• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INFLASI, EKSPOR, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) (Studi Pada Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH INFLASI, EKSPOR, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) (Studi Pada Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 63 No. 1 Oktober 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

8

PENGARUH INFLASI, EKSPOR, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUK

DOMESTIK BRUTO (PDB)

(Studi Pada Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand)

Irene Sarah Larasati Sri Sulasmiyati

Fakultas Ilmu Administrasi Univеrsitas Brawijaya

Malang

irenesarahlarasati28.isl@gmail.com

ABSTRACT

This research aims to analyze and explain: (1) the simultaneous effect of inflation, exports, and labor force on Gross Domestic Product (GDP); (2) the partial effect of inflation on Gross Domestic Product (GDP); (3) the partial effect of exports on Gross Domestic Product (GDP); (4) the partial effect of labor force on Gross Domestic Product (GDP). This research used secondary data in the form of a combination of cross-section data and time series (panel data), where the authors limit the research time from 2007 to 2016, i.e. with inflation data, exports, labor force, and Gross Domestic Product (GDP). The method of analysis used is panel data regression with fixed effect model. The results of this research indicate that: (1) the variables of inflation, exports, and labor force proved to directly and simultaneously affect the Gross Domestic Product (GDP); (2) the inflation variable has a negative and significant effect on Gross Domestic Product (GDP); (3) export variables have a positive and significant effect on Gross Domestic Product (GDP); (4) labor force variable has a significant positive effect on Gross Domestic Product (GDP).

Keyword: inflation, export, labor force, Gross Domestic Product (GDP), panel data

АBSTRАK

Penelitian ini bertujuan menganalisis dan menjelaskan: (1) pengaruh simultan inflasi, ekspor, dan tenaga kerja terhadap Produk Domestik Bruto (PDB); (2) pengaruh parsial inflasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB); (3) pengaruh parsial ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB); (4) pengaruh parsial tenaga kerja terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa gabungan dari data cross-section dan time series (data panel), di mana penulis membatasi waktu penelitian dari tahun 2007 – 2016, yaitu dengan data inflasi, ekspor, angkatan kerja, dan Produk Domestik Bruto (PDB). Metode analisis yang digunakan adalah regresi data panel dengan model fixed effect. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) variabel inflasi, ekspor, dan tenaga kerja terbukti berpengaruh secara langsung dan simultan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB); (2) variabel inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB); (3) variabel ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB); (4) variabel tenaga kerja berpengaruh positif signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

(2)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 63 No. 1 Oktober 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

9

PЕNDAHULUAN

Ekonomi merupakan hal yang penting dalam kehidupan masyarakat sekarang ini. Maka, tidak heran jika pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu indikator penting dalam kesuksesan negara. Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan Sukirno (2011:49), bahwa dengan mengamati tingkat pertumbuhan ekonomi yang tercapai dari tahun ke tahun dapatlah dinilai prestasi dan kesuksesan negara tersebut dalam mengendalikan kegiatan ekonominya dalam jangka pendek dan usaha mengembangkan perekonomiannya dalam jangka panjang.

Hal yang penting dalam mengembangkan perekonomian adalah melihat dan mengukur tingkat inflasi pada sebuah negara. Sukirno (2011:9) dalam bukunya menuliskan bahwa inflasi merupakan salah satu permasalahan utama dalam perekonomian. Salah satu akibat dari inflasi adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2011:15). Bank Indonesia menyatakan bahwa inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi (www.bankindonesia.go.id, diakses pada 26 April 2017). Inflasi merupakan masalah yang banyak disoroti pemerintah Indonesia maupun negara lain. Sukirno (2011:333) menjelaskan bahwa tujuan jangka panjang pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi yang berlaku berada di tingkat yang rendah. Tingkat inflasi yang tinggi dapat menyebabkan beberapa efek buruk sebelum terjadinya krisis, diantaranya investasi produktif akan berkurang, tingkat kegiatan ekonomi menurun, semakin banyak pengangguran tercipta, produk-produk negara tersebut tidak dapat bersaing di pasar internasional, ekspor menurun sedangkan impor meningkat, dan kedudukan neraca pembayaran akan memburuk (Sukirno, 2011:339). Inflasi jika tidak ditangani dengan benar maka akan berpengaruh pada kemampuan ekonomi negara tersebut yang kemudian akan mempengaruhi pertumbuhan perekonomian dan kesejahteraan masyarakatnya.

Mengukur perkembangan perekonomian suatu negara juga dapat dilihat dari output yang dihasilkan negara tersebut. Setelah seluruh permintaan dari dalam negeri telah dipenuhi, satu-satunya cara untuk memperoleh pasaran adalah dengan mengekspor ke luar negeri (Sukirno, 2011:361). Selain itu perdagangan bebas juga ikut menentukan pertumbuhan ekonomi (Mankiw, 2006:59). Jumlah ekspor dan jumlah impor dapat

memberikan gambaran mengenai kemampuan sebuah negara dalam memproduksi barang maupun jasa. Transaksi ini meliputi hasil-hasil dari sektor pertanian, barang produksi industri, dan barang-barang yang diproduksi oleh sektor pertambangan dan berbagai jenis barang tampak lainnya (Sukirno, 2011:391). Kegiatan ekspor dapat menggambarkan kompetisi pasar luar negeri. Kompetisi pasar yang sehat, baik domestik maupun luar negeri, penting dalam menggerakkan efisiensi pasar dan demikian pula produktivitas bisnis, dengan memastikan bahwa perusahaan yang paling efisien menghasilkan barang yang diminta oleh pasar adalah produk yang berkembang (GCR 2016-2017:36).

Hal yang paling penting dalam pertumbuhan ekonomi dan produktivitas adalah faktor manusia. Produktivitas ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah modal manusia (human capital) (Mankiw, 2006:57). Manusia merupakan salah satu faktor produksi yang penting karena tanpa sumber daya manusia, faktor produksi yang lain dan peralatan tidak akan dapat dimanfaatkan dan dipergunakan (Latumaerissa, 2015:56). Pengangguran yang terlalu besar jumlahnya juga akan memberikan efek buruk yang bersifat ekonomi, politik, dan sosial (Sukirno, 2011:327). Maka dari itu sumber daya manusia harus dikontrol agar tidak menjadi masalah nasional. Efisiensi dan fleksibilitas pasar tenaga kerja sangat penting untuk memastikan bahwa pekerja dialokasikan untuk penggunaan paling efektif dalam ekonomi dan disediakan insentif agar mereka memberikan usaha terbaik dalam pekerjaan mereka (GCR 2016-2017:36).

(3)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 63 No. 1 Oktober 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

10 Produk Domestik Bruto (PDB) sendiri

dijelaskan oleh Latumaerissa (2015:18) adalah jumlah nilai seluruh barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam periode tertentu atau satu tahun termasuk barang dan jasa yang diproduksi oleh perusahaan milik penduduk negara tersebut dan oleh penduduk negara lain yang tinggal di negara bersangkutan. Selalu didapati produksi nasional diciptakan oleh faktor-faktor produksi yang berasal dari luar negeri. Perusahaan multinasional beroperasi di berbagai negara dan membantu menaikkan nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh negara-negara tersebut. Manfaat perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB) yang disebutkan oleh Rahardja dan Manurung (2008:30) adalah bahwa perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB) akan memberikan gambaran mengenai tingkat kemakmuran negara dengan cara membaginya dengan jumlah penduduk, perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB) maupun PDB per kapita juga dapat digunakan untuk menganalisis tingkat kesejahteraan sosial suatu masyarakat, dan angka PDB per kapita dapat mencerminkan tingkat produktivitas suatu negara.

Penelitian dari Pratiwi (2015) dan Ratnasari (2016) mengenai pengaruh inflasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) diperoleh hasil bahwa inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian Fajar (2013) serta Saputra dan Kesumajaya (2016) yang meneliti pengaruh ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga memperlihatkan hal yang sama, bahwaekspor dapat mendorong pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Sedangkan penelitian Bonokeling (2016) yang meneliti pengaruh tenaga kerja terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) memberikan hasil bahwa tenaga kerja dalam jangka pendek maupun jangka panjang berpengaruh terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Menjadi menarik untuk melihat peringkat Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia jika disandingkan dengan negara ASEAN lain. Letak geografis yang berdekatan menjadikan sumber daya alam yang dimiliki pun dapat dikatakan mirip. Walaupun mempunyai sumber daya alam yang mirip, sepuluh negara di ASEAN mempunyai besaran Produk Domestik Bruto (PDB) yang berbeda. Berdasarkan data dari (International Monetary Fund, 2017), terdapat empat negara yang hampir selalu menempati posisi teratas dengan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar. Keempat negara tersebut adalah Indonesia,

Malaysia, Singapura, dan Thailand. Jika diterjemahkan dalam diagram garis, besaran Produk Domestik Bruto (PDB) keempat negara di atas akan seperti yang ditunjukkan oleh gambar 1 berikut:

Gambar 1 Grafik Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, Malaysia,Singapura, dan Thailand (dalam milyar Dolar Amerika Serikat)

Sumber: International Monetary Fund (hasil olahan peneliti, 2017)

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, menjadi menarik untuk meneliti pengaruh inflasi, ekspor, dan tenaga kerja terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dengan judul “Pengaruh Inflasi, Ekspor, dan Tenaga Kerja Terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) (Studi Pada Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand Tahun 2007 – 2016)”

KAJIAN PUSTAKA

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) merupakan salah satu komponen dalam pendapatan nasional selain Produk Nasional Bruto (PNB), Produk Nasional Neto (PNN), Pendapatan Nasional (NI), Pendapatan Personal (PI), dan Pendapatan Personal Disposabel. Sukirno (2011:35) mendeskripsikan pengertian Pendapatan Domestik Bruto (PDB) sebagai nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara negara tersebut dan negara asing. Barang dan jasa yang diproduksikan bukan saja oleh perusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi oleh penduduk negara lain selama perusahaan tersebut masih beroperasi di negara tersebut (Sukirno, 2011:35). Lebih lengkap Produk Domestik Bruto (PDB) dijelaskan oleh Latumaerissa (2015:18) sebagai jumlah nilai seluruh barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam periode tertentu atau satu tahun termasuk barang dan jasa yang diproduksi oleh perusahaan milik penduduk negara tersebut dan oleh penduduk negara lain yang tinggal di negara

(4)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 63 No. 1 Oktober 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

11 bersangkutan. Mankiw merumuskan perhitungan

Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai berikut:

Sumber: Mankiw (2006:11)

keterangan:

Y: Produk Domestik Bruto (PDB) C: konsumsi

I: investasi G: belanja negara NX: ekspor neto

Tenaga Kerja

Latumaerissa (2015:56) menjelaskan secara spesifik perbedaan antara tenaga kerja, angkatan kerja, dan kerja. Kerja didefinisikan sebagai pengorbanan jasa jasmani dan pikiran untuk menghasilkan barang atau jasa dengan memperoleh imbalan prestasi tertentu. Tenaga kerja adalah setiap orang yang sedang bekerja atau mencari pekerjaan dan mampu untuk bekerja serta memenuhi persyaratan peraturan perburuhan suatu negara. Sedangkan angkatan kerja (labor force) adalah setiap orang yang termasuk dalam kelompok usia kerja sesuai dengan undang-undang perburuhan negara yang bersangkutan. Menurut Ritonga dkk (2007:2), tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan, antara lain mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga. Tenaga kerja dibagi menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja menurut Latumaerissa (2015:68) adalah penduduk usia kerja yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan penganggur. Sedangkan bukan angkatan kerja adalah mereka yang masuk di usia kerja namun tidak bekerja, seperti pelajar dan ibu rumah tangga.

Tabel 1 Tingkat Pengangguran Negara-negara ASEAN (dalam persen)

Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 Negara

Indonesia 4,47 4,34 4,05 4,51 4,12 Malaysia 3,02 3,11 2,87 3,10 3,44 Singapura 2,88 2,79 2,80 1,69 1,80 Thailand 0,58 0,49 0,58 0,60 0,94 Brunei

Darussalam

6,11 5,99 5,88 6,97 6,93

Filipina 3,50 3,50 3,60 3,04 2,71 Vietnam 1,77 1,95 1,87 2,12 2,10

Kamboja 0,16 0,30 0,18 0,18 0,20 Laos 0,69 0,68 0,66 0,65 0,66 Myanmar 0,78 0,78 0,77 0,77 0,78 Sumber: World Bank (hasil olahan peneliti, 2018)

Tabel di atas menunjukkan tingkat pengangguran di ASEAN. Data di atas dapat dijadikan acuan untuk menentukan apakah full employment sudah tercapai. Full employment tercapai jika tingkat pengangguran ≤ 4% per tahun. Selama lima tahun terakhir Indonesia belum dapat mencapai keadaan full employment dengan tingkat pengangguran paling rendah adalah 4,05% di tahun 2014. Malaysia dalam lima tahun terakhir sudah dapat mencapai keadaan full employment dengan tingkat pengangguran tertinggi adalah 3,44% di tahun 2016. Singapura dengan tingkat pengangguran tertinggi 2,88% ditahun 2012 dapat selalu mencapai full employment dari tahun 2012 hingga 2016. Sedangkan Thailand yang selalu dapat menjaga tingkat penganggurannya di bawah 1% per tahun, dapat mencapai keadaan full employment.

Keadaan di Brunei Darussalam sama dengan Indonesia, dalam lima tahun Brunei Darussalam belum dapat mencapai full employment dengan tingkat pengangguran terendah adalah 5,88% di tahun 2014. Sedangkan Filipina dari tahun 2012 hingga 2016 selalu dapat mencapai keadaan full employment dengan tingkat pengangguran tertinggi adalah 3,60% di tahun 2014. Vietnam dengan tingkat pengangguran tertinggi 2,12% di tahun 2015 selalu dapat mencapai keadaan full employment. Kamboja juga selalu mencapai full employment dengan tingkat pengangguran yang selalu di bawah 1% dari tahun 2012 hingga 2016. Begitu juga dengan Laos dan Myanmar, kedua negara ini selalu mencapai full employmen dengan tingkat pengangguran di bawah 1%. Tingkat pengangguran tertinggi Laos terjadi pada tahun 2012 dengan tingkat 0,69%, sedangkan pada Myanmar tingkat pengangguran tertinggi adalah 0,78 yang terjadi di tahun 2012, 2013, dan 2016.

Ekspor

(5)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 63 No. 1 Oktober 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

12 dijelaskan oleh Hamdani (2012:33), ruang lingkup

ekspor adalah menjual barang dari dalam negeri ke dalam luar peredaran Republik Indonesia dan barang yang dijual tersebut harus dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Departemen Keuangan. Sedangkan pengertian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekspor adalah pengiriman barang dagangan ke luar negeri (https://kbbi.web.id, diakses pada 3 Maret 2017).

Inflasi

Pengertian inflasi menurut Badan Pusat Statistik adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus (www.bps.go.id, diakses pada 3 Maret 2017). Jika inflasi meningkat, maka harga barang dan jasa di dalam negeri mengalami kenaikan. Menurut Rahardja dan Manurung (2008:165) suatu keadaan dapat dikatakan inflasi apabila telah memenuhi tiga komponen, yaitu kenaikan harga, bersifat umum, dan berlangsung terus menerus. Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada harga pada periode sebelumnya. Pebandingan tingkat harga bisa dilakukan dengan jarak waktu yang lebih panjang, semisal seminggu, sebulan, triwulan, setahun, atau menggunakan patokan musim. Masih menurut Rahardja dan Manurung (2008:165), kenaikan harga suatu komoditas belum bisa dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum naik. Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum dikatakan inflasi jika terjadi hanya sesaat. Perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan, sebab dalam sebulan akan terlihat apabila kenaikan harga bersifat umum dan terus menerus.

Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dari suatu kelompok barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dalam kurun waktu tertentu (https://www.macroeconomicdashboard.feb.ugm.a c.id, diakses pada 7 September 2017). Perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan harga (inflasi) atau tingkat penurunan harga (deflasi) dari barang dan jasa. Penentuan barang dan jasa dalam keranjang Indeks Harga Konsumen (IHK) dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Umumnya presentase perubahan tersebut dibagi mejadi tiga, yaitu month-to-month (m-t-m), year-to-date (y-t-d), dan year-on-year (y-o-y).

Macroeconomic Dashboard (diakses pada 7 September 2017) juga menjelaskan inflasi yang diukur dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Indonesia dikelompokkan kedalam tujuh kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification of Individual Consumtion by Purpose – COICOP), yaitu kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau, kelompok perumahan, kelompok sandang, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan dan olahraga, dan kelompok transportasi dan komunikasi. Bank Indonesia (www.bankindonesia.go.id, diakses pada 21 September 2017) menyebutkan bahwa Badan Pusat Statistik (BPS) juga mempublikasikan inflasi berdasarkan pengelompokan disagregasi inflasi. Tujuan dari disagregasi inflasi tersebut adalah untuk menghasilkan indikator yang lebih menunjukkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental.

(6)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 63 No. 1 Oktober 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

13 H2: Terdapat pengaruh parsial yang signifikan dari

Inflasi (X1) terhadap Produk Domestik Bruto

(PDB) (Y)

H3: Terdapat pengaruh parsial yang signifikan dari

Ekspor (X2) terhadap Produk Domestik Bruto

(PDB) (Y)

H4: Terdapat pengaruh parsial yang signifikan dari

Tenaga Kerja (X4) terhadap Produk Domestik

Bruto (PDB) (Y)

MЕTODE PЕNЕLITIAN

Pеnеlitian ini mеrupakan pеnеlitian pеnjеlasan (еxplanatory rеsеarch) dеngan pеndеkatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan cara data sekunder yang didapat dari World Bank (Bank Dunia) yang diakses melalui website www.worldbank.org. Populasi dalam penelitian ini ialah inflasi, ekspor, tenaga kerja, dan Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand dari tahun 2006 hingga 2017. Jumlah keseluruhan populasi adalah 40, didapat dari sepuluh tahun penelitian dikalikan empat negara yang diteliti.

HASIL DAN PЕMBAHASAN

Analisis Deskriptif

Tingkat inflasi paling rendah adalah -0,9002% terjadi di Thailand pada tahun 2015, sedangkan tingkat inflasi tertinggi adalah 9,7766% terjadi di Indonesia pada tahun 2008. Rata-rata inflasi diantara empat negara dan antara tahun 2007 hingga 2016 adalah 3,176251%. Sedangkan nilai standar deviasi inflasi adalah 2,413892.

Nilai ekspor paling rendah adalah nilai ekspor dari Indonesia pada tahun 2007 yang bernilai 127.226.102.177,005 dolar Amerika Serikat. Nilai ekspor tertinggi diraih oleh Singapura pada tahun 2014 dengan nilai 596.047.352.221,608 dolar Amerika Serikat. Rata-rata nilai ekspor ke empat negara adalah sebesar 289.522.178.094,141 dolar Amerika Serikat. Nilai standar deviasi untuk ekspor adalah 135.910.120.088,192.

Jumlah angkatan kerja paling sedikit dimiliki oleh Singapura pada 2007 yakni berjumlah 2.444.598 orang. Sedangkan jumlah terbanyak adalah angkatan kerja Indonesia tahun 2016 yang berjumlah 125.383.553 orang. Rata-rata angkatan kerja Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand adalah 43.527.451,85. Nilai standar deviasinya adalah 46.036.275,01.

Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) paling rendah adalah Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura pada tahun 2007 yang bernilai

179.981.288.567,447 dolar Amerika Serikat. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) tertinggi diraih oleh Indonesia pada tahun 2016 dengan nilai 932.259.177.765,307 dolar Amerika Serikat. Rata-rata nilai Produk Domestik Bruto (PDB) ke empat negara adalah sebesar 415.954.455.821,494 dolar Amerika Serikat. Nilai standar deviasi untuk Produk Domestik Bruto (PDB) adalah 234.215.094.603,614.

Tabеl 2 Hasil Hasil Regresi Data Panel

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -15.38150 2.143455 -7.176029 0.0000

INFLASI? -0.012101 0.003944 -3.068032 0.0046

EKSPOR? 0.813261 0.049494 16.43164 0.0000

TK? 1.227300 0.129538 9.474457 0.0000

Fixed Effects (Cross)

_INDONESIA--C -1.084482

_MALAYSIA--C 0.377367

_SINGAPURA--C 1.488549

_THAILAND--C -0.781433

Sumbеr: Data diolah, 2018

Pengaruh Parsial dari Inflasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)

Berdasarkan analisis statistik, Inflasi mempunyai dampak secara parsial yang negatif signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Hasil perhitungan menunjukkan hasil signifikansi t Inflasi yang lebih kecil dari alpha (α) 0,0046 < 0,05. Nilai t hitung lebih kecil dari t tabel yaitu -3,068032 < -2,028094. Hal tersebut dikarenakan inflasi yang terjadi selama periode penelitian termasuk dalam kategori inflasi ringan yaitu di bawah 10%. Gilarso (2004:205) menyebutkan bahwa inflasi yang lunak (mild inflation atau creeping inflation, artinya 2% – 5% per tahun) tidak menjadi masalah, bahkan justru dapat merangsang dunia usaha untuk memperluas produksinya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Pratiwi (2015) dan Ratnasari (2016) yang menyatakan bahwa inflasi mempunyai pengaruh yang negatif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Pengaruh Parsial Ekpor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)

(7)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 63 No. 1 Oktober 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

14 (0,0000 < 0,05). Dalam jurnalnya, Saputra dan

Kesumajaya mengatakan devisa yang dihasilkan dari kegiatan ekspor akan berdampak pada pendapatan nasional, jadi semakin tinggi ekspor maka akan semakin besar pula pendapatan nasional yang dihasilkan. Hasil ini selaras dengan hasil penelitian Fajar (2013) dan Saputra dan Kesumajaya (2016).

Pengaruh Parsial Tenaga Kerja terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)

Berdasarkan analisis statistik, Tenaga Kerja mempunyai dampak positif secara parsial terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Hasil perhitungan menunjukkan hasil signifikansi Tenaga Kerja yang lebih kecil dari alpha (α) 0,0000 < 0,05 dan nilai t hitung lebih besar dari t tabel (9,474457 > 2,028094). Sumber daya manusia menjadi sumber daya yang sangat penting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Modal manusia (human capital) menjadi faktor penentu produktivitas (Mankiw, 2014:44). Produk Domestik Bruto (PDB) sebuah negara menghitung total pendapatan yang diperoleh setiap penduduk dalam kegiatan ekonomi dan total biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang dan jasa. Jadi semakin produktif suatu negara Produk Domestik Brutonya juga akan semakin meningkat. Hasil ini sesuai dengan penelitian Afandi (2016) dan Bonokeling (2016) yang menyatakan bahwa tenaga kerja mempunyai pengaruh yang positif terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Tabеl 3 Hasil Koеfisiеn Dеtеrminasi (R2)

R-squared 0.993617 Mean dependent var 26.66828 Adjusted

R-squared 0.992296 S.D. dependent var 0.479677 Sumbеr: Data diolah, 2018

Berdasarakan besarnya Adjusted R2

adalah sebesar 0,992296. Hal ini berarti 99,2296% variasi Produk Domestik Bruto (PDB) dipengaruhi oleh variasi dari ketiga variabel independen yaitu inflasi, ekspor, dan tenaga kerja. Sedangkan 0,7704% sisanya dijelaskan oleh sebab lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Tabеl 4 Hasil Uji F

F-statistic 752.3917 Prob(F-statistic) 0.000000 Sumbеr: Data diolah, 2018

Pengaruh Simultan dari Inflasi, Ekspor, dan Tenaga Kerja

Berdasarkan analisis statistik, Inflasi, Ekspor, dan Tenaga Kerja mempunyai pengaruh yang simultan signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Hasil uji F Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand menunjukkan hasil F hitung lebih besar daripada F tabel (2,858796) yaitu sebesar 25,71809. Selaras dengan hasil penelitian Bonokeling (2016), ekspor dan tenaga kerja berpengaruh secara simultan signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan hasil penelitian Ratnasari (2016) mengemukakan hasil bahwa inflasi, penerimaan pajak, dan belanja pembangunan/modal berpengaruh simultan signifikan terhadap variabel pertumbuhan ekonomi.

KЕSIMPULAN DAN SARAN Kеsimpulan

1. Berdasarkan Uji F, Inflasi, Ekspor, dan Tenaga Kerja mempunyai pengaruh yang simultan signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa inflasi, ekspor, dan tenaga kerja bertindak sebagai faktor yang dapat menjelaskan perubahan Produk Domestik Bruto (PDB) dari Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand.

2. Berdasarkan Uji t, Inflasi mempunyai dampak secara parsial negatif signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa inflasi bertindak sebagai faktor yang dapat menjelaskan perubahan Produk Domestik Bruto (PDB) dari Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand secara parsial. 3. Berdasarkan Uji t, Ekspor mempunyai dampak

secara parsial yang positif signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ekspor bertindak sebagai faktor yang dapat menjelaskan perubahan Produk Domestik Bruto (PDB) dari Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand secara parsial.

(8)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 63 No. 1 Oktober 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

15 kerja bertindak sebagai faktor yang dapat

menjelaskan perubahan Produk Domestik Bruto (PDB) dari Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand secara parsial.

Saran

1. Diharapkan pemerintah dapat menekan angka inflasi lewat berbagai kebijakan yang diharapkan dapat menaikkan pendapatan Produk Domestik Bruto (PDB). Melihat dari hasil penelitian bahwa inflasi berpengaruh negatif signifikan, maka besaran inflasi yang semakin kecil akan dapat menaikkan Produk Domestik Bruto (PDB).

2. Diharapkan pemerintah dapat membuat kebijakan yang dapat memberikan kemudahan bagi para pelaku usaha untuk dapat mengembangkan produksinya dan memasarkan ke pasar bebas dunia. Dengan demikian diharapkan jumlah pelaku usaha dan nilai ekspor akan bertambah.

3. Peningkatkan kuantitas tenaga kerja juga diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, agar penyerapan sumber daya manusia bisa lebih maksimal. Dengan mengetahui pengaruh positif tenaga kerja terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) diharapkan peningkatan kualitas tenaga kerja juga dilakukan. Sehingga dengan tenaga kerja yang berkualitas diharapkan pertumbuhan ekonomi negara juga akan berkembang.

4. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan menganalisis faktor lain yang dapat mempengaruhi Produk Domestik Bruto (PDB), dengan demikian akan dapat memperluas keilmuan dibidang makro ekonomi. Disarankan untuk meneliti negara lain dengan kondisi perekonomian yang beragam, seperti kelompok negara berkembang dan negara maju.

DAFTAR PUSTAKA

Fajar, Ibnu Syeh. 2013. Pengaruh Ekspor-Impor dan Indeks Harga Konsumen (IHK) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Hamdani, Pebriana Arimbi. 2015. Ekspor Impor Tingkat Dasar Level II (Dua). Jakarta:Bushindo

Latumaerissa, Julius R. 2015. Perekonomian Indonesia dan Dinamika Ekonomi Global. Bogor:Mitra Wacana Media

Mankiw, N. Gregory. 2006. Principal of Macroeconomics:Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta:Salemba Empat

Nainggolan, K., Soekardono, & Hanani, N. 2005. Teori Ekonomi Makro Pendekatan Grafis dan Matematis. Yogyakarta:Pondok Edukasi

Rahardja, Prathama & Manurung, Mandala. 2008. Teori Ekonomi Makro; Suatu Pengantar, Edisi Keempat. Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Sukirno, Sadono. 2011. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Jurnal

Afandi. 2016. Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur (Studi Kasus Tahun 2003 – 2010). Malang.

Bonokeling, Daniel Eka. 2016. Pengaruh Utang Luar Negeri, Tenaga Kerja, dan Ekspor Terhadap Produk Domestik Bruto di Indonesia Tahun 1986 – 2015. Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, Volume 5, Nomor 5, Tahun 2016.

Fajar, Ibnu Syeh. 2013. Pengaruh Ekspor-Impor Dan Indeks HargaKonsumen (IHK) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Jakarta.

Pratiwi, Nabilla Mardiana. 2015. Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Tukar terhadap Penanaman Modal Asing dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia (Tahun 2004 sampai dengan Tahun 2013). Malang.

Ratnasari, Ratih. 2016. Analisis Pengaruh Penerimaan Pajak, Belanja Pembangunan/Modal, dan Tingkat Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1979 2014. Semarang.

(9)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 63 No. 1 Oktober 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

16 Ekonomi Indonesia Periode 1996

2013. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Univeristas Udayana Vol. 5, No. 4 April 2016.

Sari, Mega Mustika. 2015. Analisis Peranan Belanja Modal, Investasi, dan Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi di 33 Provinsi Indonesia Tahun 2009 – 2013. Malang

Website

International Monetary Fund (IMF). (http://www.imf.org diakses pada 1 Oktober 2017)

Macroeconomic Dashboard FEB UGM (online). (https://www.macroeconomicdashboard .feb.ugm.ac.id diakses pada 7 September 2017)

World Bank. Data Bank World Development Indicator.

Gambar

Gambar 1 Grafik Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, Malaysia,Singapura, dan Thailand (dalam milyar Dolar Amerika Serikat)
Gambar 2 Modеl Hipotеsis

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi terhadap nilai total impor, nilai impor migas dan non

(5)Variabel utang luar negeri, tenaga kerja, dan ekspor secara simultan berpengaruh positif terhadap PDB baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.. Kata kunci:

Faktor mana yang paling berpengaruh antara Produk Domestik Bruto (PDB), inflasi, kurs, output pertanian, tenaga kerja, SBI berpengaruh terhadap investasi sektor pertanian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Produk domestik regional bruto (Y), Investasi (INV), Jumlah Tenaga Kerja yang Bekerja (AK), Inflasi (INF), dan

Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja, Ekspor, Investasi Dan Kredit Perbankan Sektor Pertanian Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian Provinsi

Kontribusi PDB (Produk Domestik Bruto) sektor pertanian juga menunjukkan bahwa pentingnya membangun pertanian yang berkelanjutan secara konsisten untuk mendorong

Lokasi yang menjadi penelitian adalah Indonesia, Dengan mengkaji pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) riil, nilai tukar dan tingkat suku bunga riil terhadap

Ekspor, Impor dan Inflasi terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2008- 2015” ini, tidak terdapat karya sebelumnya yang