• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal dan Penelitian Skripsi Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proposal dan Penelitian Skripsi Indonesia"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL PENELITIAN

FENOMENA BERTAHANNYA TRADISI GOTONG ROYONG

(Suatu Penelitian Diskriptif Kualitatif

di Dusun Kliripan Desa Hargorejo Kec. Kokap Kab. Kulon Progo Provinsi D.I.Y)

Disusun Oleh

MUHAMAD ARDI

NIM 11510058

PROGRAM ILMU SOSIATRI

SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”

YOGYAKARTA

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Manusia dikatakan makhluk sosial untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk mencari kawan atau teman dengan orang lain ,sering didasarkan atas kesamaan ciri atau kepentingan masing-masing. Cenderung untuk hidup berkelompok saling berhubungan atau berkomunikasi dengan orang lain, saling mempengaruhi dan hidup dalam satu ruang sosial atau medan sosial. Di dalam ruang sosial atau medan sosial akan tercipta kesamaan,toleransi,solidaritas dan gotong-royong antar satu dengan yang lain.

Sejak individu-individu membentuk sebuah komunitas sosial, agaknya kesadaran untuk menciptakan keselarasan bersama sudah menjadi keniscayaan. Perkembangan selanjutnya dengan adanya semangat kebersamaan itu tumbuhlah bibit-bibit keharmonisan yang terwujud modal sosial (social capital). Modal sosial kemudian menjadi potensi local yang secara interen ada terkait persemaian yang intens dan kontinu atas interaksi yang berkembang secara sehat. (Mudiyono,dkk,2005 : 254)

Selama ini wacana yang berkembang pada masyarakat kita bahwa maju tidaknya masyarakat kita diukur dari kepemilikan modal, modal itu secara sempit hanya mencakup modal uang,modal alam dan modal manusia. Wacana seperti itu, maka sering kali kita melupakan bahwa sebenarnya masyarakat kita juga memiliki modal sosial.

(3)

dihadapi diterimanya sebagai suatu konsekuensi logis bahwa untuk menjaga kelangsungan hidupnya kita membutuhkan kerja sama dengan orang banyak yang kemudian mengikat diri dalam suatu kontinuitas pola kerjasama yang terdapat dalam hubungan antar anggota masyarakat tersebut.

(Mudiyono, dkk, 2005 : 259)

Didalam masyarakat terdapat berbagai bentuk ikatan sosial yang berfungsi dengan baik. Baik itu ikatan antar orang dalam berbagai bentuknya maupun ikatan antar kelompok. ikatan ini membentuk suatu jaringan yang didasarkan pada berbagai prinsip.

Hubungan ke-tetangga yang baik didalam masyarakat dapat menjadi basis yang kuat di dalam menggalang kekuatan serta mobilisasi dana dan tenaga kerja, ikatan semacam itu bisa mendasari adanya kohesi sosial dan solidaritas dalam masyarakat, sebagai ikatan yang kuat untuk menghadapi berbagai persoalan.

Selanjutnya kemampuan masyarakat untuk bekerja sama demi mencapai tujuan bersama didalam berbagai komunitas disebut modal sosial. kemampuan bekerjasama muncul dari kepercayaan umum di dalam sebuah masyarakat atau di bagian paling kecil dalam masyarakat. modal sosial bisa dilembagakan (menjadi kebiasaan) dalam kelompok yang paling kecil ataupun kelompok masyarakat yang besar seperti Negara.

Selaras dengan laju percepatan modernisasi dan urbanisasi yang mengakibatkan terbukanya desa secara fisik dan kultur, ternyata lahir pula dampak pada struktur sosialnya, sehingga memperlemah pola relasi dan sendi-sendi kehidupan masyarakat tradisional-pedesaan.

(4)

bekerja, atau safety firt dan komunal. Sebagaimana ditegaskan James C.Scott,(1979: 267) bahwa ketika budaya industrial atau teknologi pertanian masuk, tak bisa dielakkan bahwa desa turut mengalami pergeseran ke arah proses individualisasi dan corak hubungan kontaktual, komersial, dan kapitalistik.

Selain pola itu, terjadi pula disorganisasi pada sejumlah pranata sosial dan kelembagaan di pedesaan yang dapat menganggu pola hubungan kekerabatan dan harmonitas sosial karena tidak berfungsinya lagi struktur dan lembaga-lembaga sosial yang ada pada akhirnya ,perubahan ini mendorong transformasi struktural disertai dengan pergeseran-pergeseran peran kepemimpinan dan hubungan kerja patron dan klien, karena timbulnya pola kepemimpinan dan hubungan-hubungan kerja baru Djokosuryo,(dalam sumarjono dkk,1994: 268)

Sejak budaya industri dan tehnologi masuk ke indonesia kehidupan masyarakat mengalami pergeseran, kehidupan yang individual. disaat ada kerja bakti maupun pembangunan didesa masih ada sebagian masyarakat tidak mengikuti kegiatan bergotong-royong di lingkungan.

Secara sederhana soal rembug desa yang biasa mengawali adanya hajatan warga, yaitu dalam membangun rumah, selokan atau jalan desa, sekarang telah tergantikan, sebab jalan desa, pembuatan saluran irigasi telah menjadi paket-paket proyek anggaran yang dikerjakan oleh pemborong. gotong royong membangun rumah Sudah jarang ditemui ada warga tanpa pamrih bekerjasama membangun rumah salah satu warganya. Sekarang, untuk bekerja, setidaknya si pemilik rumah harus menyediakan dana untuk memberi upah.

Nilai-nilai telah terkomersialisasikan, dari kerja dengan penuh kerelaan menjadi kerja dengan motivasi memperoleh upah (uang). (http://fathuraljufri.blogspot.com)

(5)

tertarik untuk mengetahui “Fenomena Bertahannya Tradisi Gotong-Royong “di Dusun Kliripan.

B. Rumusan masalah

Untuk mengadakan suatu penelitian perlu dikemukakan masalah terlebih dahulu agar penelitiannya nanti akan menjurus pada pokok permasalahan atau sasaran yang ditemukan . sebelum penyusun menarik suatu rumusan permasalahan atau terlebih dahulu perlu diketahui maksud dari masalah itu sendiri menurut Winarno Surakhmad (1990 : 34)

“Masalah adalah setiap kesulitan yang menggerakkan manusia untuk memecahkannya” Sedangkan menurut Lincold dan Guba (dalam Maxy J. Moleong 1994: 62) “Masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua factor atau lebih yang menghasilkan situasi yang membingungkan”.

Dari pendapat tersebut, masalah adalah kesulitan atau keadaan yang harus dihadapi dan perlu dicari jalan pemecahan atau jalan untuk mengatasinya. Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

a. Mengapa tradisi gotong royong “sambatan “ masih bertahan di Dusun Kliripan Desa Hargorejo Kec. Kokap Kab. Kulon Progo ?

b. Apa faktor –faktor yang mendukung bertahannya tradisi gotong –royong “sambatan” di Dusun Kliripan Desa Hargorejo Kec. Kokap Kab. Kulon Progo ?

C. TUJUAN DAN MANFAAT 1. Tujuan penelitian

(6)

a. Untuk mengetahui fonemena bertahanya tradisi gotong royong “sambatan” di Dusun Kliripan Desa Hargorejo Kec. Kokap Kab. Kulon Progo.

b. Untuk mengetahui faktor –faktor yang mempengaruhi bertahannya tradisi gotong royong di Dusun Kliripan Desa Hargorejo Kec. Kokap Kab. Kulon Progo.

2. Manfaat penelitian

Tiap penelitian harus diyakini kegunaannya bagi pemecahan masalah yang

diselidiki. Untuk itu perlu dirumuskan secara jelas tujuan penelitian yang bertitik

tolak dari permasalahan yang diungkap. Suatu penelitian hendaknya harus mampu

memberikan manfaat praktis pada kehidupan masyarakat.

Melalui penelitian ini penulis sangat berharap dapat memberikan berbagai

manfaat :

a. Manfaat penulis

Untuk menambah wawasan dilapangan dan menambah ilmu pengetahuan b. Manfaat akademik

1) Mengetahui keadaan nyata didalam masyarakat yang berhubungan dengan pengembangan teori –teori yang digunakan agar tetap konsisten.

2) Mengusahakan agar dapt menambah hal- hal yang baru dalam bidang ilmu pengetahuan.

3) Meningkatkan kualitas dan efesien dari ilmu pengetahuan melalui penelitian.

c. Bagi masyarakat

(7)

2) Diharapkan terbentuknya pikiran bagi pemuda untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut.

D. Kerangka teori

Dalam suatu penelitian teori merupakan hal yang sangat penting sehingga masalah yang diteliti tidak menyimpang dari tujuan yang ditemukan. Dengan demikian teori berfungsi sebagai landasan dalam penelitian. Sebelum membahas lebih lanjut tentang teori ini baiknya lebih dahulu memahami apa maksud teori itu.

Masri singarimbun dan sofian effendi (1989: 37) berpendapat bahwa :

Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.

Pertanyaan tersebut diatas menunjukkan bahwa teori merupakan saran informasi ilmiah yang sangat umum dan paling luas cakupannya. Dengan teori dapat diperoleh pertanyaan hubungan sistematis suatu fenomena dengan teori maka suatu tujuan akan dicapai.

Untuk mewujudkan suatu tujuan atau perencanaan, perhitungan –perhitungan dan perkiraan diperlukan landasan teori yang sangat agar permasalahan ataupun sasaran yang akan dicapai dapat terwujud, maka penyusun menguraikan beberapa hal yang berkaitan dengan obyek penelitian yaitu :

1. Fenomena

Fenomena adalah hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra dan dapat diterangkan dan di nilai secara ilmiah. (Meity Taqdir Qodratilah,2011: 123)

(8)

a. Fenomena diartikan sebagai sesuatu yang luar biasa dan keajaiban. b. Fenomena diartikan sebagai fakta dan kenyataan.

Kata fenomena juga diartikan sebagai keadaan yang sebenarnya dari suatu urusan atau perkara,keadaan atau kondisi khusus yang berhubungan dengan seseorang

atau suatu hal, soal dan perkara.

(

http://www.artikata.fenomena.com/arti-333239-kasus.html

)

2. Solidaritas sosial

Solidaritas sosial secara umum merupakan berpaut bersama-sama,setiakawan, rasa bersatu dalam kepentingan, kehendak dan perbuatan. (Y.B. Suparlan,1983: 142)

Solidaritas adalah kesetiaan atau perasaan sepenanggungan.(Meity Taqdir Qodratilah,2011: 505)

Menurut E.Durkheim(dalam Rahardjo, 2002: 32)bahwa solidaritas yang menjadi dasar integrasi kelompok masyarakat semacam ini adalah solidaritas yang didasarkan atas kesamaan di antara anggota-anggotanya. Bila masyarakat berubah, dan perubahan itu mengakibatkan hilangnya properti yang mengkondisikan eksistensinya kerja sama langsung, dengan sandiri sifat atau bentuk kerja sama langsung itupun akan semakin mengabur atau bahkan menghilang.

Selain itu, Solodaritas mempunyai dua tipe ,perbedaan keduanya bersifat

evolusionistis dalam arti bahwa yang kedua adalah perkembangan dari yang pertama. Corak yang pertama yaitu :

a) Solidaritas mekanisme

(9)

tradisional , kata Durkheim, kesadaran kolektif sepenuhnya mencakup kesadaran individual norma –norma sosial kuat dan perilaku sosial diatur dengan rapi. Dalam masyarakat yang “mekanis”. Misalnya para petani gurem hidup dalam masyarakat yang swa-sembada dan terjalinnya oleh warisan bersama serta pekerjaan yang sama. Selain itu, Durkheim menghubungkan jenis solidaritas pada suatu masyarakat tertentu dengan dominasi dari suatu system hukum. Ia menemukan bahwa masyarakat yang memiliki solidaritas mekanis hukum sering kali bersifat represif: pelaku suatu kejahatan atau perilaku penyimpang akan terkena hukuman, dan hal itu akan membalas kesadaran kolektif yang dilanggar oleh kejahatan itu; hukuman itu bertindak lebih untuk mempertahankan keutuhan kesadaran. (Abdullah dan leeden,1986: 13-14)

b) Solidaritas organik

(10)

3. Modal sosial

Istilah Modal sosial sebenarnya memilki makna yang tersendirinya khusunya berkaitan dengan Modal sosial dimasyarakat. Maka berikut pengertian Modal sosial yang telah diluncurkan lebih dari 80 tahun. menurut(Lyda Judson Hanifan,1920: 8) dalam community center. Ia mendefenisikan modal sosial sebagai kenyataan yang memiliki warga, dapat berupa kehendak baik,simpati,persehabatan ,hubungan sosial antar individu dan antar keluarga yang dapat membantu-mengatasi persoalan warga masyarakat. Dengan konteks demikian ,hubungan sosial yang baik antar anggota masyarakat menciptakan jejaring yang bersifat mutualis, dan bahkan mengalahkan individualitas yang biasanya melengkapi kerakteristik budaya barat.

Kemudian makna Modal Sosial menurut Hanifan C,Grootaert,(1977: 8) bahwa Modal sosial dimaknai sebagai kemampuan sesorang untuk memanfaatkan berbagai keunggulan jaringan sosial atau struktur sosial dimana ia menjadi anggotanya.

Dengan demikian ia membagi menjadi tiga tataran yaitu : 1. Makro (Negara)

Pada tataran Modal sosial Makro meliputi institusi-institusi seperti pemerintah,aturan hukum, kebebasan sipil dan politik.

2. Mikro (individu dan keluarga)

Pada tataran Mikro Modal sosial berkenaan dengan norma-nilai yang mengatur interaksi diantara individu dan keluarga.

3. Meso (komunitas)

Pada tataran Meso (komunitas), Modal sosial yang dapat mengejawantah dalam berbagai tradisi, kebiasaan dengan rasionalitasnya masing-masing.

Selanjutnya pemahaman menurut Coleman,(1988-1990: 8) bahwa aspek Modal sosial tidak saja bersifat horizontal, melainkan asosiasi vertical dengan kerakteristik relasi hirarkhis dan distribusi kekuasaan yang tidak seimbang diantara anggotanya.

Modal social merupakan kekuatan yang mampu membangun civil community

(11)

mengandung : nilai social, menurut francis fukuyama,(1995: 9) mengilustrasikan modal social dam trust,believe and vertrawen artinya bahwa pentingya kepercayan yang mengakar dalam faktor cultural, etika dan moral. Trust muncul maka komunitas membagikan sekumpulan nilai- nilai moral, sebagai jalan untuk menciptakan

penghargaan umum dan kejujuran , ia juga menyatakan bahwa asosiasi dan jaringan local sungguh mempunyai dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan ekonomi dan pembangunan local serta memainkan peran penting dalam manajemen

lingkungan.

Dalam buku ini menggugah kesadaran kita untuk menciptakan basis ekonomi yang kuat dan tahan lama. Dalam konteks ini Negara tidak saja mengandalkan sumber daya alam dan modal uang (financial capital) melainkan modal sosial (social capital). Elemen modal sosial saat ini haruslah digali dan dikembangkan secara berkesinambungan, baik sikap, sifat saling percaya dan dipercaya, baik dalam bentuk relasi vertikal/horizontal, sehingga bangsa tersebut layak dipredikati hightrust society.

Menurut James S. Colemen,(1998: 9) menegaskan modal social sebagai alat untuk memahami aksi social secara teorotis yang mengkombinasikan perspektif sosiologis dan ekonomi. Ia bertujuan untuk mengintrodusir pemikiran ekonomi tentang prinsip-prinsip tindakan rasional dan diaplikasikan dalam analisis system social. Modal social terdiri dari 3 bentuk :

1. Kewajiban dan pengharapan yang bergantung pada lingkungan social yang layak dipercaya (trustworthiness).

2. Kapabilitas informasi yang mengalir dalam struktur social supaya menyediakan media/sarana untuk bertindak.

3. Kehadiran norma-norma social yang disertai dengan sanksi efektif.

Sedikit berbeda dengan Ismail Sarageldin (dalam Paul Collier,1998: 9) dalam social capital and poverty menyatakan bahwa modal social disebut “social” karena modal sosial selalu melibatkan masyarakat dan menjadikan bermasyarakat dan juga karena modal sosial muncul bukan dari interaksi pasar meskipun mempunyai efek ekonomis. Mereka memberikan klafikasi modal sosial , misalnya interaksi sosial yang tahan lama (tetapi hubungan searah): pengajaran ,perdagangan, tetapi ada juga yang pola hubungan resiprokal/timbale balik : yaitu jaringan sosial /asosiasi ,dan ada juga modal sosial yang mempunyai efek tahan lama (tapi hubungan yang searah), yaitu : kepercayaan,rasa hormat,imitasi : sedangkan yang berpola hubungan timbal balik adalah gosip ,reputasi, pooling ,norma sosial,peranan sosial dan koordinasi.

Kemudian menurut Heri Sangkot Marisi Lubis,(2002:19) bahwa Modal social sebagai intitusi social ( jaringan social dan kelembagaan) pola hubungan antar

(12)

Modal social sebagimana yang dirumuskan oleh tim peneliti Fisipol UGM (Eddy Mahati,2002: 38),bahwa modal social terdiri atas tiga level yaitu :

1. Level nilai kultur dan persepsi

Pada level ini modal social bisa berbentuk simpati, rasa memiliki, kewajiban ,percaya ,pertukaran dan pengakuan serta penerimaan timbale balik. 2. Level institusi

Pada level institusi modal social dapat berupa keterangan yang mapan (civil agreement) kebiasaan yang melembaga, asosiasi jaringan social.

3. Level mekanisme

Pada level mekanisme modal social bisa berupa perilaku kerjasama atau institusi yang sinergi satu samal lain.

Dari ketiga pendapat mengenai defenisi modal social maka dapat disimpulkan secara sederhana bahwa modal social adalah :

1. Sebuah proses interaksi dalam masyarakat yang timbul berdasarkan kesepakatan bersama.

2. Kepentingan bersama 3. Mengandung sanksi 4. Hubungan timbal balik

5. Kesadaran kritis masyarakat dengan intervensi pemerintah yang minimal. 6. Mencapai kesejahteraan bersama.

(13)

kelompok-kelompok tertentu didalam masyarakat dan bukan dengan kelompok-kelompok yang lainnya dalam masyarakat yang sama .

Seperti yang di katakan Putman(dalam Sutoro Eko,2004:154) tentang modal sosial ,maka berbagai bentuk kerakteristik nilai-nilia serta norma yang ada dalam suatu komunitas dapat digolongkan sebagai modal sosial. modal sosial mengacu pada nilai-nilai kolektifitas komunitas seperti kemampuan, kebersamaan, keberdayaan, saling percaya (trust), saling tergantung, kerjasama, kekeluargaan, persaudaraan, rasa aman dalam mencari rezeki, rasa memiliki tanah dan kampung sendiri.

4. Gotong royong

Menurut Sartono Kartodirjo, (dalam Nat J. Coletta dan Umar Kayam, 1987: 254) bahwa gotong royong merupakan suatu bentuk saling menolong yang berlaku di desa Indonesia. Selain itu, gotong royong merupakan bentuk solidaritas masyarakat agraris tradisional. yaitu masyarakat yang terikat dengan satu sama lain berdasarkan relasi sosial yang disebut ikatan primordial,yaitu lewat ikatan keluarga.

Spirit awal gotong –royong adalah suatu etos masyarakat untuk melakukan kerja sama untuk tujuan menyelesaian persoalan bersama dengan pola kerja saling meringankan beban demi mencapai kesejahteraan bersama, munculnya gotong royong atau sambatan ditengah- tengah kehidupan masyarakat karena didasarkan atas suatu sudut pandang bersama sehingga gotong –royong merupakan hal yang vital dikehidupan masyarakat Indonesia hingga merupakan hal yang sangat penting. (Sartono Kartodirjo,1987:44)

(14)

yakni jenis kerja sama langsung(direct cooperation). Dalam kerja sama langsung ini tidak dikenal upah dalam bentuk uang, tidak dikenal harga tenaga kerja dalam artian ekonomik. imbalan yang dikenal adalah dalam bentuk balas jasa berupa tenaga.

Menurut Soedtijo Sosrodiharjo(dalam Rahardjo,2002:32) menyebutkan bahwa gotong rotong merupakan system barter tenaga. System tenaga barter ini umum terdapat dikalangan petani yang belum terkena pengaruh ekonomi uang.

Selain itu, dalam analisis Boeke(dalam Rahardjo,2002:32) menyatakan bahwa masyarakat petani belum mengenal ekonomi uang (kapitalisme) semacam itu digolongkan sebagai masyarakat petani prakapitalistik. Ini berarti bentuk kerja sama seperti gotong royong itu memang terdapat hampir di semua daerah di Indonesia, khususnya daerah-daerah dengan latar belakang agraris subsisten-tradisonal yang kuat. Kenyataan semacam inilah yang menjadi dasar pemahaman bahwa gotong-royong merupakan kepribadian bangsa indoensia.

E. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian

(15)

Penelitian ini hanya pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga brsifat sekedar untuk mengungkapkan. (Hadari Nawawi, 1993 : 31)

Hasil penelitian ditekankan pada usaha memberikan gambaran secara obyektif tentang keadaan yang sebenarnya dari obyek yang diteliti. Akan tetapi untuk mendapat manfaat yang lebih luas dalam penelitian ini. Sering kali disamping pengungkapan fakta juga dilakukan pemberian interpretasi yang lebih kuat.

Melalui uraian diatas dapat disimpulkan ciri-ciri metode deskriptif adalah :

a. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada saat penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yang bersifat aktual.

b. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang ade-quet (Hadari Nawawi, 1993 : 63-64).

2. Ruang Lingkup Penelitian

a. Obyek Penelitian

Pada penelitian, obyek penelitian sangat penting untuk menyusun dan menyampaikan rencana kegiatan sehingga dapat berjalan dengan baik, teratur dan sistematis dengan demikian akan memudahkan dalam melakukan segala aktivifitas untuk membatasi ruang lingkup pembahasan obyek penelitian.

Pada penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah Fenomena bertahannya Tradisi Gotong –royong di Dusun Kliripan Desa Hargorejo Kec. Kokap kab. Kulon Progo Provinsi D.I.Y.

b. Definisi Konsep

(16)

Konsep yakni istilah definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak : kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.

Ada dua jenis konsep ; pertama, konsep-konsep yang jelas hubungannya dengan fakta atau realitas yang mereka wakili; dan kedua, konsep-konsep yang lebih abstrak atau lebih kabur hubungannya dengan fakta atau realitas.

Jadi Definisi konsep dalam penelitian ini, yaitu:

1. Fonemena adalah suatu bentuk keadaan dan peristiwa yang dapat diamati. 2. Solidaritas adalah bentuk kerja sama yang memiliki nilai moral terhadap

masyarakat.

3. Modal social adalah suatu bentuk modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat untuk dapat terjalinnya kerjasama.

4. Gotong –royong adalah suatu bentuk kerja sama dan saling tolong menolong yang secara langsung tidak mengenal upah dalam bentuk uang. 5. Sambatan adalah istilah tradisi jawa yang berarti sebuah gotong royong

bersama masyarakt dalam pembangunan. c. Definisi Operasional

Definisi Operasional, yaitu definisi yang menunjukkan indikator-indikator suatu gejala sehingga memudahkan pengukurannya (Tatang M. Amirin, 1995: 63).

(17)

1. Bentuk tradisi gotong royong “sambatan”.

2. Keterlibatan masyarakat dalam bergotong royong.

3. Bentuk reward atau penghargaan dalam kegiatan gotongroyong. 4. Panismen atau sanksi yang tidak mengikuti gotong royong. 5. Kendala –kendala didalam bergotong royong.

6. Upaya mempertahankan gotong-royong.

3. Subyek Penelitian

Subyek Penelitian adalah narasumber yang dijadikan sebagai informan atau responden untuk mendapatkan informasi serta data yang diperlukan dalam penelitian.

Dalam penelitian ini ada 10 informan yang dijadikan sebagai penelitian

yaitu Perangkat Desa, Kepala Dusun, Rw, RT dan Masyarakat.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data untuk yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, yaitu:

1) Observasi

(18)

Dalam Observasi tersebut, penelitian yang digunakan yaitu dengan meninjau secara langsung objek penelitian, pengamatan dan pencacatan dari hasil data yang diteliti, nyata serta untuk mendapatkan hasil yang diharapkan.

2) Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. (Deddy Mulyana, 2002 : 180).

Dalam melakukan wawancara minimal dilakukan oleh dua pihak yaitu pihak pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan pihak yang diwawancarai (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diberikan.Wawancara ini berfungsi untuk memperoleh data secara langsung dari responden mengenai masalah yang diteliti.

3) Dokumentasi

Dokumentasi ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan dari penyidik. (Maxy J. Moleong, 1994: 161).

(19)

5. Teknik Analisi Data

Menurut Noeng Muhadjir (1990:183) Analisis data adalah upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkankan pemahaman peneliti tntang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagi temuan bagi orang lain.

(20)

Interview Guide

1. Sejak kapan bapak menjabat perangkat desa?

1984-2. Bagaimana menurut Bapak mengenai gotong royong di desa hargerejo? 3. Apa saja bentuk—bentuk Gotong royong?

4. Apakah ada hari tertentu untuk bergotong-royong? dan apakah masih rutin dilaksanakan gotong royong.

5. Bagaimana bentuk keterliban masyarakat dalam bergotong –royong? 6. Apa yang mempengarui masyarakat mau ikut dalam bergotong royong? 7. Apakah semua masyarakat ikut dalam bergotong-royong?

8. Mengapa masih ada bentuk kerja sama dalam gotong royong ?

9. Apakah masih ada bentuk rewerd atau penghargaan dalam bergotong royong? 10. Seperti apa bentuk rewerd/penghargaannya? Berupa apa!!

11. Adakah sanksi apabila tidak mengikuti kegiatan tersebut?seperti apa sanksinya!! 12. Adakah anggaran dalam gotong –royong? dari mana anggaran gotong –royong? 13. Siapa yang menganggarkan sumbangan gotong-royong?

14. Apakah ada sumbangan suka rela dari masyarakat sendiri?

15. Adakah kendala-kendala dalam mempertahankan gotong –royong? 16. Seperti apa bentuk kendala mempertahankan gotong-royong?

17. Apakah menurut Bapak gotong royong sekarang sudah cukup relevan dilaksanakan? 18. Apa yang Bapak lakukan dalam mempertahankan gotong royong?

(21)

Interview Guide

1. Sejak kapan bapak menjabat Kepala Dusun ?

2. Bagaimana menurut Bapak mengenai gotong royong di Dusun Kliripan? 3. Apa saja bentuk—bentuk Gotong royong?

4. Apakah ada hari tertentu untuk bergotong-royong? dan apakah masih rutin dilaksanakan gotong royong.

5. Bagaimana bentuk keterliban masyarakat dalam bergotong –royong? 6. Apa yang mempengarui masyarakat mau ikut dalam bergotong royong? 7. Apakah semua masyarakat ikut dalam bergotong-royong?

8. Mengapa masih ada bentuk kerja sama dalam gotong royong ?

9. Apakah masih ada bentuk rewerd atau penghargaan dalam bergotong royong? 10. Seperti apa bentuk rewerd/penghargaannya? Berupa apa!!

11. Adakah sanksi apabila tidak mengikuti kegiatan tersebut?seperti apa sanksinya!! 12. Adakah anggaran dalam gotong –royong? dari mana anggaran gotong –royong? 13. Siapa yang menganggarkan sumbangan gotong-royong?

14. Apakah ada sumbangan suka rela dari masyarakat sendiri?

15. Adakah kendala-kendala dalam mempertahankan gotong –royong? 16. Seperti apa bentuk kendala mempertahankan gotong-royong?

17. Apakah menurut Bapak gotong royong sekarang sudah cukup relevan dilaksanakan? 18. Apa yang Bapak lakukan dalam mempertahankan gotong royong?

(22)

Interview Guide

1. Sejak kapan Bapak menjabat Kepala RW? 2010

2. Bagaimana menurut Bapak mengenai gotong royong di Dusun Kliripan? 3. Apa saja bentuk—bentuk Gotong royong? Gotong fisik

4. Apakah ada hari tertentu untuk bergotong-royong?dan apakah masih rutin dilaksanakan gotong royong.

5. Bagaimana bentuk keterliban masyarakat dalam bergotong –royong? 6. Apa yang mempengarui masyarakat mau ikut dalam bergotong royong? 7. Apakah semua masyarakat ikut dalam bergotong-royong?

8. Mengapa masih ada bentuk kerja sama dalam gotong royong ?

9. Apakah masih ada bentuk rewerd atau penghargaan dalam bergotong royong? 10. Seperti apa bentuk rewerd/penghargaannya? Berupa apa!!

11. Adakah sanksi apabila tidak mengikuti kegiatan tersebut?seperti apa sanksinya!! 12. Adakah anggaran dalam gotong –royong? dari mana anggaran gotong –royong? 13. Siapa yang menganggarkan sumbangan gotong-royong?

14. Apakah ada sumbangan suka rela dari masyarakat sendiri?

15. Adakah kendala-kendala dalam mempertahankan gotong –royong? 16. Seperti apa bentuk kendala mempertahankan gotong-royong?

17. Apakah menurut Bapak gotong royong sekarang sudah cukup relevan dilaksanakan? 18. Apa yang Bapak lakukan dalam mempertahankan gotong royong?

(23)

Interview Guide

1. Sejak kapan Bapak menjabat Kepala RT?

2. Bagaimana menurut Bapak mengenai gotong royong di Dusun Kliripan? 3. Apa saja bentuk—bentuk Gotong royong?

4. Apakah ada hari tertentu untuk bergotong-royong? dan apakah masih rutin dilaksanakan gotong royong.

5. Bagaimana bentuk keterliban masyarakat dalam bergotong –royong? 6. Apa yang mempengarui masyarakat mau ikut dalam bergotong royong? 7. Apakah semua masyarakat ikut dalam bergotong-royong?

8. Mengapa masih ada bentuk kerja sama dalam gotong royong ?

9. Apakah masih ada bentuk rewerd atau penghargaan dalam bergotong royong? 10. Seperti apa bentuk rewerd/penghargaannya? Berupa apa!!

11. Adakah sanksi apabila tidak mengikuti kegiatan tersebut?seperti apa sanksinya!! 12. Adakah anggaran dalam gotong –royong? dari mana anggaran gotong –royong? 13. Siapa yang menganggarkan sumbangan gotong-royong?

14. Apakah ada sumbangan suka rela dari masyarakat sendiri?

15. Adakah kendala-kendala dalam mempertahankan gotong –royong? 16. Seperti apa bentuk kendala mempertahankan gotong-royong?

17. Apakah menurut Bapak gotong royong sekarang sudah cukup relevan dilaksanakan? 18. Apa yang Bapak lakukan dalam mempertahankan gotong royong?

19. Apa harapan Bapak untuk kedepannya agar tetap bertahan gotong-royong?

(24)

MASYARAKAT

Nama Responden :

Umur :

Pekerjaan :

Agama :

Tempat Tinggal : Tingkat Pendidikan : Tanggal :

Jam :

1. Menurut anda, apa saja bentuk Gotong royong yang ada diusun tersebut? Seperti apa bentuknya, hari apa saja dan apakah masih rutin dilaksanakannya.

2. Apakah anda selalu ikut aktif dalam hal bergotong royong? Gotong royong apa yang anda ikuti!

3. Kenapa anda mau ikut dalam bergotong royong?

4. Apakah anda pernah tidak ikut bergotong royong? pada saat kapan dan kenapa! 5. Menurut anda mengapa masih ada bentuk kerja sama dalam gotong royong ? 6. Apakah anda pernah mendapatkan penghargaan dalam bergotong royong?

7. Apakah anda pernah mendaptkan sanksi apabila tidak mengikuti kegiatan tersebut? seperti apa sanksinya!

8. Apakah anda pernah sumbangan suka rela dalam gotong royong?sumbangan seperti apa!

9. Kendala apa yang anda alami selama mengikuti kegiatan gotong rotong? 10. Apa yang anda lakukan agar gotong royong ini masih ada?

(25)

Interview Guide MASYARAKAT

Nama Responden :

Umur :

Pekerjaan :

Agama :

Tempat Tinggal : Tingkat Pendidikan : Tanggal :

Jam :

1. Menurut anda, apa saja bentuk Gotong royong yang ada diusun tersebut? Seperti apa bentuknya, hari apa saja dan apakah masih rutin dilaksanakannya.

2. Apakah anda selalu ikut aktif dalam hal bergotong royong? Gotong royong apa yang anda ikuti!

3. Kenapa anda mau ikut dalam bergotong royong?

4. Apakah anda pernah tidak ikut bergotong royong? pada saat kapan dan kenapa! 5. Menurut anda mengapa masih ada bentuk kerja sama dalam gotong royong ? 6. Apakah anda pernah mendapatkan penghargaan dalam bergotong royong?

7. Apakah anda pernah mendaptkan sanksi apabila tidak mengikuti kegiatan tersebut? seperti apa sanksinya!

8. Apakah anda pernah sumbangan suka rela dalam gotong royong?sumbangan seperti apa!

9. Kendala apa yang anda alami selama mengikuti kegiatan gotong rotong? 10. Apa yang anda lakukan agar gotong royong ini masih ada?

Referensi

Dokumen terkait

Noretindron Enantat, diberikan tiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskular. Cara kerjanya adalah dengan mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga

Kegiatan observasi dilakukan sebagai langkah awal untuk mengumpulkan data umum objek penelitian yaitu mengamati secara langsung situasi dan kondisi di lapangan dengan

bahwa untuk melaksanakan alih teknologi sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional tentang Alih Teknologi

Secara spasial menurut lokasi konsentrasi nutrien terlarut yang meliputi nitrogen inorganik terlarut, fosfat inorganik terlarut tidak bervariasi (homogen) dan

Pemberian parit pada areal tidak meningkatkan berat biji per hektar dibandingkan tanpa parit namun pemberian bahan organik di dalam parit meningkatkan berat biji per

Berikut adalah tampilan flowchart sistem yang diusulkan yang dapat dilihat pada gambar 3.3 ketika kita mulai aplikasi pada menu utama terdapat 5 sub menu

Dengan tujuan menghasilkan potensi gas Landfill yang dihasilkan dari penguraian limbah organik Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang Kabupaten Bekasi sebagai

Analisis pembentukan harga dapat dilakukan melalui (1) pendekatan permintaan dan penawaran ( supply demand approach ): dari tingkat permintaan dan penawaran yang ada