• Tidak ada hasil yang ditemukan

Restoking Ikan HN sebagai Metode Baru da

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Restoking Ikan HN sebagai Metode Baru da"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Restoking Ikan HN

+

sebagai Metode Baru dalam Pelaksanaan Restoking Ikan

Berbasis HATCHERI (Habitat,

Niche

, dan Berwawasan Lestari)

Restoking menjadi suatu istilah yang populer bagi insan perikanan, stakeholder, dan juga penggiat lingkungan. Hal ini cukup beralasan karena keberadaan ikan air tawar di perairan umum sudah mulai berkurang akibat overfishing, pencemaran, dan pemanfaatannya yang tidak ramah lingkungan. Bahkan menurut Nsor & Obodai (2016) menyatakan bahwa, “Sebanyak 20 % ikan air tawar tergolong dalam status threatened, endangered, dan extinct”. Oleh sebab itu restoking perlu dilakukan, karena menurut Kerr (2000) menyatakan bahwa, “Restoking memiliki berbagai solusi, diantaranya yaitu untuk melestarikan ikan-ikan langka, menjaga ketahanan pangan, memperbanyak keanekaragaman jenis, menjaga broodstock untuk dapat dibudidayakan, serta dapat digunakan sebagai biological control agent atau kontrol biologi.

Semangat menjaga kelestarian ikan tanpa memperhatikan kesehatan habitat ikannya, tidak akan mewujudkan tujuan dari pelaksanaan restoking, hal tersebut justru akan berdampak negatif. Menurut Kanwal & Pathani (2012) menyatakan bahwa, ‘Kebutuhan biologis berupa pakan menjadi hal yang mendasar untuk mendukung pertumbuhan, perkembangan, survival dan eksistensi semua mahluk hidup”. Habitat yang tidak dijaga dan dipersiapkan tidak mampu mendukung kebutuhan biologis dalam ekosistem. Akibatnya terjadi perebutan sumberdaya yang terbatas, yang dapat mengakibatkan habisnya sumberdaya tersebut, sehingga ekosisitem menjadi tidak seimbang. Apabila ekosistem tidak seimbang maka rawan akan terjadinya kepunahan. Hal ini menjadi sumber masalah yang kurang diindahkan, padahal introduksi hanya akan menambah beban bagi lingkungan, jika lingkungan tidak dipersiapkan terlebih dahulu (Kerr, 2000).

(2)

kompetisi, kompetisi akan kuat terjadi jika niche ikan yang diintroduksikan sama dengan niche

ikan spesies asli, penggunaan ruang ekologi yang sama berujung pada tersingkirnya spesies yang tidak mampu bertahan. Dampak negatif lainnya yaitu predasi, predasi akan terjadi jika ikan yang diintroduksikan berada pada satu tingkat lebih tinggi atau lebih rendah tingkat trofiknya dari spesies asli.

Dampak negatif restoking ikan terhadap ancaman kelestarian spesies asli merupakan tantangan bagi kita semua untuk mewujudkan tujuan introduksi dengan baik dan tetap menjaga keseimbangan ekosistem. Restoking hanya dijadikan sebagai ajang mendapatkan eksistensi belaka, bayangkan saja menurut Reid & Miller dalam Lampiran Keputusan BKIPM Nomor 67 tahun 2015, menyatakan bahwa 30% kepunahan ikan air tawar justru disebabkan oleh introduksi ikan spesies asing, sedangkan 35 % kepunahan ikan air tawar disebabkan oleh perubahan atau lenyapnya habitat (Reid & Miller dalam Wargasasmita, 2005). Hal ini menunjukan introduksi ikan tanpa mempedulikan kesehatan habitatnya justru akan mengancam kepunahan ikan sebesar 65%. Oleh karena itu sebagai jawaban atas tantangan tersebut, dilahirkanlah metode Restoking Ikan HN+. Metode yang lahir sebagai buah atas keprihatinan dalam pelaksanaan restoking ikan

yang tidak mempedulikan dampaknya di masa mendatang.

berkelanjutan terhadap pelaksanaan 2 konsep H dan N yang telah dilakukan. 3 konsep tersebut dipadukan guna menjalankan restoking yang berwawasan lestari dan berkelanjutan.

Konsep habitat menjadi tahap pertama dalam menjalankan metode Restoking Ikan HN+.

(3)

1. Membersihkan sampah dari perairan umum menjadi agenda pertama dalam pelaksanaan tahap ini, perairan umum harus terjaga kebersihannya dari sampah, karena dapat menimbulkan pencemaran dan memperburuk kualitas air.

2. Kedua adalah menanami tanaman riparian di tepi perairan umum dan reboisasi di daerah hulu sesuai dengan jenis tanaman asli yang ada di perairan umum tersebut, hutan di daerah hulu dan tanaman riparian sangat berfungsi untuk menjaga erosi tanah, menyimpan cadangan air dan akar-akarnya dapat menjadi nursery ground bagi ikan.

3. Kemudian yang ketiga adalah menggalang kerjasama dengan aparat berwenang, yang memiliki kekuasaan untuk menyusun peraturan tentang pelarangan mendirikan rumah di bantaran sungai, melarang aktivitas penambangan pasir dan batu yang berlebihan, pelarangan membuang sampah di perairan umum, pelarangan perairan umum sebagai tempat pembuangan limbah industri, dan penerapan system tebang pilih di daerah hulu sungai supaya terhindar dari kegundulan hutan yang berpengaruh terhadap kelimpahan dan kualitas air.

Tahap kedua adalah penerapan konsep niche yang berbeda, konsep ini menjadi tahap selanjutnya setelah habitatnya mampu mendukung organisme untuk survive. Konsep niche

adalah konsep paling inti karena berkaitan dengan penentuan ikan yang akan diintroduksikan. Berikut beberapa langkah dalam pelaksanaan konsep niche:

1. Langkah pertama dari konsep ini adalah menggali informasi mengenai spesies asli yang menghuni perairan umum tersebut. Informasi yang paling utama untuk digali yaitu mengenai jenis ikan spesies asli, selanjutnya adalah mengenai feeding habit, food habit, peranannya dalam komunitas, dan seberapa luas toleransi terhadap lingkungannya meliputi rentang pH, suhu, DO, kecepatan arus, kecerahan, kedalaman dan salinitas. Informasi tersebut digunakan sebagai acuan untuk memilih ikan yang akan diintroduksikan, supaya tidak menyamai dari

niche spesies asli yang dapat menyebabkan kompetisi. Mengenai jenis-jenis ikan yang dapat dipadukan dapat dilihat dalam buku berjudul “Ecological Impacts of Fish Introductions: Evaluating the Risk” karya Kerr.

(4)

supaya materi genetiknya tetap terjaga dan lebih survive di alam, dan prinsip kedua yaitu ikan diuji lambungnya untuk menentukan kualitas dan kuantitas diet ikan, informasi diet ini digunakan untuk menilai berapa banyak ikan yang dapat diintroduksikan, hal in bertujuan supaya sumber daya yang ada di perairan umum tetap bisa memenuhi kebutuhan oreganisme yang ada.

Tahap ketiga ialah konsep pengawasan, pengawasan ini dilakukan setelah konsep habitat dan niche sudah diterapkan. Pengawasan ini dilakukan secara periodik untuk menilai taraf keberhasilan sebagai dasar tindakan selanjutnya. Pengawasan dilakukan untuk menilai kelayakan habitat, dampak terhadap ikan spesies asli, dan ketersediaan sumberdaya yang tersedia. Apabila hasil pengawasan menunjukan bahwa ikan introduksi berdampak negatif terhadap ikan spesies asli, maka harus diambil tindakan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan sejumlah ikan yang sudah diintroduksikan. Apabila ketersediaan sumberdaya dinilai kurang mencukupi, maka dilakukan penambahan sumberdaya tersebut. Kemudian jika habitat mengalami kerusakan, maka perlu dikaji untuk mengambil tindakan terhadap habitat tersebut, apakah yang harus diperbaiki, ditambahkan, atau dimodifikasi supaya ekosistem tetap seimbang.

Metode Restoking Ikan HN+ memang membutuhkan waktu yang tidak instan,

membutuhkan pengetahuan, dan kehati-hatian. Restoking Ikan HN+ dengan 3 konsepnya harus

dilaksanakan secara berurutan serta berkelanjutan. Setiap tahapan tersebut dapat saja dilakukan oleh seseorang, badan, instansi, atau organisasi yang berbeda, tetapi tetap harus berkesinambungan. Artinya seseorang, badan, instansi, atau organisasi, bisa saja hanya melaksanakan metode Restoking Ikan HN+ Tahap 1, namun bisa juga melanjutkan dari

seseorang, badan, instansi, atau organisasi lain untuk melaksanakan Restoking Ikan HN+ Tahap 2

atau Tahap 3.

(5)

karena metode ini berwawasan mempertahankan keseimbangan habitat dan organismenya. Metode yang diawali dengan memulihkan kesehatan habitat untuk mempersiapkan sumberdaya yang dibutuhkan oleh organisme nantinya, menjadi solusi yang tepat, karena tanpa sumberdaya yang memadai maka kompetisi akan menyingkirkan spesies asli. Jika metode Restoking Ikan HN+ masih dipertanyakan keefektivannya, maka pertanyaan yang muncul adalah, “Seberapa

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Kanwal, B. P. S., & Pathani, S. S. 2012. Food and Feeding Habits of a Hill Stream Fish, Garra lamta (Hamilton-Buchanan) in some Tributaries of Suyal River, Kumaun Himalaya, Uttarakhand (India). International Journal of Food and Nutrition Science. 1 (2): 16-22.

Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan No. 67/ Kep-BKIPM/ 2015 Tentang Petunjuk Teknis Pemetaan Sebaran Jenis Agen Hayati yang Dilindungi, Dilarang dan Invasif di Indonesia.

Kerr, J. S. 2000. Ecological Impacts of Fish Introductions: Evaluating the Risk. Fish and Wildlife Branch Ministry of Natural Resources 300 Water Street and RE Grant Association Environmental Advisors 1525 Lyn Road, R. R. #3. Ontario.

Nsor, C. Y., & Obodai, C. A. 2016. Environmental Determinants Influencing Fish Community Structure and Diversity in Two Distinct Season among Wetlands of Northern Region (Ghana). International Journal of Ecology. 2016 (1): 1-10.

Pocheville, A. 2015. The Ecological Niche: History and Recent Controversies. Springer. Dordrecht.

Referensi

Dokumen terkait

Kalimat resensi yang tepat untuk menyatakan keunggulan buku sesuai dengan kutipan novel di atas adalah …... Buku ini menceritakan pertemanan yang akrab antara dua remaja,

Berangkat dari fenomena diatas maka sangat penting untuk menganalisis risiko finansial untuk mengetahui risiko keuangan yang mungkin dihadapi oleh perusahaan

Pertama, upaya konkrit untuk memberdayakan masyarakat desa dalam melaksanakan “Bersih Desa” di Ke- tingan Sleman meliputi: pertama, Rencana Pemberdayaan Masyarakat, identifikasi

• Jalur dari simpul akar sampai ke simpul (daun) goal berisi rangkaian operator yang mengarah pada solusi persoalan.2. BFS untuk Pembentukan Pohon

Pembentukan undang-undang sumber daya air yang baru merupakan instrumen untuk menjamin perlindungan hukum petani atas akses air yang pemenhannya kedepan dilakukan denagn

Kesantunan Berbahasa dalam Komunikasi Perawat di Rumah Sakit Pertamina Tanjung. Kesantunan sangat penting dalam sebuah komunikasi untuk menjaga keharmonisan dan menghindari

Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran, tanpa menghiraukan perbedaan diantara mereka. Rasa kebersamaan dan

Sekiranya jumlah yang diperuntukkan bagi Produk yang Layak dibatalkan, ditarik balik atau dilepaskan dalam waktu kurang dari tempoh peruntukan yang ditetapkan untuk apa