang aman baru tercapai 32,47% penduduk (Konferensi Sanitasi Nasional, 2009). Kepemilikan jamban keluarga hanya ±22% (Dirjen Cipta Karya,

(2)

yang memenuhi syarat kesehatan, 3 responden (30%) cukup dan 3 reponden (30%) baik. Hal ini menunjukkan mayoritas masyarakat pengetahuannya tentang manfaat jamban masih kurang.

Tingginya masyarakat yang BAB tidak memenuhi syarat kesehatan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut kajian perilaku seperti dikemukakan Green perilaku terbentuk dari faktor predisposisi (predisposing factors) seperti pengetahuan, sikap, nilai, persepsi dan keyakinan. Faktor pemungkin (enabling factors) seperti tersedianya sumberdaya (kepemilikan jamban) atau keterjangkauan. Faktor penguat (reinforcing factors) seperti sikap dan perilaku petugas kesehatan, teman sebaya, orang tua, dan majikan dalam pembuangan tinja (Suliha, 2002). Dampak dari BAB yang tidak memenuhi syarat kesehatan atau tidak di jamban adalah timbulnya pencemaran lingkungan. Kondisi ini beresiko terhadap terjadinya berbagai penyakit menular seperti diare, typhus, muntaber, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika (Madjid, 2009). Melihat masih tingginya masyarakat yang memiliki perilaku BAB tidak memenuhi syarat kesehatan tersebut maka perlu dilakukan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap sehingga berubah perilakunya. Hal ini sesuai Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa perilaku didahului sikap dan sikap didahului pengetahuan yang dikenal dengan konsep K-A-P (knowledge-attitude-practice). Hal ini juga sesuai Green karena salah satu faktor perdisposisi perilaku adalah kurangnya pengetahuan sehingga diperlukan penyuluhan mengenai manfaat jamban yang memenuhi syarat kesehatan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis terdorong untuk mencoba melakukan penelitian dengan merumuskan dalam judul penelitian : "Pengaruh Penyuluhan tentang Pemanfaatan Jamban terhadap Perilaku Buang Air Besar yang Sehat di RT 01/RW 01 Dusun Klampisan Desa Ngrangkok Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri Tahun 2011.

Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan

Dusun Klampisan Desa Ngrangkok Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri Tahun 2011 ?

Tujuan Penelitian

A. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh penyuluhan tentang pemanfaatan jamban terhadap perilaku buang air besar yang sehat di RT 01/RW 01 Dusun Klampisan Desa Ngrangkok Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri Tahun 2011.

B. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi perilaku buang air besar sebelum penyuluhan tentang pemanfaatan jamban di RT 01/RW 01 Dusun Klampisan Desa Ngrangkok Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri Tahun 2011.

2. Mengidentifikasi perilaku buang air besar setelah penyuluhan tentang pemanfaatan jamban di RT 01/RW 01 Dusun Klampisan Desa Ngrangkok Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri Tahun 2011.

3. Menganalisis pengaruh penyuluhan tentang pemanfaatan jamban terhadap perilaku buang air besar di RT 01/RW 01 Dusun Klampisan Desa Ngrangkok Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri Tahun 2011.

Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan pra eksperimental tepatnya pada rancangan one-group-pra-post test design yaitu penelitian yang mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek, kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah di intervensi.

Waktu penelitian pada tanggal 20 Januari 2011 di RT 01/RW 01 Dusun Ngrangkok Desa Klampisan Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri. Populasi penelitian ini adalah berjumlah 30 KK yang ada di RT 01/RW 01 Dusun Ngrangkok Desa Klampisan Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri. Pada penelitian ini Tekhnik penentuan sampel adalah Purposive dengan memperhatikan kriteria penelitian meliputi kriteria inklusi dan eksklusi.

(3)

lintas sektor mulai dari Pemerintah Daerah Kabupaten Kediri, Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, Puskesmas Kandangan, dan Sektor Desa Klampisan Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri. Selanjutnya peneliti melakukan identifikasi responden sesuai dengan karakteristik yang dikehendaki. Peneliti melakukan penilaian mengenai perilaku BAB yang sehat di RT 01/RW 01 Dusun Ngrangkok Desa Klampisan Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri sebelum dilakukan penyuluhan. Berikutnya peneliti mengundang 23 orang terpilih untuk diberikan penyuluhan mengenai manfaat jamban. Selanjutnya menunggu sampai rentang waktu tertentu untuk memberikan kesempatan perubahan perilaku BAB yang sehat.+ Selang 3 bulan peneliti melakukan penilaian ulang perilaku BAB yang sehat.

Kemudian setelah data terkumpul maka dilakukan editing, coding, scoring dan tabulating yang selanjutnya dilakukan analisis data pengaruh penyuluhan tentang pemanfaatan jamban terhadap perilaku buang air besar yang sehat di RT 01/RW 01 Dusun Klampisan Desa Ngrangkok Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri Tahun 2011 dianalisis dengan uji Wilcoxon dengan program SPSS.

Hasil Penelitian

Data Umum

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Jiwa dalam Keluarga

Dari gambar diatas didapatkan bahwa 23 reponden, yang terbanyak jumlah jiwa dalam satu keluarga adalah lebih dari 3 orang yaitu 13 responden (56,52%) dan yang terkecil 2 orang yaitu 2 responden (8,70%).

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Dari diatas menunjukkan bahwa 23 reponden, yang terbanyak berumur 20-60 tahun yaitu 18 responden (78,26%) dan tidak ada responden berusia < 20 tahun.

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Hasil menunjukkan bahwa dari 23 reponden, yang terbanyak berpendidikan SD yaitu 11 responden (47,83%) dan yang terkecil Perguruan Tinggi yaitu 1 responden (4,35%).

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa dari 23 reponden, yang terbanyak bekerja sebagai petani yaitu 17 responden (73,91 %) dan yang terkecil bekerja di sektor swasta yaitu 6 responden (26,09 %).

(4)

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa dari 23 reponden, yang terbanyak tidak pernah mendapatkan informasi tentang BAB yang memenuhi syarat kesehatan yaitu 14 responden (60,87%) dan terkecil pernah mendapatkan informasi yaitu 9 responden (39,13%).

Data Khusus

a. Perilaku Buang Air Besar Sebelum Penyuluhan

No. Perilaku BAB

Sebelum Penyuluhan Frekuensi %

1 Tidak Memenuhi

Syarat 13 56,5

2 Keadaan sedang 10 43,4

3 Memenuhi Syarat -

-Total 23 100

Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa dari 23 reponden, yang terbanyak berperilaku BAB tidak memenuhi syarat sebelum penyuluhan yaitu 13 responden (56,5%) dan yang kurangl memenuhi syarat yaitu ada 10 responden (43,4%).

b. Perilaku Buang Air Besar Setelah Penyuluhan

No. Perilaku BAB

Setelah Penyuluhan Frekuensi %

1 Tidak Memenuhi

Syarat 8 34,78

2 Keadaan sedang 5 21,74

3 Memenuhi Syarat 10 43,48

Total 23 100

Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa dari 23 reponden, yang terbanyak berperilaku buang air

10 responden (43,48%) dan yang terkecil tidak memenuhi syarat yaitu ada 8 responden (34,78%).

c. Perbedaan Perilaku Buang Air Besar Sebelum dan Setelah Penyuluhan

No. Perilaku BAB

Sebelum Penyuluhan

Setelah Penyuluhan Freku

ensi %

Freku ensi %

1 Tidak Memenuhi

Syarat 13 56,5 8 34,8 2 Keadaan sedang 10 43,4 5 21,7

3 Memenuhi Syarat 10 43,8

Total 23 100 23 100

Pvalue: 0,001 < 0,05 maka Ho ditolak

Berdasarkan tabel diketahui ada perbedaan perilaku buang air besar sebelum dan sesudah penyuluhan yakni pada sebelum penyuluhan didapatkan setengah responden tidak memenuhi syarat yaitu 13 responden (56,5%) sebaliknya pada setelah penyuluhan sebagian besar responden BAB-nya memenuhi syarat yaitu 10 responden (43,4%). Didapatkan ada perbedaan perilaku buang air besar sebelum dan sesudah penyuluhan di RT 01/RW 01 Dusun Klampisan Desa Ngrangkok Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri Tahun 2011 (P value : 0,001 < 0,05).

Pembahasan

1. Perilaku Buang Air Besar Sebelum Penyuluhan Dari data penelitian diketahui dari 23 reponden, yang terbanyak berperilaku BAB tidak memenuhi syarat sebelum penyuluhan yaitu 13 responden (56,5%) dan yang kurang memenuhi syarat yaitu ada 10 responden (43,4%).

(5)

melakukan tindakan yang ada hubungannya dengan kesehatan. Tujuan penyuluhan adalah untuk mengubah perilaku yang kurang sehat menjadi sehat. Perilaku kurang tersebut bukan suatu penyakit, tetapi suatu perilaku yang karena kebiasan atau adat atau karena masalah budaya yang lain (Machfoedz, 2005). Termasuk dalam hal ini tujuan penyuluhan juga untuk merubah perilaku buang air besar dari tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi memenuhi syarat kesehatan. Untuk itu diperlukan sarana buang air besar (WC) yang memenuhi syarat kesehatan pula. Sesuai dengan teori yang ada dijelaskan bahwa WC yang memenuhi syarat kesehatan harus tidak mencemari air tanah dan atau air permukaan, jarak dengan sumber air + 10 m, bila berbentuk leher angsa air penyekat selalu menutup lubang tempat jongkok, bila tanpa leher angsa harus dilengkapi dengan penutup lubang tempat jongkok yang dapat mencegah lalat atau serangga/binatang lainnya (Depkes, 2006).

Didapatkannya reponden yang terbanyak berperilaku BAB tidak memenuhi syarat disebabkan dengan latar belakang pendidikan responden. Sesuai dengan hasil penelitian diketahui latar belakang pendidikannya yang terbanyak adalah SD yaitu 14 responden (46,7%). Pada umumnya seseorang dengan latar belakang pendidikan SD maka pengetahuannya terhadap segala sesuatu termasuk pembuangan air besar juga kurang. Pada umumnya dengan latar belakang pendidikan SD juga kondisi ekonominya menengah ke bawah sehingga juga kurang sarana dan prasarana untuk membuat jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan. Pada akhirnya perilaku buang air besar juga kurang memenuhi syarat kesehatan.

Selain itu juga dipengaruhi dengan factor informasi. Sesuai dengan hasil penelitian diketahui tidak pernah mendapatkan informasi tentang BAB yang memenuhi syarat kesehatan yaitu 19 responden (63,3%) dan terkecil pernah mendapatkan informasi yaitu 11 responden (36,7%). Akibat tidak pernah mendapatkan informasi ini maka responden tidak mengetahui bahwa buang air besar harus memperhatikan persyaratan kesehatan. Pada akhirnya responden tidak pernah berpikir bahwa buang air besar yang dilakukan harus di jamban atau WC yang tertutup,

tidak mencemari air tanah, tidak berbau dan persyaratan lainnya. Tidak adanya pemikiran demikian maka responden juga tidak memiliki sikap positif terhadap upaya buang air besar yang memenuhi syarat kesehatan. Pada akhirnya tidak akan ada motivasi untuk buang air besar di jamban atau WC yang memenuh syarat kesehatan.

Untuk meningkatkan motivasi masyarakat agar buang air besar di jamban atau WC yang memenuhi syarat perlu adanya peningkatan pengetahuan. Peningkatan pengetahuan dapat dilaksanakan dengan pemberian penyuluhan akan manfaat buang air besar di jamban yang sehat. Peningkatan pengetahuan diharapkan akan merubah sikap masyarakat yang pada akhirnya juga akan merubah perilaku masyarakat agar buang air besar di jamban yang sehat.

2. Perilaku Buang Air Besar Setelah Penyuluhan Dari data penelitian diketahui dari 23 reponden, yang terbanyak berperilaku buang air besar memenuhi syarat setelah penyuluhan yaitu 10 responden (43,48%) dan yang terkecil kurang memenuhi syarat yaitu ada 5 responden (21,74%).

Penyuluhan atau pendidikan kesehatan diartikan sebagai upaya memasarkan,

menyebarluaskan, mengenalkan, atau ”menjual”

kesehatan. Perkataan lain, pendidikan kesehatan

adalah ”memasarkan” atau ”menjual” atau ”memperkenalkan” pesan kesehatan atau ”upaya”

kesehatan, sehingga masyarakat ”menerima”, atau ”membeli” (dalam arti menerima perilaku kesehatan) atau ”mengenal” pesan kesehatan

tersebut yang akhirnya masyarakat mau berperilaku hidup sehat. Seperti telah disebutkan di atas bahwa penyuluhan ditujukan untuk mengubah perilaku yang kurang sehat menjadi sehat. Perilaku kurang tersebut bukan suatu penyakit, tetapi suatu perilaku yang karena kebiasan atau adat atau karena masalah budaya yang lain (Machfoedz, 2005).

(6)

memenuhi syarat kesehatan. Bersumber dari informasi ini maka pengetahuan responden menjadi bertambah. Kondisi ini pada akhirnya akan berpengaruh terhadap sikapnya sehingga berubah dari sikap negative menjadi sikap positif. Sikap yang positif paling tidak akan menimbulkan niat untuk melakukannya bahkan menjadi sumber motivasi untuk buang air besar yang memenuhi syarat kesehatan.

Perubahan sikap dan perilaku masyarakat yang menjadi lebih baik dengan penyuluhan dapat berubah sewaktu-waktu. Untuk itu perlu adanya monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh petugas kesehatan agar perilaku yang sudah memenuhi syarat tidak kembali kepada perilaku yang tidak memenuhi syarat.

3. Perbedaan Perilaku Buang Air Besar Sebelum dan Setelah Penyuluhan

Dari hasil diketahui ada perbedaan perilaku buang air besar sebelum dan sesudah penyuluhan di RT 01/RW 01 Dusun Klampisan Desa Ngrangkok Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri Tahun 2011 (P value : 0,001 < 0,05).

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa penyuluhan merupakan upaya memasarkan,

menyebarluaskan, mengenalkan, atau ”menjual”

kesehatan. Selanjutnya juga dijelaskan bahwa penyuluhan ditujukan untuk mengubah perilaku yang kurang sehat menjadi sehat. Perilaku kurang tersebut bukan suatu penyakit, tetapi suatu perilaku yang karena kebiasan atau adat atau karena masalah budaya yang lain (Machfoedz, 2005).

Didapatkannya ada perbedaan perilaku buang air besar sebelum dan sesudah penyuluhan disebabkan dengan adanya penyuluhan maka responden telah mendapatkan informasi sebagai sumber pengetahuannya sehingga pengetahuan responden menjadi bertambah. Kondisi ini pada akhirnya akan merubah sikapnya sehingga berubah dari sikap negatif menjadi sikap positif. Sikap yang positif paling tidak akan menimbulkan niat untuk melakukannya bahkan menjadi sumber motivasi untuk buang air besar yang memenuhi syarat kesehatan. Dengan adanya perbedaan

dan meninggalkan kebiasaan lama membuang air besar di sungai atau di tempat lainyang memungkinkan terjadinya pencemaran.

Kesimpulan

1. Dari 23 reponden, yang terbanyak berperilaku BAB tidak memenuhi syarat sebelum penyuluhan yaitu 13 responden (56,5%) dan yang kurang memenuhi syarat yaitu ada 10 responden (43,4%).

2. Dari 23 reponden, yang terbanyak berperilaku buang air besar memenuhi syarat setelah penyuluhan yaitu 10 responden (43,4%) dan yang terkecil tidak memenuhi syarat yaitu ada 8 responden (34,78%).

3. Ada perbedaan perilaku buang air besar sebelum dan sesudah penyuluhan di RT 01/RW 01 Dusun Klampisan Desa Ngrangkok Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri Tahun 2011.

Saran

1. Bagi Pendidikan

Disarankan pihak pendidikan ikut serta dalam pengembangan materi kesehatan lingkungan khususnya pembuangan tinja sehingga mahasiswa mampu memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang perilaku buang air besar yang memenuhi syarat kesehatan.

2. Bagi Tempat Penelitian

Disarankan agar tetap melaksanakan penyuluhan tentang pembuangan air besar yang memenuhi syarat kesehatan sehingga masyarakat termotivasi untuk selalu membuang air besar yang memenuhi syarat kesehatan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Disarankan agar peneliti selanjutnya melaksanakan penelitian dengan metode analitik mengenai perilaku buang air besar dihubungkan dengan pengetahuan, sikap, motivasi maupun faktor lainnya sehingga diketahui faktor dominant yang berpengaruh terhadap perilaku buang air besar. 4. Bagi Masyarakat

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta Rineka Cipta.

Dinkesprop Jatim. 2006. Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga Propinsi Jawa Timur. Surabaya : Depkes RI. Dinkes Prop Jatim.

Dinkes Kab Kediri. 2007. Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi (StoPS) Panduan Fasilitasi CLTS di Komunitas. Kediri : Dinkes.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi ketiga. Jakarta Rineka Cipta.

Nursalam dan Siti Pariani. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : CV. Infomedika

Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan). Surabaya : Salemba Medika

Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung Alfa Beta.

http://ciptakarya.pu.go.id/index.php?option=com_conte nt&task=view&id=127

http://datinkessulsel.wordpress.com/2009/06/26/penget

ahuan-dan-tindakan-masyarakat-dalam-pemanfaatan-jamban-keluarga/

http://www.kediri.go.id/index.php?option=com_content &task=view&id=237

Referensi

Dokumen terkait

Faktor-faktor yang berpengaruh atau memiliki hubungan terhadap tingkat kepatuhan pasien stroke adalah jenis pekerjaan dan anggota keluarga yang tinggal bersama.. Kata kunci

Setiap dokter dituntut bertindak secara profesional dan senantiasa mengembangkan ilmunya. Sehingga pekerjaan kedokteran tidak pernah lepas dari riset dan pengembangan

Banyak dari mereka yang kurang memahami akan sejarah serta peranan Sungai Ciliwung di masa lalu sehingga mereka terkesan tidak peduli terhadap kondisi Sungai Ciliwung saat

d. Dalam pelaksanaan capaian indicator jumlah pelayanan kesehatan pada situasi khusus yang dilakukan di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Cilacap pada tahun 2019

itu Stikes ‘Aisyiyah juga memiliki program studi S2 Ilmu Kebidanan pada3. tahun 2014 sesuai dengan SK Menteri Pendidikan dan

Kalau cik tuan pergi ke laut, Saya hendak mandi dalam perahu; Jikalau cik tuan menjadi rambut, Saya menjadi minyak berbau.. Kalau tuan menjadi ketua, Kayu bongkok mari dijulang;

Endapan lemak (ateroma atau plak) terbentuk secara bertahap dan tersebar di percabangan besar dari kedua arteri koroner utama, yang mengelilingi

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka permasalahan yang diambil dalam penelitian ini adalah bagaimana peramalan curah hujan di Kabupaten Bojonegoro