• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Filologi Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peran Filologi Di Indonesia"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : M. AKMALUL UBBAD

NIM : 076109 / 2008 D

Tugas FILOLOGI

Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

PERAN FILOLOGI DI INDONESIA

FILOLOGI DARI MASA KE MASA

(2)

kelanjutan penelaahan dan penggarapan yang menambah manfaatnya. Contohnya primbon abad ke-16 yang oleh Gunning diterbitkan dengan edisi diplomatik (1881) diterjemahkan oleh Kraemer (1921). Pada tahun 1954 naskah ini mengalami terjemahan lagi oleg Drewes. Wirataparwa, yang pernah diterbitkan oleh Juynboll (1893), digarap lagi dengan lebih baik oleh Fokker (1938). Satu suntingan Friedrich yang telah kami kemukakan di atas, yaitu Arjunawiwaha, diterjemahkan oleh Poerbatjaraka (1926). Sebelum itu Writasancaya telah diterbitkan untuk kedua kalinya oleh Kern dalam aksara latin (1875).

(3)

Pohatji Sangjang Sri (1929) berdasarkan “Wawacan Sulanjana”. Keduanya membicarakan latar belakang budaya Sunda dengan panjang lebar khususnya dalam konteks sastra itu.

(4)

makna suatu karya sastra memang dari dahulu sudah ada. Hal ini dapat kita lihat dari adanya bab-bab tentang latar belakang kebudayaan tempat teks itu dilahirkan. Akan tetapi, berbeda dari usaha Rassers, pendekatan biasanya bersifat ekstrinsik dengan menggunakan segala informasi yang dapat diperoleh dari luar teks itu sendiri. Studi sastra Madura, yang seperti kita lihat tidak begitu menggembirakan, ada juga dalam periode ini, yaitu terbitan cerita “Bangsacara dan Ragapadmi”. Pigeaud dalam telaah bandingnya menunjukkan bagaimana proses penyaduran dan penerjemahan dari bahasa Jawa kepada bahasa Madura dengan memperhatikan latar kebudayaan masing-masing (1942).

Kesimpulan yang dapat kami ambil pada akhir bagian ini ialah bahwa fungsi edisi teks sebagai titik tolak penelitian, terutama di bidang linguistik dan sejarah, amat penting. Sebaliknya, penelitian pendahuluan yang diadakan di seputar suatu teks sangat menunjang dan mendorong edisi teks itu sendiri. Tak mampu kami di sini mengemukakan semua tulisan yang merupakan penelitian yang kait-mengait mengenai satu karya sastra atau jenis sastra. Kami mengutip kata A. Teeuw dalam ulasannya mengenai penelitian tentang bahasa Melayu dan Indonesia bahwa seringkali suatu publikasi menjadi penting karena reaksi-reaksi yang ditimbulkannya. Sebagai contoh dikemukakan De Kroniek van Kutei, tesis Mees yang kemudian diberi komentar oleh W. Kern (1956). Suatu karya sastra yang juga banyak menarik perhatian adalah Sejarah Melayu, yang memang dari berbagai segi amat penting. Di samping itu, terbitan-terbitan non-kritikal oleh berbagai pihak juga penting untuk perkembangan minat menuju ke arah penelitian.

Peran Filologi mulai diakui

(5)

pokok-pokok terpenting dalam ajaran yang tercantum di atas, ia berusaha memberi kejelasan mengenai pribadi tokohnya. Ia juga menerbitkan tiga karya ar-Raniri dalam facsimile (1948) disertai catatan dan keterangan biografis tentang pengarangnya. Demikian juga Voorhoeve menerbitkan dua karyanya lagi (1955), dan Tudjimah sebuah karya yang lain (1960), semuanya dalam aksara Arab. Sumbangan di bidang jenis sastra ini antara lain diberikan lagi oleh Johns yang menerbitkan sejumlah teks Melayu tentang tasawuf dalam bentuk transliterasi (1957). Naguib al-Attas memberikan wawasan mengenai pokok-pokok ajaran Hamzah Fansuri dan konfliknya dengan Raniri. Di samping itu ia member kritik terhadap edisi Dorenbos (1933) dan menyuguhkan suatu edisi beranotasi dari tiga karya Hamzah yang berbentuk prosa. Di antara naskah sejarah yang harus kami tulis ialah edisi Teuku Iskandar De Hikajat Atjeh (1959) dan Hikajat Bandjar edisi J.J. Ras (1968). Khususnya tesis Ras ini menarik perhatian karena ia mendekati teks itu secara struktural dan membandingkannya dengan cerita lain yang menunjukkan unsur-unsur struktur yang sama. Ras juga mengembangkan teori Rassers tentang cerita Panji dengan dasar-dasar yang sempurna (1973). Hikayat Abdullah diterbitkan dalam huruf latin oleh Datuk Besar dan Roolvink (1953), dan L.A. Hill menerbitkan terjemahan dengan catatan (1954). Dari segi bahasa, terbitan penting adalah Kasida Burda oleh Drewes (1955) dan Hikayat Muhammad Hanafiyyah oleh Brakel (1975). Brakel juga mengungkapkan bahwa strukturnya adalah struktur karya sastra. Kemudian ia menerbitkan terjemahannya. Robson dalam Hikayat Andakan Penurat mengemukakan beberapa pendapat yang menarik mengenai masalah salin-menyalin hikayat, penokohan, dan alur (1969). Bersama Shair Ken Tambuhan, Hikayat Andakan Penurut merupakan tambahan pengetahuan tentang sastra Panji (1966).

(6)

seperti telah kita lihat di atas. Di samping nama Poerbatjaraka, Stutterheim, dan Kern yang telah kami utarakan, dapat kami tambahkan nama-nama lain yang dengan berhasil melengkapi pengetahuan yang satu dengan yang lain.

De Casparis dalam edisi Prasasti Indonesia I dan II membandingkan sastra kakawin dengan prasasti tahun 856 (1950-1956). Terbitan prasasti Bali oleh Coris (1931) merupakan kemajuan lagi dalam bidang pengetahuan bahasa. Hasil karya Gonda dalam bentuk tulisan-tulisan tentang berbagai segi bahasa (1946-1960) serta bukunya Sanskrit in Indonesia (1952) harus pula kita kemukakan sebagai unsur yang penting dalam perkembangan studi filologi. Walaupun tidak membicarakan suatu teks, karya Ganda itu sangat membantu dalam memahami gejala-gejala dalam teks-teks Indonesia. Pigeaud menyempurnakan penggarapan “Negarakertagama” dengan karyanya yang mengesankan Java in the Fourteenth Century (1960) serta memberikan sarana yang tak ternilai untuk studi sastra Jawa dengan Literature of Java (1967-1970). Di bidang sastra, tentang etika Jawa dan Islam terbit edisi Gatolotjo oleh Van Akkeren (1951); dan naskah “Bonang” kini terbit lagi dalam bentuk yang lebih baik, disertai dengan terjemahan Drewes, mengungguli yang sudah (1969 dan 1916). Serat Cabolek diterbitkan oleh S. Subardi (1975), yang di samping kritik teks dan terjemahan juga menyorot segi pengarang dan ajaran mistik dan etik yang diwakili oleh teks itu. Sivaratrikalpa terbit pada tahun 1969, ia digarap oleh lima orang ahli dan ditinjau dari hubungannya dengan sastra India, seni lukis Bali, dan prosodi kakawin, di samping edisi teks serta terjamahan dan catatannya. Jelas di sini betapa berbagai bidang dapat diungkapkan dalam satu naskah lama.

(7)

Karya yang penting adalah yang lebigh mutakhir, yaitu Babad Buleleng, tesis Worsley (1972). Di sini Worsley menyoroti struktur dalam hubungannya dengan fungsinya sebagai pendukung suatu dinasti. Sepintas lalu tentang sastra Bugis kami kemukakan tentang disertasi Noorduyn, Een Achttiende Eeuwse Kroniek van Wadjo (1955) yang di samping analisis historisnya merupakan karya filologi dalam arti yang sebenarnya. Suatu teks yang barangkali lebih cocok digolongkan teks sejarah ialah Hukum Pelajaran dan Perdagangan Amanna Gappa yang diterbitkan oleh F.O.L. Tobing dan kawan-kawan. Edisi itu disebutnya sebagai uraian “filologis-kultural”, di situ ia meninjau beberapa naskah, tetapi tidak membuat edisi kritikal. Titik berat diletakkan pada segi-segi kebudayaan seperti unsur-unsur khas Indonesia dan pandangan terhadap kosmos sebagai totalitas kehidupan (1961).

Sastra Sunda ditampilakan oleh Eringa dengan edisi Loetoeng Kasaroeng, een Mythologisch Verhaal uit West Java (1949) yang sangat cermat. Dalam ulasan yang mendalam ia membicarakan berbagai seginya di antaranya jenis sastra pantun Sunda dengan latar belakang kebudayaannya. Fungsi sosial cerita Lutung Kasarung yang sebenarnya adalah mitos inisiasi yang erat hubungannya dengan pertanian dan padi. Di samping catatan yang luas, soal bahasa dan gaya diberi juga perhatian yang cukup. Dua garapan filologis mutakhir mengambil pokok sastra sejarah, yaitu Cerita Dipati Ukur oleh Edi Ekajati (1978) dan Sajarah Sukapura oleh Emuch Herman Sumantri (1979), keduanya merupakan sumbangan untuk historiografi Indonesia.

(8)

sempat diperhatikan, misalnya dengan penelitian Zoetmulder (1974) mengenai kakawin, latar belakang pengarang, serta metode-metode menyalin dan menyadur oleh Voorhoeve (1964) dan robson (1969). Konteks kebudayaan yang sudah lama menjadi perhatian para peneliti diusahakan dengan lebih cermat oleh Pigeaud (1960) dan Supomo (1977). Studi tentang makna suatu karya sastra sudah dilakukan oleh Berg dan de Josselin de Jong, kemudian untuk tujuan itu telah digunakan pendekatan melalui struktur oleh peneliti yang telah kami kemukakan dan setelah itu oleh Sulatin Sutrisno dan kami sendiri. Dengan makin terlibatnya peneliti pribumi, kami kira studi tentang makna ini makin dirasakan relevan. Dalam hubungan ini, rasanya pekerjaan ahli filologi hendaknya jangan terbatas pada soal-soal kritik teks saja sebab perkembangan studi naskah lama Indonesia telah membuktikan bahwa pengetahuan yang lebih luas akan membuahkan hasil yang lebih memuaskan, juga buat peneliti sendiri. Tak mungkin studi naskah dilakukan sebagai hal yang terlepas dari kesusastraan dan linguistik. Di pihak lain telah kita lihat bahwa suatu edisi teks secara berantai dapat merangsang penelitian lain. Contohnya ialah Kakawin Ramayana; setelah terbitan Kern yang merupakan hasil terjemahannya sendiri, penelitian dilanjutkan oleh Juynboll, Poerbatjaraka, Teeuw, dan Hooykaas. Juynboll membuat suatu daftar kata daripadanya. Selanjutnya, Aichele meninjaunya dari segi bentuk puisi, sejarah kebudayaan, dan sintaksis (1926-1958). Ghosh membuat ulasan tentang bahasa dan sejarah kesusastraannya (1936) dan Hooykaas menelitinya dalam serangkaian artikel mengenai berbagai segi (1955-1958). Sarkar dan Bulcke adalah sarjana lain yang melanjutkan studi tentang Ramayana. Belum lagi tulisan-tulisan lain yang tidak langsung menimba dari teks.

(9)

ketekunan peneliti-peneliti sebelum kita, patutlah diharapkan bahwa kita semua dapat ikut menyumbangkan pengetahuan kita untuk perkembangan ilmu keindonesiaan yang lebih pesat.

DAFTAR PUSTAKA

http://sastrasantri.wordpress.com/2009/12/19/kegiatan-filologi-di-indonesia-suatu-tinjauan-sejarah-bag-2/

Amshoff, M.C.H., 1929. Goudkruintje, Leiden Al-Attas, Syed Muhammad Naguib, 1970. The Mysticism of Hamzah Fansuri. Kuala Lumpur. Bastin, John dan R. Roolvink. (ed). 1964. Malayan and Indonesian Studies.

Essais presented to Sir Richard Winstedt on his eighty-fifth birthday. Oxford.

Brankel, L.F. 1976. Hikayat Muhammad Hanafiyah, A medieval Muslim Malay romance. The Hague.

Casparis, J.G. de, 1955, Prasasti Indonesia II, Bandung.

Cohen Stuart, A.B., 1860, Brata-Joeda, Indisch Javaansch Heldendicht, VGB 27.

Coster-Wijsman, L.M., 1929, Uilespiegel Verhalen in Indonesie in het Biezonder in de Soendalanden, Santpoor.

Poerbatjaraka, R.M.Ng. dan Tardjan Hadidjaja, 1950, Kepustakaan Djawa, Djakarta.

Ras.J.J., 1968, Hikajat Bandjar, A study in Malay historiography, the Hague. Sulastin Sutrisno, 1979, Hikayat Hang Tuah, Tesis doktor Universitas Gajah

Mada, Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Floyd-Warshall merupakan salah satu algoritma yang dapat digunakan sebagai metode pencarian path terpendek yang diterapkan pada aplikasi permainan Help Your Mom.. Algoritma

[Penulis, Judul, Edisi, Penerbit, Tahun terbit] ([Pustaka utama/alternatif/pendukung]) [Penulis, Judul, Edisi, Penerbit, Tahun terbit] ([Pustaka utama/alternatif/pendukung])

17 Untuk kamera non metrik, jenis kalibrasi yang dapat dilakukan adalah metode On the job calibration dan self calibration, karena kedua metode ini dapat mengliminasi efek

Adapun studi ini memiliki ruang lingkup yang sangat luasdan perlu diberikan batasan masalah diantarnya: daerah studi merupakan ruas jalan Legian- Kuta sepanjang 1,2 Km

Paket Pekerjaan : DKI Jakarta " As National Management Consultant " - Wilayah I Nomor dan tanggal kontrak : HK... BREAKDOWN

Berfungsi untuk memukul benda kerja dari bahan lunak maupun keras tanpa merusak komponen yang dipukul.. Obeng Minus

[r]

Bibit jeruk (C. sinensis) yang akan digunakan sebagai batang bawah, yang berasal dari perkecambahan langsung (pada medium tanah dalam polibag) maupun dari kultur