• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI PADA MASYARAKAT MISKIN DI DESA CEURIH KECAMATAN ULEE KARENG KOTA BANDA ACEH CHARACTERISTICS OF HIPERTENSION PATIENT AMONG POOR COMMUNITIES IN VILLAGE OF CEURIH ULEE KARENG DISTRICT BANDA ACEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI PADA MASYARAKAT MISKIN DI DESA CEURIH KECAMATAN ULEE KARENG KOTA BANDA ACEH CHARACTERISTICS OF HIPERTENSION PATIENT AMONG POOR COMMUNITIES IN VILLAGE OF CEURIH ULEE KARENG DISTRICT BANDA ACEH"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

64

KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI PADA

MASYARAKAT MISKIN DI DESA CEURIH KECAMATAN

ULEE KARENG KOTA BANDA ACEH

CHARACTERISTICS OF HIPERTENSION PATIENT AMONG

POOR COMMUNITIES IN VILLAGE OF CEURIH ULEE KARENG

DISTRICT BANDA ACEH

Eka Fitria* dan Nelly Marissa Loka Litbang Biomedis Aceh

Jl. Sultan Iskandar Muda Blang Bintang Lr. Tgk. Dilangga No. 9 Lambaro, Aceh Besar

0651-8070189, 0651-8070289 *Pos-el: ummu.nuh.thalhah@gmail.com

ABSTRAK

Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan di dunia. Menurut Riskesdas 2007, prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 31, 7 %, prevalensi hipertensidi Aceh 30,2 %, sebesar 46,1% ditemukan di Kabupaten Bener Meriah dimana prevalensinya melebihi angka nasional. Mengingat data tentang hipertensi pada masyarakat miskin di Aceh belum ada, maka penelitian ini perlu dilakukan. Penelitian yang telah dilakukan di Desa Ceurih, Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh selama 8 bulan bertujuan untuk mengungkapkan karakteristik penderita hipertensi pada masyarakat miskin yang ada di desa tersebut. Penelitian menggunakan desain cross sectional study dengan penarikan sampel secara purposive, dengan responden yang menjadi sampel berumur diatas 18 tahun. Pengumpulan data secara wawancara, mengukur berat badan,tinggi badan,tekanan darah, dan kadar kolesterol total.Data dianalisis dengan regresi Cox. Karakteristik masyarakat yang berhubungan dengan hipertensi adalah umur55-90 tahun (RR = 3,97 P = 0,000; 95% CI 2,17– 7,26), Pendidikanrendah (RR = 5,6 P = 0,09: 95% CI 0,76 – 41,06), sering makan makanan berlemak (RR = 0,48 P = 0,14; 95% CI 0,18 – 1,29) dan kolesterol totalabnormal (RR = 1,64 P = 0,11; 95 % CI 0,89- 3,02).

Katakunci : Hipertensi, masyarakat miskin, kebiasaan makan

ABSTRACT

(2)

65

with hypertension is significantly associated with age 55-90 years old (RR = 3.97 P = 0.000; 95% CI 2.17 to 7.26), low education (RR = 5.6 P = 0.09: 95% CI 0.76 to 41.06), eating fatty food (RR = 0.48 P = 0.14; 95% CI 0.18 to 1.29) and total cholesterol abnormal (RR = 1.64 P = 0.11; 95 % CI 0.89 to 3.02).

Keywords : Hypertension, poor communities, eating habits

PENDAHULUAN

Menurut World Health Organization (WHO) 2014, di seluruh dunia diperkirakan hipertensi menyebabkan 7,5 juta kematian dari 12,8% total seluruh kematian.1 Hipertensi adalah naiknya tekanan darah melebihi batas normal. Tekanan darah normal menurut Joint National Committee (JNC) 7 adalah apabila tekanan sistolik < 120 mmHg dan tekanan diastolik < 80 mmHg.2 Tekanan darah naik dapat disebabkan terjadinya peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi dan peningkatan volume aliran darah.Berbagai macam faktor dapat memicu terjadinya hipertensi, meskipun sebagian besar (90%) penyebab dari hipertensi itu sendiri tidak diketahui atau dikenal dengan hipertensi esensial.3 Adapunfaktor-faktor risiko hipertensi adalah umur, riwayat keluarga, konsumsi makann asin, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kurang aktifitas fisik, obesitas dan penggunaan pil keluarga berencana (KB).4

Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan penduduk dunia. Penyakit ini sering disebut sebagai silent killer

karena dapat menyebabkan kematian tanpa menimbulkan gejala lebih dahulu.Data Riskesdas 2007 mencatat prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 31, 7 %.5 Sementara prevalensi hipertensi di Aceh mencapai 30,2 %, dan prevalensi tertinggi ditemukan di Kabupaten Bener Meriah yaitu sebesar 46,1 %, dimana prevalensinya melebihi angka Nasional.6 Masyarakat

Aceh terkenal dengan kebiasaan makannya berupa hidangan khas, seperti kuah beulangong, kuah leumak, sie reuboh, bu minyeuk sira, boh itek masen, ikan asin, kari kambing dan bebek. Adapun jenis cemilan lain yang sering dikonsumsi juga banyak mengandung gula, santan dan minyak, seperti kolak, timphan, gorengan dan lain-lain. Gaya hidup masyarakat dengan pola konsumsi lemak seperti di masyarakat Aceh merupakan salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi dan hiperkolesterol.7

Kebiasaan makan yang tidak memperhatikan risiko terhadap kesehatan tetapi mengenyangkan masih terjadi dalam kehidupan

penduduk miskin

dikarenakankekurangan ekonomi sehingga menjadi penghambat dalam memenuhi asupan gizi sesuai yang dianjurkan.8

(3)

66

Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi deskriptif bagi pemegang program bidang kesehatan khususnya penyakit tidak menular.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Desa Ceurih Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh selama 8 bulan, yang dimulai pada bulan April - November 2012. Desain penelitian cross sectional study dan jenis penelitian deskriptif analitik. Populasi adalah seluruh masyarakat miskin yang ada di Desa Ceurih Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh. Sampel adalah masyarakat miskin yang sesuai dengan kriteria inklusi yang meliputi; (a) umur lebih dari 18 tahun, (b) status menetap saat pengumpulan data dilakukan, (c) orang miskin sesuai kriteria Badan Pusat Statistik (BPS) dan (d) bersedia berpartisipasi dalam penelitian. Berdasarkan informasi dari BPS Kota Banda Aceh, terdapat 1.097 penduduk miskin di Kecamatan Ulee Kareng. Dikarenakan pemilihan sampel tidak bisa menggunakan

simple random sampling akibat

besarnya jumlah populasi, maka jumlah sampel minimal yang sudah didapatkan dikalikan dengan faktor koreksi (deff) sebesar 2, sehingga diperoleh jumlah sampel sebesar 166 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive berdasarkan keterangan dari pihak Kecamatan Ulee Kareng, selanjutnya mendatangi responden yang ada di desa terbanyak penduduk miskinnya secara langsung sampai mencapai jumlah yang telah ditentukan.

Responden dengan kategori miskin dinilai berdasarkan acuan BPS yang terkait pada pengeluaran penduduk untuk bahan makanan dan bahan non pangan dimana penghasilan

perbulan sekitar Rp. 360.000,00 dan per hari sekitar Rp. 12.000,00.9 Pengumpulan data dilakukan oleh tim peneliti dari Loka Litbang Biomedis Aceh dan petugas Puskesmas Ulee Kareng Kota Banda Aceh dengan memberikan penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan. Meminta kesediaan calon responden untuk berpartisipasi dalam penelitian, penandatanganan informed consent, melakukan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter air raksa dan stetoskop dengan standar mengacu pada Joint

National Committee (JNC-7) .

Dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol total dengan rapid test easy touch dan melakukan wawancara terhadap responden untuk mengetahui karakteristik responden, berupa jenis kelamin, umur, pendidikan, indeks massa tubuh (IMT), pola makan, (makanan berlemak) dan kolesterol total. Data dianalisa menggunakan software stata 12 dengan analisis

regresi Cox.10 untuk mendapatkan faktor resiko relatif (RR), confident

interval (CI) 95% dan tingkat

kemaknaan (P) untuk analisis bivariat diambil nilai < 0,25 sedangkan untuk analisis Multivariat dengan nilai < 0,05.

HASIL

(4)

67 yang terdapat pada Tabel 1.

Sedangkan hasil analisis multivariat yang merupakan model akhir diperoleh faktor umur lah yang sangat

berpengaruh terhadap kejadian hipertensi seperti yang tertuang dalam

tabel 2.

Tabel 1. Hasil Uji Analisis Bivariat Karakteristik Masyarakat Miskin dan Menderita Hipertensi

Variabel Normal Tinggi

(5)

68

Tabel 2. Hasil Uji Analisis Multivariat Karakteristik Masyarakat Miskin dan Menderita Hipertensi

Variabel

Hipertensi

Resiko Relative

(RR)

Confident Interval

(95%)

P Normal Tinggi

(n=123) (n=43)

N % n %

Umur 18-54 55-90

107 16

84,9 40

19 24

15,0 60

1,00 3,98

Reference

2,18-7,26 0,000 Sumber: data primer diolah, 2012.

PEMBAHASAN Umur

Hasil penelitian pada tabel 1 menunjukkan bahwa seseorang pada umur 55-90 tahun mempunyai risiko hampir 4 kali untuk terkena hipertensi dibandingkan umur 18-54 tahun. Hal ini tidaklah bertentangan dengan teori yang menyebutkan bahwa faktor umur berpengaruh terhadap kejadian hipertensi, dimana semakin tua seseorang, maka semakin besar risiko terserang hipertensi. Hal ini disebabkan oleh pembuluh darah arteri kehilangan elastisitas nya.3 Hasil Penelitian Sugiharto A,4 menyebutkan bahwa umur tua beresiko dengan kejadian hipertensi mempunyai nilai OR 4,76 P= 0,0001; 95% CI 2,01-11,50. Berdasarkan Riskesdas 2013 prevalensi hipertensi meningkat dengan bertambahnya umur, dimana umur 65-74 tahun prevalensinya sebesar 57,6%, umur 75 tahun keatas prevalensinya meningkat sampai 63,8%.11 Sedangkan hasil penelitian menunjukkan bahwa umur menjadi faktor resiko utama hipertensi pada kisaran 50-90 tahun, sehingga diperkirakan tingkat prevalensinya adalah 57,6 % – 63,8 %.

Pendidikan

Pendidikan rendahberisiko 5,6 kali untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan mereka yang

memiliki tingkat pendidikan menengah dan tinggi (Tabel 1). Adapun pendidikan menengah berpeluang 2,1 kali menderita hipertensi, ini artinya kemungkinannya lebih kecil dari mereka yang berpendidikan rendah. Kenyataan ini dikarenakan faktor pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan seseorang. Kejadian hipertensi dalam masyarakat miskin di Aceh terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hipertensi.Pengetahuan tentang kesehatan akan berpengaruh terhadap perilaku sebagai hasil jangka menengah dari pendidikan kesehatan.

Perilaku kesehatan akan berpengaruh terhadap meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai hasil akhir pendidikan kesehatan. 12Sejalan dengan penelitian Rahajeng Edkk., 13 salah satu faktor resiko hipertensi di Indonesia adalah pendidikan rendah. Pendidikan rendah j(tidak sekolah, tidak tamat SD dan tamat SD) memiliki prevalensi tertinggi untuk menderita hipertensi. Pola Makan

(6)

69 Indonesia berpeluang 0,97 kali untuk

menderita hipertensi.13Sedangkan hasil penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang sering makan makanan berlemak berisiko 0,4 kali menderita hipertensi, hal ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penelitian Kandou GD,14 dan Syahrini EN dkk.,15 yaitu sebesar 5,4 dan 3,6 kali untuk menderita hipertensi. Akan tetapi walaupun nilai ini rendah, melihat kebiasaan masyarakat Aceh yang suka mengkonsumsi makanan berlemak dan penggunaan minyak jelantah yang masih tinggi, tidak menutup kemungkinan untuk memacu terjadinya hipertensi dan hiperkolesterol.

Kolesterol Total

Hasil analisis pada tabel 1 menunjukkan seseorang dengan kolesterol total abnormal bermakna pada (P = 0,111) untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan yang memiliki kolesterol total normal, dimana hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Margarita Y dkk.,16 yang menyebutkan bahwa ada hubungan signifikan antara kadar kolesterol total yang tinggi dengan tekanan darah sistolik dan diastolik. Salah satu cara untuk mencegah hipertensi adalah dengan menjaga kadar kolesterol total tetap dalam batas normal. Kadar kolesterol total yang dipertahankan < 200 mg/dL, maka diperoleh tekanan darah sistolik dan diastolik berada pada angka < 127/84 mmHg.

KESIMPULAN

Kejadian hipertensi pada penduduk miskin di Desa Ceurih Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh sebesar 25.90%, dengan parameter utama penyebab hipertensi tersebut adalah: umur pada kisaran 55-90 tahun, pendidikan rendah, sering

makan makanan berlemak, dan kadar kolesterol total yang abnormal.

SARAN

Pemerintah melalui Dinas Kesehatan, Puskesmas dan instansi terkait lebih menggiatkan edukasi dan promosi kesehatan terkait penyakit tidak menular dan cara mencegahnya sepertimeningkatkan pengetahuan warga terhadap bahaya penyakit hipertensi dan membantu warga untuk pengontrolan tekanan darah terutama kelompok umur yang berisiko tinggi. Perlu pertimbangan penyuluhan juga bagi masyarakat tentang cara menurunkan kadar kolesterol melalui diet makanan rendah lemak jenuh, minum obat penurun kadar kolesterol dan berolah raga secara teratur.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih saya ucapkan kepada Kepala Loka Litbang Biomedis Aceh, Bapak Fahmi Ichwansyah, Ibu Vivi Lisdawati, Kepala Puskemas Ulee Kareng beserta jajarannya. Marya Ulfa, Bayakmiko Yunsa, Sari Hanum, Komisi Ilmiah dan Komisi Etik Badan Litbang Kesehatan yang telah mendukung penelitian ini.

DAFTAR RUJUKAN

1. World Health Organization, 2014. Raised Blood Pressure. Situation and

Trends.(www.who.int/gho/countri es/idn/en/, diakses 13 Oktober 2014).

2. National High Blood Pressure Education Program, 2003. JNC 7 Express. The Seventh Report of the Joint National Committe on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood

Pressure. (http:

//www.nhlbi.nih.gov/, diakses 07

(7)

70

3. Kurniawan, dan Anie, 2002. Gizi Seimbang untuk Mencegah Hipertensi.

(http://gizi.depkes.go.id/makalah/ Gizi%20Seimbang%20Utk%20Hi pertensi.PDF/ , diakses 08 Maret 2012).

4. Sugiharto, A., Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat (Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar [thesis]. (http://eprints.undip.ac.id/16523/1 /Aris.Sugiharto.pdf/, diakses 10 April 2012).

5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2007. Laporan hasil riset kesehatan dasar tahun 2007. Jakarta: Kemenkes. Hal 114-115.

6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2007. Laporan hasil riset kesehatan dasar Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2007. Jakarta: Kemenkes.

7. Serat Makanan dan Kesehatan, 2006. (http: //tekpan.

Unimus.ac.id/wp-content/uploads/2013/07 serat-makanan-dan kesehatan.pdf, diakses 13 Oktober 2014

8. Indrawati, L. dkk., 2009. Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin dengan Kejadian hipertensi di Indonesia. Artikel 20(4).

(http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/ jurnal/19409174184.pdf/, diakses 11 Maret 2012).

9. Bappenas, 2011. Ukuran Garis Kemiskinan Pemerintah Sesuai

Standar BPS.

(http://www.bappenasnews.com/i ndex.php/375-ukuran-garis- kemiskinan-pemerintah-sesuai-standar-bps/, diakses 09 Oktober 2014).

10. Basuki, B., 2011. Analisis Multivariat Regresi Linear-Logistik-Cox. Departemen Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia. 51 hlm.

11. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta: Kemenkes. 268 hlm

12. Notoatmodjo, S., 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jkarta: Rineka Cipta

13. Rahajeng, E. dan Tuminah, S. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia 59 (12): 580-587.

14. Kandou, G.D., 2009. Makanan Etnik Minahasa dan Kejadian Penyakit Jantung Koroner. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional 4(1): 42-48.

15. Syahrini, E.N. dkk., 2012. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Primer di Puskesmas Tlugosari Kulon Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat FKM Undip1(2): 315-325.

16.Margarita, Y. dkk., 2013. Kadar Kolesterol Total dan Tekanan Darah Orang Dewasa Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat

Referensi

Dokumen terkait

Caranya dengan menyumbangkan pasangan elektronnya.Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai suatu reaksi kimia yang memberikan elektron dari suatu zat ke oksidator,

Setelah melakukan penelitian di lembaga MUI Kabupaten Dairi, maka peneliti dapat mengambil kesimbulan bahwa setiap program-program dan aktifitas yang dilakukan setiap

Lembaga Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disingkat LKS adalah organisasi sosial atau perkumpulan sosial yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dibentuk

DEFINISI 33 : garis tinggi pada suatu segitiga adalah suatu segmen yang ditarik dari sembarang verteks ( titik sudut ), tegak lurus terhadap sisi dihadapannya (dapat

PER PERME MENKE NKES S NOM NOMOR OR 51 510$ 0$ME MENKE NKES$P S$PER$ ER$%II %II$20 $2009 09 TTG TTG PEM PEMBER BERIAN IAN KUA KUASA SA DAN DAN PENDEEGASIAN KE&amp;ENANGAN

Gambar di atas menunjukkan gambaran bentuk dada barrel chest pada penderita emfisema, terlihat sternum terdorong ke anterior dan diameter anteroposterior yang meningkat.. Terlihat

Dinding kandang terbuat dari beton dengan tinggi 60 cm, konstruksi dinding menggunakan sistem closed house sehingga udara didalam kandang tidak lembab dan berguna untuk

Kita tidak menolak mereka, orang dilahirkan non-Indonesia, yang ingin memimpin bangsa ke arah yang lebih baik, namun kita, yang berdarah Indonesia, diberi tanggung jawab