• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 MATERI DAN METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3 MATERI DAN METODE PENELITIAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

3 MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian di dilakukan pada bulan Desember 2008 sampai Juli 2009. Lokasi penelitian adalah dataran rendah–kering (50 m dpl, curah hujan rata–rata 1.800 mm/tahun) jenis tanahpod soilkuning merah dengan pH tanah 4.5–5.0 dan berlokasi di lapangan percobaan Loka Penelitian Kambing Potong Sungei Putih Sumatera Utara. Analisis prosimat kualitas nutrisi dilakukan di Laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong. Analisis kecernaan in vitro dan mineral dilaukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah IPB dan analisis total phennol, tannin di Laboratorium Pakan Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor.

3.2 Materi Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian yaitu: biji Indigoferasp. sebanyak 1 kg, polybag 25 kg. Pupuk dasar digunakan adalah pupuk kandang sebanyak 10 ton /ha dan kapur 1 ton/ ha, sedangkan pupuk kimia urea 100 kg/ha, SP–36 150 kg/ha dan KCL 200 kg/ha. Dua puluh ekor kambing Boerka jantan, umur 6 bulan dan rataan berat badan 9-11 kg.

Peralatan yang digunakan pada pada penelitian yaitu: kandang metabolisme, timbangan, cangkul, parang, babat, meteran, sprayer dan peralatan laboratorium lainnya.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimen yang terdiri dari tiga tahap yaitu:

3.3.1 Tahap I : Aspek penelitian agronomi dan kandungan nutrisiIndigofera sp

Biji Indigofera sp sebanyak 1 kg terlebih dahulu disemaikan pada lahan yang sudah disediakan, setelah itu tanaman yang tumbuh dengan baik dimasukan kedalam polybag yang sudah terlebih dahulu diisi sejumlah tanah, ditanam satu tanaman pada masing-masing polybag. Setelah tanaman berumur 2 bulan,

(2)

kemudian tanaman dipindahkan pada lahan tanaman yang sudah disiapkan. Pengolahan lahan dilakukan dengan menggunakan traktor, membersihkan akar-akarnya dan tanah diratakan serta dihaluskan. Selanjutnya pemberiaan pupuk kimia urea 100 kg/ha, SP–36 150 kg/ha dan KCL 200 kg/ha pada lahan yang telah diolah.

Lahan yang digunakan seluas 1258 m2 sebagai lahan penanaman

Indigofera sp jarak tanam adalah 1 x 0.5 m, dan luas petakan 4 x 3 m2. yang

masing–masing dibatasi parit atau larikan jarak antara kelompok perlakuan dua meter dan jarak antara perlakuan satu meter. Setelah tanaman berumur 8 bulan perlakuan pemotongan dengan intensitas 0.5 m, 1.0 m dan 1.5 m dilakukan pada tanaman TanamanIndigoferasp.

Analisa Nutrisi

Sampel bagian pucuk tanaman yang digunakan untuk mengukur produksi bahan kering dan rasio daun dan batang tanaman diambil pada saat dilakukan pemanenan 30 hari, 60 hari dan 90 hari pada setiap masing–masing perlakuan, yaitu sampel yang diambil adalah bagian tajuk tanaman, sedangkan untuk perhitungan jumlah cabang tanaman dilakukan sebelum pemanenan, setiap minggu selama tiga kali pengamatan dengan diberikan tanda pita merah pada masing–masing sampel pengamatan yaitu tanaman yang berada pada tengah plot percobaan. Untuk pengamatan terhadap rasio daun/batang sampel diambil dengan memisahkan bagian daun dan batang pada setiap sampel tanaman, lalu dimasukan kedalam oven selama 48 jam untuk mendapatkan bahan kering untuk setiap pengamatan daun dan batang. Untuk pengamatan terhadap kandungan nutrisi. Masing–masing sampel diambil 500 g segar pada setiap plot tanaman, dibawa ke Laboratorium untuk mendapatan data bahan kering. Sampel yang sudah kering digiling dengan penggiling Wiley Mell menggunakan saringan dengan diameter 1.0 mm. Selanjutnya dianalisa dengan anlisis proksimat dan Van Soest.

Peubah yang diukur:

1. Produksi Bahan Kering 2. Jumlah Cabang

(3)

3. Rasio Daun dan Batang

4. Kandungan Bahan Organik (AOAC 2005) 5. Kandungan Protein Kasar (AOAC 2005) 6. Kandungan NDF dan ADF (Van Soest 1991) 7. Kandungan Ca dan P (AOAC 2005)

Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) berpola faktorial 3 x 3 dengan 4 kali ulangan. Faktor pertama adalah interval pemotongan yaitu:

P1 : 30 hari P2 : 60 hari P3 : 90 hari

Faktor kedua merupakan intensitas pemotongan tanaman yaitu: T1 : 0.5 m

T2 : 1 m

T3 : 1.5 m

Data yang diperoleh dianalisis statistik dengan sidik ragam menggunakan analisis SAS 6.12 dan bila berbeda nyata maka dilanjutkan dengan Uji Duncan (Steel and Torrie 1995).

Model linier analisis keragaman pada penelitian ini adalah :

Yijk =μ+αi +βj + (αβ)ij +σk +

ε

ijk

Yijk = Nilai Pengamatan pada interval pemotongan ke-i, intensitas pemotongan ke–

j dan kelompok ke–k

μ = Rataan umum

αi = Pengaruh interval pemotongan ke–i

(4)

(αβ)ij = Pengaruh interaksi interval pemotongan ke-i dengan intensitas pemotongan

ke–j

σk = Pengaruh kelompok ke–k

εijk

= Pengaruh galat

3.3.2 Tahap II: Kecernaanin vitro Indigoferasp pada kambing

Penelitian ini memakai sumber inokulum dari cairan rumen kambing. SampelIndigoferasp merupakan hasil komposit pada setiap kombinasi perlakuan sebagai perlakuan percobaan, pengambilan cairan rumen dilakukan sebanyak tiga kali pengamatan, dimana sebagai ulangan adalah pengambilan inokulum cairan rumen kambing.

Teknik Analisis

Cairan rumen yang digunakan adalah cairan rumen kambing yang belum mendapatkan pakan pada pagi hari, diambil di rumah potong hewan (RPH) Ciampea, Bogor. Pengambilan cairan rumen sebagai sumber inokulum dilakukan sebagai berikut Rumen diambil dari kambing yang telah dipotong sesaat sebelumnya, kemudian dibuka menggunakan gunting. Isi rumen diambil dengan tangan yang memakai sarung tangan karet untuk menghindari kontaminasi, kemudian dimasukan ke dalam kain tipis rangkap dua. Selanjutnya diperas melalui sebuah corong dan cairannya dimasukan ke dalam thermos yang telah disediakan sebelumnya. Thermos tersebut terlebih dahulu dibuang air panasnya (39-40oC) yang diisikan sebelumnya.

Sampel seberat 1.5 gram dari masing-masing perlakuan dimasukan kedalam tabung fermentor (tabung plastik polypropilen kapasitas 50 ml). Ditambahkan dengan saliva buatan (McDougall) sebanyak 18 ml pada suhu (39-40oC) dan pH 6.5-6.9. Diinokulasi dengan cairan rumen sebanyak 12 ml. Setiap media in vitro diberi gas CO2 selama ± 30 detik supaya tetap dalam kondisi

anerob, kemudian tabung ditutup dengan karet berventilasi satu arah keluar.

Tabung dimasukkan ke dalam shaker water bath dan diinkubasi selama 48 jam. Setelah 48 jam, tutup karet dibuka lalu ke dalam ditetesi 0.2 ml HgCl2jenuh (2-3

(5)

tetes). Selanjutnya tabung disentrifusi dengan kecepatan 5000 rpm selama 20 menit. Supernatan yang diinkubasi selama 24 jam dibuang dan endapanya diperlakukan sebagai berikut:

Kecernaan fermentatif; isinya disaring dengan kertas saring Whatman No.41 dengan bantuan pompa vakum. Hasil saringan dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 24 jam, kemudian ditimbang untuk menentukan KCBK fermentatif. Setelah itu dipijarkan dalam tanur listrik pada suhu 600oC selama 24 jam, kemudian dianalisa kadar proteinya dengan metode Kjeldahl.

Kecernaan enzimatik; endapan yang tersisa dalam tabung fermentor ditambah 30 ml larutan 0.2% dalam suasana asam, kemudiaan diinkubasi selama 24 jam dalam keadaan aerob pada suhu (39-40oC). Selanjutnya disaring dengan kertas saring Whatman No.41 (yang beratnya diketahui) dengan bantuan pompa vakum. Perlakuan selanjutnya sama dengan perlakuan kecernaan fermentatif. Nilai parameter ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:

1. Kecernaan Bahan Kering (KCBK)

Kecernaan bahan kering (KCBK) dihitung dengan persamaan: Bk sampel – (Bk residu – Bk kontrol)

KCBK = --- x 100% Bk sampel

2. Kecernaan Bahan Organik (KCBO)

Kecernaan bahan organik (KCBO) dihitung dengan persamaan: Bo sampel – (Bo residu – Bo kontrol)

KCBK = --- x 100% Bo sampel

Peubah yang diukur:

1. Kecernaan Bahan Kering (Tilley dan Terry 1963) 2. Kecernaan Bahan Organik (Tilley dan Terry 1963)

Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) 9 x 3. Data yang diperoleh akan dianalisis statistik dengan sidik ragam menggunakan analisis SAS 6.12 dan bila berbeda nyata maka dilanjutkan dengan Uji Duncan (Steel and Torrie 1995).

(6)

Model linier analisis keragaman pada penelitian ini adalah : Yijk =μ+αi +βj +

ε

ij

Yijk = Nilai Pengamatan pada perlakuan pemotongan ke-i dan kelompok ke–j

μ = Rataan Umum

αi = Pengaruh perlakuan pemotongan ke–i

βj = Pengaruh kelompok ke–j

ε

ij = Pengaruh acak pada perlakuan ke–i dan kelompok ke–j

3.3.3 Tahap III: Kecernaanin vivo Indigoferasp pada kambing Boerka

Pengamatan kecernaan in vivo Indigofera sp dimana perlakuan tanaman yang dipakai merupakan hasil perlakuan yang terbaik dari intensitas dan interval pemotongan pada tanaman Indigofera sp tinggi pemotongan 1.5 m dan interval pemotongan 60 hari (P2T3) pada hasil penelitian sebelumnya, luas lahan yang dipakai 17 m x 35 m=595 m2. Tanaman dipotong sebanyak 10 batang setiap hari sampai 60 hari dengan tinggi pemotongan 1.5 m, sehingga pakan yang diberikan merupakan hasil perlakuan P2T3. Ternak kambing boerka jantan fase tumbuh umur 6 bulan dengan bobot badan 9–11 kg dikelompokkan berdasarkan bobot tubuhnya. Di berikan pakan sesuai dengan kebutuhan bahan kering pakan, pada setiap ekor kambing dan diasumsikan bahwa kebutuhannya adalah sebesar 3% dari bobot hidup berdasarkan bahan kering (NRC 1981).

Teknik pelaksanaan

Digunakan 20 ekor kambing Boerka jantan sedang tumbuh (Umur 6 bulan) dengan bobot badan berkisar 9-11 kg. Ternak dibagi terlebih dahulu menjadi 4 kelompok berdasarkan bobot badan yaitu berat, sedang, ringan. Ternak secara acak dialokasikan dalam 4 perlakuan pakan (5 ekor per perlakuan berdasrkan bobot badan).

Disusun 4 jenis ranasum berdasarkan taraf pemberiaanIndigoferasp yaitu : R0 : rumputBrachiaria ruziziensis 100%

R1 : rumputBrachiaria ruziziensis 85 % + 15 %Indigoferasp R2 : rumputBrachiaria ruziziensis 70 % + 30 %Indigoferasp R3 : rumputBrachiaria ruziziensis 55 % + 45 %Indigoferasp

(7)

Tabel 1 Susunan Pakan Penelitian (% BK)

Bahan Pakan Taraf PemberiaanIndigoferasp pada pakan

0% (R0) 15%(R1) 30%(R2) 45%(R3) Indigoferasp 0 15 30 45 B. ruziziensis 100 85 70 55 Jumlah 100 100 100 100 BK 20.04 20.05 20.05 20.05 Protein kasar 8.06 10.62 13.81 15.74 BO 90.50 91.79 91.80 91.39 NDF 61.75 56.25 51.76 46.76 ADF 37.83 35.76 33.70 34.00 Energi kasar 4.064 4.163 4.262 4.363

Hasil analisis Laboratorium Loka Penelitian kambing Potong, Sei Putih

Pakan Indigofera sp yang diberikan kepada ternak merupakan hasil perlakuan pemotongan yang terbaikaitu interval 60 hari dan intensitas pemotongan 1.5 m (P2T3). Pemberiaan campuran pakan disesuaikan dengan kebutuhan bahan kering pakan untuk setiap ekor kambing dan diasumsikan bahwa kebutuhan adalah 3% dari bobot badan berdasarkan bahan kering (NRC 1981). Ternak ditempatkan dikandang metabolisme. Ternak dibiarkan beradaptasi selama 3 minggu sebelum pengumpulan data dilakukan. Ransum dan air minum diberikan secara tak terbatas (ad libitum). Konsumsi pakan dicatat setiap hari dengan menimbang jumlah yang diberikan dan sisanya pada setiap perlakuan.pertambahan bobot badan harian dihitung berdasarkan data bobot badan yang diperoleh dari penimbangan ternak setiap minggu selama 9 minggu masa pengamatan.

Satu minggu sebelum percobaan berakhir dilakukan koleksi terhadap feses dan urin. Pada saat koleksi feses dan urin dipasangkanbelt kepada semua ternak percobaan, sehingga urin langsung ditampung pada ember penampungan. Feses ditampung pada rang plastik yang ditempatkan di bawah kandang metabolisme dengan posisi miring shingga feses yang jatuh menggelindingkepenampungan. Setiap hari selama 7 hari koleksi feses dan urin ditampung serta ditimbang

(8)

(diukur), sampel feses dan urin masing-masing diambil sebanyak 105 dari berat feses dan volume urinlalu ditimbanga dan dikeringkan. Setelah hari ke 7 sampel dikomposit untuk setiap kelompot ternak (individu ternak). Dari gabungan sampel diambil sub sampel untuk dianalisa, sehingga diperoleh kecernaan pakan (kecernaan bahan kering, bahan organik, bahan kering, serta serat deterjen netral dan serat deterjen asam).

Analisis kimia sampel pada perlakuan feses dilakukan sesuai dengan metode analisis proksimat (AOAC. 2005). Serat deterjen netral (NDF) dan serat deterjen asam (ADF) ditentukan menurut Goering dan Van Soest (1991).

Peubah yang diukur: 1. Konsumsi Bahan Kering

Rataan konsumsi pakan per ekor/hari yang diperoleh dengan jalan menimbang pakan segar yang diberikan dikalikan dengan kandungan bahan keringnya, kemudian dikurangi sisa pakan dan dikalikan dengan bahan kering pakan tersebut. Pengukuran dilakukan setiap 24 jam selama 54 hari.

2. Kecernaan Ransum

Tujuaan pengukuran ini adalah untuk menilai daya cerna pakan yang diberikan pada ternak kambing Boerka Jantan yaitu:

BK yang dikonsumsi–BK Feses

Koefisien KCBK = --- x 100% BK yang dikonsumsi

BO yang dikonsumsi –BO Feses

Koefisien KCBO = --- x 100% BO yang dikonsumsi

PK yang dikonsumsi – PK Feses

Koefisien KCPK = --- x 100% PK yang dikonsumsi

NDF yang dikonsumsi–NDF Feses

Koefisien KCNDF = --- x 100% NDF yang dikonsumsi

ADF yang dikonsumsi–ADF Feses

Koefisien KCADF = --- x 100% ADF yang dikonsumsi

(9)

3. Pertambahan Bobot Badan

Penimbangan bobot badan kambing Boerka dilakukan setiap minggu selama pengamatan dengan menggunakan timbangan

PBB/hari= (BB akhir–BB awal)/63 hari(g/ekor/hari)

4. Efisiensi Penggunaan Pakan

Efisiensi penggunaan pakan diukur dengan cara membagi pertambahan bobot badan dengan jumlah pakan yang dikonsumsi.

Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) 4 x 5. Sehingga terdapat 20 ekor ternak kambing boerka Jantan. Data yang diperoleh akan dianalisis statistik dengan sidik ragam dan bila berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji Polinomial Orthogonal (Steel and Torrie 1995).

Model linier analisis keragaman pada penelitian ini adalah:

Yijk =μ+αi +βj +

ε

ijk

Yijk = Nilai Pengamatan pada perlakuan pakan ke-i dan kelompok ke–j

μ = Rataan Umum

αi = Pengaruh perlakuan pemotongan ke–i

βj = Pengaruh kelompok ke–j

Gambar

Tabel 1 Susunan Pakan Penelitian (% BK)

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan pemeriksaan pajak oleh auditor eksternal, pelaporan wajib pajak menjadi lebih patuh kemudian berdampak positif terhadap penerimaan pajak

Selisih antara rata-rata antara keduanya cukup signifikan yaitu sebesar 4,32, dan (3). Hasil uji linier sederhana diketahui adanya pengaruh nilai pendidikan karakter

Dari hasil pengimplementasian perencanaan jalur pada Qbot mobile robot menggunakan metode fuzzy b-spline neural network dapat disimpulkan bahwa sistem fuzzy b-spline

luwu utara kepada publik sekaliggus sebagai alat untuk mengukur tingkat keberhasilan pemeriontah kabupaten luwu utara dalam upaya mewujudkankan visi Kabupaten Luwu utara

Lampiran Surat

Suasana taman sekitar Gedung Biro Pusat Administrasi Universitas Sumatera Utara berdasarkan hasil yang diperoleh dari penyebaran kuisioner adalah 60% menyatakan taman memiliki

Adapun hambatan-hambatan dan upaya yang dilakukan dalam penerapan pendidikan antikorupsi menurut I Putu Hedi Sasrawan adalah: 1) Penegakan hukum yang tidak konsisten dan

Minyak pelumas mineral adalah minyak pelumas dengan bahan baku oli dasar (base oil) yang diambil dari minyak bumi yang terlah diolah dan disempurnakan. Minyak pelumas