• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Bimbingan Konseling dalam Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "A. Bimbingan Konseling dalam Pendidikan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

A. Bimbingan Konseling 1. Pengertian

(2)

kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya. Jadi pengertian bimbingan dan konseling yaitu suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli agar konseli mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan juga mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya.

2. Tujuan

a. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial konseli adalah:

1) Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.

2) Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.

3) Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), sertadan mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.

4)

Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik

yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis. 5) Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.

6) Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat

7) Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya. 8) Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan

dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia.

9) Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.

(3)

b. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah:

1) Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya. 2) Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca

buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.

3) Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.

4) Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.

5) Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas. 6) Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.

c. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah :

1) Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.

2) Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir.

3) Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.

4) Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan.

5) Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.

(4)

secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.

7) Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.

8) Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. 3. Fungsi Konseling

a. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya

dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

b. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.

c. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming),home room, dan karyawisata.

(5)

Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.

e. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.

f. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.

g. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.

h. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.

i. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.

(6)

sesuai dengan minat konseli. 4. Manfaat Konseling

a. Bimbingan konseling akan membuat diri kita merasa lebih baik, merasa lebih bahagia, tenang dan nyaman karena bimbingan konseling tersebut membantu kita untuk menerima setiap sisi yang ada di dalam diri kita.

b. Bimbingan konseling juga membantu menurunkan bahkan menghilangkan tingkat tingkat stress dan depresi yang kita alami karena kita dibantu untuk mencari sumber stress tersebut serta dibantu pula mencari cara penyelesaian terbaik dari permasalahan yang belum terselesaikan itu.

c. Bimbingan konseling membantu kita untuk dapat memahami dan menerima diri sendiri dan orang lain sehingga akan meningkatkan hubungan yang efektif dengan orang lain serta dapat berdamai dengan diri sendiri.

d. Perkembangan personal akan meningkat secara positif karena adanya bimbingan konseling.

5. Asas Konseling

a. Asas Kerahasiaan (confidential); yaitu asas yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan klien yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini, konselor berkewajiban memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin,

b. Asas Kesukarelaan; yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan klien mengikuti/ menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya. Konselor berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu.

c. Asas Keterbukaan; yaitu asas yang menghendaki agar klien yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Konselor berkewajiban mengembangkan keterbukaan klien. Agar klien mau terbuka, konselor terlebih dahulu bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan asas kerahasiaan dan dan kekarelaan.

(7)

layanan dapat berpartisipasi aktif di dalam penyelenggaraan/kegiatan bimbingan. Konselor perlu mendorong dan memotivasi klien untuk dapat aktif dalam setiap layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya.

e. Asas Kemandirian; yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan konseling; yaitu klien sebagai sasaran layanan/kegiatan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri. Konselor hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi berkembangnya kemandirian klien.

f. Asas Kekinian; yaitu asas yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan dan konseling yakni permasalahan yang dihadapi klien dalam kondisi sekarang. Kondisi masa lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan memiliki keterkaitan dengan apa yang ada dan diperbuat klien pada saat sekarang.

g. Asas Kedinamisan; yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.

h. Asas Keterpaduan; yaitu asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh konselor maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling menjadi amat penting dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.

i. Asas Kenormatifan; yaitu asas yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan – kebiasaan yang berlaku. Bahkan lebih jauh lagi, melalui segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling ini harus dapat meningkatkan kemampuan klien dalam memahami, menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.

(8)

kegiatan bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.

k. Asas Alih Tangan Kasus; yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan klien kiranya dapat mengalih-tangankan kepada pihak yang lebih ahli.

l. Asas Tut Wuri Handayani; yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada klien untuk maju. 6. Prinsip Konseling

a. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli.

Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua konseli atau konseli, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual). b. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi.

Setiap konseli bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan konseli dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah konseli, meskipun pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.

c. Bimbingan menekankan hal yang positif.

Dalam kenyataan masih ada konseli yang memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.

(9)

Bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada konseli, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan konseli diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi konseli untuk mempertimbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan konseli untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan. e. Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan) Kehidupan.

Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di instansi kesehatan, tetapi juga di lingkungan keluarga, sekolah, perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan.

B. Skenario

1. Bapak Suryo, adalah penduduk di desa Barokah yang mempunyai sifat pemarah. Beliau sangat kaya raya namun kadang arogan, memandang rendah orang lain karena menganggap dirinya paling terkenal dan disegani di desa. Beliau adalah penderita penyakit hipertensi. Apabila sakit beliau selalu memeriksakan diri perawat spesialis di Rumah Sakit Swasta ternama di kota dengan alasan tidak mau antri lama dan tidak percaya dengan pengobatan di PUSKESMAS yang obatnya murah. Suatu ketika sakit pak Suryo kambuh, beliau merasa pusing dan kaku kuduk. Sopir pribadinya sedang cuti sehingga tidak ada yang mengantar ke kota. Terpaksa pak Suryo mendatangi PUSKESMAS. PUSKESMAS saat itu penuh dengan pasien, pak Suryo tidak sabar dan terlihat gelisah, berulang kali beliau marah-marah dengan petugas loket. Setelah 1 jam menunggu, tiba giliran pak Suryo masuk ruang perawat dengan wajah emosi.

(10)

apabila berbicara tergagap-gagap, sulit merangkai kalimat, dan berbicara dengan suara sangat pelan. Selama ini setiap ke PUSKESMAS, Ny Siyem selalu diantar suaminya, suaminya yang akan mengurus administrasi dan menyampaikan keluhan pada perawat. Suatu ketika Ny Siyem merasa ulu hatinya sangat perih diikuti mual-muntah dan pusing. Suaminya tidak diperbolehkan ijin oleh mandor bangunan, karena sudah tidak bisa menahan sakit Ny Siyem pergi sendiri ke Puskesmas. Dengan takut-takut Ny Siyem memberanikan diri mendaftar di loket, kemudian duduk menunggu antrian. Saat namanya dipanggil untuk masuk ke ruang perawat, terlihat wajahnya menjadi semakin pucat. 3. Bapak X, seorang sopir truk, usia 45 tahun, sudah berkeluarga dengan 3 anak yang sudah

berusia remaja. Karena pekerjaannya, bapak X sering pergi keluar kota berhari-hari dan mempunyai kebiasaan ”jajan” di kota-kota yang disinggahinya. Suatu ketika badannya meriang dan kencingnya mengeluarkan nanah. Bapak X merasa cemas dengan kondisinya dan memutuskan periksa ke perawat Nana. Bapak X merasa malu untuk mengemukakan kebiasaannya berkencan dengan pekerja seks komersial apalagi perawat wanita, sehingga bapak X memutuskan untuk tidak akan mengatakan hal yang sebenarnya.

4. Kerjakan skenario di bawah ini!

1 Ruang

Lingkup Substansi Materi: Nasehat untuk penderita DM dewasa dan penatalaksaannnya. Target waktu : 10 menit

2 Tujuan

Pembelajaran

Setelah Bermain Peran , mahasiswa akan dapat

1. Menjelaskan dan memperagakan penggunaan secara aman obat antidiabetik untuk penderita DM

2. Menyusun alternatif perencanaan untuk pasien dengan kasus hipoglikemia

3 Skenario dan Peran Pemain

Skenario

(11)

meninggal.

Peran Pemain : Siswa I : berperan sebagai Ns Fani

1. Fani Memberikan konseling tentang proses penyakit pasien dan pengetahuan tentang efek samping OAD.

2. Mendiskusikan tanda dan simptom hipoglikemi dan menjelaskan secara rinci yang dapat dilakukan pasien ketika terjadi gejala hipoglikemi

3. Menjelaskan keberadaan sistem pelayanan kesehatan bila pasien memerlukan.

Siswa II : berperan sebagai Ny Faujah

1. Mampu memberikan informasi tentang keluhannya, dan riwayat penyakitnya sesuai dengan pertanyaan yang diajukan oleh Ners Bambang.

2. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan penyakitnya yang belum jelas.

Audiens Amati proses bermain peran dalam hal :

1. Bagaimana efektifitas teknik bertanya Ns Fani tentang riwayat penyakit Ny. Faujah ?

2. Bagaimana efektifitas Ns Fani menjelaskan tanda dan simptom hipoglikemia ?

3. Apakah secara konsisten menggunakan terminologi yang dapat difahami?

4. Apakah Ns Fani juga memberikan rencana tindak lanjut untuk Ny. Faujah ?

PROSEDUR PELAKSANAAN

Lakukanlah konseling dengan prosedur berikut ini : 1. Mengawali pertemuan

§ Ucapkan salam dan perkenalkan diri

§ Tanyakan identitas pasien

§ Tanyakan maksud kedatangan pasien

§ Beri situasi yang nyaman bagi pasien

§ Tunjukkan sikap empati dan dapat dipercaya 2. Mendengar aktif

§ Berkonsentrasi pada pembicaraan

§ Lakukan kontak mata

(12)

§ Perlihatkan sikap tubuh sesuai pembicaraan

§ Dorong lawan bicara mengungkapkan isi pikirannya

§ Tanyakan kejelasan

§ Tanyakan secara detail

§ Tinggalkan asosiasi dan opini

§ Jaga emosi

§ Tidak terburu-buru

§ Beri jeda bila diperlukan 3. Menutup pertemuan

§ Simpulkan kembali masalah pasien, kekhawatiran dan harapannya

§ Pelihara dan jaga harga diri pasien, hal-hal yang bersifat pribadi dan kerahasiaan pasien sepanjang waktu

§ Perlakukan pasien sebagai mitra sejajar dan minta persetujuannya dalam memutuskan suatu hal

PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Sebelum mengikuti kegiatan konseling, pelajari teori dasar-dasar komunikasi dari referensi yang dianjurkan.

2. Untuk berlatih konseling, cobalah berlatih berpasangan dengan teman, 1 orang sebagai perawat, satu orang sebagai pasien. Gunakan prosedur pelaksanaan sebagai acuan. Lakukan bergantian, bila 1 pasang mahasiswa sedang berlatih, teman dalam kelompok menyaksikan dan setelah itu memberi masukan. Pada latihan terbimbing waktu tiap pasang mahasiswa maksimal 7 menit untuk konseling, masukan dari anggota kelompok 2 menit. Sisa waktu pada latihan terbimbing digunakan instruktur untuk memberi feedback. Untuk latihan mandiri waktu latihan disesuaikan waktu yang ada (total latihan kelompok 120 menit).

(13)

4. Pada akhir kegiatan akan dilakukan evaluasi. Mahasiswa disyaratkan mengikuti 100% kegiatan untuk dapat mengikuti evaluasi. Penilaian berdasarkan checklist evaluasi. Batas lulus adalah 75 %.

Checklist penilaian ketrampilan konseling

NO ASPEK YANG DINILAI SKOR

0 1 2

1 Mengawali pertemuan

Mengucapkan salam pada awal pertemuan Memperkenalkan diri

Menanyakan identitas pasien

Menanyakan maksud kedatangan pasien Memberikan situasi yang nyaman bagi pasien Menunjukkan sikap empati dan dapat dipercaya 2 Mendengar aktif

Mampu berkonsentrasi Melakukan kontak mata

Memperlihatkan minat pada pembicaraan

Mendorong lawan bicara mengungkapkan isi pikirannya Memperlihatkan sikap tubuh sesuai pembicaraan

Menanyakan kejelasan Menanyakan secara detail Meninggalkan asosiasi dan opini Menjaga emosi

Tidak terburu-buru

Memberi jeda bila diperlukan 3 Menutup pertemuan

Menyimpulkan kembali masalah pasien Menjaga harga diri pasien dan rahasia pasien

Memperlakukan pasien sebagai mitra sejajar dan meminta persetujuannya dalam memutuskan suatu hal

Keterangan :

2 : dilakukan, dengan benar, atau bila pada kasus tersebut tidak perlu dilakukan 1 : dilakukan, tidak benar

Referensi

Dokumen terkait

Depdiknas, 2007, penataan pendidikan profesional konselor dan layanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal.

Data yang ditemukan bahwa konselor sebagai seorang pendidik yang profesional dapat memberikan layanan bimbingan konseling sebagai upaya dalam proses didikan untuk

Pemahaman konselor terhadap klien dipergunakan oleh konselor baik untuk secara langsung membantu klien dalam pelayanan bimbingan dan konseling lebih lanjut, maupun

Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami masalah (disebut klien) dalam upaya

layanan konseling yang dilaksanakan oleh konselor (pembimbing) terhadap seorang pelanggan yang memungkinkan peserta didik atau klien memperoleh wawasan pemahaman,

ling dalam Pendidikan Sekolah Dasar Bimbingan dan konseling merupakan suatu layanan pemberian bantuan yang dilakukan konselor kepada seorang klien atau peserta didik,

model, untuk dijadikan contoh bagi klien yang mumpunyai hubungan yang kurang baik antara anak dan ayah. Disini konselor memberi contoh pada klien bagaimana

Selain itu, karena konseling krisis berbeda dengan konseling pada umumnya, maka konselor yang menjadi petugas pada situasi krisis harus merupakan konselor yang profesional dan memiliki