• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK PIUTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK PIUTANG"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH SEMINAR

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

PIUTANG DAN PENYISIHAN

PIUTANG

MADE GDE SATRIA BELA

A31115753

S1 STAR-BPKP BATCH 2

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan modul akuntansi forensik ini. Terima kasih

sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Bapak Dosen Dr. H. Arifuddin, S.E., M.Si., Ak.

CA yang telah memberikan bimbingan dan pembelajaran komprehensif kepada penulis.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat menambah wawasan dan memperluas ilmu

tentang akuntansi sektor publik yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai

sumber, khususnya akuntansi pemerintahan. Kami berharap makalah ini dapat membantu

mahasiswa dalam mempelajari dan memahami konsep dan implementasi dari akuntansi

sektor publik secara lebih mendalam sehingga memberikan manfaat dan kontribusi bagi

perkembangan ilmu akuntansi sektor publik.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan

jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi

perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada

sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Makassar, September 2016

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ...ii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. LATAR BELAKANG... 1

B. PERISTIWA YANG MENIMBULKAN PIUTANG ... 5

1. Pungutan Pendapatan Negara/Daerah ... 5

2. Perikatan ... 6

3. Kerugian Negara/Daerah ... 6

C. PIUTANG BERDASARKAN PUNGUTAN... 6

1. Jenis Piutang Berdasarkan Pungutan ... 6

2. Pengakuan Piutang Berdasarkan Pungutan... 8

3. Pengukuran Piutang Berdasarkan Pungutan ... 8

4. Akuntansi Piutang ... 9

5. Penyajian Piutang di Neraca... 9

6. Pengungkapan pada Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)... 10

D. PIUTANG BERDASARKAN PERIKATAN... 10

1. Jenis Piutang Perikatan ... 11

2. Pengakuan Piutang Perikatan... 11

3. Pengukuran Piutang Perikatan... 11

4. Penyajian dan Pengungkapan ... 11

E. PIUTANG TUNTUTAN GANTI RUGI/TUNTUTAN PERBENDAHARAAN... 15

1. Jenis Piutang Tuntutan Ganti Rugi/Tuntutan Perbendaharaan ... 15

2. Pengakuan Piutang Tuntutan Ganti Rugi/Tuntutan Perbendaharaan... 16

(4)

4. Penyajian dan Pengungkapan ... 16

F. PENYISIHAN DAN PENGHENTIAN PENGAKUAN PIUTANG ... 18

1. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih... 18

2. Penghentian Pengakuan Piutang... 20

BAB III PENUTUP... 22

A. KESIMPULAN ... 22

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,

yang berbasis akrual, mengatur bahwa pendapatan diakui pada saat timbulnya hak atas

pendapatan tersebut atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi dan beban diakui pada

saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset atau terjadinya penurunan manfaat

ekonomi atau potensi jasa sedangkan belanja diakui berdasarkan terjadinya pengeluaran dari

rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan.

Salah satu pos yang penting di Neraca adalah piutang, dimana pada tanggal laporan

keuangan, apabila terdapat hak pemerintah untuk menagih, harus dicatat sebagai

penambahan aset pemerintah berupa piutang.

Definisi aset menurut PSAP 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan, adalah sumber

daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa

masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat

diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,

termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi

masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan

budaya. Selanjutnya khusus mengenai piutang, pada paragraf 49 PSAP 01, dinyatakan

bahwa Neraca mencantumkan sekurang-kurangnya piutang pajak dan bukan pajak.

Dalam praktik banyak peristiwa yang menyebabkan timbulnya piutang, yang merupakan

salah satu aset penambah kekayaan bersih pemerintah. Hak pemerintah ini tidak hanya

terbatas pada piutang pajak dan bukan pajak, tetapi juga sumber daya ekonomi lain akibat

peristiwa-peristiwa masa lalu yang menimbulkan hak pemerintah, yang akan dijabarkan lebih

lanjut dalam Bultek ini.

IPSAS menyatakan bahwa secara substansi suatu transaksi pendapatan terbagi

menjadi dua golongan besar, yaitu pendapatan dari pertukaran (Revenue from Exchange Transaction-IPSAS 9) dan pendapatan dari transaksi non pertukaran (Revenue from Non-Exchange Transaction-IPSAS 23). Transaksi pertukaran menyebabkan entitas menerima barang dan jasa, atau pengurangan utang dengan memberi nilai setara atau hampir setara

barang, jasa atau penggunaan aset entitas, misalnya transaksi pembelian-penjualan barang

atau jasa, dan sewa fasilitas bangunan atau sarana. Penyediaan jasa terkait kinerja yang

disepakati untuk suatu periode waktu tertentu, suatu peristiwa, periode, lintas periode,

misalnya jasa layanan yang menghasilkan pendapatan fasilitas air dan jalan tol. Transaksi

(6)

barang/jasa atau nilai tertentu tanpa langsung memberikan suatu nilai yang setara. Termasuk

dalam transaksi non pertukaran ini misalnya: pendapatan akibat penggunaan kekuasaan,

misalnya pajak langsung atau tak langsung, bea meterai, denda, sumbangan, dan donasi.

Peristiwa atau transaksi lain yang menimbulkan hak pemerintah untuk menagih, antara

lain timbul dari perikatan misalnya transaksi pemberian pinjaman oleh pemerintah, jual beli

atau pertukaran, kemitraan, dan pemberian jasa-jasa yang telah dilakukan pemerintah.

Peristiwa lainnya adalah berkaitan dengan timbulnya hak tagih dalam hal terjadi kerugian

negara maupun putusan pengadilan.

Selanjutnya juga perlu diberikan pedoman terhadap pengakuan timbulnya hak tagih

atas pungutan pendapatan negara/daerah, perikatan, tuntutan ganti rugi serta akibat

keputusan pengadilan. Selama ini dikenal pengakuan dan pencatatan piutang berdasarkan

nilai nominal saja, tanpa memperhitungkan kolektibilitas sesuai dengan sifat dan karakteristik

debitur. Hal tersebut akan menimbulkan kerugian moril bagi bangsa dan negara (moral hazard) yang tinggi atas akuntansi piutang, karena dapat menimbulkan adanya hak pemerintah untuk menagih, yang tidak dilaporkan atau yang disalahgunakan

Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka dirasakan perlunya makalah

tentang Piutang dan Penyisihan Piutang, untuk memberikan panduan agar terdapat

kesamaan pemahaman tentang cara mengindentifikasi, mengukur, dan menyajikan pos

piutang, baik oleh penyusun laporan, pengguna laporan, dan institusi yang melakukan audit

atas Laporan Keuangan pemerintah.

B. RUANG LINGKUP

Makalah Akuntansi Piutang ini secara khusus mempelajari akuntansi piutang dalam

penerapan akuntansi berbasis akrual, serta peristiwa yang menimbulkan piutang. Piutang

diklasifikasikan berdasarkan pungutan, perikatan, tuntutan ganti rugi, dan penghentian

pengakuan piutang.

C. TUJUAN

Makalah ini bertujuan untuk membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran

mengenai akuntansi piutang pada umumnya, khususnya dalam proses mengakui, mengukur,

menyajikan, dan mengungkapkan piutang dan peristiwa/kejadian/transaksi yang

(7)

BAB II

PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM

1. Definisi Piutang

Piutang salah satu aset yang cukup penting bagi pemerintah daerah, baik dari sudut

pandang potensi kemanfaatannya maupun dari sudutpandang akuntabilitasnya. Semua

standar akuntansi menempatkan piutang sebagai aset yang penting dan memiliki karakteristik

tersendiri baik dalam pengakuan, pengukuran maupun pengungkapannya.

Buletin Teknis SAP Nomor 02 tahun 2005 menyatakan piutang adalah hak pemerintah

untuk menerima pembayaran dari entitas lain termasuk wajib pajak/bayar atas kegiatan yang

dilaksanakan oleh pemerintah. Hal ini senada dengan berbagai teori yang mengungkapkan

bahwa piutang adalah manfaat masa depan yang diakui pada saat ini.

Penyisihan piutang tak tertagih adalah taksiran nilai piutang yang kemungkinan tidak

dapat diterima pembayarannya dimasa akan datang dari seseorang dan/atau korporasi

dan/atau entitas lain. Nilai penyisihan piutang tak tertagih tidak bersifat akumulatif tetapi

diterapkan setiap akhir periode anggaran sesuai perkembangan kualitas piutang.Penilaian

kualitas piutang untuk penyisihan piutang tak tertagih dihitung berdasarkan kualitas umur

piutang, jenis/karakteristik piutang, dan diterapkan dengan melakukan modifikasi tertentu

tergantung kondisi dari debitornya. Mekanisme perhitungan dan penyisihan saldo piutang

yang mungkin tidak dapat ditagih, merupakan upaya untuk menilai kualitas piutang.

2. Pengukuran

Pengukuran piutang pendapatan adalah sebagai berikut:

1) disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi sampai dengan tanggal pelaporan dari

setiap tagihan yang ditetapkan berdasarkan surat ketetapan kurang bayar yang

diterbitkan; atau

2) disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi sampai dengan tanggal pelaporan dari

setiap tagihan yang telah ditetapkan terutang oleh Pengadilan Pajak untuk Wajib Pajak

(WP) yang mengajukan banding; atau

3) disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi sampai dengan tanggal pelaporan dari

setiap tagihan yang masih proses banding atas keberatan dan belum ditetapkan oleh

majelis tuntutan ganti rugi.

Piutang pendapatan diakui setelah diterbitkan surat tagihan dan dicatat sebesar nilai

nominal yang tercantum dalam tagihan. Secara umum unsur utama piutang karena ketentuan

(8)

pendapatan yang belum disetor ke kas daerah oleh wajib setor. Oleh karena setiap tagihan

oleh pemerintah wajib ada keputusan, maka jumlah piutang yang menjadi hak pemerintah

daerah sebesar nilai yang tercantum dalam keputusan atas penagihan yang bersangkutan.

3. Pengakuan

Piutang diakui saat timbul klaim/hak untuk menagih uang atau manfaat ekonomi lainnya

kepada entitas lain. Piutang dapat diakui ketika:

 diterbitkan surat ketetapan/dokumen yang sah; atau

 telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan; atau

 belum dilunasi sampai dengan akhir periode pelaporan.

Peristiwa-peristiwa yang menimbulkan hak tagih, yaitu peristiwa yang timbul dari

pemberian pinjaman, penjualan, kemitraan, dan pemberian fasilitas/jasa, diakui sebagai

piutang dan dicatat sebagai aset di neraca, apabila memenuhi kriteria:

1) harus didukung dengan naskah perjanjian yang menyatakan hak dan kewajiban

secara jelas;

2) jumlah piutang dapat diukur;

3) telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan; dan

4) belum dilunasi sampai dengan akhir periode pelaporan.

4. Penilaian

Piutang disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value).

Nilai bersih yang dapat direalisasikan adalah selisih antara nilai nominal piutang dengan

penyisihan piutang.

Penggolongan kualitas piutang merupakan salah satu dasar untuk menentukan besaran

tarif penyisihan piutang. Penilaian kualitas piutang dilakukan dengan mempertimbangkan

jatuh tempo/umur piutang dan perkembangan upaya penagihan yang dilakukan oleh

pemerintah daerah. Kualitas piutang didasarkan pada kondisi piutangpada tanggal pelaporan.

Dasar yang digunakan untuk menghitung penyisihan piutang adalah kualitas piutang.

Kualitas piutang dikelompokkan menjadi 4 (empat) dengan klasifikasi sebagai berikut:

1) Kualitas Piutang Lancar;

2) Kualitas Piutang Kurang Lancar;

3) Kualitas Piutang Diragukan;

(9)

5. Penyajian

Piutang disajikan sebagai bagian dari Aset Lancar. Berikut adalah contoh penyajian

piutang dalam Neraca Pemerintah Daerah.

6. Pengungkapan

Piutang disajikan dan diungkapkan secara memadai. Informasi mengenai akun piutang

diungkapkan secara cukup dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Informasi dimaksud

dapat berupa:

1) kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian, pengakuan dan pengukuran

piutang;

2) rincian jenis-jenis, saldo menurut umur untuk mengetahui tingkat kolektibilitasnya;

3) penjelasan atas penyelesaian piutang;

4) jaminan atau sita jaminan jika ada.

Khusus untuk tuntutan ganti rugi/tuntutan perbendaharaan juga harus diungkapkan

piutang yang masih dalam proses penyelesaian, baik melalui cara damai maupun pengadilan.

Penghapusbukuan piutang harus diungkapkan secara cukup dalam Catatan atas

Laporan Keuangan agar lebih informatif. Informasi yang perlu diungkapkan misalnya jenis

piutang, nama debitur, nilai piutang, nomor dan tanggal keputusan penghapusan piutang,

dasar pertimbangan penghapusbukuan dan penjelasan lainnya yang dianggap perlu.

B. PERISTIWA YANG MENIMBULKAN PIUTANG

1. Pungutan Pendapatan Negara/Daerah

a. Piutang Pajak

Sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan, piutang pajak terjadi pada saat hak

negara/daerah untuk menagih timbul. Selama belum ada Surat Ketetapan Pajak yang

memperhitungkan kelebihan/kekurangan pajak yang harus dibayar dari kantor pajak, maka

pencatatan kekurangan pembayaran pajak tetap dicatat sebagai piutang.

b. Piutang Selain Pajak

Piutang yang timbul dari pungutan pendapatan negara/daerah selain pajak banyak sekali

jenisnya. Di lingkungan Pemerintah Pusat antara lain pendapatan minyak bumi, gas alam,

pertambangan umum, kehutanan, dan bagian laba BUMN. Di lingkup pemerintah daerah

antara lain terdapat piutang retribusi.

c. Piutang Valuta Asing

Piutang dalam valas dapat timbul dalam hal terdapat hak pemerintah atas pajak/PNBP

dalam bentuk valas, piutang tersebut dicacat/disajikan menggunakan kurs tengah Bank

(10)

2. Perikatan

a. Pemberian Pinjaman

b. Jual Beli

c. Kemitraan

d. Imbalan Fasilitas/Jasa

3. Kerugian Negara/Daerah

Piutang atas kerugian Negara/Daerah sering disebut sebagai piutang Tuntutan Ganti

Rugi (TGR) dan Tuntutan Perbendaharaan (TP).

C. PIUTANG BERDASARKAN PUNGUTAN

1. Jenis Piutang Berdasarkan Pungutan

a. Piutang Pajak

Piutang Pajak adalah piutang yang timbul atas pendapatan pajak sebagaimana diatur

dalam undang-undang perpajakan atau peraturan daerah tentang perpajakan, yang belum

dilunasi sampai dengan akhir periode laporan keuangan.

1) Piutang Pajak Pemerintah Pusat

a) Pajak Dalam Negeri, antara lain:

 Pajak Penghasilan

 Pajak Pertambahan Nilai

 Pajak Penjualan Barang Mewah

 Cukai

 Pajak Lainnya

b) Pajak Perdagangan Internasional, antara lain:

Bea masuk

 Pajak/pungutan ekspor

Timbulnya piutang perpajakan, dapat diketahui berdasarkan Surat Ketetapan Pajak

yang belum dilakukan pembayarannya atau baru dilakukan pembayaran sebagian oleh wajib

pajak pada saat laporan keuangan disusun.

2) Piutang Pajak Daerah Pemerintah Provinsi

a) Pajak Kendaraan Bermotor;

b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

(11)

Piutang atas pajak-pajak tersebut di atas dapat timbul karena tunggakan pajak yang

belum dilunasi oleh WP. Selanjutnya kekurangan bayar itu diwujudkan dengan terbitnya Surat

Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB).

Surat ketetapan ini merupakan surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya

jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak,

besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar

3) Piutang Pajak Daerah Pemerintah Kapubaten/Kota

a) Pajak Hotel;

b) Pajak Restoran;

c) Pajak Hiburan;

d) Pajak Reklame;

e) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;

f) Pajak Parkir;

g) Pajak Air Tanah;

h) Pajak Sarang Burung Walet;

i) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;

j) Pajak Penerangan Jalan;

k) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

b. Piutang PNBP

1) Penerimaan Sumber Daya Alam,antara lain:

a) Pendapatan Minyak bumi

b) Pendapatan Gas Bumi

c) Pendapatan Pertambangan Umum

d) Pendapatan Kehutanan

e) Pendapatan Perikanan

f) Pendapatan Pertambangan Panas Bumi

2) Pendapatan Bagian Laba BUMN:

Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba BUMN

3) Pendapatan PNBP Lainnya, antara lain:

a) Pendapatan dari pengelolaan BMN serta Pendapatan dari Penjualan

b) Pendapatan Jasa

c) Pendapatan Bunga

d) Pendapatan Kejaksaan dan Peradilan

e) Pendapatan Pendidikan

f) Pendapatan Gratifikasi dan Uang Sitaan Hasil Korupsi

(12)

h) Pendapatan Lain-lain.

4) Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU), antara lain:

a) Pendapatan Jasa Layanan Umum

b) Pendapatan Hasil Kerjasama BLU

c) Pendapatan BLU Lainnya

Piutang PNBP timbul atas penetapan PNBP yang belum dilunasi.

c. Piutang Retribusi

1) Jasa Umum;

2) Jasa Usaha;

3) Perizinan Tertentu.

d. Piutang Pendapatan Asli Daerah Lainnya

Piutang karena potensi PAD lainnya dapat terdiri dari hasil pengelolaan kekayaan yang

dipisahkan seperti bagian laba BUMD dan lain-lain PAD seperti bunga, penjualan aset yang

tidak dipisahkan pengelolaannya, tuntutan ganti rugi, denda, penggunaan aset/pemberian

jasa pemda dan sebagainya. PAD lainnya ini pada umumnya berasal dari hasil perikatan.

2. Pengakuan Piutang Berdasarkan Pungutan

Pengakuan piutang yang berasal dari pendapatan negara, didahului dengan pengakuan

terhadap pendapatan yang mempengaruhi piutang tersebut. Untuk dapat diakui sebagai

piutang, harus dipenuhi kriteria:

a) Telah diterbitkan surat ketetapan dan/atau

b) Telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan

3. Pengukuran Piutang Berdasarkan Pungutan

Pengukuran piutang pendapatan yang berasal dari peraturan perundang-undangan

adalah sebagai berikut:

a) Disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi dari setiap tagihan yang ditetapkan

berdasarkan surat ketetapan kurang bayar yang diterbitkan.

b) Disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi dari setiap tagihan yang telah ditetapkan

terutang oleh Pengadilan Pajak untuk WP yang mengajukan banding.

c) Disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi dari setiap tagihan yang masih proses

banding atas keberatan dan belum ditetapkan oleh majelis hakim Pengadilan Pajak.

(13)

4. Akuntansi Piutang

a. Piutang pajak ditetapkan sebagaimana dituangkan dalam Surat Ketetapan Pajak

Kurang Bayar (SKPKB) atau Surat Pemberitahuan Kekurangan Pembayaran Bea

Masuk (SPKPBM), atau surat ketetapan yang sejenis;

No Kode Akun Uraian Debit Kredit

xxxxx Piutang Pajak xxx

xxxxx Pendapatan Pajak xxx

b. Piutang PNBP ditetapkan berdasarkan surat tagihan terutang yang ditetapkan oleh

kementerian/lembaga yang bersangkutan;

No Kode Akun Uraian Debit Kredit

xxxxx Piutang PNBP xxx

xxxxx Pendapatan PNBP xxx

c. Piutang Retribusi ditetapkan berdasarkan surat tagihan terutang yang ditetapkan oleh

Pemerintah Daerah yang bersangkutan:

No Kode Akun Uraian Debit Kredit

xxxxx Piutang Retribusi xxx

xxxxx Pendapatan

Retribusi

xxx

d. Piutang PAD Lainnya ditetapkan berdasarkan surat tagihan terutang yang

ditetapkan oleh Pemerintah Daerah yang bersangkutan;

No Kode Akun Uraian Debit Kredit

xxxxx Piutang lain-lain PAD yang sah xxx

xxxxx Lain-lain PAD yang sah xxx

5. Penyajian Piutang di Neraca

Piutang yang berasal dari peraturan perundang-undangan disajikan di neraca sebagai

Aset Lancar apabila jatuh tempo kurang dari satu tahun buku dan disertai dengan

penyisihannya.Ilustrasi penyajian piutang di neraca adalah sebagai berikut:

PEMERINTAH PUSAT NERACA

PER 31 DESEMBER 20XX

ASET KEWAJIBAN

ASET LANCAR Kewajiban Jangka Pendek xxx

... Kewajiban Jangka Panjang xxx

(14)

Piutang PNBP xxx

Bagian Lancar Tagihan ... xxx EKUITAS DANA

Penyisihan Piutang Tidak Tertagih (xxx) Ekuitas xxx

ASET TETAP

...

ASET LAINNYA

PEMERINTAH DAERAH NERACA

PER 31 DESEMBER 20XX

ASET KEWAJIBAN

ASET LANCAR Kewajiban Jangka Pendek xxx

... Kewajiban Jangka Panjang xxx

Piutang Pajak xxx

Piutang Retribusi xxx EKUITAS DANA

Piutang Lain-lain PAD yang

sah xxx Ekuitas xxx

Bagian Lancar Tagihan ... xxx

Penyisihan Piutang Tidak Tertagih (xxx)

ASET TETAP

ASET LAINNYA

6. Pengungkapan pada Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

Piutang disajikan dan diungkapkan secara memadai. Informasi mengenai akun piutang

diungkapkan secara cukup dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Informasi dimaksud

dapat berupa:

1) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengakuan, penilaian dan pengukuran

piutang;

2) Rincian jenis-jenis, saldo menurut umur untuk mengetahui tingkat kolektibilitasnya;

3) Penjelasan atas penyelesaian piutang, masih di Kementerian

Negara/Lembaga/Pemda atau sudah diserahkan penagihannya kepada PUPN;

4) Jaminan atau sita jaminan jika ada.

(15)

1. Jenis Piutang Perikatan

Jenis piutang yang timbul berdasarkan perikatan dapat diklasifikasikan menurut

karakteristik perikatan yang dibuat. Jenis-jenis piutang berdasarkan perikatan disajikan

menurut bentuk perikatan yang mendasarinya, yaitu berdasarkan pemberian pinjaman, jual

beli, pemberian jasa, dan kemitraan.

2. Pengakuan Piutang Perikatan

Peristiwa-peristiwa yang menimbulkan hak tagih, yaitu peristiwa yang timbul dari

pemberian pinjaman, penjualan kredit dan kemitraan, dapat diakui sebagai piutang dan dicatat

sebagai aset di neraca, apabila memenuhi kriteria:

1) Didukung dengan naskah perjanjian yang menyatakan hak dan kewajiban secara

jelas;

2) Jumlah piutang dapat diukur dengan andal.

3. Pengukuran Piutang Perikatan

Pengukuran atas peristiwa-peristiwa yang menimbulkan piutang yang berasal dari

perikatan, adalah sebagai berikut :

a. Piutang Pemberian Pinjaman

Piutang akibat pemberian pinjaman dinilai dengan jumlah yang dikeluarkan dari kas

negara/daerah dan/atau apabila berupa barang/jasa harus dinilai dengan nilai wajar pada

tanggal pelaporan atas barang/jasa tersebut.

b. Piutang Penjualan Kredit

Piutang dari penjualan diakui sebesar nilai sesuai naskah perjanjian penjualan yang

terutang (belum dibayar) pada akhir periode pelaporan. Apabila dalam perjanjian

dipersyaratkan adanya potongan pembayaran, maka nilai piutang harus dicatat sebesar nilai

bersihnya.

c. Piutang Kemitraan

Piutang yang timbul diakui berdasarkan ketentuan-ketentuan yang dipersyaratkan

dalam naskah perjanjian kemitraan.

4. Penyajian dan Pengungkapan

a. Akuntansi Piutang Perikatan

Setelah dilakukan identifikasi atas peristiwa-peristiwa yang menimbulkan hak tagih

mengenai jenis, pengakuan, dan pengukurannya, tahapan selanjutnya dilakukan pencatatan.

(16)

a) Tagihan berdasarkan kontrak pemberian pinjaman jangka panjang yang ditetapkan

yaitu:

Jurnal pada Pemerintah Pusat:

No Kode Akun Uraian Debit Kredit

xxxxx Piutang Pemberian Pinjaman Jangka Panjang

xxx

xxxxx Rekening Kas Umum Negara xxx

Jurnal pada Pemerintah Daerah:

No Kode Akun Uraian Debit Kredit

xxxxx Piutang Pemberian Pinjaman Jangka Panjang

xxx

xxxxx Rekening Kas Umum Daerah xxx

b) Reklasifikasi atas bagian lancar piutang pemberian pinjaman jangka panjang

No Kode Akun Uraian Debit Kredit

xxxxx Bagian Lancar Piutang Pemberian

Pinjaman Jangka Panjang xxx

xxxxx Piutang Pemberian Pinjaman

Jangka Panjang xxx

2) Akuntansi Piutang Penjualan Kredit

a) Penetapan pemerintah atas penjualan kredit (misalnya penetapan rumah negara

golongan tiga)

No Kode Akun Uraian Debit Kredit

xxxxx Aset Lainnya – Tagihan Penjualan

Angsuran

xxx

xxxxx Aset Tetap – Gedung dan

Bangunan xxx

b) Reklasifikasi Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran

No Kode Akun Uraian Debit Kredit

xxxxx Bagian Lancar Tagihan Penjualan

Angsuran

xxx

xxxxx PenjualanAset Lainnya - Tagihan

Angsuran

xxx

c) Penerimaan atas Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran

No Kode Akun Uraian Debit Kredit

(17)

d) Apabila terdapat perbedaan antara nilai buku dengan penetapan penjualannya

No Kode Akun Uraian Debit Kredit

xxxxx Aset Lainnya – Tagihan Penjualan

Angsuran

xxx

xxxxx Akumulasi Penyusutan-Gedung dan

Bangunan

xxx

xxxxx Keuntungan Penjualan Aset xxx

xxxxx Aset Tetap – Gedung dan

Bangunan xxx

3) Akuntansi Piutang Kemitraan

a) Tagihan yang timbul atas kemitraan yang ditetapkan dalam kontrak.

Jurnal untuk Pemerintah Pusat:

No Kode Akun Uraian Debit Kredit

xxxxx Tagihan Bagi Hasil Kemitraan xxx

xxxxx Pendapatan Negara Bukan

Pajak-LO xxx

Jurnal untuk Pemerintah Daerah:

No Kode Akun Uraian Debit Kredit

xxxxx Tagihan Bagi Hasil Kemitraan xxx

xxxxx Lain-lain PAD yang sah-LO xxx

b) Tagihan atas Pemberian Fasilitas/Jasa sewa yang ditetapkan dalam kontrak yaitu:

Jurnal untuk Pemerintah Pusat:

No Kode Akun Uraian Debit Kredit

xxxxx Piutang Sewa xxx

xxxxx Pendapatan Negara Bukan

Pajak-LO xxx

Jurnal untuk Pemerintah Daerah:

No Kode Akun Uraian Debit Kredit

xxxxx Piutang Sewa xxx

(18)

b. Penyajian Neraca

PEMERINTAH PUSAT NERACA

PER 31 DESEMBER 20XX

ASET KEWAJIBAN

ASET LANCAR Kewajiban Jangka Pendek xxx

... Kewajiban Jangka Panjang xxx

Piutang Pajak xxx

Bagian Lancar Tagihan Sewa xxx

Piutang Transfer ke Daerah xxx EKUITAS DANA Penyisihan Piutang Tidak

ASET LANCAR Kewajiban Jangka Pendek xxx

... Kewajiban Jangka Panjang xxx

(19)

Bagian Lancar Pemberian

Bagian Lancar Tagihan Sewa xxx Penyisihan Piutang Tidak

Tertagih (xxx) EKUITAS DANA

Piutang Netto xxx Ekuitas xxx

ASET LAINNYA:

Setelah disajikan di neraca, informasi mengenai akun piutang diungkapkan dalam

Catatan atas Laporan Keuangan. Informasi dimaksud dapat berupa:

1) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian, pengakuan dan pengukuran

seluruh jenis piutang;

2) Rincian jenis-jenis, saldo menurut umur untuk mengetahui tingkat kolektibilitasnya;

3) Penjelasan atas penyelesaian piutang, masih di kementerian negara/lembaga atau

sudah diserahkan penagihannya kepada PUPN.

E. PIUTANG TUNTUTAN GANTI RUGI/TUNTUTAN PERBENDAHARAAN

1. Jenis Piutang Tuntutan Ganti Rugi/Tuntutan Perbendaharaan

a. Piutang yang berasal dari akibat Tuntutan Ganti Rugi (TGR)

Tagihan Ganti Rugi merupakan piutang yang timbul karena pengenaan ganti kerugian

negara/daerah kepada pegawai negeri bukan bendahara, sebagai akibat langsung ataupun

tidak lagsung dari suatu perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pegawai tersebut

atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas yang menjadi kewajibannya.

b. Piutang yang timbul dari akibat Tuntutan Perbendaharaan (TP)

Tuntutan Perbendaharaan dikenakan kepada bendahara yang karena lalai atau

(20)

2. Pengakuan Piutang Tuntutan Ganti Rugi/Tuntutan Perbendaharaan

SKTM merupakan surat keterangan tentang pengakuan bahwa kerugian tersebut

menjadi tanggung jawab seseorang dan bersedia mengganti kerugian tersebut. Pengakuan

piutang ini baru dilakukan setelah terdapat surat ketetapan.

3. Pengukuran Piutang Tuntutan Ganti Rugi/Tuntutan Perbendaharaan

Pengukuran piutang ganti rugi berdasarkan pengakuan, dilakukan sebagai berikut:

1) Disajikan sebagai aset lancar sebesar nilai yang jatuh tempo dalam tahun berjalan

dan yang akan ditagih dalam 12 (dua belas) bulan ke depan berdasarkan surat

ketentuan penyelesaian yang telah ditetapkan;

2) Disajikan sebagai aset lainnya terhadap nilai yang akan dilunasi di atas 12 (dua

belas) bulan berikutnya.

4. Penyajian dan Pengungkapan

a. Akuntansi Piutang Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi

1) Ilustrasi Akuntansi Tuntutan Perbendaharaan

Berdasarkan Pemeriksaan Kas atas Bendaharawan Pengeluaran Satker ABC di

Kementerian XYZ oleh Atasan Langsung, ditemukan adanya selisih Kas dengan

Catatan di Buku Kas Umum (ketekoran kas) sebesar Rp 25 juta.

No Kode Akun Uraian Debit Kredit

xxxxx Aset Lainnya 25,000,000

xxxxx Kas pada Bendahara

Pengeluaran 25,000,000

Laporan hasil pemeriksaan tim ad-hoc selanjutnya disampaikan kepada Pejabat

Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah untuk mendapatkan persetujuan dan diterbitkan

SKP2K (Surat Keputusan Pembebanan Penggantian Kerugian). Bendahara

menandatangani SKTJM, maka yang bersangkutan wajib menyerahkan jaminan

kepada TPKN.

No Kode Akun Uraian Debit Kredit

xxxxx Piutang Tuntutan Perbendaharaan 25,000,000

xxxxx Aset Lainnya 25,000,000

Berdasarkan surat keputusan pembebanan dari Badan Pemeriksa Keuangan,

Bendahara wajib mengganti kerugian negara dengan cara menyetorkan secara tunai ke

(21)

xxxxx Kas di Bendahara Pengeluaran 25,000,000

xxxxx Piutang Tuntutan

Perbendaharaan 25,000,000

2) Ilustrasi Akuntansi Tuntutan Ganti Rugi

Karyawan Satker DEF pada Kementerian WWF menghilangkan kendaraan dinas

dengan nilai buku Rp 48 juta.

No Kode Akun Uraian Debit Kredit

xxxxx Aset Lainnya 48,000,000

xxxxx Aset Tetap-Peralatan dan

Mesin 48,000,000

Karyawan tersebut bersedia menandatangani SKTJM, dan bersedia mencicil kerugian

negara selama 2 tahun, sebesar Rp 2 juta sebulan.

No Kode Akun Uraian Debit Kredit

xxxxx Piutang Tuntutan Ganti Rugi 48,000,000

xxxxx Aset Lainnya 48,000,000

Reklasifikasi Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi.

No Kode Akun Uraian Debit Kredit

xxxxx Bagian Lancar TGR 24,000,000

xxxxx Aset Lainnya - TGR 24,000,000

Untuk mengganti kerugian negara, Karyawan tersebut membayar cicilan sebesar

Rp.2.000.000 per bulan selama 1 tahun.

No Kode Akun Uraian Debit Kredit

xxxxx Bagian Lancar TGR 2,000,000

xxxxx Aset Lainnya - TGR 2,000,000

b. Penyajian Neraca

Penyajian tagihan TGR/TP di neraca adalah sebagai berikut:

PEMERINTAH PUSAT NERACA

PER 31 DESEMBER 20XX

ASET KEWAJIBAN

ASET LANCAR Kewajiban Jangka Pendek xxx

Piutang xxx Kewajiban Jangka Panjang xxx

...

Bagian Lancar Penjualan Angsuran

xxx

(22)

Penyisihan Piutang Tidak

Tertagih (xxx) EKUITAS DANA

Piutang Netto xxx Ekuitas Dana xxx

ASET LAINNYA:

Piutang TPA xxx

Piutang TP/TGR xxx

c. Pengungkapan CALK

Di samping disajikan di neraca, informasi mengenai akun piutang diungkapkan dalam

Catatan Atas Laporan Keuangan. Informasi dimaksud dapat berupa:

1) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian, pengakuan dan pengukuran

tagihan TGR;

2) Rincian jenis-jenis, saldo menurut umur untuk mengetahui tingkat kolektibilitasnya;

3) Penjelasan atas penyelesaian piutang, masih di kementerian negara/lembaga atau

telah diserahkan penagihannya ke PUPN;

4) Tuntutan ganti rugi/perbendaharaan yang masih dalam proses penyelesaian, baik

melalui cara damai maupun pengadilan.

5) Dalam hal terdapat barang/uang yang disita oleh Negara/daerah sebagai jaminan

maka hal ini wajib diungkapkan.

F. PENYISIHAN DAN PENGHENTIAN PENGAKUAN PIUTANG

1. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih

Penyisihan piutang tidak tertagih dapat dilakukan berdasarkan umur piutang atau dari

jumlah yang ditetapkan. Pemilihan dasar penyisihan ini hendaknya didasarkan pada hasil

analisis atas data, pengalaman historis, maupun kebijakan dan upaya yang ditempuh

pemerintah dalam menetapkan dan menagih piutang.

a. Perhitungan Penyisihan Piutang

Penentuan besarnya persentase penyisihan piutang tidak tertagih harus berdasarkan

suatu kebijakan akuntansi yang ditetapkan dalam surat keputusan, baik untuk Pemerintah

Pusat maupun pemerintah daerah.

Besarnya penyisihan piutang tidak tertagih pada setiap akhir tahun ditentukan sebagai

(23)

Penyisihan dilakukan setiap bulan tetapi pada akhir tahun baru dibebankan. Pencatatan

transaksi penyisihan Piutang dilakukan pada akhir periode pelaporan, apabila masih terdapat

saldo piutang, maka dihitung nilai penyisihan piutang tidak tertagih sesuai dengan kualitas

piutangnya.

Pada tanggal pelaporan berikutnya pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap

perkembangan kualitas piutang yang dimilikinya.Apabila kualitas piutang masih sama, maka

tidak perlu dilakukan jurnal penyesuaian cukup diungkapkan di dalam CaLK. Apabila kualitas

piutang menurun, maka dilakukan penambahan terhadap nilai penyisihan piutang tidak

tertagih sebesar selisih antara angka yang seharusnya disajikan dalam neraca dengan saldo

awal. Sebaliknya, apabila kualitas piutang meningkat misalnya akibat restrukturisasi, maka

dilakukan pengurangan terhadap nilai penyisihan piutang tidak tertagih sebesar selisih antara

angka yang seharusnya disajikan dalam neraca dengan saldo awal.

Ilustrasi berikut disajikan daftar umur piutang (aging-schedul) berdasarkan piutang yang masih beredar.

Daftar Umur Piutang dan Penyisihan Piutang Tak Tertagih Per 31 Desember 20xx

No Uraian Umur Piutang Jumlah

1 s/d 2 tahun 2 s/d 3 tahun > 3 tahun

1 Piutang 5,000,000 2,000,000 1,000,000 8,000,000

% Penyisihan 5 % 10 % 20 %

Penyisihan Piutang

Tak Tertagih 250,000 200,000 200,000 650,000

b. Pencatatan Penyisihan Piutang

Penyisihan piutang diakui sebagai beban, merupakan koreksi agar nilai piutang dapat

disajikan di neraca sesuai dengan nilai yang diharapkan dapat ditagih (net realizable value) ilustrasi jurnalnya adalah sebagai berikut:

No Kode Akun Uraian Debit Kredit

xxxxx Beban Penyisihan Piutang Tak

Tertagih

xxx

xxxxx Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxx

Pada waktu timbulnya piutang, dijurnal debet piutang dengan lawan akun Pendapatan

menurut jenisnya. Jumlah penyisihan piutang disajikan sebagai pengurang dari akun piutang

(contra account).

c. Penyajian Penyisihan Piutang dan Pengungkapan CALK

Penyajian penyisihan piutang di Neraca merupakan unsur pengurang dari piutang yang

(24)

Setelah disajikan di neraca, informasi mengenai akun piutang harus diungkapkan dalam

Catatan atas Laporan Keuangan. Informasi dimaksud dapat berupa:

1) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian, pengakuan, dan pengukuran

piutang;

2) Rincian per jenis saldo menurut umur untuk mengetahui tingkat kolektibilitasnya;

3) Penjelasan atas penyelesaian piutang, masih ada di kementerian negara/lembaga

atau sudah diserahkan pengurusannya kepada PUPN.

2. Penghentian Pengakuan Piutang

a. Penghapusbukuan Piutang (write-off)

Akuntansi Penghapusbukuan Piutang

No Kode Akun Uraian Debit Kredit

xxxxx Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxx

xxxxx Piutang xxx

b. Penerimaan Kembali atas Piutang yang Telah Dihapusbukukan

NERACA

Tahun 20X1

Uraian Jumlah Uraian Jumlah

Aset Lancar

Piutang 10,000

Akumulasi Penyisihan

Piutang (6,000)

Piutang Netto 4,000

Terdapat penambahan piutang sebesar Rp 8.000 dan beban penyisihan tahun berjalan

sebesar Rp 2.000, sehingga neraca pada akhir 20x2 menjadi:

Uraian Jumlah Uraian Jumlah

Aset Lancar

Piutang 18,000

Akumulasi Penyisihan

Piutang (8,000)

(25)

penghapusan piutang tahun 20x2 yang telah disisihkan dan diakui sebagai beban penyisihan

di LO, sebesar Rp 2.000 maka jurnalnya adalah:

1) Jurnal untuk menghapuskan piutang:

No Kode Akun Uraian Debit Kredit

xxxxx Penyisihan Piutang 4,000

xxxxx Piutang 4,000

2) Jurnal untuk memunculkan kembali piutang:

No Kode Akun Uraian Debit Kredit

xxxxx Piutang 4,000

xxxxx Penyisihan Piutang 4,000

3) Jurnal untuk mengakui penerimaan kas:

No Kode Akun Uraian Debit Kredit

xxxxx Kas 4,000

xxxxx Beban Penyisihan 2,000

xxxxx Pendapatan PNBP/Lain-lain PAD

yang Sah 2,000

4) Jurnal untuk menghapus piutang yang telah dilunasi

No Kode Akun Uraian Debit Kredit

xxxxx Penyisihan Piutang 4,000

xxxxx Piutang 4,000

c. Penerimaan Kembali Piutang yang Telah Dihapustagihkan

Maka atas penerimaan piutang yang telah dihapustagihkan sebesar Rp 4.000, jurnalnya

adalah:

Jurnal untuk mengakui penerimaan kas:

No Kode Akun Uraian Debit Kredit

xxxxx Kas 4,000

xxxxx Pendapatan PNBP/Lain-lain

(26)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Piutang adalah hak tagih pemerintah kepada pihak lain yang belum diterima

pembayarannya. Hak tagih tersebut bisa berasal dari kewenangan pemda misalnya untuk

memungut pajak daerah, retribusi daerah, atau hak tagih karena memberikan pinjaman

kepada pihak lain. Jenis Piutang adalah:

1) Piutang Pendapatan adalah piutang atas pendapatan pemerintah yang berupa:

 Piutang Pajak;

 Piutang restribusi;

 Piutang hasil kekayaan daerah yang dipisahkan;

 Piutang lain-lain PAD yang sah;

 Piutang transfer pemerintah pusat;

 Piutang bantuan kekayaan;

 Piutang hibah;

 Piutang pendapatan lainnya.

2) Piutang Lainnya, yang termasuk piutang lain-lain adalah bagian lancar tagihan jangka

panjang.

3) Pengakuan

 Telah diterbitkan surat ketetapan; dan/atau

 Telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan. 4) Penyajian

 Disajikan sebagai aset lancar di Neraca sebesar nilai yang jatuh tempo dalam tahun berjalan dan yang akan ditagih dalam 12 bulan ke depan berdasarkan surat ketentuan

penyelesaian yang telah ditetapkan;

 Disajikan sebagai aset lainnya terhadap nilai yang akan dilunasi di atas 12 bulan berikutnya;

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Bulektin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 16. Akuntansi Piutang. 2014. Komite

Standar Akuntansi Pemerintahan.

Lampiran I Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual. Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah dan SKPD. 2014. Direktorat Jenderal

Perimbangan Keuangan. Kementerian Keuangan.

Modul 1 Konsep Dan Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah. 2014. Kementerian Dalam Negeri.

Modul 2 pengantar Ilustrasi Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah. 2014. Kementerian

Dalam Negeri.

Modul 3 Pengantar Modul Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah. 2014. Kementerian Dalam

Negeri.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem

Akuntansi Pemerintahan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar

Referensi

Dokumen terkait

Urgensi bimbingan agama Islam di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Batu Nusakambangan dengan tujuan memperbaiki, merubah, dan membentuk sikap dan perilaku dasar warga

Perubahan komposisi yang terjadi selama proses pematangan dan setelah panen:. ●

Pengaruh Kecepatan Potong, Gerak Makan, Dan Kedalaman Potong Terhadap Getaran Pahat Pada Proses Bubut Dengan Tail Stock; Yusca Permana Setya, 061910101024; 2011: 48

Akupresur Ibu Yuli bisa dibilang sudah cukup terkenal, khususnya bagi orang- orang yang sedang sakit keras, pasien yang datang hampir 90 % menderita penyakit

Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Besar Sampel Dalam

[r]

Aset keuangan Perusahaan terdiri dari kas dan setara kas, piutang pembiayaan konsumen, tagihan anjak piutang, piutang bunga, piutang lain-lain yang diklasifikasikan

Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan Anjak Piutang Secara Syariah adalah pengalihan penyelesaian piutang atau tagihan jangka pendek dari pihak yang berpiutang