• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERIKSAAN CACING ENDOPARASIT PADA TIKUS (Rattus spp.) DI DESA CITEREUP KECAMATAN DAYEUH KOLOT, KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT 2013 STUDY ENDOPARACITES HELMINTH OF RATS (Rattus spp.) IN CITEREUP- DAYEUH KOLOT BANDUNG, WEST JAVA 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEMERIKSAAN CACING ENDOPARASIT PADA TIKUS (Rattus spp.) DI DESA CITEREUP KECAMATAN DAYEUH KOLOT, KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT 2013 STUDY ENDOPARACITES HELMINTH OF RATS (Rattus spp.) IN CITEREUP- DAYEUH KOLOT BANDUNG, WEST JAVA 2013"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERIKSAAN CACING ENDOPARASIT PADA TIKUS (Rattus spp.) DI DESA CITEREUP KECAMATAN DAYEUH KOLOT, KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT 2013

STUDY ENDOPARACITES HELMINTH OF RATS (Rattus spp.) IN CITEREUP- DAYEUH KOLOT BANDUNG, WEST JAVA 2013

Ribia Tutstsintaiyn*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan

Jalan. Prof. Dr. Soepomo, S.H. Janturan, Umbul Harjo Yogyakarta

E_mail: i.am.ribia@gmail.com

Accepted:24/8/2013 Reviewed:26/8/2013 Reviewed:8/10/2013 Revised:18/10/2013

ABSTRAK

Kejadian penyakit zoonosis bersumber dari tikus disebabkan oleh adanya endoparasit berupa cacing yang hidup pada tikus. Bulan April 2013, di Desa Citereup Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung, Jawa Barat terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) leptospirosis. Sebagai salah satu upaya kewaspadaan dini, pengukuran risiko dan studi potensi bahaya kesehatan penyakit bersumber tikus, perlu di lakukan pemeriksaan endoparasit pada tikus. Jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan penangkapan dan identifikasi tikus, identifikasi keberadaan dan jenis endoparasit pada organ dalam, dan identifikasi spesies yang ditemukan. Penangkapan tikus selama tiga hari menggunakan 100 perangkap. Spesies tikus yang ditemukan Rattus tanezumi dan Rattus norvegicus. Jenis cacing endoparasit yang ditemukan pada organ hati Taenia taeniaeformis, pada organ lambung dan usus Hymenolepis diminuta, dan Nippostrongilus brassiliensis ditemukan pada organ usus. Cacing yang ditemukan dalam penelitian ini seluruhnya bersifat zoonosis.

Kata kunci : tikus, zoonosis, cacing endoparasit

ABSTRACT

Incidence of zoonotic disease, caused by endoparacitic helminth in rats. April 2013, in Citereup - Dayeuhkolot Bandung, West Java occurred outbreak rat bourne disease. Study of endoparasitic helminth in rats performed as an early warning effort, risk measurement and study of potential hazards. This type of research is descriptive qualitative approach. The data collected by trapping rats and identification rat species and identification of the presence and type of endoparasites in internal organs. Trapping rats using 100 live traps during three days. Rats species found in this study is Rattus tanezumi and Rattus norvegicus. Endoparasitic helminth identified species i.e. Taenia taeniaeformis in the liver, Hymenolepis diminuta in the stomach and intestines. On the intestinal Nippostrongilus brassiliensis was also found. All worms were found in this study are zoonotic.

Key words: rats, zoonotic, endoparacites helminth

PENDAHULUAN Selain sebagai hama, tikus juga dikenal

sebagai sumber sekaligus penyebar penyakit Di dunia ada 29 suku atau familia rodent,

zoonosis seperti pes, leptospirosis, demam semak, tiga diantaranya ada di Indonesia yang salah satunya

salmonellosis, radang otak, radang paru, diare darah, adalah suku Muridae (tikus) sejumlah 171 spesies.

1 dan gastritis akibat parasit. Anggota Muridae atau tikus di Jawa sendiri terdapat

22 spesies. Spesies yang sering dijumpai di Kejadian penyakit zoonosis bersumber pemukiman adalah Rattus norvegicus (tikus got atau tikus beberapa diantaranya diakibatkan oleh adanya tikus riul), R. tanezumi (tikus rumah Asia) dan cacing endoparasit yang bersarang pada tikus. Mus musculus (tikus piti). Tikus berperan sebagai Endoparasit jenis cacing yang ditemukan pada tikus hama yang kosmopolit yang dapat merusak tanaman yaitu Cestoda, Nematoda, dan Trematoda. Dari

padi. beberapa pengamatan, ditemukan Nematoda pada

PEMERIKSAAN BAKTERI LEPTOSPIRA PADA SAMPEL DARAH MANUSIA SUSPECT LEPTOSPIROSIS MENGGUNAKAN METODE PCR (POLYMERASE CHAIN REACTION)

EXAMINATION OF LEPTOSPIRA BACTERIA IN LEPTOSPIROSIS SUSPECT HUMAN BLOOD SAMPLES USING PCR METHOD (POLYMERASE CHAIN REACTION)

* Sefrita Tri Utami,Dyah Fitri Kusharyati, Hendro Pramono *

Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Jl. Dr. Soeparno No. 63 Grendeng, Purwokerto

E-mail: http://bio.unsoed.ac.id

Accepted:26/8/2013 Reviewed:28/8/2013 Reviewed:8/10/2013 Revised:21/10/2013

ABSTRAK

Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Kasus leptospirosis sering tidak menunjukkan gejala klinis yang spesifik dan sulit didiagnosis tanpa pengujian sampel di laboratorium. Pengujian dengan menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction) dinilai lebih akurat dibandingkan dengan metode yang lain. Komponen-komponen yang dibutuhkan dalam pemeriksaan bakteri Leptospira pada sampel darah manusia menggunakan metode PCR adalah DNA template, enzim polymerase, Primer PU 1 dan

2+

Primer SU 1, Primer Lep R1, air, Mg , dan dNTP. Pemeriksaan bakteri Leptospira pada sampel darah manusia meliputi pengambilan sampel, isolasi DNA, pemeriksaan dengan metode PCR, dan running elektroforesis.

Kata kunci: leptospirosis, Leptospira, metode PCR

ABSTRACT

Leptospirosis is a zoonotic disease, which is caused by leptospira. Leptospirosis cases often show no specific clinical symptoms and is difficult to diagnose without testing samples in the laboratory. Testing using PCR (Polymerase Chain Reaction) is considered more accurate than the other methods. Components required in the examination Leptospira bacteria in human blood samples using PCR method is DNA template, DNA polymerase

2 +

enzyme, forward primer (PU1 and SU1) and reverse primer (Lep R1), nuclease free water, Mg , and dNTPs. Examination of Leptospira bacteria in human blood samples include sampling, DNA isolation, examination by PCR, and electrophoresis running.

Key words: leptospirosis, Leptospira, PCR methods

PENDAHULUAN Gejala penyakit ini sangat bervariasi mulai

dari demam, ikterus, hemoglobinuria, pada hewan Leptospirosis adalah penyakit zoonosis,

yang hamil dapat terjadi abortus dan janin lahir mati, disebabkan oleh infeksi bakteri yang berbentuk

Leptospira. bahkan dapat menyebabkan kematian pada

spiral dari genus Leptospirosis tersebar 1

penderitanya. Tingkat keganasan serangan luas di seluruh dunia, terutama pada daerah tropis.

leptospirosis tergantung dari serovar Leptospira dan Penularan leptospirosis pada manusia terjadi

spesies hewan yang terinfeksi pada daerah melalui kontak langsung dengan hewan terinfeksi

3,4,5

Leptospira atau secara tidak langsung melalui tertentu. Leptospirosis pada manusia dapat berupa penyakit ringan sampai berat tergantung genangan air yang terkontaminasi urin yang

Leptospira serovar yang menginfeksi. Penderita penyakit

terinfeksi . Bakteri ini masuk ke dalam

leptospirosis yang kronis dapat bertindak sebagai tubuh melalui kulit yang luka atau membran

2

karier karena bakteri dapat bersarang di dalam ginjal mukosa.

(2)

11. Purwanto S, Praba G, Retno H. Kepadatan 15. WHO. Vector control in international health. Tikus dan Pinjal sebagai Indikator Kerentanan Geneva; 1988.

Wilayah Pelabuhan tanjung Emas terhadap

16. Suyanto A. Rodent di Jawa. Bogor: LIPI; 2006. Transmisi Pes. Jurnal Ilmiah Nasional [serial

17. Priyambodo S. Pengendalian hama tikus Internet]. 2008 [diakses tanggal 17 Agustus

terpadu. Jakarta: Penebar Swadaya; 2003. 2 0 1 3 ] . A v a i l a b l e f r o m :

http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=6

18. Maharani, A. Studi kepadatan tikus beserta 1&src=a&id=129313.

infestasi pinjal dan tungau di Pasar Tradisonal Johar, Kota Semarang. Skripsi. Semarang: 12. Listriyani I. Survei kepadatan tikus di Pasar

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Peterongan dan Pasar Wonodri. Skripsi.

Diponegoro; 2010. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Muhammadiyah Semarang; 2006.

19. Mulyono A, Ristiyanto, Soesanti N. Karakteristik histopatologi hepar tikus got 13. Departemen Kesehatan RI. Pedoman

Rattus norvegicus infektif Leptospira sp. Jurnal penanggulangan pes di Indonesia. Sub

Vektor dan Reservoir Penyakit. 2009; 1 (2): 85-Direktorat Zoonosis Dirjen Pengendalian

93. Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta:

Depkes; 2000.

20. Delany MJ. The ecology of small mammals. London: Edward Arnold; 1976.

14. Mutholib A. Indeks pinjal pada tikus yang tertangkap di Pasar Peterongan dan Wonodri

21. Hadi. Jenis-jenis tungau trombokulid di Semarang. Skripsi. Semarang: Fakultas

I n d o n e s i a . J a k a r t a : U n i v e r s i t a s K e s e h a t a n M a s y a r a k a t U n i v e r s i t a s

Indonesia;1991. Muhammadiyah Semarang; 2006.

minggu pertama setelah infeksi dan berlangsung monosmotik, sedangkan bahan-bahan yang lebih sampai beberapa bulan. Kasus leptospirosis kasar perlu diperlakukan dengan detergen yang seringkali tidak menunjukkan gejala klinis yang kuat seperti triton X-100 atau dengan sodium spesifik dan sulit didiagnosis tanpa pengujian dodesil sulfat (SDS). Langkah ini harus disertai sampel di laboratorium. Pengujian dengan dengan perusakan membran nukleus. Sel menggunakan metode PCR (Polymerase Chain mengalami lisis, remukan-remukan sel harus Reaction) dinilai lebih akurat apabila dibandingkan dibuang. Pembuangan remukan sel dilakukan

6

dengan metode yang lain. dengan sentrifugasi. Protein yang tersisa dipresipitasi menggunakan fenol atau pelarut organik seperti kloroform, selanjutnya

METODE

disentrifugasi dan dihancurkan secara enzimatis Bahan penulisan artikel ini adalah literatur dengan protease. DNA yang telah dibersihkan dan cara yang digunakan dalam penulisan ini adalah dari protein dan remukan sel masih tercampur studi literatur dari berbagai sumber baik berupa buku dengan RNA sehingga perlu ditambahkan

7 maupun artikel ilmiah yang berhubungan dengan RNAse untuk membersihkan DNA dari RNA. pemeriksaan bakteri Leptospira menggunakan

Prinsip utama sentrifugasi adalah metode PCR.

memisahkan substansi berdasarkan berat jenis molekul. DNA kromosom dan plasmid yang kemurniannya cukup tinggi akan diperoleh

PEMBAHASAN

dengan menjalankan prosedur secara benar, Pemeriksaan bakteri Leptospira pada sampel

d a p a t d i l i h a t d a r i p e n a m p a k a n h a s i l darah penderita suspect leptospirosis melalui

elektroforesis yang baik. Tujuan dilakukannya beberapa tahapan berikut:

lima kali sentrifugasi adalah agar dalam proses

1. Isolasi DNA isolasi DNA akan didapatkan DNA murni yang

Isolasi DNA adalah memisahkan DNA bebas dari kotoran-kotoran sel, maupun RNA kromosom atau DNA genom dari komponen - dan protein. Ketelitian dan kecermatan dalam komponen sel lain. Sumber DNA bisa berasal pelaksanaan penelitian, sangat menentukan hasil 8 dari tanaman, kultur mikroorganisme, atau sel kemurnian DNA kromosom dan plasmid. manusia. Membran sel dilisis dengan Presipitasi merupakan tahap terakhir dalam menambahkan detergen untuk membebaskan isolasi DNA. Presipitasi bertujuan untuk isinya, kemudian pada ekstrak sel tersebut mengendapkan protein histon, sehingga untai-ditambahkan protease, yang berfungsi untai DNA tidak lagi menggulung (coiling) dan mendegradasi protein dan RNAse, yang berikatan dengan protein histon, yang

9 berfungsi untuk mendegradasi RNA, sehingga menyebabkan DNA menjadi terlihat.

yang tinggal adalah DNA. Ekstrak tersebut B e r d a s a r k a n h a s i l i s o l a s i D N A 0

selanjutnya dipanaskan sampai suhu 90 C untuk m e n g g u n a k a n s a m p e l d a r a h m a n u s i a , menginaktifasi enzim yang mendegradasi DNA menunjukkan adanya kabut putih, hal ini dapat (DNase). Larutan DNA kemudian di presipitasi dikatakan bahwa isolasi DNA berhasil, sesuai

10

dengan etanol dan bisa dilarutkan kembali pernyataan, pekat atau tidaknya larutan DNA menggunakan air, akhirnya didapatkan DNA tergantung dari preparasinya, ditunjukkan

7

murni. dengan adanya kabut putih. Semakin baik

Isolasi DNA diawali dengan perusakan preparasinya, seringkali menghasilkan DNA dan atau pembuangan dinding sel, yang dapat yang pekat. Hasil DNA yang didapatkan kurang dilakukan baik dengan cara mekanis seperti pekat, maka diperlukan adanya pemekatan untuk sonikasi, tekanan tinggi, beku-leleh, maupun meningkatkan konsentrasi DNA.

(3)

Merapi, Jawa Tengah. Jurnal Vektor dan ditemukan pada rodent dalam gedung. Indeks umum

Reservoir Penyakit. 2009; 1 (2): 73-83. pinjal dan indeks khusus pada penelitian memiliki

2. Priyambodo S. Sigit SH dan Upik KH, editor. persamaan karena hanya ditemukan satu jenis pinjal

. Hama pemukiman Indonesia: pengenalan,

X. cheopis. Indeks umum pinjal sebesar 2,03

biologi dan pengendalian tikus. Bogor: termasuk melebihi standar.

Fakultas Kedokteran Hewan IPB; 2006. Menurut WHO tahun 1988 dan pedoman

3. Ristiyanto, Sustriayu N, Soenarto N, pemberantasan pes di Indonesia tahun 2000, suatu

Haripurnomo K, Damar TB. Tikus, ektoparasit, wilayah dikatakan waspada terhadap penularan pes dan penyakitnya. Salatiga: Balai Besar jika 30% tikus dihuni oleh pinjal, indeks khusus Penelitian dan Pengembangan Vektor dan

X. cheopis Reservoir Penyakit (B2P2VRP); 2002.

pinjal >1, dan indeks umum pinjal

X. cheopis >2. Jika memenuhi kriteria tersebut maka 4. Omudu, Agbo E, Terlumun T. A survey of rats 13,15

perlu dilakukan pengendalian. trapped in residential apartments and their ectoparasites in Makurdi, Nigeria. Research Journal of Agriculture and Biological Science

KESIMPULAN [serial on the Internet]. 2010 [cited 2013 Aug

17]; 6 (2): [144-49]. Available from: Tikus yang banyak tertangkap adalah Rattus

www.insipub.com/rjabs/2010/144-149.pdf. tanezumi dan lebih banyak berjenis kelamin jantan.

5. Kia EB, Sani HM, Hassanpoor H, Vatandoost Tikus lebih banyak tertangkap di dalam los pasar.

H, Zahabiun F, Akhavan AA, Bojd AA, Keberhasilan penangkapan tikus lebih tinggi pada

Telmadarraiy Z. Ectoparasites of rodents hari ke-2 dan di dalam los pasar lebih besar. Ketiga

captured in Bandar Abbas, Southern Iran. spesies tikus yang tertangkap semuanya terinfestasi Iranian J Arthropod-Borne Dis [serial on the oleh pinjal. Jumlah pinjal yang menginfestasi Internet]. 2009 [cited 2013 Aug 17]; 3(2):

[44-9 ] . A v a i l a b l e f r o m : spesies yang tertangkap sebanyak 67 ekor. Spesies

www.journals.tums.ac.ir/pdf/14951. pinjal yang menginfestasi tikus yaitu Xenopsylla

cheopis. Indeks umum pinjal melebihi standar. 6. Ristiyanto. Pengamatan fauna tikus dan ektoparasit di daerah pemukiman penduduk dan persawahan sekitar Danau Rawa Pening

SARAN sehubungan dengan potensinya sebagai

penular penyakit bersumber binatang. Sanitas. Perlu dilakukan pengendalian populasi tikus

1997; 3 (1): 32-5. secara rutin dengan melibatkan peran serta pedagang

7. Ristiyanto dan Farida DH. Rodentologi pasar. Selain itu juga perlu pengendalian vektor

Kesehatan. Salatiga: Balai Besar Penelitian dan pinjal tikus Xenopsylla cheopis dengan

Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit memperhatikan sanitasi lingkungan.

(B2P2VRP); 2005.

8. Boris R, Krasnov, Irina S, Khoklova, George I,

UCAPAN TERIMA KASIH Shenbrot. Density dependent host selection in

ectoprasites: An application of isodar theory to Peneliti mengucapkan terima kasih kepada

fleas parasitizing rodents. [cited 2013 Aug 17]. seluruh pihak yang turut berkontribusi dalam A v a i l a b l e f r o m : penelitian ini, khususnya kepada Balai Litbang www.springerlink.com/index/E64H93PKYD

B3R4R2.pdf. P2B2 Banjarnegara dan Dinas Pasar utamanya Unit

Pelaksana Teknik Pasar Kota Banjarnegara yang 9. Sembel DT. Entomologi Kedokteran. telah memberikan kesempatan untuk dapat Yogyakarta: Andi; 2009.

melakukan penelitian ini.

10. Ibrahim IN, Winoto I, Wongsrichanalai C, Blair P, Stoops C. Abundance and distribution of Xenopsylla cheopis during on small mammals

DAFTAR PUSTAKA

collected in West Java, Indonesia during rodent – borne disease surveys. Southest Asia J Top 1. Ristiyanto, Mulyono A, Agustini M, Yuliadi B,

Med Public Health [serial on the Internet]. 2006 Muhidin. Indeks keragaman ektoparasit pada

Rattus tanezumi [cited 2013 Aug 17]; 37(5). Available from: tikus rumah (Temminck,

www.tm.mahidol.ac.th/seameo/2006_37_5/13 1844) dan tikus polinesia Rattus exulans (Peal,

-3815.pdf. 1848) di daerah enzootik pes Lereng Gunung

kontaminan lain pada tangan, serta menjaga mikroliter dan 40 mikroliter Proteinase K tangan dari larutan yang berbahaya. Tabung ditambahkan ke dalam eppendorf, kemudian eppendorf (tube) digunakan untuk menampung dihomogenkan dengan menggunakan vortex. larutan hasil ekstraksi, sedangkan vortex Selanjutnya, diinkubasi dalam waterbath selama

0

digunakan untuk menghomogenkan larutan 10 menit pada suhu 70 C. setelah diinkubasi, dengan prinsip menggunakan bantuan energi ditambahkan 100 mikroliter isopropanol dan listrik. Waterbath digunakan untuk inkubasi dihomogenkan menggunakan vortex. Larutan sampel DNA. Ice pack berfungsi untuk yang sudah homogen dipindah ke tabung high menyimpan DNA hasil isolasi. Microsentrifuge pure filter, kemudian disentrifugasi selama satu digunakan untuk sentrifugasi, mikropipet dan tip menit dengan kecepatan 8000 x g. Cairan berupa digunakan untuk memindahkan larutan secara kotoran yang terdapat di tabung koleksi dibuang. akurat, lemari pendingin digunakan untuk proses 500 mikroliter inhibitor removal buffer kondensasi. Tabung high pure filter berfungsi ditambahkan, kemudian disentrifugasi dengan untuk memisahkan natan dan supernatan yang kecepatan 8000 rpm selama 1 menit. diperoleh ketika proses sentrifugasi. DNA Selanjutnya, cairan berupa kotoran yang terdapat sampel tidak luruh bersama kotoran, protein, di tabung koleksi dibuang. Wash buffer sebanyak maupun RNA, karena DNA akan menempel 500 mikroliter ditambahkan, kemudian pada filter yang terdapat dalam tabung tersebut disentrifugasi dengan kecepatan 8000 x g selama (bagian yang berwarna putih). Pasangan dari 1 menit. Cairan berupa kotoran yang terdapat di tabung high pure filter ini dinamakan tabung tabung koleksi dibuang kembali, kemudian 500 koleksi (collection tube), yang berfungsi untuk mikroliter inhibitor removal buffer ditambahkan, menampung cairan berupa kotoran, protein, kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 8000 maupun RNA pada saat proses sentrifugasi. x g selama 1 menit. Cairan berupa kotoran yang Tabung vakum digunakan untuk menampung terdapat di tabung koleksi dibuang, dan

7

sampel darah manusia. disentrifugasi dengan kecepatan 13.000 x g selama 10 menit. Tabung koleksi dibuang, Sementara bahan yang digunakan

tabung mikro di masukkan ke dalam tabung meliputi sampel darah manusia. Binding buffer

eppendorf dan ditambahkan 200 mikroliter berfungsi untuk melisiskan sel sampel yang

0

elution buffer (70 C). Sentrifugasi selama 1 digunakan, sedangkan Proteinase K berperan

menit dengan kecepatan 8000 x g. Akhirnya, dalam perusakan protein yang terdapat dalam sel

purifikasi DNA template dihasilkan. darah manusia yang digunakan. Isopropanol

digunakan untuk presipitasi DNA setelah

disentrifugasi, yaitu pembuangan remukan sel 2. Pemeriksaan dengan PCR atau protein maupun RNA. Larutan inhibitor

Polymerase Chain Reaction (PCR) removal buffer berfungsi untuk menjaga agar

merupakan suatu metode yang digunakan untuk natan (sampel DNA) tetap menempel pada filter

amplifikasi urutan basa DNA tertentu (selektif). dan digunakan juga sebagai pencuci dan langkah

Metode yang ditemukan oleh Kary Mullis pada awal protokol elusi. Wash buffer digunakan

tahun 1987 ini dapat digunakan untuk sebagai pencuci dan langkah kedua dan ketiga

menggandakan urutan basa nukleotida tertentu pada protokol elusi. Larutan elution buffer

secara in vitro. Penggandaan urutan basa berfungsi untuk menghasilkan purifikasi DNA

nukleotida berlangsung melalui reaksi yang ditambahkan sebelum sentrifugasi terakhir

polimerisasi yang dilakukan berulang-ulang 7

agar didapatkan DNA yang benar-benar murni.

(4)

Keberhasilan penangkapan tikus populasi tikus yang cukup tinggi. Menurut Suyanto, tikus memiliki pergerakan yang terbatas yang Keberhasilan penangkapan tikus yang

disebut dengan daerah kembara/ jelajah. Tikus tidak tertangkap selama dua hari berturut-turut

masing-pernah melewati daerah terbuka seperti lapangan masing memiliki jumlah yang berbeda.

atau jalan raya pada saat siang hari kecuali terpaksa, K e b e r h a s i l a n p e n a n g k a p a n i n i d a p a t

sebab secara naluri rodent lebih aktif di malam menggambarkan kepadatan populasi tikus relatif di

20 hari. suatu tempat. Presentase keberhasilan penangkapan

atau trap success dihitung berdasarkan jumlah tikus Angka keberhasilan penangkapan

yang tertangkap dibagi dengan jumlah perangkap dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kualitas

3

perangkap, ketepatan pemilihan umpan, dan yang dipasang. Secara keseluruhan, trap success

2

kepadatan tikus. Keberhasilan tikus juga dalam penelitian ini sebesar 8,25 %. Jumlah

dipengaruhi oleh cara penempatan perangkap tikus penangkapan tikus yang paling tinggi pada hari

ke-yang kurang tepat di runway tikus. Menurut Hadi, 2.

keberhasilan penangkapan dipengaruhi oleh Hasil penangkapan tikus yang lebih sedikit

penempatan perangkap yang tepat karena tikus pada hari ke-1 kemungkinan disebabkan oleh jenis

mempunyai sifat thigmotaxis yaitu mempunyai

umpan yang kurang disukai tikus. Sifat tikus yang

lintasan yang sama saat mencari makan,sarang, dan

mudah curiga terhadap setiap benda yang 21

aktivitas harian lainnya. ditemuinya, termasuk pakannya, disebut dengan

nophobia. Dalam proses mengenali dan mengambil

pakan yang ditemukan, tikus tidaklangsung Pinjal pada tikus

memakan seluruhnya, namun mencicipi terlebih

Dari ketiga spesies tikus yang tertangkap dahulu untuk melihat reaksi di dalam tubuhnya.

semuanya terinfestasi oleh pinjal. Jumlah pinjal Sebaliknya, ada tikus yang bersifat nophilia artinya

yang menginfestasi tikus paling banyak pada menyukai benda asing atau baru. Adapun sifat tikus

spesies R. tanezumi. Hal ini berbeda dengan

yang enggan memakan umpan beracun karena tidak

penelitian Mutholib di Pasar Peterongan dan melalui umpan pendahuluan disebut dengan jera

Wonodri, Semarang, pinjal hanya menginfestasi

umpan (bait-shyness) atau jera racun (poison- 14

R. tanezumi dan R. norvegicus. Hasil identifikasi 2

shyness).

pinjal menunjukkan bahwa keseluruhan pinjal

Keberhasilan penangkapan tikus (trap merupakan spesies yang sama, yaitu Xenopsylla

success) di dalam los pasar lebih banyak daripada di cheopis.

luar los pasar. Hal ini dapat dikarenakan kondisi

Pada umumnya, X. cheopis lebih suka pada antara di dalam dan di luar los pasar memiliki cukup

tikus rumah karena berhubungan dengan banyak perbedaan. Kondisi di luar los pasar lebih

perkembangan larva pinjal yang memerlukan tidak tertata, sering ditemukan sampah dan kondisi

kondisi kering seperti pada sarang tikus rumah. permukaan tanah yang becek sehingga tampak

Pinjal tidak dapat bertahan di tempat yang lembab kotor. Namun, disisi lain pada malam hari terdapat

dan suhu udara rendah. Menurut Harwood dan kucing yang berkeliaran sehingga memungkinkan

James, X. cheopis merupakan jenis pinjal yang tikus untuk takut keluar dari sarangnya. Sedangkan

sangat mudah berpindah dari satu host ke host lain

di dalam los pasar terdapat banyak sumber makanan 2 1

baik itu sejenis ataupun berbeda jenis. yang menyebabkan tikus menyukai untuk tinggal di

Ditemukannya X. cheopis pada R. norvegicus

dalam los pasar tersebut.

menunjukkan terjadinya perpindahan pinjal dari

Menurut Priyambodo, lingkungan yang satu host ke host lain dan kondisi iklim yang kering.

kotor merupakan tempat yang disukai tikus. Faktor Hal ini disebabkanoleh habitat R. norvegicus yaitu

lain yang memungkinkan tingginya trap success selokan air yang tidak memungkinkan terjadinya

adalah adanya tumpukan puing- puing bangunan, perkembangbiakan pinjal.

2 batu bata, dan sampah di sekitar gedung.

Hasil penyisiran pinjal X. cheopis yang Berdasarkan observasi, banyak tikus yang

berasal dari seluruh jenis tikus, sebagian besar menampakkan diri di siang hari meskipun ada

berasal dari penangkapan di dalam los pasar. manusia. Hal ini menunjukkan tingkat kepadatan

Xenopsylla cheopis merupakan pinjal yang khas

basa nukleotida berupa empat macam dNTP tahap selanjutnya, masing-masing untai tunggal

(dATP, dGTP, dCTP, dTTP), dan enzim DNA akan ditempeli oleh primer. Jadi, ada dua buah

polimerase. Langkah pertama dalam metode ini primer yang masing-masing menempel pada

11

adalah membuat DNA template. untai tunggal DNA template. Biasanya, kedua

primer tersebut dinamakan primer maju (forward

DNA template adalah DNA untai ganda

primer) dan primer mundur (reverse primer). yang membawa urutan basa fragmen atau gen

Setelah menempel pada untai DNA template,

yang akan digandakan. Urutan basa ini disebut

primer mengalami polimerisasi mulai dari tempat

juga urutan target (target sequence).

penempelannya hingga ujung 5' DNA template. Penggandaan urutan target pada dasarnya

Dengan demikian, pada akhir putaran reaksi merupakan akumulasi hasil polimerisasi molekul

pertama akan diperoleh dua pasang untai DNA, primer. Primer adalah molekul oligonukleotida

jika DNA template awalnya berupa sepasang untai tunggal yang terdiri atas sekitar 30 basa.

12 untai DNA. Polimerisasi primer dapat berlangsung karena

adanya penambahan basa demi basa dari dNTP Pasangan-pasangan untai DNA yang

yang dikatalisasi oleh enzim DNA polimerase. diperoleh pada suatu akhir putaran reaksi akan

Namun, pada PCR enzim DNA polimerase yang menjadi template pada putaran reaksi berikutnya.

digunakan harus termostabil karena salah satu Begitu seterusnya hingga pada putaran yang ke n

tahap reaksinya adalah denaturasi untai ganda diharapkan akan diperoleh fragmen DNA pendek

DNA yang membutuhkan suhu sangat tinggi sebanyak 2n – 2n. Fragmen DNA pendek yang

(sekitar 95ºC). Salah satu enzim DNA polimerase dimaksudkan adalah fragmen yang ukurannya

yang umum digunakan adalah taq DNA sama dengan jarak antara kedua tempat

polimerase, yang berasal dari bakteri termofilik penempelan primer. Fragmen pendek inilah yang

11

thermus aquaticus. merupakan urutan target yang memang

13 dikehendaki untuk digandakan (diamplifikasi). Tiap putaran reaksi PCR terdiri atas tiga

tahap, yaitu denaturasi template, penempelan Alat-alat yang digunakan dalam

primer, dan polimerisasi primer, yang masing- pemeriksaan dengan menggunakan metode PCR

masing berlangsung pada suhu lebih kurang antara lain, PCR tube 0,2 ml yang bebas nuclease

95ºC, 50ºC, dan 70ºC. Pada tahap denaturasi, digunakan sebagai tempat pembuatan PCR mix

pasangan untai DNA templat dipisahkan satu dengan komposisi sebagai berikut:

sama lain sehingga menjadi untai tunggal. Pada

(5)

Serba Serbi Parasit

16

(Linnaeus). Cecurut (shrew) jika dilihat sepintas Sanitasi yang dimaksud adalah pembuangan sampah 6

memang mirip dengan tikus kecil atau mencit, pada tempatnya dan kebersihan lingkungan.

namun jika diperhatikan lebih cermat terdapat Tikus mempunyai penyebaran geografis beberapa perbedaan yang menunjukkan bahwa yang menyebar di seluruh dunia sehingga disebut

2,3

cecurut bukan golongan hewan pengerat. hewan kosmopolit. Spesies Rattus sp., Bandicota Lingkungan manusia terutama pasar menjadi habitat sp. dan S. murinus tersebut juga merupakan rodent yang menguntungkan bagi tikus sebagai omnivora komensal, yaitu hewan yang sudah beradaptasi dan cecurut sebagai insektivora. Keberadaan cecurut dengan baik pada aktivitas manusia serta S. murinus di pasar berkaitan dengan adanya sumber menggantungkan hidupnya (pakan dan tempat makanan utamanya yaitu berupa serangga dan tinggal) pada kehidupan manusia. Keberadaan tikus mampu beradaptasi baik dengan pakan selain tidak selalu terbatas di daerah huniannya saja, hal ini

17

serangga, yaitu sisa pakan manusia. disebabkan satu jenis tikus dapat menghuni

Jenis tikus yang sering tertangkap adalah R. beberapa macam habitat atau satu macam habitat 2

tanezumi. Keberadaan jenis tikus ini di Pasar Kota dapat dihuni beberapa jenis tikus. Keanekaragaman Banjarnegara karena letak pasar yang dekat dengan jenis tikus disebabkan karena penyebaran tikus perumahan penduduk. Hal ini dikarenakan tikus berlangsung bersama-sama dengan migrasi manusia

3

tersebut termasuk kelompok tikus domestik dimana antar pulau dan antar benua. Habitat dari R. aktivitas hidup jenis tikus ini mencari makan, tanezumi, R. norvegicus dan S. murinus biasanya berlindung, bersarang, dan berkembangbiak di dipemukiman manusia, rumah, dan gudang karena

3 dalam rumah sehingga lebih dikenal dengan tikus merupakan jenis tikus domestik.

rumah. Menurut Priyambodo, tikus yang biasa hidup Jenis tikus R. norvegicus ditemukan paling di tanah lapang dapat berpindah ke pemukiman sedikit. Keberadaan R. norvegicus di Pasar Kota

2

penduduk terutama jika kekurangan makanan. Banjarnegara ini dikarenakan di lingkungan sekitar Tidak adanya pembatas antara pasar dan pemukiman pasar terdapat saluran air yang merupakan habitat penduduk memberi peluang terjadinya perpindahan yang sesuai. Tikus ini disebut tikus riul atau tikus got tikus dari habitat asal ke habitat lain di lingkungan karena habitat tikus ini adalah di saluran air (riul) di

3

pasar. Hal ini serupa dengan penelitian Listriyani di pasar atau daerah pemukiman kota. Rattus Pasar Peterongan dan Pasar Wonodri, Semarang dan norvegicus dikenal sebagai reservoir penular penelitian Ania Maharani di Pasar Johar, Semarang Leptospira ke manusia. Beberapa serovar yang

12,18

yang menyatakan terdapat tikus rumah. berbahaya bagi manusia dibawa oleh R. norvegicus

Keberadaan tikus di lingkungan manusia adalah ichterohamorragie, ballum, dan autumnali. dapat mencerminkan sanitasi lingkungannya. Infeksi Leptospira yang sifatnya kronis seperti pada Terdapat berbagai jenis los di Pasar Kota tikus riul tidak menimbulkan gejala klinis. Oleh Banjarnegara seperti los sayur, los sembako dan karena itu, R. norvegicus merupakan host sejati

19 warung makanan yang dalam aktivitas sehari-hari Leptospira.

tempat tersebut menghasilkan sisa makanan atau Tikus yang berhasil tertangkap di Pasar Kota sampah. Jika sanitasi lingkungan pasar tidak dijaga Banjarnegara sebagian besar berjenis kelamin dengan baik, maka lingkungan pasar akan menjadi jantan. Penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian tempat sarang tikus. Tikus menyukai tempat yang Listriyani tentang studi kepadatan tikus di Pasar kotor, lembab, dan kurang pencahayaan. Kurangnya Peterongan dan Pasar Wonodri dimana sebagian tindakan pengendalian tikus yang dilakukan oleh besar tikus ditemukan berjenis kelamin betina 16

12

petugas kebersihan atau pedagang, dapat ekor (60%). Sedangkan penelitian lain yang serupa menguntungkan bagi perkembangbiakan ditempat di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas tentang

tersebut. kepadatan tikus, dari 98 ekor tikus yang tertangkap,

11 Menurut Brooks dan Rowe, dalam 67 ekor (67%) tikus berjenis kelamin betina. Ristiyanto, kondisi lingkungan yang kurang terjaga Priyambodo menyatakan bahwa tikus berjenis kebersihannya merupakan tempat yang sesuai bagi kelamin betina lebih sering berada di luar rumah

3

kehidupan tikus. Selain itu menurut Riyadi, dalam untuk mencari makan bagi anak-anaknya, Ristiyanto, pencegahan keberadaan tikus di sedangkan jantan lebih sering berada di sarang untuk

2 lingkungan sangat dipengaruhi oleh sanitasinya. mempertahankan daerahnya. Komponen Volume tabung, jika perlu dapat disentrifus sebentar. PCR

mix selanjutnya dimasukkan ke dalam thermal

2x Reaction Mix 10 l

cycler, kemudian alat dijalankan sesuai dengan Primer PU 1 (Forward) 2 l

program sebagai berikut: (i) Sintesis cDNA 1 0

Primer SU 1 (Forward) 2 l siklus : 60 C selama 45 menit; (ii) Predenaturasi 0

1 siklus : 94 C selama 1 menit; (iii) Amplifikasi Primer Lep R1 (Reverse) 2 l

0

30-35 siklus ; 94 C selama 1 menit (denaturasi),

DNA 4 l 0 0

60 C selama 30 detik (annealing), 68 C selama 1 PCR tube ini harus bebas dari nuclease menit (ekstensi); (iv) Ekstensi akhir 1 siklus :

0

dengan tujuan agar DNA hasil isolasi tidak rusak 68 C selama 5 menit. Untuk mengetahui hasil oleh enzim nuklease. Tujuan PCR mix disentrifus akhirnya, selanjutnya digunakan metode sebentar adalah untuk memastikan agar tidak ada elektroforesis.

sisa remukan sel, protein, maupun RNA.

Thermal cycler digunakan untuk tahap 3. Elektroforesis pemeriksaan PCR. Alat thermal cycler ini

Elektroforesis adalah teknik yang disesuaikan dengan program yang telah

digunakan untuk memisahkan DNA berdasarkan 12

dijelaskan pada langkah kerja.

ukuran (berat molekul) dan struktur fisik Bahan-bahan yang digunakan antara lain molekulnya. Gel yang biasa digunakan antara Primer PU 1 (Forward) digunakan untuk lain agarosa. Dengan gel agarosa dapat mendeteksi Leptospira patogen dengan produk dilakukan pemisahan sampel DNA dengan PCR sebesar 615 bp. Primer SU 1 (Forward) ukuran dari beberapa ratus hingga 20.000 pasang digunakan untuk mendeteksi Leptospira saprofit basa (pb). Molekul DNA bermuatan negatif dengan produk PCR sebesar 316 bp. Primer Lep sehingga di dalam medan listrik akan bermigrasi R1 digunakan sebagai reverse yang digunakan melalui matriks gel menuju kutub positif untuk membuat PCR mix. DNA hasil isolasi (anode). Makin besar ukuran molekulnya, berfungsi sebagai komposisi utama dalam makin rendah laju migrasinya. Berat molekul pembuatan PCR mix. Hasil PCR selanjutnya di suatu fragmen DNA dapat diperkirakan dengan running dengan elektroforesis untuk mengetahui membandingkan laju migrasinya dengan laju jenis bakteri Leptospira yang berasal dari migrasi fragmen-fragmen molekul DNA

sampel darah manusia. strandar (marker) yang telah diketahui

ukurannya. Visualisasi DNA selanjutnya Langkah-langkah yang dilakukan dalam

dilakukan di bawah paparan sinar ultraviolet metode PCR diawali dengan pembuatan PCR

setelah terlebih dulu gel direndam di dalam mix dalam PCR tube 0,2 ml yang bebas nuclease,

14 larutan etidium bromid. dan dikerjakan di dalam es menggunakan dua

kali reaksi pencampuran dengan komposisi Metode elektroforesis adalah metode sebagai berikut: Primer PU 1 sebagai forward untuk mengidentifikasi suatu zat berdasarkan sebanyak 2 mikroliter, primer SU 1 (forward) pada sifa tkelistrikan zat tersebut, khususnya sebanyak 2 mikroliter, primer Lep R1 sebagai berdasar besarnya berat molekul (BM) dan reverse sebanyak 2 mikroliter, dan DNA 4 s t r u k t u r f i s i k ( u k u r a n ) z a t t e r s e b u t . mikroliter. Komponen-komponen tersebut Elektroforesis dalam dunia medis biasa dicampur perlahan-lahan, dan dipastikan semua digunakan dalam proses pencucian darah, komponen berada di bagian bawah atau dasar diagnosis penyakit, dan digunakan dalam bidang

Tabel 1. Primer untuk Pemeriksaan Bakteri Leptospira dengan Metode PCR

Jenis Primer Leptospira Sekuens Primer Ukuran Pita

Forward:

PU 1 Patogen 5’-TAT CAG AGC CTT TTA ATG G- 3’ PU 1 – Lep R1= 615

SU 1 Saprofit 5’-TTT AGG GTT AGC GTG GTA- 3’ SU 1 – Lep R1= 316

(6)

Tabel 5. menunjukkan keberhasilan penangkapan tikus di dalam los pasar (6,5%) lebih banyak daripada di luar los pasar.

No Spesies

Trap success

Persentase (%)

Dalam los pasar Luar los pasar

Jumlah tikus Trap success (%) Jumlah tikus Trap success (%)

1 R. tanezumi 26 6, 5 2 0,5 84,85

2 R. norvegicus 0 0 1 0,25 3,03

3 *S. murinus 0 0 4 1 12,12

Total 26 6, 5 7 1,75 100

*S. murinus tidak termasuk ke dalam rodentia/tikus

Tabel 7. Jenis Spesies dan Jenis Kelamin Pinjal yang Tabel 5 menunjukkan keberhasilan

Menginfestasi Tikus yang Tertangkap di Pasar penangkapan tikus di dalam los pasar (6,5%) lebih

Kota Banjarnegara, Kabupaten Banjarnegara banyak daripada di luar los pasar.

Tahun 2013 Tabel 6 menunjukkan dari ketiga spesies

tikus yang tertangkap semuanya terinfestasi oleh pinjal. Jumlah pinjal yang menginfestasi tikus paling banyak pada spesies R. tanezumi yaitu sebanyak 61 ekor.

Tabel 6. Jumlah Pinjal pada Tikus yang Tertangkap di Tabel 7 menunjukkan spesies pinjal yang Pasar Kota Banjarnegara, Kabupaten

mengenfestasi tikus X. cheopis. Jumlah pinjal yang Banjarnegara Tahun 2013

berjenis kelamin jantan (61,29%) lebih banyak daripada pinjal yang berjenis kelamin betina.

Tabel 6 menunjukkan dari ketiga spesies Indeks umum pinjal pada penelitian ini tikus yang tertangkap semuanya terinfestasi oleh sebesar 2,03.

pinjal. Jumlah pinjal yang menginfestasi tikus paling banyak pada spesies R. tanezumi yaitu sebanyak 61

PEMBAHASAN

ekor.

Fauna tikus

Jumlah pinjal yang berhasil diidentifikasi

sebanyak 62 ekor, dikarenakan 5 ekor pinjal lainnya Jenis tikus yang tertangkap di pasar Kota terjadi kerusakan pada saat pengawetan sehingga Banjarnegara, Kabupaten Banjarnegara terdiri dari tidak teridentifikasi. R. norvegicus (Berkenhout, 1769), R. tanezumi (Temminck, 1844), dan cecurut S. murinus No Spesies Jumlah Spesies

Tertangkap

Total Pinjal

1 R. tanezumi 28 61

2 R. norvegicus 1 3

3 *S. murinus 4 3

Total 33 67

*S. murinus tidak termasuk ke dalam rodentia/tikus

No Spesies

Pinjal

Jenis Kelamin

Jumlah Persentase

(%) 1 X. cheopis Jantan 38 61,29 2 X. cheopis Betina 24 38,71

Total 62 100

Jumlah Pinjal IUP =

Jumlah Spesies Tertangkap

67

IUP = = 2,03 33

1. Ukuran molekul DNA farmasi untuk identifikasi DNA dalam

15

pembuatan antibiotik. Molekul DNA kecil akan melintasi gel lebih

cepat karena ruang gerak yang tersedia untuk Marker adalah segmen DNA yang

melintasi gel lebih banyak. spesifik dan telah diketahui ukurannya. Marker

berfungsi untuk mengetahui ukuran DNA hasil 2. Konsentrasi gel

amplifikasi. Marker DNA (fermentas) berfungsi Konsentrasi agarosa yang semakin tinggi sebagai penanda posisi molekul DNA yang menyebabkan molekul-molekul DNA sukar bermigrasi, untuk menentukan perkiraan ukuran melewati gel. Konsentrasi gel tinggi basa-basanya. Fragmen DNA yang letaknya mempermudah DNA berukuran kecil paling dekat dari sumuran adalah fragmen DNA melewati gel, sedangkan konsentrasi gel yang memiliki berat molekul terbesar. Fragmen rendah mempermudah molekul DNA DNA marker yang laju migrasinya paling cepat berukuran besar untuk melintasi gel.

atau paling jauh dari sumuran adalah fragmen

3. Bentuk molekul marker yang memiliki berat molekul atau ukuran

16 Molekul yang berbentuk supercoil atau elips

fragmen terkecil.

akan bergerak lebih cepat melewati gel. Alat-alat yang digunakan dalam tahap

4. Densitas muatan elektroforesis adalah microwave yang digunakan

untuk membuat gel agarosa. Baki gel agarosa Molekul dengan densitas tinggi akan lebih berfungsi untuk mencetak gel agarosa sebagai cepat bergerak dibandingkan molekul tempat DNA sampel akan ditempatkan dalam dengan densitas yang rendah. Densitas sumuran-sumuran, sedangkan sisir elektroforesis merupakan jumlah muatan per unit volume digunakan untuk membuat sumuran. Sisir molekul.

elektroforesis tersebut dipasang di salah satu 5. Voltase ujung baki gel agarosa dengan posisi hampir

Voltase tinggi akan menyebabkan cepatnya menyentuh dasar baki. Selotip digunakan untuk

pergerakan molekul DNA. Hal tersebut melekatkan tiap ujung baki gel agarosa yang

dikarenakan oleh tingginya muatan positif bertujuan mencegah terjadinya lubang pada

yang ditimbulkan. masing-masing ujung baki. Tangki elektroforesis

berfungsi sebagai tempat running elektroforesis. 6. Larutan buffer

Mikropipet digunakan untuk memindahkan Buffer dengan kadar ion tinggi akan DNA ke dalam sumuran dengan volume 0,7 menaikkan konduktansi listrik sehingga mikroliter. UV transilluminator digunakan untuk migrasi DNA akan lebih cepat.

15

interpretasi hasil pemeriksaan PCR.

Tahapan-tahapan dalam melakukan Bahan dan larutan yang digunakan dalam elektroforesis adalah membuat gel agarosa 1% running elektroforesis memiliki fungsi masing- dibuat dengan cara menimbang agarosa 0,3 g masing. Gel agarosa merupakan matriks untuk dilarutkan ke dalam buffer TBE 1x hingga penyangga yang banyak dipakai untuk separasi volume 30 ml. Larutan agarosa dididihkan protein dan asam nukleat, digunakan sebagai hingga larut sempurna. Selanjutnya, baki gel pemadat, sebagai media elektroforesis. DNA agarosa disiapkan, selotip dilekatkan di tiap marka sebagai DNA penanda. Larutan buffer ujung baki gel agarosa (pastikan bahwa selotip TBE 1 X untuk penyangga. Akuades untuk melekat kuat dan tidak ada lubang pada masing-melarutkan agarosa. Pewarna Gold View bekerja masing ujung baki). Sisir elektroforesis dipasang menyisip di sela-sela basa-basa DNA, berfungsi di salah satu ujung baki gel agarosa dengan sebagai pewarna agar DNA dapat tervisualisasi posisi hampir menyentuh dasar baki. Suhu

7

0

pada UV Transilluminator. larutan agarosa ditunggu hingga sekitar 50-60 C,

Pergerakan DNA pada elektroforesis ditambahkan 1 µl etidium bromid. Sarung tangan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai digunakan untuk melindungi dari EtBr yang

17

berikut: bersifat karsinogenik. Larutan agarosa

(7)

ektoparasit pinjal yang berhasil tertangkap dengan Tabel 1 menunjukkan hasil penangkapan

menggunakan perangkap hidup (live trap) di Pasar tikus dan cecurut di Pasar Kota Banjarnegara selama

Kota Banjarnegara, Kabupaten Banjarnegara pada penelitian diperoleh spesies yang paling banyak

Bulan Agustus 2013. Teknik pengambilan sampel ditemukan adalah tikus R. tanezumi (84,85%).

yang digunakan adalah purposive sampling.

Penelitian ini menggunakan perangkap live trap.

Tabel 2. Hasil Penangkapan Tikus Berdasarkan Jenis

Dalam penelitian ini umpan yang digunakan yaitu

Kelamin di Pasar Kota Banjarnegara, Kabupaten

kelapa bakar dan mentimun. Penangkapan Banjarnegara Tahun 2013

dilakukan di Pasar Kota Banjarnegara pada sore hari pukul 15.00 – 17.00 WIB kemudian diambil pada keesokan harinya pada pukul 06.00 WIB selama 2 hari berturut-turut. Jumlah perangkap yang dipasang adalah 200 perangkap per hari dengan jumlah masing-masing di dalam dan luar los pasar sebanyak 100 perangkap. Perangkap diletakkan di dalam los

Tabel 2 menunjukkan hasil penangkapan pasar dan luar los pasar yang terdapat tanda-tanda

tikus yang berjenis kelamin jantan (60,61%) lebih keberadaan tikus, misalnya dengan melihat bekas

tinggi daripada tikus berjenis kelamin betina. telapak kaki dan kotoran. Peletakkan perangkap

yang tepat sangat penting untuk memperoleh hasil

13

yang maksimal. Setelah tikus terperangkap,

Tabel 3. Hasil Penangkapan Tikus Berdasarkan Jenis

peletakan perangkap berikutnya harus berbeda

Habitat di Pasar Kota Banjarnegara, Kabupaten 14,15

tempat agar tikus tidak jera. Banjarnegara Tahun 2013

HASIL

Spesies tikus dan cecurut yang tertangkap di Pasar Kota Banjarnegara dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Penangkapan Tikus dan Cecurut di Pasar

Tabel 3 menunjukkan hasil penangkapan

Kota Banjarnegara, Kabupaten Banjarnegara

tikus di dalam los pasar (60,61%) lebih banyak

Tahun 2013

dibandingkan di luar los pasar.

Tabel 4 menunjukkan secara keseluruhan

trap success dalam penelitian ini sebesar 8,25 %. Keberhasilan penangkapan tikus yang paling tinggi pada hari ke-2 (3,75 %).

*S. murinus tidak termasuk rodentia /tikus

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Jantan 20 60,61

2 Betina 13 39,39

Total 33 100

No Jenis Habitat Jumlah Persentase (%)

1 Dalam Los Pasar 20 60,61

2 Luar Los Pasar 13 39,39

Total 33 100

Tabel 4.Trap Success Berdasarkan Hari Penangkapan Tikus di Pasar Kota Banjarnegara, Kabupaten

Banjarnegara Tahun 2013. Geneva. 1982; 171.

dituangkan ke dalam baki gel agarosa, dibiarkan

hingga larutan berubah menjadi gel yang padat. 3. E b r a h i m i A , N a s r Z , K o j o u r i G H A . Seroinvestigation of bovine leptospirosis in Sisir diambil dengan hati-hati, selotip dilepaskan

Shahrekord district, central Iran. Iranian. J. Vet. dari ujung-ujung baki. Baki yang telah berisi gel

Res. 2004; 5(2): 110-113. agarosa dimasukkan ke dalam tangki

4. Rad MA, Zeinali A, Yousofi JV, Tabata AH, elektroforesis yang telah diisi dengan larutan

Brokaie S. Seroprevalence and bacteriological

buffer TBE 1x (dipastikan bahwa gel terendam

study of canine leptospirosis in Tchran and its seluruhnya dalam TBE). DNA hasil PCR

suburban areas. Iranian J. Vet. Res. 2004; 5(2): diambil 0,7 l menggunakan mikropipet dan elektroforesis (dipastikan bahwa kabel yang

Epiz. 1998; 17 (3): 699-712. tersambung ke kutub negatif berada di dekat

6. Hartman EG, Ingh TSGAM, Rothuizen J. sumuran; jika tidak demikian, posisi baki/gel

Clinical, pathological and serological features of diubah ke arah sebaliknya). Sumber arus

spontaneous canine leptospirosis. An evaluation

dinyalakan, voltase dan waktu running diatur of the IgM- and IgG- specific ELISA. Vet.

hingga diperoleh angka 100 V dan 40 menit Immunol, and Immunopathol. 1986; 13:

261-271. dengan cara menekan tombol yang sesuai pada

sumber arus. Elektroforesis dijalankan (running) 7. Kositanont. Detection and differentiation

dengan cara tombol run pada sumber arus between pathogenic and saprophytic Leptospira

spp. by multiplex polymerase chain reaction. ditekan. Elektroforesis dihentikan apabila

DNA-Diagnostic Microbiology and Infectious nya sudah mencapai garis ketiga. Sumber arus

Disease. 2007: 117-122. dimatikan dan baki diangkat dari tangki

8. Albert B. Biologi molekular sel Edisi ke-2. elektroforesis. Gel dikeluarkan dan diletakkan di

Jakarta:Gramedia; 1994. atas UV transluminator (selubung kaca hitam

diletakkan di atas UV transluminator). UV 9. Doyle JJ, Doyle JL. 1997. A rapid DNA isolation

procedure for small quantities of fresh leaf transluminator dinyalakan, pita-pita DNA yang

tissue. Phytochem. Bull. tervisualisasi diamati.

10. Arumingtyas EL. Isolasi DNA dan RAPD. Disampaikan pada Pelatihan Analisis DNA

KESIMPULAN Fingerprinting Tanaman dengan Metode RAPD

Tanggal 4-6 Juli 2011. Laboratorium Sentral Komponen-komponen yang dibutuhkan

Ilmu Hayati Universitas Brawijaya. Malang.

dalam pemeriksaan bakteri Leptospira pada sampel

11. Jamilah. 2005. Pengaruh berbagai macam darah manusia menggunakan metode PCR adalah

detergen, penambahan enzim, dan ekstrak nanas DNA template, enzim polymerase, Primer PU 1 dan

(Ananas comusus (L) Merr) Terhadap hasil Primer SU 1 (forward), Primer Lep R1 (reverse), air,

isolasi DNA berbagai macam buah sebagai topik

2+

Mg , dan dNTP. Pemeriksaan bakteri Leptospira

p r a k t i k u m m a t a k u l i a h g e n e t i k a .

pada sampel darah manusia meliputi beberapa Skripsi.Malang:Universitas Negeri Malang;

teknik, yaitu pengambilan sampel, isolasi DNA, 2005.

pemeriksaan dengan metode PCR, dan running

12. Nicholl DST. An introduction to genetic

elektroforesis. e n g i n e e r i n g T h i r d E d i t i o n . N e w

York:Cambridge University; 2008.

13. Sachse K, Nat R, Frey J. PCR detection of microbial pathogens. Humana Press; 2010.

14. Saiki RKS, Faloona F, Mullis F, Horn KB,Erlich

DAFTAR PUSTAKA GT, Arnheim N. Enzymatic amplification of

betaglobin genomic sequences and restriction 1. Hickey PW, Deemeks D. Leptospirosis.

site analysis for diagnosis of sickle cell anemia. Emedicine. 2003: 1-9.

Science. 1989; 230: 1350-54. 2. Faine S. Guidelines for the control of

(8)

PENDAHULUAN Peterongan dan Pasar Wonodri Semarang, paling

banyak ditemukan adalah jenis tikus Rattus

Faktor lingkungan biotik dan abiotik akan

norvegicus, masing-masing sebesar 53,3% di Pasar mempengaruhi dinamika populasi tikus. Suatu

12 Peterongan dan 27,8% di Pasar Wonodri. populasi tikus domestik, peridomestik dan silvatik

akan beragam dalam struktur umur, fase Pasar di Kabupaten Banjarnegara dibagi perkembangan, atau komposisi genetik dari menjadi 3 UPT (Unit Pelaksana Teknis) yang individu-individu penyusunnya diduga mempunyai tersebar di beberapa wilayah. Salah satu pasar yang perbedaan keragaman komposisi ektoparasit yang termasuk UPT 1 yaitu Pasar Kota Banjarnegara.

1

menempatinya. Pasar Kota Banjarnegara terletak di pusat

Kabupaten Banjarnegara dan merupakan pasar Hubungan tikus dan manusia seringkali

2

dengan total luas lahan sebesar 13.000 m . Pasar bersifat parasitisme, yaitu menimbulkan kerugian

tradisional merupakan tempat jual beli yang dalam berbagai bidang kehidupan manusia.

reservoir umumnya mempunyai kondisi sanitasi yang kurang Dibidang kesehatan, tikus dapat menjadi

memenuhi persyaratan kesehatan. Aktivitas jual beli beberapa patogen penyebab penyakit pada manusia,

2,3

yang padat sangat rentan terhadap penularan baik hewan, ternak maupun peliharaan. Jenis

penyakit. Selain itu, banyak kerusakan bahan penyakit yang dibawa oleh tikus antara lain pes,

murine typhus scrub typhus pangan yang ditimbulkan oleh tikus. Eksistensi

leptospirosis, , ,

pasar sebagai penyedia bahan pangan identik leishmaniasis, salmonellosis, penyakit chagas dan

dengan kesesakan dan kekumuhan di ruang kota. j u g a b e b e r a p a p e n y a k i t c a c i n g s e p e r t i

3,4,5

Kondisi ini merupakan tempat yang nyaman bagi schistosomiasis dan angiostrongyliasis.

Penyakit-tikus karena banyak limbah seperti sisa-sisa jualan penyakit tersebut juga ditularkan melalui ektoparasit

4,5,6

yang tidak laku atau jeroan ikan laut yang sengaja yang ada di tubuh tikus. Ektoparasit yang

1 2

dibuang. Hal tersebut sangat mendukung ditemukan pada tikus berbeda dengan binatang

perkembangbiakan reservoir penyakit, khususnya mamalia lainnya, baik keragaman jenis maupun

7,8

tikus. Pemilihan Kabupaten Banjarnegara sebagai jumlah ektoparasit. Weber dalam Ristiyanto,

lokasi penelitian mempunyai potensi yang sama menemukan dua kelompok artropoda ektoparasit

untuk ditemukan tikus, cecurut dan pinjal sehingga pada rodensia, khususnya tikus yaitu serangga

penelitian ini dapat dilakukan di lokasi manapun. (pinjal, kutu) serta tungau (larva tungau, tungau

Penelitian ini dapat digunakan sebagai kewaspadaan dewasa dan caplak) mamalia lainnya, baik

1

dini penyakit tular rodent dan tular vektor terutama keragaman jenis maupun jumlah ektoparasit.

pinjal. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk Dibandingkan ektoparasit lainnya, ektoparasit pinjal

mengkaji keberadaan tikus dan pinjal di pasar Kota mempunyai peran penting dalam bidang kesehatan.

Siphonaptera Banjarnegara, Kabupaten Banjarnegara dan Pinjal merupakan serangga kecil , dan

9,10

permasalahannya bagi kesehatan manusia. Hasil mengalami metamorfosis sempurna. Pinjal

penelitian ini diharapkan dapat memberikan dewasa bersifat parasitik, sedangkan pradewasanya

informasi yang bermanfaat untuk pencegahan dan hidup di sarang atau tempat-tempat yang sering

8

pengendalian penyakit tular rodent dan tular vektor dikunjungi tikus. Pinjal berperan sebagai vektor

khususnya pinjal supaya lebih tepat dan terarah. penyakit, diantaranya adalah penyakit pes. Vektor

penyakit pes adalah pinjal Xenopsylla cheopis yang paling banyak ditemukan selama survei ektoparasit

METODE 10,11

pada rodent komensal.

Jenis penelitian ini adalah penelitian Tikus termasuk jenis binatang yang

deskriptif yaitu menggambarkan keberadaan tikus, perkembangannya sangat cepat apabila kondisi

cecurut dan pinjal di Pasar Kota Banjarnegara, lingkungan menguntungkan bagi kehidupannya.

Kabupaten Banjarnegara. Metode yang digunakan Faktor yang sangat menunjang reproduksi tikus

adalah metode survei dengan pendekatan cross

meliputi tersedianya makanan, minuman dan tempat

sectional. Populasi penelitian meliputi seluruh tikus, 3

persembunyian atau perlindungan. Banyak

tempat-cecurut serta ektoparasit pinjal yang berada di pasar tempat potensial ditemukan tikus dalam jumlah

Kota Banjarnegara, Kabupaten Banjarnegara. yang cukup tinggi, salah satunya adalah di pasar.

Sampel penelitian adalah semua tikus, cecurut serta Survei yang dilakukan oleh Listriyani dkk di Pasar

Jakarta:Puslitbang Oseanologi-LIPI; 2009.

16. Yepyhardi. 2009. Elektroforesis:pintu gerbang penelitian biologi molekular. [diakses tanggal 2 J u n i 2 0 1 3 ] . A v a i l a b l e f r o m : http://sciencebiotech.net.

Gambar

Gambar 1. Putaran Pertama PCR
Tabel 1. Primer untuk Pemeriksaan Bakteri Leptospira dengan Metode PCR

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengamatan dan interaksi dengan responden saat wawancara dilakukan, terdapat Sehubungan dengan ketidakstabilan harga minyak dunia yang berdampak pada harga bahan

Adapun permasalahan dalam analisa ini adalah apakah tarif angkutan umum yang berlaku saat ini khususnya angkutan bus kota Kabupaten Paser telah sesuai apabila ditinjau dari biaya

Tugas Akhir ini menitik beratkan perhitungan kekuatan memanjang kapal dipengaruhi oleh gelombang regular kondisi heaving-pitching coupled dengan kondisi-kondisi batas

Seseorang yang mempunyai reaksi yang kuat pada suara tertentu dan kemajuannya yang cepat dalam memainkan instrumen, menunjukkan bahwa dia secara biologis dipersiapkan untuk

Suweng Jawa Timur 32 Cuk Mak Ilang Sumatera Selatan 33 Dabu-Dabu Gorontalo 34 Dago Inang Sarge Sumatera Utara 35 Dayung Palinggam Sumatera Barat 36 Dayung Sampan Banten.. 37 Dek

Based on the results of this study concluded that a locus of control has had no influence on the employees performance, leadership styles has had no influence on

Secara umum kandungan logam berat baik Pb, maupunCu dalam air memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan yang ada di sedimen.Hal ini disebabkan karena