83
Desain Penelitian
Penelitian ini dirancang sebagai penelitian Ex post facto. Ex post facto berarti ”setelah kejadian” (Gay, 1976 dalam Sevilla, 1993:124). Peneliti menyelidiki permasalahan dengan mempelajari atau meninjau peubah-peubah. Peubah terikat dan persoalan utama peneliti dalam penelitian ini segera dapat diamati selanjutnya menemukan penyebab yang menimbulkan akibat tersebut. Kerlinger (1990:604) mendefinisikan Ex post facto adalah telaah empirik sistematis di mana ilmuan tidak dapat mengontrol secara langsung peubah bebasnya karena manifestasinya telah muncul, atau karena sifat hakekat peubah itu menutup kemungkinan manipulasi. Inferensi relasi antar peubah dibuat, tanpa intervensi langsung, berdasarkan variasi yang muncul seiring dalam peubah bebas dan peubah terikatnya. Gay (Sevilla, 1993:124) menyatakan bahwa dalam metode penelitian ini, peneliti berusaha untuk menentukan sebab, atau alasan adanya perbedaan dalam tingkah laku atau status kelompok individu. Dalam artian, peneliti mengamati bahwa kelompok-kelompok yang berbeda pada beberapa peubah dan kemudian diidentifikasi faktor utama penyebab perbedaan tersebut.
Setelah tahapan tersebut di atas dilalui, selanjutnya penelitian ini dilanjutkan dengan model Structural Equation Model (SEM) yaitu suatu model yang juga disebut A Covariance Structure Model yang digunakan untuk menguji model-model empiris untuk menjelaskan varian dan korelasi antara suatu set peubah-peubah yang diobservasi (observe) dalam suatu sistem kausal (sebab akibat) dari faktor-faktor yang tidak diobservasi (unobserve). Dengan demikian pengukuran model menspesifikasikan seberapa jauh peubah-peubah yang diobservasi berhubungan dengan suatu set faktor-faktor yang dihipotesiskan.
Untuk mengetahui pengaruh peubah bebas pada peubah terikat, dan menguji hipotesis penelitian dibuat kerangka hipotetik (Gambar 15). Kerangka hipotetik kemudian dioperasionalisasikan untuk merumuskan model persamaan pengukuran dan model persamaan struktural sesuai dengan kaidah SEM. Model persamaan dan kerangka hipotetik penelitian adalah sebagai berikut:
Model pengadopsian SRI oleh anggota subak:
Y
4= γ
1 *X
1+ γ
2 *X
2+ γ
3 *X
3+ γ
4 *Y
1+ γ
5 *Y
2+γ
6 *Y
Ketergangan: 3 X1 X= Karakteristik anggota subak. 2
X
= Kompetensi fasilitator/penyuluh. 3
Y
= Kompetensi pengurus subak. 1
Y
= Persepsi anggota subak tentang SRI. 2
Y
= Sikap anggota subak terhadap SRI. 3
Y
= Kemandirian anggota subak menerapkan SRI. 4
Model pengadopsian SRI:
Y
= Pengadopsian SRI oleh anggota subak 4
= β Y
3+ ζ
Populasi dan Sampel 2
Populasi
Populasi penelitian ini adalah anggota subak sawah (kelompok tani tradisional di Bali yang berfungsi sebagai pengelola air irigasi) dan menerapkan
System of Rice Intensification (SRI) seperti terlihat pada Tabel 2.
Sampel
Penentuan Responden yang merupakan sampel dari populasi dilakukan dengan cluster sampling. Dengan demikian, unit wilayah administratif pemerintah, yaitu kabupaten sebagai cluster. Cluster sampling digunakan peneliti menyeleksi individu-individu secara terpisah. Pengambilan sampel dengan kelompok, bukan secara individu, diseleksi secara acak. Pengambilan sampel semacam ini dikaitkan sebagai pengambilan sampel wilayah, sebab dalam pelaksanaannya seringkali didasarkan atas letak geografis. Subyek-subyek yang diteliti secara alami berkelompok atau kluster. Penarikan sample menggunakan rumus Slovin, yaitu:
N n = 1+Ne² Di mana: n = ukuran sampel N = ukuran populasi
e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan, N = 288, e = 0,05
288 288 288 288
n = = = = = 104
Tabel 2. Sebaran data populasi dan sampel penelitian
No Kabupaten Subak
Jumlah anggota subak yang telah menerapkan SRI
Jumlah responden (1) Buleleng Padang Keling 30 11 (2) Badung Bergiding 28 10 Buangga 8 3 (3) Tabanan Payangan 19 7 Timpag 8 3
(4) Gianyar Rapuan Kaja 50 18
(5) Bangli Mungsing 42 15 (6) Klungkung Sampalan Baler Margi 39 14 Tohpati 8 3 Dawan 6 2 (7) Karangasem Telaga Lebah 36 13 Mascatu 14 5
Jumlah populasi dan responden
penelitian 288 104
Sumber: Dinas pertanian provinsi Bali, 2011
Ukuran populasi anggota subak yang menerapkan SRI masih sedikit. Adapaun pertimbangan menggunakan sampel penelitian adalah: (1) ketepatan dan kepercayaan bahwa sampel yang diambil telah dapat mengukur parameter yang di duga dalam penelitian ini, (2) tingkat keragaman dalam populasi untuk peubah yang diukur dapat diwakili oleh sampel yang diambil, (3) data yang diambil dapat dianalisis dengan Structural Equation Model (SEM, dan (4) waktu, biaya dan sumberdaya yang dimiliki peneliti, karena sampel yang besar adalah lebih mahal, memakan waktu lebih banyak, dan membutuhkan sumberdaya yang lebih besar.
Data dan Instrumentasi
Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Peubah laten eksogen terdiri atas: peubah karakteristik individu anggota subak, kompetensi fasilitator/penyuluh dan kompetensi pengurus subak. Peubah laten endogen terdiri atas: peubah persepsi anggota subak tentang SRI, sikap anggota subak terhadap SRI, kemandirian anggota subak menerapkan SRI, dan pengadopsian SRI di kalangan anggota subak. Indikator yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penciri dari peubah-peubah laten baik eksogen
maupun endogen. Tabel 3 menunjukkan kerangka hipotetik penelitian yang terdiri atas peubah laten eksogen dan laten endogen.
Tabel 3. Peubah dan indikator peubah penelitian
No Peubah Indikator Notasi
Laten Eksogen (1) Karakteristik Anggota subak (1) Umur X (2) Pendidikan formal 1.1 X (3) Luas lahan usahatani
1.2
X (4) Pengalaman
1.3
X (5) Jumlah tanggungan keluarga
1.4 X (6) Motivasi berusaha 1.5 X (7) Tingkat subsistensi 1.6 X (8) Modal usahatani 1.7 X (9) Partisipasi dalam subak
1.8 X (2) 1.9 Kompetensi fasilitator/penyuluh
(1) Kemampuan mengemukakan pendapat X
(2) Kejelasan bahasa yang digunakan
2.1
X (3) Daya adaptasi
2.2
X (4) Kesistematisan dalam menyampaikan
materi
2.3
X (5) Dukungan semangat pada masyarakat
2.4
X (6) Pemahaman kebutuhan masyarakat
2.5
X (7) Alat bantu penyuluhan yang digunakan
2.6
X (8) Berpenampilan menarik
2.7
X2.8
(9) Ketepatan dan efisiensi waktu X
(10) Penguasaan Materi SRI
2.9
X (11) Pengalaman melaksanakan penyuluhan
2.10 X (3) 2.11 Kompetensi pengurus subak (1) Menyebarluaskan informasi X
(2) Menganjurkan menerapkan SRI
3.1
X (3) Mempengaruhi anggota subak
3.2
X (4) Memberikan contoh
3.3
X (5) Melibatkan anggota dalam pengambilan
keputusan 3.4 X (6) Memberikan semangat 3.5 X (7) Mencarikan jalan pemecahan masalah
3.6
X (8) Memiliki pengetahuan dan wawasan tentang
SRI
3.7
X (9) Sifat jujur dan terbuka
3.8
X (10) Membuka diri dari segala macam kritikan
3.9
X
Laten Endogen
3.10
(1) Persepsi anggota subak tentang SRI
(1) Lebih baik dari metode konvensional Y
(2) Memberikan banyak keuntungan
1.1
Y (3) Tidak bertentangan dengan aturan subak
(awig-awig)
1.2
Y (4) Tidak memiliki tingkat kesulitan untuk
diterapkan
1.3
Y (5) Tidak bertentangan dengan norma
1.4
Y (6) Tidak bertentangan dengan tata nilai
1.5
Tabel 3. Peubah dan indikator peubah penelitian (lanjutan)
Karakteristik Anggota dan Pengurus Subak (X1
Petani memiliki karakteristik yang beragam baik yang dibawa sejak lahir maupun karena bentukan lingkungan melalui proses belajar sepanjang hayat yang dilakukannya. Karakteristik tersebut dapat berupa karakter demografis petani, karakter sosial petani serta karakteristik kondisi ekonomi petani itu sendiri. Karakter-karakter tersebutlah yang membedakan tipe perilaku petani pada situasi tertentu untuk menerima atau menolak inovasi SRI.
)
No Peubah Indikator Notasi
(7) Tidak bertentangan dengan adat istiadat Y1.7
(8) Sesuai dengan kebiasaan setempat Y
(9) Tidak terlalu rumit
1.8
Y (10) Mudah dicoba
1.9
Y (11) Hasilnya dapat diamati dan dirasakan secara
langsung 1.10 Y (2) 1.11 Sikap anggota subak tentang SRI
(1) Sri hemat/irit air Y
(2) Ramah lingkungan
2.1
Y (3) Menggunakan lebih sedikit benih (hemat
benih)
2.2
Y (4) Masa tanam lebih cepat
2.3
Y (5) Menggunakan bibit muda
2.4
Y (6) Jumlah anakan lebih banyak
2.5
Y (7) Kualitas batang dan daun lebih baik
2.6
Y (8) Tahan terhadap hama dan penyakit
2.7
Y (9) Bulir padi lebih bernas
2.8
Y (10) Rasa nasi lebih enak
2.9 Y (11) Produktivitas tinggi 2.10 Y 3) 2.11 Kemandirian anggota subak
(1) Mengakses informasi melalui media massa Y
(2) Kerjasama dengan penyuluh
3.1
Y (3) Kerjasama dengan pedagang
3.2
Y (4) Penyediaan modal usaha
3.3
Y (5) Menyiapkan lahan
3.4
Y (6) Akses pada kredit usahatani
3.5 Y (7) Menanggung risiko 3.6 Y (8) Pengambilan keputusan 3.7 Y (9) Belajar mandiri 3.8 Y (4) 3.9 Pengadopsian paket teknologi SRI oleh anggota Subak
(1) Persiapan dan pengolahan lahan Y
(2) Pemilihan benih 4.1 Y (3) Persemaian 4.2 Y (4) Penanaman 4.3 Y (5) Penyiangan 4.4 Y (6) Manajemen air 4.5 Y (7) Pemupukan 4.6 Y (8) Pengendalian hama dan penyakit
4.7
Y (9) Panen
4.8
Karakteristik anggota dan pengurus subak merupakan kondisi yang menggambarkan ciri atau profil seseorang atau sekelompok orang yang membedakannya dengan individu atau kelompok lain. Sumberdaya manusia (SDM) petani yang berkualitas lebih cepat dalam menerima inovasi SRI. Sejumlah karakteristik yang diamati dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengukuran peubah karakteristik anggota dan pengurus subak (X1
No
)
Indikator Parameter Kriteria
(1) Umur (1) Jumlah tahun sejak
lahir hingga menjadi responden.
- Semakin banyak jumlah
tahun berarti semakin bertambah wawasan dan pengalaman. (2) Tingkat pendidikan (1) Jumlah tahun mengikuti pendidikan formal.
- Semakin tinggi tingkat
pndidikan semakin baik .
(3) Luas lahan
Usahatani
(1) Luas lahan yang dikuasai untuk diusahakan yang dinyatakan dalam satuan luas.
- Semakin luas semakin baik.
(4) Pengalaman
usahatani
(1) Jumlah tahun sejak menjadi petani sampai dilakukan interview.
- Semakin tinggi semakin
berpengalaman.
(5) Jumlah
tanggungan keluarga
(2) Jumlah anggota keluarga dalam satu dapur .
- Semakin sedikit semakin
baik meningkatkan kesejahteraan petani. (6) Motivasi berusaha (1) Intrinsik (2) Ekstrinsi
- Dorongan yang berasal dari
dalam diri individu.
- Dorongan yang berasal dari
luar individu.
(7) Tingkat
subsistensi
(1) Tekanan kebutuhan (2) Patron-klien
- Semakin banyak kebutuhan
tingkat subsistensi semakin buruk.
- Semakin tergantung pada
majikan maka tingkat subsistensi semakin buruk.
(8) Modal dan akses pada kredit usahatani (1) Besarnya (2) Kemudahan (3) Tepat waktu
- Sesuai dengan kebutuhan.
- Tidak melalui prosedur yang
berbelit-belit.
- Tersedia ketika dibutuhkan.
(9) Partisipasi
dalam subak
(1) Perencanaan (2) Pelaksanaan (3) Menikmati hasil
- Semakin tinggi semakin baik
Kompetensi Penyuluh/Fasilitator (X2
Kompetensi fasilitator adalah kemampuan yang dimiliki seseorang fasilitator untuk mengubah perilaku masyarakat menuju kondisi yang lebih bermutu, sekaligus mencapai tujuan program intervensi. Peubah ini diukur berdasarkan kemampuan berkomunikasi, kemampuan memotivasi, dan kemampuan melakukan transfer belajar. Transfer belajar berarti kemampuan seseorang untuk menggunakan hasil-hasil belajar yang telah didapatnya di dalam situasi yang baru yang sama dengan situasi sebelumnya atau yang lebih kompleks seperti ditunjukkan pada Tabel 5.
)
Tabel 5. Kompetensi fasilitator (X2
No
)
Indikator Parameter Kriteria
(1) Kemampuan transfer teknologi, memotivasi dan Penguasaan SRI (1) Kemampuan mengemukakan pendapat.
(2) Kejelasan bahasa yang digunakan.
(3) Daya adaptasi. (4) Kesistematisan dalam
menyampaikan materi. (5) Dukungan semangat pada
masyarakat.
(6) Pemahaman kebutuhan masyarakat.
(7) Alat bantu penyuluhan yang digunakan.
(8) Berpenampilan menarik. (9) Ketepatan dan efisiensi waktu . (10) Penguasaan Materi SRI (11) Pengalaman melaksanakan penyuluhan. (1) ST = Sangat Tinggi (2) T = Tinggi (3) S = Sedang (4) R = Rendah (5) SR = Sangat Rendah
Tingkat kompetensi fasilitator/penyuluh SRI diukur dengan rumus sebagai berikut:
n(ST) + n(T) + n(S) + n(R) + n(SR) Tingkat kompetensi fasilitator =
Jumlah item pernyataan Keterangan: n = jumlah responden ST = Sangat Tinggi T = Tinggi S = Sedang R = Rendah
SR = Sangat rendah. Hasil analisis terhadap tingkatan persepsi anggota subak tentang SRI dapat dilihat pada Lampiran 4.
Kompetensi Pengurus Subak (X3
Kompetensi merupakan aktivitas di dalam diri seseorang dan juga aktivitas di luar diri seseorang dalam melakukan respon terhadap rangsangan. Kemampuan
(ability) merupakan suatu tenaga (daya kekuatan) yang dimiliki seseorang untuk
melakukan perbuatan atau tindakan. Kemampuan merupakan kecakapan atau potensi yang dimiliki oleh seseorang yang dibawa sejak lahir atau hasil pelatihan atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakan. Kemampuan merupakan perpaduan antara pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill).
)
Pengurus subak adalah orang yang menjadi pemimpin dalam kelompoknya, dengan demikian Kompetensi yang mesti dikuasai oleh pengurus subak adalah Kompetensi yang berkaitan dengan peran pemimpin terutama pemimpin informal. Kepemimpinan berbeda dengan kekuasaan. Kepemimpinan kekuatannya pada pengaruh yang memungkinkan orang lain mengikuti secara sukarela, sedangkan kekuasaan adalah kekuatan pada adanya kewenangan (otoritas) yang memaksa orang lain untuk melakukan perintahnya. Meskipun demikian, keduanya merupakan kekuatan memengaruhi orang lain, bisa kuat, kurang kuat, lemah atau tidak ada sama sekali. Sumber kekuatannya adalah pada: (1) kewenangan atau jabatan; (2) pengetahuan; dan (3) kepribadian. Adapun peubah dan indikator Kompetensi pengurus subak dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kompetensi pengurus subak (X3
No
)
Indikator Parameter Kriteria
(1) Kemampuan transfer teknologi, memotivasi dan Penguasaan SRI (1) Menyebarluaskan informasi. (2) Menganjurkan menerapkan SRI. (3) Mempengaruhi anggota subak. (4) Memberikan contoh.
(5) Melibatkan anggota dalam pengambilan keputusan. (6) Memberikan semangat. (7) Mencarikan jalan pemecahan
masalah.
(8) Memiliki pengetahuan dan wawasan tentang SRI. (9) Sifat jujur dan terbuka.
(10) Membuka diri dari segala macam kritikan. (1) ST = Sangat tinggi (2) T = Tinggi (3) S = Sedang (4) R = Rendah (5) SR = Sangat Rendah -
Tingkat kompetensi pengurus subak diukur dengan rumus sebagai berikut: n(ST) + n(T) + n(S) + n(R) + n(SR) Tingkat kompetensi pengurus subak =
Jumlah item pernyataan Keterangan: n = Jumlah responden ST = Sangat tinggi T = Tinggi S = Sedang R = Rendah
SR = Sangat rendah. Hasil analisis terhadap tingkatan persepsi anggota subak tentang SRI dapat dilihat pada Lampiran 5.
Persepsi anggota subak tentang SRI (Y1
Persepsi anggota subak adalah pengertian anggota subak terhadap paket-paket teknologi SRI. Persepsi diukur dengan menggunakan skala Likert dengan perhitungan sebagai berikut: (1) Skor 5 diberikan jika responden merespons sangat setuju pernyataan yang diberikan; (2) Skor 4 diberikan jika responden merespons setuju pernyataan yang diberikan; (3) Skor 3 diberikan jika responden merespons ragu-ragu pernyataan yang diberikan; (4) Skor 2 diberikan jika responden merespons tidak setuju terhadap pernyataan yang diberikan; dan (5) Skor 1 diberikan jika responden merespons sangat tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan seperti ditunjukkan pada Tabel 7.
)
Tabel 7. Persepsi anggota subak tentang SRI (Y1
No
)
Indikator Parameter Kriteria (1) Persepsi anggota
subak tentang SRI
(1) Lebih baik dari metode konvensional. (1) ST = Sangat Tinggi (2) T = Tinggi (3) S = Sedang (4) R = Rendah (5) SR = Sangat Rendah (2) Memberikan banyak keuntungan.
(3) Tidak bertentangan dengan aturan subak (awig-awig). (4) Tidak memiliki tingkat
kesulitan untuk diterapkan. (5) Tidak bertentangan dengan
norma.
(6) Tidak bertentangan dengan tata nilai.
(7) Tidak bertentangan dengan adat istiadat.
(8) Sesuai dengan kebiasaan setempat.
(9) Tidak terlalu rumit. (10) Mudah dicoba. (11) Hasilnya dapat dilihat
Tingkat persepsi anggota subak tentang SRI diukur dengan rumus sebagai berikut:
n(ST) + n(T) + n(S) + n(R) + n(SR) Tingkat persepsi =
Jumlah item pernyataan Keterangan: n = Jumlah responden ST = Sangat tinggi T = Tinggi S = Sedang R = Rendah
SR = Sangat rendah. Hasil analisis terhadap tingkatan persepsi anggota subak tentang SRI dapat dilihat pada Lampiran 6.
Sikap anggota subak terhadap SRI (Y2)
Sikap anggota subak adalah tingkat persetujuan anggota subak terhadap paket-paket teknologi SRI (Tabel 8).
Tabel 8. Sikap anggota subak tentang SRI (Y2 No
)
Indikator Parameter Kriteria
(1) Sikap anggota subak tentang SRI
(1) SRI irit air. (1) ST = Sangat Tinggi (2) T = Tinggi (3) S = Sedang (4) R = Rendah (5) SR = Sangat Rendah (2) Ramah lingkungan. (3) Menggunakan lebih sedikit benih.
(4) Masa tanam lebih cepat. (5) Menggunakan bibit
lebih muda.
(6) Jumlah anakan lebih banyak.
(7) Kualitas batang dan daun lebih baik. (8) Tahan terhadap hama
dan penyakit.
(9) Bulir padi lebih bernas. (10) Rasa nasi lebih enak.
Peubah ini diukur dengan skala Likert dengan perhitungan sebagai berikut: (1) Skor 5 diberikan jika responden merespons sangat setuju pernyataan yang diberikan; (2) Skor 4 diberikan jika responden merespons setuju pernyataan yang diberikan; (3) Skor 3 diberikan jika responden merespons ragu-ragu pernyataan yang diberikan; (4) Skor 2 diberikan jika responden merespons tidak setuju terhadap pernyataan yang diberikan; dan (5) Skor 1 diberikan jika responden
merespons sangat tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan. Tingkat sikap anggota subak terhadap SRI diukur dengan rumus sebagai berikut:
n(ST) + n(T) + n(S) + n(R) + n(SR) Tingkat sikap anggota subak terhadap SRI =
Jumlah item pernyataan Keterangan: n = Jumlah responden ST = Sangat tinggi T = Tinggi S = Sedang R = Rendah
SR = Sangat rendah. Hasil analisis persepsi anggota subak tentang SRI dapat dilihat pada Lampiran 7.
Kemandirian Anggota Subak (Y3
Kemandirian (self-reliance) adalah suatu suasana atau kondisi yang telah mencapai kondisi itu tidak lagi tergantung pada bantuan atau kedermawanan pihak ketiga untuk mengamankan kepentingan individu atau kelompok seperti terlihat pada Tabel 9.
)
Tabel 9 . Kemandirian Anggota Subak (Y3
No
)
Indikator Parameter Kriteria
(1) Mengakses
informasi
(1) Semakin sering dan banyak mengakses informasi melalui media massa. (1) ST = Sangat tinggi (2) T = Tinggi (3) S = Sedang (4) R = Rendah (5) SR = Sangat rendah (2) Kerjasama dengan penyuluh (1) Semakin sering berinteraksi dengan penyuluh. (3) Kerjasama dengan pedagang (1) Semakin sering berinteraksi dengan pedang . (4) Penyediaan modal usahatani (1) modal sendiri. (2) sewa (3) hutang (5) Menyiapkan lahan usaha (1) milik sendiri. (2) sewa (3) bagi hasil. (6) Akses pada kredit usahatani (1) Mudah (2) Murah (3) Tepat waktu. (7) Menanggung risiko (1) Keberanian menanggung risiko. (8) Pengambilan keputusan (1) Cepat (2) Tepat (9) Belajar Mandiri
Kemandirian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemandirian dalam berusahatani di antaranya kemandirian dalam mengakses informasi, mendapatkan modal usahatani, mendapatkan saprodi, dan pengambilan keputusan. Tingkat kemandirian anggota subak menerapkan SRI diukur dengan rumus sebagai berikut:
n(ST) + n(T) + n(S) + n(R) + n(SR) Tingkat kemandirian =
Jumlah item pernyataan Keterangan: n = Jumlah responden ST = Sangat tinggi T = Tinggi S = Sedang R = Rendah
SR = Sangat rendah. Hasil analisis terhadap tingkatan persepsi anggota subak tentang SRI dapat dilihat pada Lampiran 8.
Pengadopsian paket-paket teknologi SRI oleh anggota Subak (Y4)
Derajat pengadopsian metode SRI adalah kecepatan relatif metode SRI diterapkan oleh anggota dan pengurus subak seperti terlihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Pengadopsian SRI (Y4
No
)
Indikator Parameter Kriteria
(1) Persiapan dan
pengolahan lahan
(1) Bertujuan mendapatkan media tumbuh yang baik.
(1) ST = Sangat tinggi (2) T = Tinggi (3) S = Sedang (4) R = Redah
(5) SR = Sangat rendah (2) Dioleh seperti tanam padi
metode biasa.
(3) Dibajak sedalam 25-30 cm.
(4) Dibuat parit keliling dan melintang petak sawah untuk membuat kelebihan air.
(5) Letak dan jumlah parit pembuaangan disesuaikan dengan bentuk dan ukuran petak serta dimensi saluran irigasi.
(2) Pemilihan
benih
(1) Pentingnya melakukan pemilihan benih yang bermutu baik. (1) ST = Sangat tinggi (2) T = Tinggi (3) S = Sedang (4) R = Redah (1) SR = Sangat rendah (2) Menggunakan larutan
Tabel 10. Pengadopsian SRI (lanjutan)
No Indikator Parameter Kriteria
(3) Benih yang bermutu tenggelam, direndam dan dibilas.
(3) Persemaian (1) Tidak harus dilakukan di
lahan sawah. (1) ST = Sangat tinggi (2) T = Tinggi (3) S = Sedang (4) R = Redah (1) SR = Sangat rendah (2) Disemai pada baki-baki
plastik/besek/nampan. (3) Varietas sesuai kebiasaan
setempat.
(4) Baki persemaian dilapisi daun pisang atau plastik. (5) Media tumbuh benih
adalah tanah yang subur dicampur kompos dengan perbandingan 1:1.
(6) Tinggi tanah pembibitan pada baki plastik adalah 4 cm.
(7) Benih ditaburkan kedalam tempat persemaian dan dilapisi tanah tipis. (8) Benih disiram setiap hari
untuk menjaga kelembaban media tumbuh.
(9) Baki-baki plastik pembenihan disimpan pada meja atau rak-rak kayu yang terjangkau oleh sinar matahari.
(4) Penanaman (1) Pencabutan bibit dari
persemaian dilakukan dengan hati-hati agar akar tanaman tidak terpotong.
(1) ST = Sangat tinggi (2) T = Tinggi (3) S = Sedang (4) R = Redah
(1) SR = Sangat rendah (2) Pola penanaman bibit
metode SRI berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 25 x 25 cm atau 30 x 30 cm.
(3) Garis-garis bujur sangkar dibuat dengan caplak. (4) Bibit ditanam pada umur
4 hingga 12 hari. (5) Bibit ditanam tunggal. (6) Posisi perakaran dibentuk
seperti huruf L. (7) Penanaman dilakukan
Tabel 10. Pengadopsian SRI (lanjutan)
No Indikator Parameter Kriteria
(5) Pemupukan (1) Mengikuti anjuran dinas
pertanian dalam menentukan takaran pupuk anorganik atau pupuk kimia. (1) ST = Sangat tinggi (2) T = Tinggi (3) S = Sedang (4) R = Redah (1) SR = Sangat rendah (2) Pemupukan pertama
dilakukan pada umur 7-15 hari setelah tanam. (3) Pemupukan kedua
dilakukan pada umur 25-30 hari setelah tanam. (4) Menggunakan pupuk
organik untuk
memperbaiki struktur tanah.
(5) Menggunakan mikro organisme lokal (Mol) dalam pembuatan kompos.
(6) Penyiangan (1) Penyiangan dilakukan
dengan menggunakan landak atau rotary weeder untuk membasmi gulma dan menjaga aerasi tanah.
(1) ST = Sangat tinggi (2) T = Tinggi (3) S = Sedang (4) R = Redah (5) SR = Sangat rendah (2) Penyiangan dilakukan
sebanyak tiga kali atau lebih.
(7) Pengairan (1) Pemberian air dilakukan
dengan jalan terputus-putus.
(2) Pada periode tertentu petak sawah dibiarkan kering sampah ”pecah rambut.”
(3) Menjelang panen sawah dikeringkan. (1) ST = Sangat tinggi (2) T = Tinggi (3) S = Sedang (4) R = Redah (5) SR = Sangat rendah (8) Pengendalian hama dan penyakit
(1) Pengendalikan hama dan penyakit dilakukan secara terpadu.
(2) Belalang, walang sangit dan keong dibuatkan alat perangkap.
(3) Keong mas diatasi dengan jalan menjaga sawah tidak tergenang.
(4) Wereng dikendalikan dengan menabur abu gosok. (1) ST = Sangat tinggi (2) T = Tinggi (3) S = Sedang (4) R = Redah (5) SR = Sangat rendah
Tabel 10. Pengadopsian SRI (lanjutan)
No Indikator Parameter Kriteria
(9) Panen (1) Panen dilakukan setelah
tanaman tua dengan ditandai menguningnya bulir padi secara merata. (2) Panen SRI lebih awal
dibandingkan dengan metode konvensional. (3) Jerami diolah menjadi
kompos.
(4) Arang sekam diolah menjadi kompos. (6) ST = Sangat tinggi (7) T = Tinggi (8) S = Sedang (9) R = Redah (10) SR = Sangat rendah
Tingkat pengadopsian terhadap paket-paket teknologi SRI diukur dengan rumus sebagai berikut:
n(ST) + n(T) + n(S) + n(R) + n(SR) Tingkat pengadopsian =
Jumlah item pernyataan Keterangan: n = jumlah responden ST = Sangat tinggi T = Tinggi S = Sedang R = Rendah SR = Sangat rendah.
Hasil analisis terhadap tingkatan pengadopsian paket-paket teknologi SRI dapat dilihat pada Lampiran 9.
Instrumen Penelitian
Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan peubah-peubah yang akan dikaji dalam penelitian ini.
Uji Kesahihan (Validity Test)
Pada penelitian ini, daftar pertanyaan disusun dengan cara: (1) mempertimbangkan teori-teori dan kenyataan yang telah diungkapkan pada berbagai pustaka empiris, (2) menyesuaikan isi pertanyaan dengan kondisi responden, dan (3) memperhatikan masukan para pakar. Korelasi product
moment digunakan untuk menentukan tingkat validitas butir-butir pertanyaan
dalam kuesioner (Arikunto, 1998:10). Alat ukur dinyatakan valid (sahih) apabila alat ukur tersebut dapat mengukur yang sebenarnya ingin diukur. Cara
menetapkan validitas (kesahihan) alat ukur penelitian ini adalah validitas isi, yaitu isi alat ukur tersebut dapat mewakili semua aspek yang dianggap sebagai kerangka konsep, (Kerlinger, 1990:729).
Keabsahan kuesioner dapat diperoleh jika pertanyaan pada kuesioner tersebut mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam kuesioner yang disusun sebenarnya terdapat tiga bagian penting yaitu konsep, konstrak, kemudian menjabarkan menjadi faktor, lalu faktor-faktor tersebut dijabarkan dalam butir-butir pertanyaan.
Instrumen penelitian ini dikembangkan dengan menggunakan penilaian juri di luar komisi pembimbing resmi, untuk mendapatkan keabsahan isi. Adapun pakar yang terlibat dalam penelitian ini adalah pakar SRI dari Lab Mikrobiologi Tanah Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, dan pakar SRI dari Departemen Agronomi dan Holtikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Hasilnya, ketiga pakar telah sepakat bahwa butir-butir pernyataan yang dibuat telah mewakili seluruh paket teknologi yang ada pada inovasi SRI.
Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas instrumentasi merupakan suatu konsep yang dapat mengetahui sejauh mana suatu alat pengukuran (instrumen penelitian) dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun & Effendi, 2003:142). Korelasi Crombach alpha digunakan untuk menentukan tingkat reliabilitas butir-butir pertanyaan dalam kuesioner (Arikunto, 1998:10). Alat ukur dinyatakan valid (sahih) apabila alat ukur tersebut dapat mengukur yang sebenarnya ingin diukur. Dengan bantuan software SPSS 17.0, telah dicapai nilai koefisien instrumen penelitian sebesar 0,724 yang menyatakan bahwa instrumen yang dibuat reliable, selain itu pula telah didapatkan setiap butir pernyataan telah menunjukkan nilai > 0,3 yang berarti bahwa pernyataan-pernyataan yang disusun dapat diandalkan.
Pengumpulan Data
Data primer yang diambil adalah dengan bantuan instrumen/ kuesioner serta ditambah dengan wawancara mendalam. Pengumpulan data menyesuaikan kebiasaan waktu responden sehingga, memudahkan sekaligus menghindari bias
karena keterpaksaan responden. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada tujuh kabupaten yaitu: Kabupaten Badung, Buleleng, Karangasem, Klungkung, Bangli, Gianyar dan Tabanan.
Data sekunder dengan melakukan studi terhadap dokumen/laporan yang dikeluarkan oleh pihak dinas terkait. Disamping itu digunakan studi literatur dan penelitian terdahulu untuk menunjang kebutuhan data atau informasi yang relevan dengan tujuan penelitian, serta laporan yang dikeluarkan Biro Pusat Statistik.
Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan berbagai macam uji. Data yang terkumpul kemudian diberi skor sesuai dengan tingkatan masalahnya. Pengujian kualitas peubah-peubah penelitian yang meliputi uji kenormalan, uji kehomogenan, uji realibilitas dan uji validitas. Matrik yang digunakan dalam analisis data adalah correlation matrix karena ada dua jenis skala data yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu data ratio dan data interval.
Analisis yang digunakan adalah Structural Equation Model (SEM) dengan program Lisrel Versi 8.3. SEM juga dapat diartikan sebagai Path Analisis yang merupakan suatu teknik Ordinary Least Square yang digunakan untuk mengetahui model-model kausal. Prosedur SEM memberikan kesempatan peneliti untuk mengevaluasi parameter-parameter struktural secara statistik dari berbagai indikator dan konstrak laten dan keseluruhan fit dari suatu model.
Tabel 11 menunjukkan pengujian model pengadopsian SRI di kalangan anggota subak. Model fit dengan data apabila p> 0,05; RMSEA < 0,08 dan atau CFI > 0,90. Ada empat hipotesis penelitian yang diuji dalam penelitian ini. Uji statistik yang digunakan adalah dengan memperhatikan nilai t. Hipotesis diterima jika nilai t-hitung > 1,96.
Model empiris untuk uji Structural Equation Model (SEM) diturunkan dari model kerangka berpikir penelitian dan berdasarkan peubah-peubah penelitian sehingga komposisi antar peubah dapat terlihat dengan jelas seperti ditunjukkan pada Gambar 16.
Tabel 11. Pengujian model pengadopsian SRI di kalangan anggota subak Model Hipotesis Statistik Uji Kriteria Uji
Overall model Fit
Ho: Matriks korelasi data sampel tidak berbeda dengan matriks korelasi populasi yang diestimasi.
H1: Matriks korelasi data sampel berbeda nyata dengan matriks korelasi populasi yang diestimasi.
Model fit dengan data, p> 0,05; RMSEA < 0,08
dan atau CF > 0.90
Persepsi Ho : γ1> 0 ; Karakteristik, Kompetensi fasilitator, Kompetensi pengurus tidak berpengaruh secara nyata terhadap persepsi SRI anggota subak.
H1 : γ1> 0 ; Karakteristik, Kompetensi fasilitator, Kompetensi pengurus berpengaruh secara nyata terhadap persepsi SRI anggota subak.
Nilai t H1` nilai t-hitung diterima, > Sikap 1,96
H0 : γ2 > 0 ; Karak teristik, Kompetensi fasilitator, Kompetensi pengurus, dan persepsi anggota subak tentang SRI tidak berpengaruh secara nyata terhadap sikap anggota subak terhadap SRI.
H1 : γ2 > 0 ; Karak teristik, Kompetensi fasilitator, Kompetensi pengurus, dan persepsi anggota subak tentang SRI berpengaruh secara nyata terhadap sikap anggota subak terhadap SRI.
Nilai t H1` nilai t-hitung diterima, > Keman-dirian 1,96 H0 : γ3> 0 ; Karakteristik, Kompetensi fasilitator, Kompetensi pengurus, persepsi anggota subak tentang SRI, dan sikap anggota subak terhadap SRI tidak berpengaruh secara nyata terhadap kemandirian anggota subak menerapkan SRI.
H1 : γ3> 0 ; Karak teristik, Kompetensi fasil tator, Kompetensi pengurus, persepsi anggota subak tentang SRI, dan sikap anggota subak terhadap SRI berpengaruh secara nyata terhadap kemandirian anggota subak menerapkan SRI.
Nilai t H1` nilai t-hitung diterima, > Model penga-dopsian SRI 1,96 Ho : γ4> 0 ; Karakteristik, Kompetensi fasilitator, Kompetensi pengurus, persepsi anggota subak tentang SRI, sikap anggota subak terhadap SRI dan kemandirian anggota subak menerapkan SRI tidak berpengaruh secara nyata terhadap pengadopsian SRI.
H1 : γ4> 0 ; Karakteristik, Kompetensi fasilitator, Kompetensi pengurus, persepsi anggota subak tentang SRI, sikap anggota subak terhadap SRI dan kemandirian anggota subak menerapkan SRI berpengaruh secara nyata terhadap pengadopsian SRI.
Nilai t H1`
nilai t-hitung diterima, > 1,96
Gambar 16. Model empiris untuk uji Structural Equation Model (SEM)