• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mengajar Pada Materi Himpunan Siswa Kelas VII SMP Mater Alma Ambarawa Disusun untuk persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Matematika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mengajar Pada Materi Himpunan Siswa Kelas VII SMP Mater Alma Ambarawa Disusun untuk persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Matematika"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Mengajar Pada Materi Himpunan Siswa Kelas VII

SMP Mater Alma Ambarawa

Disusun untuk persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

AGNES DAYINTA PRAMESTISIWI 202013023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGAJAR PADA

MATERI HIMPUNAN SISWA KELAS VII SMP MATER ALMA AMBARAWA

Agnes Dayinta Pramestisiwi1), Erlina Prihatnani2)

1)

Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga; 202013023@student.uksw.edu

2)

Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga; erlina.prihatnani@gmail.com

Abstrak

Pencapaian hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Mater Alma

Ambarawa belum mencapai KKM. Hasil Belajar menunjukkan bahwa

persentase ketuntasan siswa hanya mencapai 43,5% dengan rata- rata 51,7.

Oleh karena itu dilakukan PTK dengan menerapkan model Discovery

Learning (DL) sebagai tindak lanjut untuk meningkatkan hasil belajar

tersebut. Model DL mempunyai sintak yaitu stimulasi, identifikasi masalah,

pengumpulan data, pengolahan data, dan verifikasi sehingga siswa dapat

terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Model PTK yang digunakan

adalah model Kemmis & Mc Taggart dengan 4 tahap yaitu perencanaan,

pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah 24 siswa kelas

VII B SMP Mater Alma Ambarawa pada semester I Tahun Ajaran 2017/2018.

Penelitian ini dilakukan pada pembelajaran matematika materi himpunan.

Hasil tes setelah diberikan tindakan kelas menunjukkan bahwa persentase

ketuntasan meningkat menjadi 78,2% dengan rata-rata 74,1. Hal ini

menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran DLdapat meningkatkan

hasil belajar siswa kelas VII SMP Mater Alma Ambarawa

Kata kunci : discovery learning, hasil belajar matematika, PTK

PENDAHULUAN Latar Belakang

Matematika merupakan pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan

manusia. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peran matematika

(6)

kehidupan. Suherman (2001: 29) berpendapat bahwa matematika merupakan ratu atau

sumber ilmu dari ilmu yang lain, dengan kata lain matematika tumbuh dan berkembang untuk

dirinya sendiri sebagai suatu ilmu serta dapat melayani kebutuhan ilmu pengetahuan dalam

pengembangan dan operasionalnya. Mengingat pentingnya matematika pemerintah

menetapkan matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di setiap

jenjang termasuk pada jenjang pendidikan menengah.

Pembelajaran matematika sekolah menengah menurut Permendiknas memiliki tujuan

(1) emahami konsep matematika, (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat (3)

memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah (4) mengomunikasikan

gagasan (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan. Akan tetapi

masih terdapat sekolah yang belum bisa mencapai tujuan pembelajaran matematika dilihat

dari rendahnya hasil belajar dalam pembelaharan matematika. Salah satunya pada SMP Mater

Alma Ambarawa.

Kunandar(2011:62) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan atau

kompetensi tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai

peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Sudjana (majid,2014:27)

menyatakan bahwa salah satu keberhasilan proses belajar mengajjar dilihat dari hasil belajar

yang dicapai oleh siswa. Observasi dilakukan selama 2 kali pertemuan. Hasil dari observasi

menunjukkan bahwa proses belajar tidak berfokus pada siswa. Proses yang terjadi adalah

transfer ilmu yang diberikan guru terhadap siswa tanpa menggali pengetahuan yang diketahui

oleh siswa, sehingga siswa tidak mempunyai kesempatan untuk aktif disaat kegiatan belajar

mengajar berlangsung. Proses belajar selanjutnya adalah pemberian contoh soal. Seperti

halnya dalam mempelajari konsep, pada tahap ini pun guru masih merupakan pihak yang

paling mendominasi. Hal ini dapat dilihat bagaimana guru sebagai pihak yang mengajukan

pertanyaan dan guru pula yang menyelesaikan soal tersebut.

Hasil dari proses pembelajaran seperti itu tidak optimal. Berdasarkan data dari daftar

nilai guru terlihat sebagian besar (56,5%) tidak mencapai nilai KKM yang ditetapkan yaitu

65. Rata-rata kelas yang dicapai 23 siswa kelas VII hanya sebesar 51,7. Oleh karena itu perlu

adanya upaya tindak lanjut dari permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran matematika

siswa kelas VII SMP Mater Alma Ambarawa.Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah

memilih dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan standar proses dan standar

isi. Pemilihan model hendaknya memperhatikan hakikat belajar, karakteristik siswa dan juga

karakteristik mata pelajaran. Menurut paham kontruktivisme, pengetahuan tidak bisa

(7)

model pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses

pembelajaran untuk mengkontuksi pengetahuan yang dipelajari. Hal ini senada dengan

kurikulum 2013 yang menuntut siswa untuk berperan aktif. Kurikulum 2013 menganjurkan

bahwa kegiatan belajar mengajar untuk menggunakan pendekatan saintifik yang terdiri dari 5

langkah yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi dan

mengkomunikasikan. Pendekatan ini lebih efektif jika diimplementasikan didalam kelas

dibandingkan dengan pendekatan tradisional.

Untuk memperkuat makna dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik perlu

diaplikasikan model pembelajaran yang berbasis penelitian atau penemuan, salah satunya

model Discovery Learning(DL)atau pembelajaran penemuan. Bruner (Winataputra,

2008:318) menyatakan bahwa belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar

penemuan.J. Richard (Roestiyah:2006) berpendapat bahwa DLialah suatu cara mengajar yang

melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi,

seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. Terdapat 6

sintakDLyang dikemukakan oleh Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya (Illahi, 2012: 87) yaitu

stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), data collection (pengumpulan data), problem

statement (pernyataan/ identifikasi masalah), data prosesing (pengolahan data), verivikasi

(pembuktian), dan generalisation (menarik kesimpulan/generalisasi).

Keberhasilan model pembelajaran discovery learning untuk meningkatkan hasil

belajar sudah dibuktikan dalam beberapa penelitian, diantaranya penelitian Habib Rifai pada

siswa kelas IV dalam mata pelajaran matematika materi bangun ruang dan Bambang

Supriyanto yang menerapkan discovery learning pada materi keliling dan luas lingkaran.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran matematika siswa kelas

VII SMP Mater Alma Ambarawa, maka dilakukan penelitian dalam upaya memperbaiki

proses pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar. Adanya teori dan hasil penelitian

tentang DLmenjadi dasar pemilihan model DLuntuk diterapkan pada pembelajaran

matematika dalam upaya tindak lanjut atas permasalahan yang terjadi. Diharapkan penelitian

ini dapat dapat memperbaiki proses pembelajaran matematika di kelas guna memperbaiki

hasil belajar.

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, masalah

penelitian yang menyangkut metode pembelajaran Discovery Learning dengan pendekatan

(8)

“Apakah penyusunan rencana pembelajaran yang sesuai dengan sintaks Discovery Learning

dengan pendekatan saintifik, serta pelaksanaan pembelajaran sesuai perencanaan tersebut

dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Virgo Fidelis Bawen

Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017?”.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan

tujuan penelitian yaitu menyusunan rencana pembelajaran yang sesuai dengan sintaks

Discovery Learning dan pendekatan saintifik, serta melaksanaan pembelajaran sesuai

perencanaan tersebut dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Virgo

Fidelis Bawen Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017.

KAJIAN PUSTAKA Pengertian Hasil Belajar

Kunandar (2011:62) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kompetensi atau

kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai

peserta didik setelah mengikuti belajar mengajar. Hamalik (Oemar:2007:30) menyatakan

bahwa hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang

yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan

tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik.

Sedangkan menurutSudjana (Kunandar, 2011:276), hasil belajar adalah suatu akibat dari

proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara

terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan

suatu kemampuan baik kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dikuasasi sehingga

menimbulkan perubahan baik pada diri seseorang yang dapat diukur melalui alat pengukuran

berupa tes yang disusun secara terencana.

Model Pembelajaran Discovery Learning

Menurut Bell (1978) belajar penemuan adalah belajar yang terjadi sebagia hasil dari

siswa memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan informasi sedemikian

sehingga ie menemukan informasi baru. Belajar penemuan, membantu siswa dapat membuat

perkiraan, merumuskan suatu hipotesis dan menemukan kebenaran dengan menggunakan

prose induktif atau proses dedukatif, melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi.Bruner

(Schunk, 2012: 372) mengatakan bahwa Discovery Learning mengacu pada penguasaan

(9)

bukan sekedar membaca dan mendengarkan penjelasan dari guru melainkan dengan

penalaran induktif. Penalaran induktif berarti siswa mempelajari contoh-contoh spesifik

dahulu, setelah itu barulah merumuskan aturan-aturan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip

umum.Mulyasa (Illahi, 2012: 32) mendefinisikan Discovery Learning sebagai model

pembelajaran yang menekankan pada pengalaman langsung di lapangan, tanpa harus selalu

bergantung pada teori-teori pembelajaran yang ada dalam pedoman buku. Menurut Kurniasih

& Sani (2014: 64) discovery learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila materi pembelajaran tidak disajikan dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.

Langkah Pembelajaran Model Discovery Learnig

Berdasarkan langkah-langkah Discovery Learning yang disampaikan para ahli, maka

langkah Discovery Learning dalam penelitian ini mengacu pada langkah yang disampaikan

Ahmadi dan Joko Tri Prasetya (Illahi, 2012: 87) & Syah (Hosnan, 2014: 289). Berikut

langkah-langkah atau sintaks Discovery Learning dalam penlitian ini.

1. Stimulasi (Pemberian rangsangan): Guru memberikan permasalahan kepada siswa

2. Problem statement (Identifikasi masalah): Siswa diberi kesempatan untuk

mengidentifikasi masalah yang telah diberikan yang dipandang lebih menarik dan

fleksibel untuk dipecahkan.

3. Data collection (Pengumpulan data): Siswa mengumpulkan informasi dari masalah yang

telah diberikan.

4. Data processing (Pengolahan data): Siswa mengolah informasi yang telah dikumpulkan

untuk mengukur tingkat kepercayaan informasi yang telah dikumpulkan

5. Verifikasi: Membuktikan hasil pengolahan dan penaksiran

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 1. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Saur Tampubolun (2014:19) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah

penelitian yang dilakukan oleh pendidik di dalam kelasnya melalui refleksi diri. Tujuan dari

penelitian tindakan kelas adalah memperbaiki kinerja sebagai pendidik , sehingga hasil

belajar peserta didik menjadi meningkat dan secara sistem mutu pendidikan pada satuan

pendidikan juga meningkat. Sehingga dapat diartikan bahwa penelitian tindakan kelas

merupakan perbaikan dari permasalaha di dalam kelas sehingga meningkatkan kualitas proses

pembelajaran di dalam kelas.

(10)

Ada beberapa prinsip pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Dalam bukunya Saur

Tampubolon (2014:22) mengemukakan bahwa ada sepuluh prinsip pelaksanaan yaitu :

1. Tugas utama pendidik adalah mendidik, sehingga dalam PTK tidak mengganggu proses

pembelajaran di dalam kelas

2. Dalam PTK tidak dijumpai terminologi populasi dan sampel serta variabel, namun

diasumsikan sebagai konsep motivasi dan/atau proposisi, yaitu gabungan dari beberapa

konsep seperti motivasi belajar

3. Metodologi penelitian yang digunakan harus andal untuk memungkinkan pendidik

dapat mengembangkan pembelajaran yang diterapkan dikelas tertentu, dan dapat

dilakukan dengan prinsip SMART (S=specific atau masalahnya khusus, M=manageable

atau dapat dikelolla dengan efektif dan efisien, A=acceptable atau dapat diterima semua

pihak yang berkepentingan, R=realistic atau operasional/praktis, dan T=time-bound

atau tindakan yang dilakukan terhadap siswa sudah ditentukan jangka waktunya)

4. Masalah dari penelitian yang diambil harus bisa dipecahkan oleh pendidik, tidak terlalu

kompleks dan sesuai dengan kebutuhan pendidik

5. Kegiatan meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, serta tetap

diselenggarakan dengan bersandar pada alur dan kaidah ilmiah

6. Analisis data PTK dengan statistik deskriptif, tidak harus dengan statistik inferensial

dan model path analysis

7. Upaya empirisdan sistematis dengan melakukan SWOT analysis yang terdiri dari sua

analisis, yaitu: (1) analisis lingkungan internal (ALI) yang meliputi: S= strenght=

kekuatan W= weakness= kelemahan O= opportunity= peluang, dan T= threat=

tantangan.

8. Menggunakan tindakan prespektif kelas, di mana permasalahan tidak hanya dilihat dari

prespektif kelas, melainkan juga dalam konteks satuan pendidikan sesuai dengan visi

misinya. Tahapan-tahapan PTK selaras dengan pelaksanaan pembelajaran yaitu

perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi, dan refleksi

9. Judul penelitian bersifat spesifik dan fleksibel. Bersifat spesifik berarti difokuskan pada

materi pembelajaran dari kompetensi dasar tertentu untuk beberapa siklus, bersifat

fleksibel berarti difokuskan pada mata pelajaran s materi ajar bersifat luwes dalam satu

semester tanpa mengganti judul penelitian beberapa siklus sampai mencapai indikator

(11)

10.Teknik pengambilan nilai standar kompetensi(SK) berasal dari rata-rata nilai

kompetensi dasar (KD), begitu juga nilai kempetensi dasar berasal dari rata- rata nilai

indikator.

11. PTK bukan remedical teaching, sehingga RPP setiap pertemuan/siklus berbeda,

sementara SK , pendekatan, dan model pembelajaran sama

12.Banyaknya siklus tergantung pada ketercapaian indikator keberhasilan penelitian

3. Model Kemmis & Mc. Taggart

Model Kemmis & Mc Taggart ini merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin.

Penelitianini terdapat 4 tahap dalam setiap siklus yang perlu dilakukan yaitu perencanaan

(plan), pelaksanaan (act), observasi dan refleksi. Dalam penelitian ini tindakan dan observasi

dijadikan menjadi satu kesatuan.

MODEL PENELITIAN Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adapun

Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan karena adanya permasalahan dalam suatu kelas.

Permasalahan yang berupa kesulitan yang dialami siswa tersebut oleh guru/peneliti,

dipelajari, dicermati dan ditemukan penyebabnya untuk ditemukan bentuk pemecahannya.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan sebagai refleksi diri yang bertujuan untuk

memecahkan masalah nyata yang berfokus pada suatu kelas. PTK dalam penelitian ini

menggunakan model spiral Kemmis & Mc Taggart. Penelitian ini terdiri dari siklus-siklus.

Setiap siklus terdiri dari 4 komponen yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (act), observasi

dan refleksi.

Tempat, Waktu, dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Mater Alma Ambarawa semester I Tahun

pelajaran 2017/2018. Penelitian ini dirancang sejak November 2016 dan dilaksanakan pada

tanggal 17 Oktober 2017 hingga tanggal 1 November 2017. Subjek penelitian ini adalah

siswa kelas VII B SMP MaterAlma Ambarawa dengan jumlah siswa sebanyak 23 orang yaitu

9 siswa laki- laki dan 14 siswa perempuan.

Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila memenuhi indikator keberhasilan.

Adapun terdapat 3 indikator keberhasilan yaitu 1) Rata-rata kelas mencapai KKM 2)

(12)

rata-rata pada siklus sebelumnya. Siklus ini akan berjalan terus dengan tahap berurutan

sampai mencapai tujuan yang ditentukan, sesuai dengan indikator kinerja.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Pra Siklus

Tahap awal yang dilakukan peneliti adalah observasi. Observasi dilakukan selama 2

hari pada mata pelajaran matematika di SMP Mater Alma. Hasil observasi menunjukkan

bahwa proses pembelajaran matematika di kelas VII matematika masih berfokus pada guru,

sehingga pembelajaran berlangsung dengan guru yang mendominasi pelaksanaan proses

belajar. Hal itu dapat dilihat dari bagaimana guru langsung memberikan dan menjelaskan

materi, tanpa memberikan siswa kesempatan untuk terlibat langsung dan mambangun

pengetahuan pada materi yang dipelajari. Siswa sebagai subjek pembelajaran hanya

menerima materi yang disampaikan guru.

Hasil dari proses pembelajaran tersebut tidak optimal. Hal ini salah satunya dilihat

dari rekapitulasi hasil tes tengah semester yang ditampilkan pada Tabel 1. Rata-rata dari 23

siswa tersebut hanya mencapai 51,7. Nilai ini masih di bawah KKM ditentukan yaitu 65.

Selain itu, siswa yang masuk dalam kategori tuntas juga hanya mencapai 43,5%, sedangkan

56,5% siswa lainya tidak mencapai KKM.

Tabel 1.

Hasil Belajar Matematika Siswa pada Prasiklus

Jumlah

Perencanaan yang dilakukan pada siklus I adalah berdiskusi dengan guru untuk

menentukan materi dan waktu pelaksanaan tindakan, dilanjutkan dengan perencanaan

penyususnan perangkat pembelajaran seperti membuat PPT, lembar kerja siswa (LK), nama

identitas kelompok dan identitas siswa, penyusunan RPP sesuia dengan standar proses

kurikulum 2013, penyusunan lembar observasi untuk kegiatan guru, lembar observasi respon

(13)

dan intrumen tes sekaligus melakukan validasi instrumen dengan pakar yaitu dosen

matematika dan guru matematika untuk intrumen tes hasil belajar.

Pelaksanaan

Siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan (7 jam pelajaran). Pelaksanaan siklus

dimulai pada hari Selasa, 7 November 2018 dan berakhir pada hari Selasa, 14 November

2018. Tujuan pertemuan pertama siswa dapat menentukan himpunan dan bukan himpunan,

menentukan anggota dan bukan anggota himpunan, menentukan cara penyajian himpunan,

menemukan konsep himpunan semesta, memahami kardinalitas, memahami macam-macam

diagram venn, dan memahami konsep himpunan kosong.

Pelaksanaan pembelajaran pertemuan pertama siklus I terdiri dari tiga kegiatan

discovery learning. Pada pertemuan pertama dimulai dari pendahuluan dengan melakukan

doa bersama yang dipimpin oleh siswa dan mengecek kehadiran sisiwa. Guru menyiapkan

peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti pembelajaran dengan cara mengajak

siswa menirukan gerakan pada video. Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran

dan materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan guru membagi siswa dalam beberapa kelompok

secara acak sehingga terbentuk kelompok heterogen, masing- masing kelompok

beranggotakan 5-6 orang.

Pada kegiatan discovery learning yang pertama guru memberi stimulasi dengan

menampilkan tayangan slide yang berisi beberapa macam kumpulan dan mengklarifikasi

beberapa kumpulan pada kelompok himpunan atau bukan himpunan. Siswa didalam

kelompok mencermati dan mengidentifikasi ciri-ciri himpunan dan bukan himpunan. Setelah

itu kelompok mengumpulkan data dan mencoba mengklarifikasi kumpulan yang belum

dikategorikan pada kelompok himpunan atau bukan himpunan, sehingga siswa secara

langsung dalam membangun dan mengembangkan pengetahuan terkait materi himpunan.

Guru menjadi fasilitator ketika siswa mengolah data. Siswa memeriksa jawaban sementara

yang didapatkan saat pengolahan data dengan mempresentasikan di depan kelas dan guru

yang mengoreksi hasil jawaban siswa saat melakukan presentasi. Selanjutnya siswa menarik

kesimpulan jawaban tentang ciri-ciri himpunan dan bukan himpunan.

Pada kegiatan discovery learning yang kedua, guru kembali memberikan stimulasi

terkait keanggotaan dalam himpunan dan memperkenalkan tanda anggota dan bukan anggota.

Siswa didalam kelompok mencermati dan memahami cara menentukan keanggotaan. Siswa

mengumpulkan data dan menentukan keanggotaan dari himpunan yang diberikan. Siwa

(14)

Guru mengoreksi hasil jawaban siswa saat presentasi, menarik kesimpulan, dan meminta

siswa melengkapi LK terkait dengan keanggotaan. Pada kegiatan discovery learning yang

ketiga yaitu memahami jenis- jenis penyajian himpunan, guru memberikan stimulasi dengan

memberikan kertas yang berisi contoh penyajian himpunan secara acak pada masing masing

kelompok. Guru menempelkan kertas pada papan tulis yang berisi tabel untuk

mengkategorikan tiga macam penyajian himpunan. Siswa dalam kelompok mencoba

mengklasifikasikan contoh penyajian himpunan dan menempelkan hasil jawaban pada tabel

yang disediakan. Setelah semua siswa menempelkan jawaban pada tabel, masing- masing

kelompok mempresentasikan hasil jawabannya dan kelompok lain mengkoreksi, Guru

mengkoreksi jawaban siswa dan menarik kesimpulan. Guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk bertanya.

Pertemuan kedua, terdiri dari tiga kegiatan discovery learning, untuk mengawali

pelajaran guru memberi salam dan mengecek kehadiran siswa. Seperti halnya pertemuan

pertama, siswa dibagi didalam kelompok. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada hari

kedua yaitu menemukan konsep himpunan semesta, memahami kardinalitas, memahami

macam-macam diagram Venn, dan memahami konsep himpunan kosong. Guru meminta

siswa menuliskan anggota himpunan dari himpunan yang diberikan, siswa bekerjasama

didalam kelompok. Guru meminta siswa menuliskan hasil jawaban pada papan tulis, lalu

mengajarkan siswa menggambar diagram venn dari himpunan yang telah dituliskan

kelompok sekaligus memperkenalkan kardinalitas, himpunan kosong, dan himpunan semesta.

Siswa memahami cara menggambar diagram venn dan diberi kesempatan untuk bertanya.

Guru memperkenalkan macam- macam diagram venn. Siswa dalam kelompok memahami

cirri- cirri dan perbedaan pada setiap diagram venn. Masing- masing kelompok diberikan

satu soal cerita dan diminta menggambar diagram venn. Kelompok mengummpulkan data

dan mulai menggambar diagram venn. Kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan

kelas dan kelompok lain memberi tanggapan. Guru mengkoreksi jawaban kelompok,

memberikan kesempatan siswa untuk bertanya, dan menarik kesimpulan.

Observasi

Pengamatan ini difokuskan pada aktifitas yang dilakukan siswa pada saat proses

pembelajaran, serta aktifitas yang dilakukan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran

sesuai dengan perencanaan yang menggunakan model Discovery Learning dalam

pembelajaran matematika. Hasil rekapitulasi pengisian lembar observasi pada siklus 1 dapat

(15)

Tabel 2

.Rekapitulasi Pengisian Lembar Observasi Siklus I

Indeks Hasil Observasi

Indeks Observasi Pembelajaran Guru 81,4 82,1 81,75 Baik

Indeks Observasi Pembelajaran Siswa 78,2 80,6 80,15 Baik

Indeks Observasi Kondidi Lingkungan 90 85 87,5 Sangat Baik

Dari hasil data observasi yang dilakukan pada siklus 1 diperoleh hasil observasi

sebagai berikut.

1. Siswa sudah termotivasi dengan baik.

2. Siswa menjadi aktif dalam melakukan kegiatan menggunakan model Discovery

Learning.

Hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Adapun hasil belajar pada siklus 1 dapat

dilihat pada Tabel3.

Tabel 3

Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Siklus I

Jumlah

dimana kelemahan dari 5 siswa tersebut adalah pasif dan tidak focus dalam pembelajaran dan

kurang memahaminya materi yang diajarkan. Namun demikian, siswa yang tuntas sebanyak

78,2% (18 siswa) sehingga dari ketercapaian klasikal siswa yang tuntas sudah mencapai 75%.

Jika dilihat dari persentase ketercapaian ketuntasan pelaksanaan siklus I dapat dikatakan

berhasil karena sudah mencapai indikator keberhasilan ketuntasan klasikal yang sudah

ditetapkan yaitu 75% sehingga siklus pada PTK ini berhenti pada siklus I.

Refleksi

Keterlaksanaan pembelajaran discovery learning pada siklus I sudah mencapai hasil

belajar yang diharapkan. Pada proses pelaksanan discovery learningberdampak pada

keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran dan siswa dapat dengan bebas

(16)

menjadi lebih memahami materi karena terlibat langsung didalam proses pembelajaran

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada SMP Mater Alma Ambarawa.

Deskripsi antar siklus

Berdasarkan uraian diatas penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua tahapan pelaksanaan yaitu tahap prasiklus dan siklus I. Kedua tahapan tersebut merupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan satu sama lain, artinya pelaksanaan siklus I perbaikan dari prasiklus. Perbandingan dari hasil belajar matematika tiap tahapan siklus tersebut dapat dilihat pada Gambar 1, sedangkan Rekapitulasi data tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.

Gambar 1.

Gambar 1. Perbandingan Hasil Belajar Antar Siklus

Tabel 4.

disajikan dalam Gambar 1 terdapat beberapa karakter pencapaian hasil belajar diantaranya:

(17)

1. Siswa dengan hasil belajar konsisten lebih dari KKM pada kedua siklus, misalnya

siswa nomor 22. Siswa tersebut memiliki kemampuan matematika yang baik akan

tetapi siswa ini mudah puas dengan apa yang dicapai sehingga siswa ini mengerjakan

tes tidak secara maksimal.

2. Siswa dengan hasil belajar di kedua siklus telah mencapai KKM dan mengalami

kenaikan diantaranya siswa nomor 2, 3, 6, 14, dan 23. Siwa tersebut memiliki

kemampuan matematika yang baik dan disertai adanya daya juang untuk memperoleh

hasil maksimal.

3. Siswa yang hasil belajar matematika tidak mencapai KKM pada prasiklus mengalami

kenaikan dan mencapai ketuntasan pada siklus I, contohnya siswa nomor absen 1, 4,

5, 7, 8, 9, 11, 12, 19, 20, dan 21 . Hal ini dikarenakan adanya keinginan siswa untuk

memperbaiki nilai dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Keinginan mendapat

nilai yang maximal terlihat pada siswa nomor 9 dimana mengalami kenaikan nilai

yang sangat tinggi.

4. Siswa yang hasil belajar matematika telah mengalami kenaikan namun tetap belum

mencapai KKM. Sebenarnya siswa tersebut sudah mempunyai keinginan untuk

medapatkan nilai yang baik, akan tetapi usaha yang dilakukan belum maksimal.

Tabel 4.

kelas dari 51,7 menjadi 74,1 dengan ketuntasan yang juga terjadi peningkatan sebesar 22,2%

yaitu dari 43,5% menjadi 78,2%. Tabel 4 menunjukan peningkatan jumlah siswa tuntas dari

prasiklus ke siklus 1. Kondisi tersebut juga diiringi dengan menurunnya jumlah siswa yang

tidak tuntas dari 1 siswa menjadi 5 siswa. Persentase ketuntasan kelas VII A yang dicapai

pada prasiklus ke siklus I tersebut telah mencapai indikator keberhasilan ketuntasan klasikal

yaitu minimal 75% siswa tuntas KKM, serta nilai rata-rata kelas juga telah mencapai KKM

(18)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan DL untuk meningkatkan hasil belajar

mengajar siswa kelas VII B SMP Mater Alma Ambarawa. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa rata- rata hasil belajar siswa setelah akhir siklus sebesar 74,1 telah mencapai KKM

dengan persentase siswa yang termasuk kategori tuntas sebesar 78,2% dan telah melampaui

batas ketuntasan klasikal. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

penerapan DL dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII B SMP Mater Alma

Ambarawa.

Saran

Penelitian Tindakan kelas dengan penerapan model pembelajaran discovery learning

ini menunjukkan bahwa model discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa

kelas VII B di SMP Mater Alma Ambarawa. Penelitian ini telah menunjukkan bahwa salah

satu faktor yang dapat menentukan pencapaian hasil belajar adalah siswa terlibat langsung

dalam mengkontruksi pengetahuan yang sedang dipelajari, oleh karena itu disarankan bagi

siswa untuk bersifat aktif dalam proses pembelajaran, tidak hanya berperan sebagai

pendengar dan hanya mendapat transfer ilmu dari guru. Adapun bagi guru disarankan untuk

menggunakan DL untuk meningkatkan hasil belajar siswa.Bagi peneliti lain dapat meneliti

dampak yang mungkin dapat diberikan oleh DL selain terhadap hasil belajar, misalnya

terhadap kemampuan berfikir kritis. DL dapat meningkatkan hasil belajar salah satunya

karena adanya prinsip kontruktivisme pada DL,oleh karena itu disarankan begi peneliti lain

untuk meneliti penerapan model pembelajaran lain yang juga berdasarkan kontruktivisme

dalam kaitan sebagai upaya untuk menghasilkan hasil belajar yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

DimyatidanMudjiono. 2006. BelajardanPembelajaran. Jakarta: RinekaCipta

Dimyati, dkk. 2002. BelajardanPembelajaran. Jakarta: RinekaCipta

Slameto.2010. BelajardanFaktor-faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta:PTRinekaCipta

Sudjana, Nana.1990. PenelitianHasil Proses BelajarMengajar. Bandung:

RemajaRosdaKarya

Hamalik, Oemar. 2007. Proses BelajarMengajar. Bandung: Rosda

Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor:

(19)

Hudoyo, Herman. 2000. PengembanganKurikulumdanPengembanganMatematika. Malang:

UNM.

Illahi, Mohammad Takdir. 2012. Pembelajaran Discovery Strategy & Mental Vocational

Skill. Jogjakarta: DIVA Press.

Ismunanto, dkk. 2011. EnsiklopediaMatematika. Jakarta: PT LenteraAbadi

Ngermanto, Agus. 2013. Einstein CilikMatematik. Bandung: Khazanah

Sanjaya. 2013. PenelitianPendidikanJenis, MetodedanProsedur. Jakarta: KencanaPrenada

Media Group

Slameto.2010. BelajardanFaktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT RinekaCipta

Sriyono, dkk.1992. TehnikBelajarMengajardalam CBSA. Jakarta: RinekaCipta

Sugiyono. 2008. MetodePenelitianPendidikan, PendekatanKuantitaif, Kualitatifdan R&D.

Gambar

Tabel 1. Hasil Belajar Matematika Siswa pada Prasiklus
Tabel 2 .Rekapitulasi Pengisian Lembar Observasi Siklus I
Gambar 1.
Hasil Belajar Matematika Antar SiklusTabel 4.

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

Dengan menerapkan metode peer teaching dalam pembelajaran siswa diharapkan dapat memahami informasi dan pesan – pesan yang diberikan oleh guru dalam bentk materi gerak

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan menunjukkan bahwan strategi pengelolaan destinasi pariwisata Kota Bukittinggi sudah berjalan dengan baik tetapi

tata kelola satuan pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar, dan/atau pendidikan menengah yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi fisik, penggunaan lahan dan pola perkembangan permukiman di wilayah hutan bakau desa Ratatotok Timur dan Ratatotok Muara

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa sebagian besar siswa menganggap bahasa Inggris penting untuk karir masa depan mereka dengan berpendapat bahwa bahasa

Nyoman Ayu Aryani et.al., 2014, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Terhadap Prestasi Belajar IPS , e-Journal Mimbar PGSD