• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Buku Nirmana dalam Fotografi Flatlay Menggunakan Teori Nirmana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Buku Nirmana dalam Fotografi Flatlay Menggunakan Teori Nirmana"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Perancangan Buku Nirmana Dalam Fotografi Flatlay menggunakan

Teori Nirmana

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh Gelar Sarjana Desain

Peneliti :

Richard Williem Campbell (692013032) Birmanti Setia Utami, S.Sn., M.Sn.

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

1

1. Pendahuluan

Foto atau gambar merupakan hal yang umum diambil untuk menyimpan sebuah memori suatu kejadian agar bisa dilihat lagi di masa depan. Pernyataan ini didukung oleh Hedgecoe yang mengatakan bahwa fotografi dapat merekam sebuah peristiwa, fakta, wajah, atau hanya menceritakan sebuah cerita, serta dapat memberi kejutan, menghibur dan mendidik [1]. Dari pernyataan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa foto merupakan media komunikasi yang dapat menyampaikan pesan.

Sebagai salah satu media komunikasi, foto bisa memiliki pengaruh terhadap dunia nyata. Hal tersebut diperkuat dengan hasil dari penelitian Halakrispen yang memberi hasil bahwa foto dapat memberikan pengaruh atau dampak bagi orang yang melihatnya, tergantung pada bagaimana foto tersebut dibentuk dan isi pesan yang ingin disampaikan di dalamnya [2].

Foto sendiri memiliki bentuk dua dimensi, karena hanya memiliki panjang dan lebar saja, sehingga dapat dikatakan bahwa foto masuk ke dalam karya dwimatra. Pernyataan tersebut didukung oleh Sanyoto di dalam bukunya yang berjudul Nirmana. Pada buku tersebut diberikan penjelasan bahwa dwimatra hanya mengenal dua dimensi, yaitu panjang dan lebar [3].

Fotografi sendiri sebagai cabang seni, memiliki berbagai jenis cabang, teknik, tema dalam pembuatannya. Di dalam penelitian ini digunakan jenis fotografi flatlay, jenis fotografi ini dipilih agar kesan foto sebagai karya dwimatra semakin terlihat. Fotografi flatlay juga memiliki keunggulan, yaitu hasil foto yang didapatkan bisa membuat objek di dalamnya tampak menonjol karena latar belakang yang polos.

Fotografi flatlay dapat digunakan sebagai media promosi dan juga bisa mengangkat citra dari sebuah produk. Pada penelitian yang dilakukan oleh Yuwono, hasil penelitannya menunjukkan bahwa fotografi tidak hanya bisa dijadikan media pamer keindahan kepada masyarakat mengenai suatu hal, tetapi juga bisa mengangkat citra sebuah hal. Dalam penelitiannya sendiri, Yuwono menggunakan Kota Solo sebagai objek yang diangkat citranya kepada masyarakat. Citra yang ada di kota tersebut bisa terlihat dari hasil foto yang ia tunjukkan [4].

(7)

2

2. Tinjauan Pustaka

Perancangan Buku Nirmana dalam Fotografi ini memiliki fokus pada pembuatan fotografi flatlay dengan acuan pada prinsip - prinsip nirmana. Perancangan ini bertujuan untuk membantu penjual membuat sebuah foto yang berkualitas dan dapat menjual produk yang ada.

Nirmana sendiri merupakan hal utama yang dibahas dan diterapkan di dalam penelitian ini. Sanyoto menjelaskan bahwa istilah nirmana berasal dari Bahasa Jawa yang artinya tanpa angan - angan. Lebih lanjut, ia memberikan pernyataan bahwa berkarya nirmana ialah sekedar menyusun unsur - unsur seni rupa dan desain atas dasar prinsip - prinsip seni dan desain untuk memperoleh karya seni rupa dan desain yang memiliki nilai keindahan [3].

Di dalam nirmana dipelajari berbagai hal mengenai cara membentuk sebuah karya dua dimensi atau tiga dimensi yang memiliki keindahan. Di dalam buku Nirmana karya Sanyoto terdapat dua bagian dari nirmana itu sendiri. Pada bagian satu dapat ditemukan penjelasan sangat mendasar mengenai elemen seni dan desain yang dibagi menjadi warna, value, bentuk, raut, ukuran, arah, tekstur, ruang, kedudukan, gerak, jarak. Pada bagian dua buku tersebut, dapat ditemukan penjelasan mengenai prinsip - prinsip dasar seni dan desain yang dibagi menjadi irama, kesatuan, dominasi, keseimbangan, proporsi, kesederhanaan, dan kejelasan [3].

Selanjutnya akan dijelaskan lebih lanjut mengenai definisi dari bagian nirmana tahap dua oleh Sanyoto [3], yang nantinya akan banyak diterapkan di dalam perancangan buku tutorial, yaitu:

1. Irama: irama merupakan gerak yang berukuran dan mengalir. Irama dapat berupa gerakan berulang dalam keberkalaan unsur - unsur seni atau desain yang antara lain meliputi keberkalaan ukuran (besar dan kecil, tinggi dan rendah, panjang dan pendek), keberkalaan arah (vertikal, diagonal, horizontal), keberkalaan warna (panas dan dingin, tua dan muda, cemerlang dan suram), keberkalaan tekstur (kasar dan halus, kasar dan licin, keras dan lunak), keberkalaan gerak (atas dan bawah, kanan dan kiri, muka dan belakang), keberkalaan jarak (renggang dan rapat, lebar dan sempit). Irama merupakan gerak pengulangan atau gerak mengalir yang ajeg, teratur, terus menerus.

2. Kesatuan: kesatuan adalah kemanunggalan menjadi satu unit utuh. Karya seni atau desain haruslah memiliki kesatuan agar setiap unsur di dalamnya terlihat saling mendukung, jika tidak terdapat kesatuan karya seni atau desain tersebut akan terlihat kacau dan tidak enak untuk dilihat.

3. Dominasi: dominasi menunjukkan adanya keunggulan suatu unsur di dalam karya seni atau desain. Dominasi dalam suatu karya bertugas untuk menarik perhatian orang yang melihat.

(8)

3

Keseimbangan dalam sebuah karya dapat membuat karya tersebut enak untuk dilihat.

5. Proporsi: proporsi dapat diartikan sebagai perbandingan atau kesebandingan yakni dalam satu objek antara bagian satu dengan bagian lainnya sebanding. Proporsi pada dasarnya menyangkut perbandingan ukuran yang sifatnya matematis.

6. Kesederhanaan: sederhana memiliki definisi tidak lebih dan tidak kurang, jika ditambah terasa menjadi ruwet dan jika dikurangi terasa ada yang hilang. Kesederhanaan merupakan sebuah masalah rasa mengenai apakah suatu susunan perlu dikurangi atau bahkan ditambah objeknya.

7. Kejelasan: kejelasan artinya mudah dipahami, mudah dimengerti, tidak memiliki banyak arti.

Fotografi adalah sebuah seni, sama halnya dengan melukis, hanya saja bila melukis medianya berupa cat, sedangkan fotografi adalah cahaya, jadi bisa dikatakan bahwa fotografi adalah melukis dengan cahaya. Dalam bahasa Yunani, fotografi berasal dari kata photos yang artinya cahaya dan graphos artinya melukis, sehingga dapat diartikan fotografi adalah melukis dengan cahaya [5].

Fotografi sendiri memiliki banyak cabang di dalamnya, salah satunya adalah fotografi flatlay. Fotografi flatlay sendiri merupakan jenis fotografi yang semakin berkembang sejak 2015 karena populer di media sosial yang berbasis photo sharing. Flatlaydiambil dari kataflat layouts, fotografi ini digunakan untuk menciptakan hasil foto mendatar seperti dua dimensi [6].

Di dalam latar belakang penelitian ini, sudah dibahas mengenai mengapa fotografiflatlay dipilih dalam penelitian ini, salah satunya karena sifat dasarnya yang menunjukkan kesan dua dimensi lebih nyata dibandingkan jenis foto lainnya. Pengambilan fotografi flatlay dapat dilakukan dengan menggunakan posisi high angle atau posisi bird’s eye, yang menjadi syarat utama adalah bagaimana latar belakang atau alas yang ada di dalamnya membuat foto tersebut tidak memiliki kesan ruang tiga dimensi terlalu banyak. Pada fotografi flatlay, teori atau prinsip nirmana dapat diaplikasikan dengan baik dan dilihat secara langsung karena hasil foto yang terlihat sederhana, seperti gambar di atas kertas.

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Sumanto di dalam bukunya memberikan penjelasan bahwa metode penelitian ini menggunakan teknik analisis mendalam, yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metode kualitatif yakin bahwa sifat suatu masalah berbeda dengan masalah lainnya [7].

(9)

4

Gambar 1Tahap Penelitian

Tahap pertama penelitian ini adalah identifikasi masalah mengenai masalah. Pada bagian awal sendiri sudah diberikan penjelasan mengenai penggunaan fotografi sebagai media untuk menjual produk. Untuk membuat foto memiliki nilai tersebut, maka dibuatlah penelitian ini dengan memberikan penyelesaian berupa penerapan prinsip nirmana.

Tahap kedua penelitian ini merupakan pengumpulan data visual dan verbal. Pengumpulan data verbal dilakukan melalui penyebaran kuisioner kepada beberapa pemilik toko. Sumber data visual pada penelitian ini berupa beberapa contoh jenis fotoflatlayyang bisa menjadimoodboardatau referensi dalam pengambilan foto.

Tahap ketiga penelitian ini memiliki fokus pada analisis dan pengolahan data yang didapatkan. Data verbal yang sudah dikumpulkan akan dianalisa dan diambil kesimpulan mengenai kesulitan apa yang dialami oleh pemilik toko dalam mengambil fotografi flatlay. Hasil dari analisis data tersebut nantinya akan mempengaruhi isi konten buku fotografi, mengenai sebagaimana jauh pemahaman pemilik toko dalam mengambil foto. Pada data visual akan dilakukan seleksi agar contoh foto yang ada sesuai denganmoodboarddan topik penelitian ini.

Tahap keempat penelitian ini berupa perancangan buku fotografi dimana akan dilakukan penyusunan konsep dan pembuatan isi buku sesuai dengan hasil dari analisis data.

(10)

5

menunjukkan apakah buku ini dapat berfungsi dengan baik dan membantu memecahkan masalah yang ada.

Analisis Data

Penelitian ini dilakukan kepada responden yang berupa pemilik toko dan fotografer pemula. Hasil dari penilitian menunjukkan bahwa responden memiliki pemahaman mengenai dasar fotografi, yang ditunjukkan dengan adanya pemahaman responden mengenai penggunaan cahaya alami.

Responden juga mengetahui apa itu fotografi flatlay dan kegunaannya sebagai media promosi di media sosial, karena responden sendiri merupakan kalangan yang aktif mengunakan media sosial sebagai koleksi kumpulan foto atau untuk menjual dan mempromosikan barang maupun jasa yang mereka miliki. Responden juga menunjukkan pemahaman mengenai fungsi foto sebagai media komersial, karena responden sadar bahwa dengan adanya foto yang menarik, maka pelanggan akan mau melihat produk atau jasa yang dijual, sehingga tentunya barang atau jasa tersebut bisa menjadi lebih laku.

Kesulitan yang ditemukan oleh responden ada pada bagaimana cara menyusun komposisi objek dan properti di dalam foto tersebut. Hal tersebut ditunjukkan oleh responden di saat responden mencoba membuat foto flatlay dengan produk dan properti yang dimiliki. Oleh karena itu, untuk membantu responden dalam memahami komposisi dalam foto, teori nirmana dapat digunakan sebagai jalur pemecahan masalah dan tentunya dianggap sangat sesuai untuk menjawab kesulitan yang dialami oleh responden. Hal tersebut dikarenakan di dalam nirmana dipelajari mengenai komposisi dalam sebuah karya.

Perancangan

Tahapan-tahapan dalam perancangan buku nirmana dalam fotografi adalah sebagai berikut:

a. Konsep Penyajian

Buku Fotografi ini akan disajikan dalam bentuk mirip dengan majalah singkat, sehingga memiliki kesan sederhana dan akan mudah untuk dipelajari karena memiliki banyak contoh gambar.

(11)

6

b. Pengambilan Foto danEditing

Semua foto di dalam buku ini diambil di hari dan tempat yang berbeda. Waktu yang dipakai untuk pengambilan foto adalah sekitar pukul 9 pagi hingga 4 sore menggunakanavailable light.

Sebelum dilakukan pengambilan foto, dilakukan dulu pembuatan konsep pengambilan foto saat itu sesuai dengan topik nirmana yang akan diangkat nantinya. Hal tersebut dilakukan agar nantinya tidak ada konsep nirmana yang tidak teraplikasikan di dalam foto. Properti dan objek yang ada di foto beberapa merupakan milik pribadi dan beberap juga merupakan kerjasama dengan pemilik toko yang diwawancara.

Dalam sesi pemotretan, foto yang ada diambil dalam bentuk RAW agar bisa diedit lebih detail. Setelah melakukan sesi foto, file - file foto yang ada akan dipilah satu persatu dan kemudian masuk ke proses edit menggunakan programeditingfoto.

Editing yang dilakukan bisa dimulai dari hal yang sederhana, seperti brightness, contrast, saturation, dan clarity. Setelah itu, akan dilakukan pada tahap selanjutnya yang lebih detail, misalnya menggunakan healing brush untuk menghilangkan noda yang tidak diinginkan pada foto tersebut. Contoh ProsesEditingfoto dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2ProsesEditingfoto

(12)

7

Gambar 3Contoh foto sebelum dan sesudah masuk ke prosesedit

c. Pembuatan Buku

(13)

8

Gambar 4Proses PembuatanCover

Setelah pembuatan cover buku selesai, pembuatan dilanjutkan pada isi dari buku tersebut. Isi buku disusun menggunakan program yang sama untuk membuat cover. Untuk bagian dalam buku, konsep yang dipilih juga merupakan konsep minimalis. Konsep ini dipilih agar pembaca dapat dengan mudah terfokus pada isi buku karena penataannya yang sederhana.

Teknik layouting yang dipilih adalah Symitrical Layout. Teknik ini disebut juga vertical layout, karena memiliki tata letak yang terlihat statis karena memiliki jarak yang sama pada setiap halaman [8]. Teknik ini dipilih karena memiliki konsep yang sama dengan konsep minimalis, yang membuat setiap halaman memiliki bentuk yang sama, sehingga pembaca akan dapat dengan mudah memiliki fokus karena tidak terhalang dengan adanya perubahan bentuklayoutpada setiap halaman.

Untuk membuat isi yang terlihat bagus dan memiliki jenis desain yang sama, maka terlebih dahulu dipilih beberapa jenis huruf yang akan digunakan di dalam buku ini.

Jenis huruf yang digunakan di dalam buku ini adalah huruf jenis serif dan sans serif. Huruf Serif yang digunakan memiliki nama Vollkorn dan Cambria. Huruf Vollkorn digunakan untuk judul karena memiliki bentuk yang indah dan klasik. Huruf Cambria digunakan untuk kalimat pengantar setelah judul dan digunakan dengan font style italic atau miring. Hal ini dilakukan agar pengantar judul ini memiliki kontras dengan isi, karena keduanya memiliki ukuran yang hampir sama.

(14)

9

Gambar 5Jenis Huruf yang Digunakan

Kemudian, pembuatan layout dilanjutkan dengan membuat grid sebagai acuan untuk meletakkan gambar dan tulisan di dalam halaman. Contoh penggunaangridpadalayoutdapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6GriduntukLayout

(15)

10

Gambar 7PenerapanGriddalam Halaman Isi

Gambar 8PenerapanGriddalam Halaman Foto

Pada bagian akhir, buku ini masuk ke tahap cetak. Buku ini dicetak menggunakan kertas jenis HVS 100 Gsm. Kertas ini dipilih karena permukaannya yang tidak licin dan tidak mengkilap untuk menghindari adanya pantulan cahaya yang mengganggu saat membaca. Selain itu, ketebalan kertas tersebut dipilih agar warna dari setiap halaman tidak akan tembus ke halaman dibaliknya.

Cover dari buku ini dicetak menggunakan kertas Art Carton 210 Gsm. Kertas ini dipilih karena tebalnya yang cukup untuk melindungi isi buku. Untuk menambah ketebalan dan ketahanan dari buku ini,coverakan diberikan finishing berupa laminasi doff. Laminasi ini digunakan agar warna dari cover tetap terjaga dan tidak memantulkan cahaya.

4. Pengujian

(16)

11

Hasil dari pengujian pada beberapa ahli menunjukkan bahwa isi dari buku ini terlihat menarik dan memiliki bobot yang sesuai untuk membantu masyarakat awam atau fotografer pemula karena isi dari buku ini mudah untuk dipahami. Mereka juga menganggap bahwa hasil foto yang ada sudah bagus, serta sesuai dengan setiap topik yang diangkat.

Yerdiansha Azahary salah satu influencer yang juga merupakan lulusan dari jurusan desain mengungkapkan bahwa isi dari buku ini sudah sangat lengkap dan menarik. Selain itu tata layout dan cover terlihat sudah sangat diperhatikan. Teknik nirmana yang digunakan di dalam penelitian ini juga dianggap sebagai hal yang baru dan sangat sesuai untuk diterapkan pada fotografiflatlay.

Dhipta Adi Pamungkas, seorang fotografer dansocial media content creatorjuga menyatakan bahwa setiap penggunaan foto di dalam buku ini sudah sesuai dan terlihat bahwa sudah dipilih dengan baik, dimulai dari kualitas dan kesesuaian dengan setiap topik yang ada. Ia juga menganggap bahwa isi dari buku ini dan foto yang ada di dalamnya sudah layak untuk dipublikasikan secara umum.

Hasil dari pengujian ini pada beberapa responden berupa fotografer pemula dan pemilik toko juga mendapatkan hasil bahwa buku ini sudah membantu responden dalam memahami cara pembuatan fotoflatlay.

Beberapa responden juga sudah dapat mempraktekkan isi dari buku ini dan bisa membuat foto flatlayyang baik. Responden terlihat dapat memilih cahaya yang baik dalam foto yang dibuat, serta sudah dapat menyusun objek dan properti sesuai dengan prinsip nirmana.

Responden juga menunjukkan bahwa isi dari buku sudah dapat mudah dimengerti, apalagi dengan adanya gambar di dalamnya. Gambar yang jelas dan bagus juga dapat menjadi referensi bagi responden ketika akan membuat fotoflatlay.

5. Kesimpulan

Penggunaan teori nirmana atau basic design digunakan dalam pembuatan penelitian ini. Setelah dilakukan uji coba, hasilnya menunjukkan bahwa teori nirmana ini sesuai untuk dimasukkan ke dalam bidang fotografiflatlay.

Pembuatan buku sebagai media pembelajaran merupakan hal yang sesuai, karena responden dapat membaca dengan nyaman. Selain itu, pemilihan desain dan tata layout di dalamnya juga sangat membantu responden dalam membaca dan menyerap isi dari buku tersebut.

Isi dari buku yang dibuat juga sudah sesuai dengan topik yang diangkat. Pembahasannya yang lengkap dimulai dari sebelum hingga saat mengambil foto dinilai sangat membantu responden dalam mempelajari fotografi flatlay. Contoh dari hasil foto yang ada di dalamnya juga dinilai sudah sesuai dengan setiap topik yang diangkat, sehingga tentunya responden dapat mengetahui secara langsung teori nirmana jika diaplikasikan dalam foto.

(17)

12

(18)

13

6. Daftar Pustaka

[1] Hedgecoe, J. 2009. The New Manual of Photography. Inggris: Dorling Kindersley.

[2] Halakrispen, Sunnaholomi. 2015. Pengaruh Fotografi Pemandangan Teluk Kilauan di Lampung dalam Situs www.dolphinkilaubay.com terhadap Minat Mahasiswa Univesitas Surya untuk Mengunjungi Teluk Kilauan. Tangerang: Universitas Surya.

[3] Sanyoto, Sadjiman Ebdi. 2009.Nirmana. Yogyakarta: Jalasutra.

[4] Yuwono, Indro. 2009. Fotografi Desain Guna Mengangkat Citra Kota Solo. Surakarta: Universitas Negeri Sebelas Maret.

[5] Triadi, Darwis; dkk. 2014. Making Picture not Taking Picture. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

[6] Glitzmedia. 2016. Tip Ini Akan Membuat Anda Menjadi Master Flat Lay di Instagram. http://www.glitzmedia.co/post/tip-ini-akan-membuat-anda-menjadi-master-flat-lay-di-instagram. - diakses 10 Desember 2016.

[7] Sumanto. 1995. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset.

Gambar

Gambar 1 Tahap Penelitian
Gambar 2 Proses Editing foto
Gambar 3 Contoh foto sebelum dan sesudah masuk ke proses edit
Gambar 4 Proses Pembuatan Cover
+3

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat praktis, dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak yang terkait dalam rangka mewujudkan program Kementrian Perempuan dan Perlindungan Anak dalam mewujudkan

Untuk mengetahui pengelolaan pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi menggunakan alat peraga torso rangka manusia untuk meningkatkan hasil belajar siswa materi

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa atribut produk serta citra merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian Smartphone

Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) ini, secara substansi merupakan sarana pelaporan kinerja dalam rangka mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

1 07 14   Prog ram Pening katan Kualitas Pelayanan Publik Urusan Perhubung an Pembang unan Sarana dan0. Prasarana

[r]

dengan penelitian yang dilakukan Mulyana pada 20 orang atlet usia 14 tahun yang menunjukkan adanya hubungan yang signiikan antara kekuatan otot lengan dengan

Upaya pelestarian Rusa Sambar Di Pusat Penangkaran Rusa Di Desa Api-Api Kecamatan Waru Kabupaten Penajam Paser Utara ( Ditinjau Dari Peraturan Pemerintah Nomor 7