• Tidak ada hasil yang ditemukan

MILITER DAN KONSTRUKSI IDENTITAS NASIONA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MILITER DAN KONSTRUKSI IDENTITAS NASIONA"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

MILITER DAN KONSTRUKSI IDENTITAS NASIONAL: ANALISIS BUKU TEKS PELAJARAN SEJARAH SMA MASA ORDE BARU

Oleh Trifonia Jeanete Arista Istofani ( 171314025)

JUDUL : MILITER DAN KONSTRUKSI IDENTITAS NASIONAL: ANALISIS BUKU TEKS PELAJARAN SEJARAH SMA MASA ORDE BARU

NAMA PENGARANG : Hieronymus Purwanta TAHUN TERBIT : 2013

PENERBIT : PARAMITA

Secara etimologis, identitas nasional merupakan penggabungan dua kata, yaitu “identitas” dan “nasional”. Kata identitas berasal dari bahasa Inggris identity yang dapat dimaknai sebagai ciri, tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang, kelompok atau sesuatu sehingga membedakan dengan yang lain. Identitas memiliki fungsi sangat penting, karena memberikan penjelasan yang relatif benar dan tepat. Tanpa identitas, sesuatu akan sulit diidentifikasi dan digali informasi yang jelas, benar dan tepat. Kartodirdjo (2005) menjelaskan pentingnya identitas dengan menganalogikan pada orang yang kehilangan ingatan. Analogi yang dikemukakan Kartodirdjo tersebut berlaku tidak hanya pada tataran individual atau perseorangan, tetapi juga pada tataran kolektif, baik keluarga, etnik maupun bangsa. Dari sudut pandang ini, tanpa memiliki identitas, bangsa akan tidak memiliki akar untuk menghidupi aktivitas, vitalitas dan krea-tivitasnya (Wiriaatmadja, 1992: 68). Kata ke dua adalah “nasional” yang merujuk pada konsep kebangsaan.pada khasus bangsa Indonesia, pengertian nasional secara legal dan for-mal berlandas pada proklamasi ke-merdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945. Dari sudut pandang ini pengertian nasional dapat diidentikkan dengan pengertian Indonesia. Pada penelitian ini proklamasi kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945 ditempatkan sebagai hari kelahiran Indonesia, dengan tanpa mengesampingkan proses pembentukannya yang berlangsung la-ma sebelumnya. Secara filosofis, identi-tas keindonesiaan yang telah dinya-takan pada saat proklamasi tersebut akan tetap berlaku, meski tanpa ada pengakuan dari pihak lain .

(2)

merepresentasikannya, seperti “Perang Kemerdekaan” (Siswoyo, 1979: 192; No-tosusanto dkk., 1981: 97; 1992: 127; dan Moedjanto dkk., 1992: 91). Dengan judul “Perang Kemerdekaan” pengarang ber-maksud menyampaikan pesan bahwa sebagai besar konflik yang terjadi dalam bentuk konflik terbuka atau perang.

Sejarah di-ajarkan bagi siswa di sekolah bukan se-bagai pengetahuan belaka, tetapi sejarah ditampilkan sebagai upaya untuk me-nanamkan rasa cinta terhadap tanah air. Oleh karena itu, kebenaran sejarah ditentukan oleh pemerintah. Peristiwa-peristiwa sejarah yang ditampilkan da-lam PSPB pun lebih banyak peristiwa politik yang dianggap memiliki nilai patriotisme. Wacana militeristik menjadikan revolusi kemerdekaan digambarkan hanya sebagai usaha mempertahankan kemerdekaan dari ancaman bangsa a-sing, baik Jepang sebagai penjaga status quo, Sekutu sebagai pemenang perang maupun NICA yang berusaha menjajah kembali Indonesia. Berbagai fenomena historis yang terjadi di daerah tidak dapat dimasukkan ke dalam buku teks pelajaran sejarah, hanya karena bukan perjuangan melawan kekuatan asing. Salah satu fenomena yang tidak ada da-lam buku teks adalah revolusi sosial yang terjadi antara lain di Sumatera Ti-mur dan Surakarta. Di Sumatera Timur revolusi sosial meletus pada tanggal 3 Maret 1946. Pada awalnya masyarakat bermaksud menghadang Belanda (NICA) yang dikabarkan akan mendarat di Tanjung Balai. Ketika NICA tidak jadi datang, massa rakyat beralih sasaran ke kaum bangsawan Melayu, karena di-anggap memihak penjajah Belanda.

Dinamika yang begitu kaya di berbagai daerah tidak mampu dican-tumkan oleh buku teks pelajaran se-jarah, sehingga keberagaman menjadi tidak dapat terwacanakan dengan opti-mal. Akibatnya siswa sebagai pembaca akan memperoleh kesan bahwa masa revolusi kemerdekaan hanya berisi ten-tang perlawanan masyarakat terhadap pasukan Jepang dan Sekutu/NICA. Tanpa bermaksud menafikan pen-tingnya nilai-nilai patriotisme, dominasi narasi tentang aksi-aksi militeristik akan menyampaikan pesan kepada para siswa SMA sebagai pembacanya bahwa perang merupakan solusi terbaik bagi permasalahan Indonesia pada periode revolusi kemerdekaan.

Sebaliknya, penegasian terhadap peran diplomasi yang dijalankan oleh para pemimpin nasional akan menyam-paikan pesan bahwa diplomasi merupa-kan solusi terjelek, karena hanya menghasilkan kerugian bagi bangsa In-donesia. Dengan wacana militeristik yang diproduksi oleh buku teks pela-jaran sejarah akan mengembangkan karakter generasi muda yang memuja kekerasan sebagai jalan untuk mem-peroleh kebenaran, dan bukan diskusi kritis seperti diwacanakan oleh Haber-mas (McCarthy, 2009).

(3)

meming-girkan peran sipil, sejarah yang militer-istik juga gagal menggambarkan kekayaan nuansa yang terjadi selama revolusi kemerdekaan, seperti ter-jadinya revolusi sosial yang terjadi di Sumatera Timur, Surakarta, Pemalang, Tegal dan Brebes. Dengan wacana mili-teristik itu akan mengembangkan karak-ter generasi muda yang memuja keke-rasan sebagai jalan untuk memperoleh kebenaran.

1

Referensi

Dokumen terkait

Rasa puas yang diperoleh setelah membaca puisi dan cerita sastrapada hakikatnya disebabkan oleh terpenuhinya kebutuhan batin akan keindahan, Pemenuhan rasa puas dan kebutuhan

Untuk besarnya biaya pada pekerjaan rangka atap dari baja dan kayu dapat diketahui melalui beberapa tahap yaitu, mengetahui volume atau kubikasi rangka atap, harga satuan pekerjaan,

Karena proses pendaftaran sinaptika kemarin itu, setelah melakukan pendaftaran dan konfirmasi pembayaran tidak ada notifikasi diwebsite untuk memastikan dia sudah bayar

[r]

DJJ online merupakan pengembangan dari DJJ model blended learning dalam rangka memenuhi kebutuhan diklat pegawai ASN yang tidak memiliki kesempatan mengikuti Diklat

Setiap siswa yang tidak mamatuhi aturan / tata tertib sekolah : Diberi ganjaran/hukuman.. yang sesuai dengan aturan apa yang

Setelah itu dilakukan pengamatan dan dicatat kapasitas penyerapan dan penyimpanan air pada gel untuk menentukan kemampuan gel dalam menyerap dan menyimpan air

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS KADAR FORMALIN BERDASARKAN PERBEDAAN SUHU AIR DALAM PROSES PENCUCIAN SERTA SESUDAH PENGUPASAN PADA