• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Corporate Social Responsibility (CSR) dalam perspektif Good - Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Dalam Pemberdayaan UMKM Kabupaten Asahan (Studi pada program kemitraan PT. Perkebunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Corporate Social Responsibility (CSR) dalam perspektif Good - Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Dalam Pemberdayaan UMKM Kabupaten Asahan (Studi pada program kemitraan PT. Perkebunan "

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2. 1. Corporate Social Responsibility (CSR) dalam perspektif Good Corporate Governance (GCG)

Mewujudkan Corporate Social Responsibility adalah gagasan

utama dari penerapan good corporate governance (GCG), hal ini sejalan

dengan kesimpulan yang terangkum dalam konferensi CSR yang

diselenggarakan oleh Indonesia Business Link (IBL)55

“Suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN

untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas

perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka

. Penerapan good

corporate governance atau dapat diartikan sebagai tata kelola perusahaan

yang baik muncul sebagai akibat dari maraknya skandal perusahaan yang

menimpa perusahaan-perusahaan besar, baik di Indonesia maupun luar

negeri.

Pengertian Good Corporate Governance menurut Keputusan

Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep-117/ M-MBU/ 2002,

Tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance Pada BUMN

dijelaskan bahwa Corporate Governance adalah :

55Etty Murwaningsari,

(2)

panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder

lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika”.

Prinsip – prinsip GCG sesuai pasal 3 Surat Keputusan Menteri

BUMN No. 117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan

Good Corporate Governance (GCG) pada BUMN sebagai berikut :

1. Transparansi (transparency): keterbukaan dalam melaksanakan

proses pengambilan keputusan dan mengemukakan informasi

materil yang relevan mengenai perusahaan.

2. Pengungkapan (disclosure): penyajian informasi kepada

stakeholders, baik diminta maupun tidak diminta, mengenai hal –

hal yang berkenaan dengan kinerja operasional, keuangan, dan

resiko usaha perusahaan.

3. Kemandirian (independence): suatu keadaan dimana perusahaan

dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan

pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan

peraturan perundangan yang berlaku dan prinsip – prinsip

korporasi yang sehat.

4. Akuntabilitas (accountability): kejelasan fungsi, pelaksanaan dan

pertanggungjawaban Manajemen perusahaan sehingga pengelolaan

(3)

5. Pertanggungjawaban (responsibility): kesesuaian dalam

pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang – undangan

yang berlaku dan prinsip – prinsip korporasi yang sehat.

6. Kewajaran (fairness): keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi

hak–hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan

peraturan perundang–undangan yang berlaku.

2.1.1. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR)

Sejak abad ke-19, berawal dari perkembangan pesat perusahaan

sebagai organisasi bisnis di Amerika56

Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) sudah muncul

sejak tahun 1933, dalam The Modern Corporatation And Private

Property, dikemukakan bahwa korporasi modern seharusnya

mentransformasikan diri menjadi institusi sosial, ketimbang institusi

ekonomi yang semata memaksimalkan laba. Pemikiran ini dipertajam . Kemudian kebijakan publik

secara tegas merubah lingkup sosial yang mesti direspon perusahaan

secara lebih spesifik, seperti kesehatan dan keselamatan kerja (K3),

jaminan sosial pekerja, pelestarian lingkungan, perlindungan konsumen,

dll. Perusahaan perlu merespon tuntutan pasar sukarela,karena

merflesikan tuntutan moral dan sosial konsumen, disisi lain juga memiliki

tanggung jawab sosial, juga harus patuh terhadap hukum dan kebijakan

publik.

56

(4)

oleh Peter F Drucker pada tahun 1946, lewat bukunya The Concept Of

Corporation57

Kemudian pada tahun 1953 nama CSR pertama kali digaungkan

dalam diskursus resmi akademik Howard R. Bowen dengan bukunya

yang berjudul Social Responsibility of the Businessman

.

58

. Ide dasar yang

dikemukakan Bowen mengacu pada kewajiban pelaku bisnis untuk

menjalankan usahanya sejalan dengan nilai-nilai dan tujuan yang hendak

dicapai masyarakat ditempat perusahaannya beroperasi59

.

Tetapi pada tahun 1970, ekonomi Milton Friedman menjelaskan

pandangan yang berbeda tentang CSR, Bahwa tanggung jawab sosial

perusahaan adalah menghasilkan menghasilkan keuntungan (profit)

dalam batasan moral masyarakat dan hukum. Ia mengingatkan bahwa

inisiatif perusahaan untuk menjalankan CSR dapat membuat arah

manajemen menjadi tidak fokus, membuat pengelolaan sumber daya

menjadi tidak efesien, memperlemah daya saing, serta mempersempit

pilihan-pilihan dan kesempatan. Namun seiring waktu berjalan, CSR

semakin berkembang dan terus menjadi isu kunci dalam konteks

manajemen, pemasaran dan akuntansi di Inggris, Amerika, Eropa,

Canada, dan Negara-negara lain.

58 Prinsip-prinsip yang dikemukakannya mendapatkan pengakuan publik dan akademisi

sehingga Howard R. Bowen dinobatkan sebagai “Bapak CSR”

59

(5)

Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan atau bahkan sering

diidentikkan dengan CSR ini antara lain Pemberian/Amal Perusahaan

(Corporate Giving/Charity), Kedermawanan Perusahaan (Corporate

philanthropy), Relasi Kemasyarakatan Perusahaan (Corporate

Community/PublicRelations), dan Pengembangan Masyarakat

(Community Development). Keempat nama itu bisa pula dilihat sebagai

dimensi atau pendekatan CSR dalam konteks Investasi Sosial Perusahaan

(Corporate Social Investment/Investing) yang didorong oleh spectrum

motif yang terentang dari motif “amal” hingga “pemberdayaan”60

Di Indonesia, istilah CSR semakin populer digunakan sejak tahun

1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA

(Corporate Social Activity) atau “aktivitas sosial perusahaan”. Walaupun

tidak menamainya sebagai CSR, secara faktual aksinya mendekati konsep

CSR yang merepresentasikan bentuk “peran serta” dan “kepedulian”

perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan. Melalui konsep

investasi sosial perusahaan “seat belt”, sejak tahun 2003 Departemen

Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang aktif dalam

mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai

perusahaan nasional. Perusahaan menyadari untuk mempertahankan

eksistensinya perusahaan berusaha untuk meningkatkan kualitas hidup,

potensi kewirausahaan dan kualitas lingkungan sekitar. Karena perusahaan .

60

(6)

tidak bisa bertahan ditengah masyarakat miskin dan lingkungan yang tidak

mendukung kemajuannya. Untuk itu, perusahaan memberikan perhatian

besar pada perlunya memberdayakan berbagai potensi masyarakat sebagai

unsur penting yang menunjang survival perusahaan sejak sekarang.

Namun demikian, tidak dapat pula dipungkiri bahwa

perkembangan pelaksanaan CSR akhir-akhir ini juga mengalami

kecenderungan positif dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Timbul

kesadaran pelaksanaan CSR merupakan bagian yang menyatu dalam

strategi bisnis suatu korporasi, dimana pelaksanaan CSR justru

mendukung tujuan-tujuan bisnis inti.

Perubahan arah kecenderungan perkembangan pelaksanaan CSR

tersebut di Indonesia akhir-akhir ini cukup intens diperbincangkan

berbagai kalangan (pemerintah, pebisnis, akademisi, dan NGOs). Namun

demikian, riset-riset yang terkait dengan implementasi CSR belum banyak

dilakukan. Riset yang dilakukan masih berkisar pada praktek CSR yang

sedang berlangsung saat ini, seperti yang dilakukan Rusfadia Saktiyanti

Jahya (2006)61

61

Jahja, Rusfadia Saktiyanti. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Corporate Social Responsibility Perusahaan Ekstraktif dalam Jurnal Galang, Vol.1, No.2, Hal.22-35, Edisi Januari 2006.

dan Siti Adiprigandari Adiwoso Suprapto (2006). Dari

beberapa hasil riset tersebut secara umum dapat disimpulkan antara lain:

pertama, bahwa pebisnis umumnya melihat praktek CSR sabagai kegiatan

yang memiliki makna sosial dan bisnis sekaligus. Artinya, praktek CSR

(7)

kedua, praktek CSR yang dilakukan belum mencapai hasil seperti yang

diharapkan dalam arti pemberdayaan ekonomi, sosial, dan budaya

masyarakat. Hal ini terjadi antara lain disebabkan oleh kebijakan program

yang terlalu kaku, implementasi yang salah, dan belum siapnya

masyarakat calon penerima bantuan.

2.1.2. Defenisi Corporate Social Responsibility (CSR)

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan konsep yang

masih terus berkembang sehingga CSR memiliki beraneka ragam definisi.

Belum ada definisi tunggal serta kriteria spesifik mengenai konsep CSR

dikarenakan implementasi dan penjabaran CSR yang dilakukan

perusahaan juga berbeda-beda62

1. Aspek ekonomi dan sosial

.

Dari keragaman pengertian CSR maka pengertian CSR dilihat

beberapa aspek yaitu:

Anatan mendefinisikan CSR sebagai komitmen usaha untuk

bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi, untuk

meningkatkan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komunitas

lokal, dan komunitas luas63

62Sumardiyono, E.

Evaluasi Pelaksanaan Community Development dalam Perolehan PROPER Hijau (Studi Kasus di PT Pupuk Kaltim Bontang). Tesis. Semarang: Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro 2007. Hal 37

.

63

Anatan, L. Corporate Social Responsibility (CSR): Tinjauan Teoritis dan Praktik di

Indonesia 2009, (Online),

(8)

World Business Council for Sustainable Development

mendefinisikan CSR sebagai komitmen berkelanjutan kalangan bisnis

untuk berperilaku etis dan memberikan sumbangan pada pembangunan

ekonomi sekaligus meningkatkan kualitas hidup karyawan dan

keluarganya, komunitas lokal, dan masyarakat secara keseluruhan64

CSR dikemukakan ISO 26000 adalah Tanggung jawab sebuah

organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan

kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan

dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan

pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat,

mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan

hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional serta

terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh

.

65

Nuryana menyatakan Corporate Social Responsibility (CSR)ialah

Sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian

sosial di dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan

para stakeholder berdasarkan prinsip kemitraan dan kesukarelaan .

66

64

Rahadhini, M.D. Peran Public Relations dalam Membangun Citra Perusahaan melalui Program Corporate Social Responsibility. Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan 2010. Vol. 10, No. 1:14. (online)

.

13 maret 2014

65 Martono Anggusti,

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, (Bandung : Books Terrace & Library, 2010) hal. 9.

66

(9)

2. Aspek lingkungan

The European Commission mendefinisikan CSR sebagai “being

socially responsible means not only fulfilling legal expectations, but also

going beyond compliance and investing more into human capital, the

environment,and relations with stakeholders”. Artinya CSR bukan hanya

sebagai kewajiban, tetapi dilaksanakan secara suka rela dan ada dorongan

yang tulus dari dalam, serta merupakan investasi untuk lingkungan dan

stakeholders67

Institute of Chartered Accountants, England and Wales: Jaminan

bahwa organisasi-organisasi pengelola bisnis mampu memberi dampak

positif bagi masyarakat dan lingkungan, seraya memaksimalkan nilai bagi

para pemegang saham (shareholders) mereka

.

68

3. Pembangunan berkelanjutan (sustainability development)

.

Perkembangan CSR tidak bisa terlepas dari konsep pembangunan

berkelanjutan. Menurut John Elkington sustainability (keberlanjutan)

adalah keseimbangan antara people-planet-profit, yang dikenal

dengansebutan 3P dalam konsep Triple Bottom Line. Sustainability

terletak pada pertemuan antara tiga aspek, people-sosial,

planet-environment; dan profit-economic. Maka menurut Elkington, perusahan

67J.Wiwoho.

Corporate Social Responsibility (CSR) ditinjau dari Aspek Sejarah, Falsafah, Keuntungan, serta Kendalanya. MMH. Vol. 37 No. 2. 2008 Hal 110

68

(10)

harus bertanggung jawab atas dampak positif maupun negatif yang

ditimbulkan terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup69

Menurut Akib defenisi CSR adalah upaya manajemen yang

dijalankan oleh entitas bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan

berkelanjutan berdasarkan keseimbangan pilar ekonomi, sosial, dan

lingkungan dengan meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan

dampak positif

.

Dari definisi tersebut, tersirat makna bahwa CSR harus

dilaksanakan secara terus menerus agar tercipta pembangunan

berkelanjutan yang merupakan inti dari CSR, sehingga elemen profit,

people, dan planet menjadi satu kesatuan utuh yang dapat memberikan

manfaat yang besar dan menyentuh semua aspek kehidupan.

70

Terdapat dua jenis keberlanjutan menurut Dunphy et al yakni

ecological sustainability (keberlanjutan ekologi) dan human sustainability

(keberlanjutan manusia). Keberlanjutan ekologi mencakup desain

organisasi yang dapat memberikan kontribusi kepada sustainable

economic development (pembangunan ekonomi yang berkelanjutan),

perlindungan terhadap lingkungan hidup, dan pembaharuan biosfir

(permukaan bumi dan atmosfir yang ditinggali mahluk hidup). Sementara .

69Radyati, M.R.

CSR dan Sustainable Development. Makalah disajikan dalam acara Launching MM-CSR Universitas Trisakti, Le-Meridien Hotel, Jakarta 2008, 12 Maret. Hal 1

70Akib.

(11)

keberlanjutan manusia adalah meningkatkan kemampuan dan keahlian

manusia untuk kinerja perusahaan yang tinggi dan berkelanjutan serta

untuk kesejahteraan sosial (well-being) dan ekonomi masyarakat. Sebuah

organisasi yang berkelanjutan berarti organisasi yang menjalankan

kegiatan dengan memahami kebutuhan dan kepentingan pihak lain

(kelompok masyarakat, lembaga pendidikan dan agama, pekerja, dan

masyarakat umum), serta meningkatkan jaringan kerja sama yang

mempersatukan mereka semua71

Secara umum defenisi Corporate Social Responsibility (CSR)

adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam

pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan

tangung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan

antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan .

72

71

Radyati, Loc.Cit

72

Untung Budi Endrik, Corporate Social Responsibility, (Jakarta:Sinar Grafika, 2009) Hal. 1

(12)

2. 2. Model Implementasi CSR Perusahaan Di Indonesia

Saat ini mengimplentasikan CSR menjadi tren bagi dunia usaha.

Komitmen untuk bertanggung jawab secara sosial disadari bahwa

keuntungan untuk keberlangsungan jangka panjang perusahaan yang

hanya bisa didapat dengan adanya kesejahteraan masyarakat. Seperti yang

dialami PT.Danone Aqua terjadinya demonstrasi di pabrik Aqua Klaten

pada 2004. Demonstrasi Aqua Klaten pada saat itu menggunakan isu

kekeringan yang disuarakan oleh Walhi. Gerakan advokasi Walhi ini

merupakan respon terhadap ditetapkannya Undang-Undang no 7 tahun

2004 tentang Sumber Daya Air yang dinilai banyak LSM sebagai

pemberian tiket ke pihak swasta melakukan privatisasi air. Respon

manajemen saat itu adalah membuka komunikasi dengan para pemangku

kepentingan di Aqua Klaten. Kala itu, Departemen Human Resources

menjadi garda depan karena dipercaya mengurusi social affairs. Cukup

besarnya tekanan pemangku kepentingan memberi pelajaran penting bagi

Danone Aqua, manajemen harus bertindak cepat. Do Something First, saat

itu dilakukan untuk menangani isu dan memperlihatkan kepada publik

bahwa Aqua telah merespon isu yang menjadi perhatian pemangku

kepentingan. Setelahnya Danone mulai membentuk Departemen CSR dan

merekrut orang-orang baru sehingga mulai terjadi perhatian terhadap CSR

(13)

Aqua mulai banyak dilakukan diskusi mengenai CSR73

PKBL merupakan program wajib dari pemerintah bagi perusahaan

BUMN untuk melakukan tanggungjawab sosialnya terhadap lingkungan,

pendanaan program tersebut diambil dari penyisihan laba bersih

perusahaan. Sedangkan program CSR, diambil dari dana sukarela

perusahaan. Sukarela berarti perusahaan memang sejak awal

menganggarkan dana khusus untuk program-program CSR. Walupun

mempunyai perbedaan sumber dana, namun baik itu CSR maupun PKBL

mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk mengajak perusahaan lebih etis

dalam menjalankan aktivitas bisnisnya, sehingga tidak merugikan . Pelaksanaan CSR

PT.Danone Aqua adalah demi keberlanjutan usaha jangka panjang.

Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social

Responsibility (CSR) sebagai suatu bentuk kepedulian perusahaan

terhadap lingkungan internal dan lingkungan eksternal, belum banyak

dijadikan sebagai nama program atau kegiatan tersebut dalam perusahaan

di Indonesia, termasuk Perusahaan Terbatas Perkebunan Nusantara

(PTPN) yang merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Secara konsep Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)

yang dilaksanakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tidak jauh

berbeda dengan best practices CSR yang dilakukan oleh perusahaan

swasta sehingga dapat dikatakan bahwa PKBL merupakan praktek CSR

yang dilakukan oleh BUMN.

(14)

lingkungan dan masyarakat, dan pada akhirnya terciptalah reputasi baik di

mata stakeholders.

Peran PKBL BUMN mempunyai cakupan yang lebih luas

dibanding praktek CSR yang dilakukan oleh perusahaan swasta karena

PKBL- BUMN juga diharapkan untuk mampu mewujudkan 3 pilar utama

pembangunan (triple tracks) yang telah dicanangkan pemerintah dan

merupakan janji politik kepada masyarakat, yaitu: (1) pengurangan jumlah

pengangguran (pro-job) (2) pengurangan jumlah penduduk miskin

(propoor) dan (3) peningkatan pertumbuhan ekonomi (pro-growth).

Melalui PKBL diharapkan terjadi peningkatan partisipasi BUMN

untuk memberdayakan potensi dan kondisi ekonomi, sosial, dan

lingkungan masyarakat dengan fokus diarahkan pada pengembangan

ekonomi kerakyatan untuk menciptakan pemerataan pembangunan.

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa model implementasi

CSR perusahaan di Indonesia mencakup hal-hal berikut ini:

1. Bantuan sosial meliputi: bakti sosial, pengadaan sarana kesehatan,

rumah ibadah, jalan dan sarana umum lainnya, penanggulangan

bencana alam, pengentasan kemiskinan dan pembinaan masyarakat.

2. Pendidikan dan pengembangan meliputi: pengadaan sarana

pendidikan dan pelatihan, melaksanakan pelatihan dan memberikan

(15)

3. Ekonomi meliputi: mengadakan program kemitraan, memberikan

dana atau pinjaman lunak untuk pengembangan usaha dan

memberdayakan masyarakat sekitar.

4. Lingkungan meliputi: pengelolaan lingkungan, penanganan limbah,

dan melestarikan alam dan keanekaragaman hayati.

5. Konsumen meliputi: perbaikan produk secara berkesinambungan,

pelayanan bebas pulsa dan menjamin ketersediaan produk.

6. Karyawan meliputi: program jaminan hari tua, keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) dan program renumerasi yang baik74

2.2.1 Program Kemitraan BUMN

.

Kemitraan merupakan suatu jawaban untuk meningkatkan

kesempatan berkiprahnya pengusaha kecil dalam percaturan

perekonomian nasional sekaligus meningkatkan kesejahteraan rakyat serta

mengurangi kesenjangan sosial. Defenisi kemitraan tersebut mengandung

makna sebagai tanggung jawab moral. Pengusaha menengah/besar untuk

membimbing dan membina pengusaha kecil mitranya agar mampu

mengembangkan usahanya sehingga mampu menjadi mitra yang handal

untuk meraih keuntungan dan kesejahteraan bersama. Ini berarti

masing-masing pihak yang bermitra harus menyadari bahwa mereka memiliki

perbedaan, masing-masing memiliki keterbatasan, baik di bidang

manajemen, pengusasaan iptek maupun penguasaan sumber daya, mereka

74

(16)

harus mempu saling mengisi dan melengkapi kekurangan

masing-masing75

Program kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada dasarnya

merupakan wujud tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social

Responsibility) BUMN kepada masyarakat. Secara umum, PKBL

diwujudkan dengan upaya-upaya untuk memberdayakan masyarakat,

meningkatkan kesejahteraan sosial dan pertumbuhan ekonomi masyarakat

secara berkesinambungan, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil, yang selanjutnya disebut

Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan

usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana

dari bagian laba BUMN .

Kemitraan seperti tercantum dalam UU N. 20 Tahun 2008 tentang

UMKM adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun

tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai,

memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah.

76

Program Kemitraan didanai dari alokasi hasil laba Perusahaan.

Jumlah penyisihan laba untuk pendanaan program maksimal sebesar 2%

(dua persen) dari laba bersih untuk Program Kemitraan .

77

75 Johannes Ibrahim, Hukum Organisasi Perusahaan,(Bandung : PT. Refika Aditama,

2006), hlm. 65

76

PERMEN-5-MBU-2007 pasal 1

77

Ibid pasal 9

. Program ini

(17)

mikro dan koperasi di berbagai sektor yaitu, sektor industri, sektor

perdagangan, sektor pertanian, sektor jasa, dan dengan imbal jasa (bunga)

yang terjangkau. Pengembalian modal kerja tersebut dan hasil

pengembangannya dialokasikan kembali untuk membantu usaha kecil,

mikro dan koperasi lainnya.

Program kemitraan usaha antara UMKM dengan BUMN

merupakan wahana yang strategis dalam mempercepat proses pemerataan

hasil pembangunan. Dengan adanya pinjaman modal dari BUMN pada

UMKM, diharapkan mampu membuat UMKM yang menjadi mitra

binaannya berkembang dan bisa tetap terus bertahan menghadapi gejolak

perekonomian globalisasi pada saat ini.

2.2.2 Tujuan program kemitraan

Adapun tujuan program kemitraan adalah :

• Mewujudkan ekonomi kerakyatan

• Meningkatkan kualitas SDM masyarakat dengan program hibah

melalui pendidikan, pelatihandan lain-lain.

• Menciptakan hubungan yang harmonis antara masyarakat, pemerintah

daerah setempat

• Menciptakan iklim usaha yang sehat dan dinamis bagi Pengusaha

Kecil, Menengah dan Koperasi dengan mengurangi kesenjangan

sosial dimasyarakat.

• Pemerataan pembangunan dan perluasan lapangan kerja.

(18)

• Meningkatkan taraf hidup Pengusaha Kecil,Menengah dan Koperasi.

• Meningkatkan kemampuan Mitra binaan menjadi tangguh dan

mandiri78

Program Kemitraan ini bertujuan meningkatkan kemampuan usaha

kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui dukungan terhadap modal,

serta pelatihan Sumber Daya Manusia yang profesional dan terampil agar

dapat mendukung pemasaran dan kelanjutan usaha di masa depan. .

2.2.3 Kriteria Usaha Kecil Yang Bisa Mendapatkan Program

Kemitraan

Kriteria Usaha Kecil Yang Bisa Mendapatkan Program Kemitraan

berdasarkan Permen.BUMN No. Per-05/MBU/2007, yakni:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 (tidak

termasuk tanah dan bangunan) atau; Memiliki hasil penjualan tahunan

paling banyak Rp 1.000.000.000

b. Pengusaha tersebut berkewarganegaraan Indonesia

c. Berusaha secara mandiri (berdiri sendiri) yang bukan merupakan anak

perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki/dikuasai baik

langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha

Besar

d. Berbentuk badan usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak

berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk

koperasi.

78

(19)

e. Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 tahun serta mempunyai

potensi & prospek usaha untuk dikembangkan.

f. Belum memenuhi persyaratan perbankan (non bankable).

2. 3.Konsep Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

2.3.1 Sejarah Singkat Kepedulian BUMN terhadap Usaha Mikro

Kecil

BUMN memiliki peran yang strategis sebagai pelaksana

pelayanan publik, penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar, dan

turut membantu pengembangan usaha kecil. Peran dan tanggung jawab

dari BUMN sebagai korporasi dijabarkan lebih lanjut dalam

Undang-undang RI No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang telah

disahkan pada tanggal 20 Juli 2007. Pasal 74 UU RI No. 40 Tahun 2007

menyebutkan bahwa:

(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau

berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung

Jawab Sosial dan Lingkungan.

(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksudkan

pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan

diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan

(20)

(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan.

Kewajiban Perseroan Terbatas untuk melakukan Tanggung Jawab

Sosialnya merupakan wujud kepedulian pemerintah. Selanjutnya

Pemerintah turut mendorong BUMN untuk peduli terhadap lingkungan

dan masyarakat dengan mengeluarkan berbagai peraturan sebagai berikut:

Pertama, Pembinaan usaha kecil oleh BUMN dilaksanakan sejak

terbitnya peraturan pemerintah nomor 3 tahun 1983 tentang tata cara

pembinaan dan pengawasan Perusaahaan Jawatan (perjan), Perusahaan

Umum (Perum) dan Perseroan terbatas (Persero).

Kedua, Dengan terbitnya Keputusan Menteri Keuangan

No.1232/KMK.013/1989 tanggal 11 Nopember 1989 tentang Pedoman

Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi Melalui Badan

Usaha Milik Negara, dana pembinaan disediakan dari penyisihan

sebagian laba sebesar 1% - 5% dari laba setelah pajak. Nama program

saat ini lebih dikenal dengan program Pegelkop.

Ketiga, Pada Tahun 1994, nama program diubah menjadi

Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (Program PUKK) berdasarkan

Keputusan Menteri Keuangan No.316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni

1994 tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui

(21)

Keempat, keputusan Menteri Pendayagunaan BUMN/Kepala

Badan Pembina BUMN No. Kep-216/M-PBUMN/1999 tanggal 28

September 1999 tentang Program kemitraan dan Bina Lingkungan

(PKBL) BUMN.

Kelima, Keputusan Menteri BUMN No.Kep-236/MBU/2007

tanggal 17 Juni 2003 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha

Kecil dan Program Bina Lingkungan.

Dan yang terakhir, Peraturan menteri Negara BUMN No.

Per-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan BUMN

dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

2.3.2 Defenisi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

Menurut Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, yang

dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI),

adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling

banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,

dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000.

Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik

warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari

Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan

bangunan79

Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM

berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha .

79

(22)

yang memiliki jumlahtenaga kerja 5 sampai dengan 19 orang, sedangkan

usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20

sampai dengan 99 orang80

1) Pengusaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.

200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah. .

Adapun yang dimaksud dengan usaha kecil menurut Pasal 3

Peraturan Menteri BUMN No. Per-05/MBU/2007 tentang Program

Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan ini

adalah:

2) Bangunan tempat usaha, atau pengusaha yang memiliki hasil

penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu

milyar).

Pada 4 Juli 2008 ditetapkan Undang-undang No. 20 Tahun 2008

tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Definisi UKM yang

disampaikan oleh Undang-undang ini juga berbeda dengan definisi di atas.

Menurut UU No 20 Tahun 2008 ini, yang disebut dengan usaha menengah

adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut:

1. kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00

(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha; dan

80

(23)

2. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00

(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling

banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

2.3.3 Pemberdayaan UMKM

Menurut Suharto Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan.

Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk

memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam

masyarakat, termasuk individu – individu yang mengalami masalah

kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjukan pada

keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu

masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai

pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik

yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan

diri, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu

menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berprestasi dalam

kegiatan sosial, dan mandiri dalam mela ksanakan tugas – tugas

kehidupannya81

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha

Mikro, Kecil, Dan Menengah, Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan

Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara

sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha .

81

(24)

terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sehingga mampu tumbuh

dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha

Mikro, Kecil, Dan Menengah, Tujuan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah (UMKM):

a. mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,

berkembang, dan berkeadilan;

b. menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri;

dan

c. meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam

pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan

pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari

kemiskinan.

Dengan itu pemberdayaan UMKM sangatlah penting untuk

dilaksanakan. Dilihat dari pengertian pemberdayaan, maka pemberdayaan

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah upaya untuk

mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah (UMKM) itu sendiri. Jadi pendekatan pemberdayaan

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) titik beratnya adalah

penekanan pada pentingnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka

(25)

(UMKM) yang demikian diharapkan dapat memberi peranan kepada

individu sebagai objek, tetapi justru sebagai subjek pelaku pembangunan

yang menentukan masa depan dan kehidupan Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah (UMKM).

Pelaksanaan kebijakan dalam rangka strategi pemberdayaan untuk

pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tidak bisa

hanya dibidang permodalan saja, namun juga harus berorientasi secara

keseluruhan atas kebutuhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

baik secara individu maupun kelompok termasuk mendasarkan pada

potensi sumberdaya manusianya.

Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

sebagai suatu rencana yang harus direncanakan serius dan lebih

memfokuskan pada upaya-upaya yang membuat pelaku Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah (UMKM) mampu mengembangkan komunikasi

antar mereka sehingga pada akhirnya mereka dapat saling berdiskusi

secara kontruktif dan mengatasi permasalahan yang ada. Jadi ketika agen

pengubah, baik yang berasal dari lembaga pemerintahan atau

non-pemerintah telah menyelesaikan program pemberdayaan Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah (UMKM) tersebut, pemberdayaan Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai suatu proses yang dapat terus

berlangsung82

82

Loc. Cit

(26)

Pemberdayaan UMKM adalah untuk memperkuat usaha UKM

agar menjadi tangguh dan mandiri, sehingga dapat menghadapi

perdagangan bebas yang bertujuan untuk meningkatkan laju pertumbuhan

perekonomian Indonesia.

2. 4. Defenisi Konsep

Defenisi konsep diperlukan peneliti dalam melakukan penelitian

yakni dengan penggunaan istilah yang khusus untuk menggambarkan

sebuah fenomena yang hendak diteliti secara tepat83

1. Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan

usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan

dana dari bagian laba BUMN.

. Konsep sangat

diperlukan dalam penelitian agar dapat menjaga fokus masalah dan

timbulnya kekacauan ataupun kesalahpahaman yang dapat mengaburkan

penelitian. Oleh karena itu dalam menjelaskan penelitian ini, perlu

dijelaskan beberapa defenisi konsep antara lain :

2. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah

upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha,

dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan

pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang

tangguh dan mandiri.

83

(27)

3. Implementasi program kemitraan dalam pemberdayaan Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan suatu kegiatan yang

dilaksanakan Perusahaan untuk meningkatkan kemampuan Usaha

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian pada Siklus I, menunjukkan bahwa, proses pembelajaran hasil tes perkalian Siklus I menunjukkan anak yang mendapat nilai < 60 sebanyak 13 anak

perangkat akusisi daTI pengolahan data ini adalah masih tingginya frekuensi sinyal yang dapat diolah oleh sistem yang acta sekarang sedangkan kebutuhan untuk analisa sinyal

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: (1) Tingkat intensitas kegiatan keagamaan santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga Tahun Ajaran 2016/

2017 ) pada jurnal penelian meraka yang berjudul “Aplikasi Notifikasi Keadaan Suhu Dan Kelembaban Udara Pada Media Sosial Berbasis Iot “ pada penelitian ini

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI KELAS VII DI SMP MUHAMMADIYAH 6 YOGYAKARTA.. TAHUN

Menjadi menarik ketika etnis Minang merupakan salah satu etnis yang sering diangkat pada Media, namun banyak penggambaran akan etnis Minang yang disajikan membuat etnis ini

This research aims at finding out the correlation between the mastery of present tense and the ability I writing descriptive text of the eighth grade students of SMP N

Gambar 1 dan Gambar 2 menunjukkan bahwa gambaran histopatologis otak terutama di daerah hipokampus dari marmut yang dikastrasi mengalami degenerasi dan kematian