BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karies Gigi
Karies adalah suatu penyakit pada jaringan keras gigi mulai dari email gigi,
dentin dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu
karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi
pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Proses ini
ditandai dengan timbulnya white spot pada permukaan gigi. White spot merupakan
bercak putih pada permukaan gigi. Proses tersebut terjadi karena sejumlah faktor
(multiple factors) di dalam rongga mulut yang berinteraksi satu dengan yang lain.
Beberapa jenis karbohidrat misalnya sukrosa dan glukosa yang dapat diragikan oleh
bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga pH plak akan menurun sampai
dibawah 5 dalam tempo 3-5 menit. PenurunanpHyangberulang-ulang dalam waktu
tertentu mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi.1,11
Untuk terjadinya kavitas karies pada permukaan licin gigi yang dapat terlihat
secara klinis dibutuhkan waktu 18 ± 6 bulan. Karies gigi pada tahap awal tidak
menimbulkan rasa sakit namun pada tahap lanjut dapat menimbulkan rasa sakit, baik
pada gigi yang terkena maupun daerah sekitar gigi. Rasa sakit ini pada awalnya
diawali oleh rasa sakit yang ringan pada saat makan atau minuman dingin atau panas.
Apabila kavitas dan invasi bakteri semakin dalam sampai pulpa yang berisi pembuluh
darah dan saraf maka dapat menyebabkan rasa sakit yang sangat dan berdenyut dan
pada akhirnya akan menyebabkan gigi nekrosis.1,6
2.1.1 Faktor Etiologi
Faktor etiologi dibedakan atas faktor penyebab primer yang langsung
mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang berasal dari
saliva) dan faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi biofilm. Karies
penyebab terjadinya karies. Ada empat faktor utama yang memegang peranan dalam
menyebabkan terjadinya karies yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau
mikroorganisme, substrat atau diet dan waktu. Karies akan terjadi apabila kondisi
setiap faktor saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang
kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama.1,11
a. Faktor host atau tuan rumah
Faktor host meliputi faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur
enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan
terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk didaerah tersebut
terutama pit dan fisur yang dalam. Permukaan enamel yang kasar dapat menyebabkan
plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi.1
Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang
mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan
organik 2%. Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin
banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel
akan semakin resisten. Gigi susu mengandung lebih banyak bahan organik dan air
sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit daripada gigi tetap sehingga gigi susu
lebih mudah terserang karies dibanding gigi permanen. Selain itu, kepadatan kristal
gigi susu tidak sepadat gigi permanen.7
b. Faktor agen atau mikroorganisme
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies
gigi. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme
yang berkembang biak diatas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada
permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Streptokokus mutans dan Laktobasilus
merupakan penyebab terjadinya karies karena mampu segera membuat asam dari
karbohidrat yang dapat diragikan.
c. Faktor substrat atau diet
Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena
membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada
plak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi
karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi. Hal ini
menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya
karies.11
d. Faktor waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang
berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang
dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas diperkirakan 6-48 bulan.1
2.2 Indeks Karies
Indeks karies adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka dari keadaan suatu
golongan/kelompok terhadap suatu penyakit karies gigi. Indeks dapat digunakan
untuk mengukur derajat keparahan suatu penyakit mulai dari yang ringan sampai
berat. Ada beberapa indeks karies yang biasa digunakan yaitu: indeks Klein, indeks
WHO dan indeks Significant Caries (SiC) untuk melengkapi indeks WHO
sebelumnya. Indeks yang biasa digunakan adalah indeks Klein. Indeks ini
diperkenalkan oleh Klein H, Palmer CE, Knutson JW pada tahun 1938 untuk
mengukur pengalaman seseorang terhadap karies.1
Indeks Klein merupakan indeks yang paling sederhana dan paling umum
digunakan dalam survei epidemiologi karies gigi. Pemeriksaannya meliputi
pemeriksaan pada gigi permanen (DMFT) dan pemeriksaan pada gigi susu (deft).
Pada penelitian ini akan digunakan indeks Klein yaitu deft (decayed, extracted,
filling, teeth) untuk gigi sulung.1
Yang termasuk dalam d (decayed) adalah:
a. Semua gigi susu yang mengalami karies
b. Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen
c. Gigi dengan tumpatan sementara
Yang termasuk dalam e (extracted) adalah:
a. Semua gigi susu yang hilang atau dicabut karena karies
a. Semua gigi dengan tumpatan permanen
b. Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar
Skor deft dihitung dengan menjumlahkan d+e+f. Tiap gigi hanya dimasukkan
dalam satu kategori saja yaitu d, e, f.
2.3 Persepsi Orangtua
Persepsi merupakan suatu proses pengintegrasian terhadap penerimaan suatu
rangsang oleh organisme atau individu sehingga rangsang tersebut menghasilkan
sesuatu yang berarti dalam diri individu. Persepsi orangtua dapat diartikan sebagai
suatu rangsang yang diterima melalui pancaindra yaitu dengan penglihatan maupun
pendengaran sehingga mampu merasakan, mengartikan tentang suatu hal atau objek
yang diamati dalam hal ini adalah yang terjadi pada anaknya.13,14
Persepsi terjadi melalui tiga proses yaitu proses fisik, proses fisiologis, dan
psikologis. Proses fisik melalui pancaindra yang berperan menerima stimulus dari
suatu objek agar dapat diartikan. Proses fisiologis yaitu melalui rangsang yang
dihantarkan melalui sensorik dan diartikan oleh otak. Proses psikologis merupakan
proses yang terjadi pada otak atau cara berfikir manusia sehingga memberikan arti
pada suatu rangsang.14
2.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Lawrence, persepsi sebagai suatu bentuk perilaku dipengaruhi oleh
faktor-faktor yaitu:13
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi antara lain adalah tingkat pendidikan, tingkat sosial
ekonomi, sikap terhadap kesehatan dan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang
merupakan faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang
diperoleh.
b. Faktor pemungkin (enabling factor)
Faktor pemungkin yaitu ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan membuat
maupun orang lain dalam bentuk yang berbeda-beda.
c. Faktor Penguat (reinforcement factor)
Faktor penguat yaitu faktor yang menjadi penguat terhadap persepsi seseorang
dengan adanya sikap dan peilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, dan petugas
kesehatan.
2.4 Kualitas Hidup
Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individual tentang kondisi
kehidupannya dalam konteks sistem budaya dan nilai dimana mereka tinggal dan
berhubungan dengan tujuan, harapan dan perhatiannya. Kualitas hidup merupakan
suatu komponen yang kompleks, mencakup usia harapan hidup, kepuasan dalam
kehidupan, kesehatan psikis dan mental, fungsi kognitif, kesehatan dan fungsi fisik,
pendapatan, kondisi tempat tinggal, dukungan sosial dan jaringan sosial.6
Menurut WHO kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individu sebagai
laki-laki atau wanita dalam hidup, ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai
dimana mereka tinggal, dan berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan,
dan perhatian mereka. Menurut UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, konsep
kualitas hidup dikembangkan dari konsep sehat yaitu sebagai keadaan sejahtera dari
badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan
ekonomi.6
Kesehatan rongga mulut yang tidak baik akan berpengaruh pada kualitas hidup.
Kesehatan rongga mulut dihubungkan dengan kualitas hidup didefinisikan sebagai
persepsi seseorang bagaimana kesehatan rongga mulut mempengaruhi kualitas hidup
dan kesehatan secara keseluruhan dari individu. Anak-anak dengan pengalaman
karies gigi yang lebih banyak mempunyai efek lebih tinggi pada kualitas hidup
mereka, dikarenakan masalah gigi yang terjadi akan berdampak pada keterbatasan
fungsi gigi (sulit mengunyah, makanan tersangkut, bau nafas), disabilitas fisik (diet
tidak memuaskan, menghindari makanan tertentu), rasa sakit setiap mengunyah,
ketidaknyamanan psikis (merasa rendah diri,sangat khawatir), dan disabilitas psikis
2.5Pengukuran Kualitas Hidup Anak
a) Child Perception Questionnaire (CPQ11-14)
Child Perception Questionnaire dikembangkan di New Zealand oleh Foster dkk
untuk menilai kualitas hidup anak usia 11-14 tahun. Instrumen ini terdiri atas 37
pertanyaan yang dikategorikan dalam 4 kelompok yaitu gejala oral, keterbatasan
fungsional, kesejahteraan emosional dan sosial yang baik. Instrumen ini mengukur
sejauh mana dampak kesehatan rongga mulut terhadap kualitas hidup anak yang
dilaporkan oleh anak itu sendiri.18
b) Child Oral Impact Daily Performance (Child-OIDP)
Child-OIDP dikembangkan di Thailand oleh Gherunpong dkk untuk mengevaluasi
dampak kesehatan rongga mulut pada kemampuan anak untuk melakukan aktivitas
sehari-hari pada anak usia 11-12 tahun. Instrumen ini terdiri atas 8 pertanyaan yang
dikategorikan dalam 4 kelompok yaitu kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan
kinerja, psikologi, fisik dan sosial.18
c) Child Oral Health Impact Profile (COHIP)
Child Oral Health Impact Profile dikembangkan di USA oleh Broder dkk untuk
mengukur persepsi individual mengenai status kesehatan rongga mulut yang
dihubungkan dengan kualitas hidup pada anak usia 8-14 tahun. Instrumen ini terdiri
atas 49 pertanyaan yang terdiri atas 7 dimensi yaitu keterbatasan fungsional, sakit
fisik, ketidaknyamanan psikologi, cacat fisik, cacat mental, keterbatasan sosial dan
kekurangan sosial.18
d) Early Childhood Oral Health Impact Scale (ECOHIS)
ECOHIS dikembangkan di USA oleh Takelar dkk untuk menilai dampak
negatif dari kesehatan gigi dan mulut yang mempengaruhi kualitas hidup anak pra
sekolah (3-5 tahun). Instrumen ini terdiri dari 13 pertanyaan yang terbagi dalam dua
bagian yaitu dampak terhadap anak (9 pertanyaan) dan dampak terhadap keluarga (4
pertanyaan). Dampak terhadap anak dikategorikan dalam 4 kelompok yaitu gejala
anak, fungsi anak, keadaan psikologi anak, citra diri dan interaksi sosial. Sedangkan
dampak pada keluarga dikategorikan dalam 2 kelompok yaitu keadaan orang tua dan
e) Parental Caregiver Perception Questionnaire (P-CPQ)
Parental caregiver perception questionnaire (P-CPQ) dikembangkan oleh
Jokovic dkk untuk menilai persepsi orangtua atau persepsi pengasuh mengenai
dampak status kesehatan gigi dan mulut pada kualitas hidup anak usia 6-14 tahun.
Instrumen ini terdiri atas 31 item yang dikategorikan dalam 4 kelompok. Selanjutnya
P-CPQ mengalami pengembangan menjadi bentuk yang lebih singkat sehingga lebih
mudah diterapkan.19,21
Pengembangan dari P-CPQ terdiri dari 16 item dan dikategorikan dalam 4
kelompok yaitu gejala oral, keterbatasan fungsional, kesejahteraan emosional,
kesejahteraan emosional. Setiap item dinilai dengan menggunakan 5 skala Likerts
yaitu: “tidak pernah = 0”, “sekali atau dua kali = 1”, “kadang-kadang = 2”, “sering =
3”, “setiap hari atau hampir setiap hari = 4”.19,20
2.6Perkembangan Anak Usia 6-7 Tahun
Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, usia 6-7 tahun masuk dalam
tahap praoperasional. Pada tahap ini anak belum mampu mengoperasikan apa yang
dipikirkan melalui tindakan. Pemikiran anak masih bersifat transduktif atau
menganggap semuanya sama. Pada masa ini anak mulai mau bergaul dengan orang di
luar rumahnya terutama anak yang ditemui disekolah atau tempat bermain. Dalam
segi psikologis, anak usia 6-7 tahun adalah usia yang sangat egois. Sifat egois pada
masa ini akan hilang dengan sendirinya jika orangtua mampu mendidik anak dengan
baik untuk lebih berbagi dengan orang lain dan mengajarkan untuk tidak semaunya
sendiri. Perkembangan anak usia 6-7 tahun adalah masa yang penting dalam
pembentukan karakter anak.7,10
2.7Karies dan Kualitas Hidup
Masalah utama yang dihadapi oleh anak sekolah yaitu banyaknya anak sekolah
yang menderita karies gigi.Karies merupakan penyakit infeksi yang jika tidak dirawat
akan menyebabkan masalah sistemik. Karies yang tinggi dapat mempengaruhi
wajah yang tidak harmonis, infeksi akut serta kronis, serta gangguan makan. Infeksi
dari karies gigi selain mengganggu makan juga dapat menyebabkan gangguan
berbicara, gangguan dalam kegiatan belajar anak disekolah, bahkan gangguan tidur.
Anak-anak yang mempunyai kesehatan gigi dan mulut yang buruk 12 kali lebih
banyak menderita gangguan aktivitas termasuk tidak masuk sekolah dibandingkan
dengan anak dengan kesehatan gigi dan mulut yang baik.5,6
Anak-anak yang kehilangan gigi akibat karies gigi akan mengalami penurunan
kualitas hidup karena mereka tidak hanya memilih makanan disebabkan masalah
pengunyahan, tetapi juga akan merasa malu dengan keadaan gigi mereka sehingga
membatasi interaksi sosial dan komunikasi. Oleh sebab itu sangat diperlukan upaya
pencegahan terhadap penyakit karies agar gigi dapat dipertahankan dan dapat
berfungsi secara optimal sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Filstrup dkk mengenai karies dan kualitas hidup anak
didapati dampak terbesar yang dialami anak adalah nyeri sebesar 68%, dan rasa tidak
suka dengan penampilan gigi mereka sebesar 35%.6,9
2.8Kerangka Konsep kualitas hidup anak (P-CPQ)
- Gejala oral
- Buruk =>80% dari total skor 51-64
Anak usia