• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum keluarga di negara Libya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hukum keluarga di negara Libya"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBAHASAN A. Sejarah Libya

Nama Libya berasal dari bahasa Mesir yaitu Lebu1[3], sebutan bagi

orang-orang Berber yang tinggal di sebelah barat Sungai Nil, kemudian diadopsi oleh bahasa Yunani sebagai Libya. Pada zaman Yunani kuno, istilah ini memiliki arti yang lebih luas mencakup seluruh Afrika Utara di sebelah barat Mesir dan kadang ditujukan untuk seluruh benua Afrika.

Libya termasuk Negara yang berada dikawasan benua Afrika bagian utara. Sebagian besar (90 %) wilayah berupa gurun pasir yang lebih dikenal dengan gurun sahara. Libya mempunyai banyak kandungan minyak. Abad pertama tahun masehi Libya menjadi daerah jajahan Roma. Atas kekuasannya kota Tripolania diubah menjadi sebuah kota yang penting yang banyak menghasilkan pohon zaitun. Perkembangan yang pesat tersebut dipimpin oleh Kaisar Septimus Severus. Islam masuk ke Libya tatkala agama Kristen mengalami kemunduran. Pada awal masuknya Islam berkembang didaerah Cyrenaica.2[4]

Pada abad ke-16 Turki Ottoman menaklukan beberapa wilayah Libya seperti Fezzan, Cyrenaic dan Tripolitania sampai akhirnya berhasil menguasai seluruh Libya untuk berada dibawah kekuasaan Turki.

Setelah terjadi Perang antara Italia dan Turki pada tahun 1911-1912, Libya dikuasai oleh Italia pada tahun 1934 dalam perang yang menewaskan lebih dari 150.000 korban jiwa dan mengasingkan orang-orang penting di Libya dibawah pimpinan Sanusiyyah. Libya terus menjadi koloni Italia hingga Perang Dunia II. Ketika pasukan Sekutu dan para pejuang Libya kembali ke negaranya, mereka berhasil menggulingkan pasukan Italia, kemudian Libya berada dibawah kontrol Inggris dan Perancis. Libya memperoleh kemerdekaan pada tahun 1951 di bawah raja pertama, Syed Idris al-Sanusi. Namun, tidak lama kemuadian pada tahun yang sama Kolonel Muhammad Muammar Al Qadhafi melakukan kudeta militer dan memenangkannya, dengan kemenangan tersebut menjadikan Qadhafi sebagai presiden Libya.

1[3] http://id.wikipedia.org/wiki/Libya. Diakses tanggal 1 Nopember 2012

(2)

Pada tanggal 11 Desember 1969 Libya mengesahkan Konstitusinya, pada Pasal 2 menyatakan bahwa agama Islam merupakan agama resmi negara. Negara melindungi kebebasan beragama sesuai dengan kebiasaan yang telah disepakati. Deklarasi Pembentukan Otoritas Rakyat diterbitkan pada bulan Maret 1977, Pasal 2 menyebutkan bahwa Al Qur'an adalah Konstitusi Libya dengan bermazhab Maliki.

September 1969, terjadi Revolusi Pimpinan Konsil (Majelis Tinggi) mengambil alih urusan-urusan kenegaraan. Pada tahun 1971, Konsil membentuk komite yang dipimpin oleh Shaikh ‘Ali Mansur, selaku Presiden Peradilan Teringgi untuk melakukan kodifikasi terhadap hukum sipil di Kerajaan Libya. Kemudian, pada tanggal 28 Oktober 1971 Komisi tinggi mendeklarasikan pengumuman tentang masa depan hukum Islam sebagai hukum yang utama di Kerajaan Libya berdasarkan prinsip-prinsip hukum Islam Madzhab Maliki, seperti:

1. Pilihan (takhayur) terhadap prinsip-prinsip dari sekian banyak madzhab di dalam Islam;

2. Doktrin Maliki sesuai dengan keinginan masyarakat Libya (masalih al-mursalah); 3. Penetapan hukum mengacu kepada produk-produk hukum negara Islam lainnya

yang bermadzhab Maliki.3

Pada tahun 2011 aksi unjuk rasa besar-besaran terjadi di Libya. Aksi Demonstrasi ini meniru aksi yang terjadi di Aljazair, Tunisia, dan Mesir. Rakyat Libya menuntut pemimpin Libya Muammar al-Qaddafi turun dari jabatan yang telah dipimpinnya selama 42 tahun.

Unjuk rasa terjadi di berbagai kota di Libya, seperti Tripoli, Tajoura, Zawiyah,

Zintan, Ajdabiyah, Ras Lanuf, Sirte, Al Bayda, Benghazi, Bin Jawed, Bani Walid, Ar Rajban, dan Misrata. Unjuk rasa ini telah memakan banyak korban jiwa termasuk anak-anak. Kebanyakan penduduk Libya lari ke 2 negara terdekat, Tunisia dan

Mesir. Ada juga warga asing yang melarikan diri dari Libya, seperti dari Indonesia,

Cina, Filipina dan lain-lain. Beberapa hari kemudian, NATO dibantu oleh pasukan tentara Amerika Serikat, Perancis, dan lain-lain melancarkan serangan bertubi-tubi ke Tripoli, hingga akhir Oktober 2011 pemerintahan Muammar Qadaffi jatuh.4[5]

Pasca jatuhnya Qaddafi Terdapat dua entitas yang mengklaim sebagai otoritas pemerintah de jure di Libya. Dewan Transisi Nasional yang berbasis

3 Tahir Mahmood, Personal Lawin Islamic Countries (History, Text, and Comparative Analysis), Academy of Law and Religion, New Delhi, 1987, h. 108

(3)

di Tripoli, dipimpin oleh Mustafa Abdul Jalil, mengendalikan sebagian besar negara dan menggunakan nama dan bentuk Libya untuk negara Libya, tetapi juga sesekali menyebutnya dalam bentuk panjang sebagai Republik Libya.

Pendidikan

Lebih dari 1,7 juta penduduk Libya adalah pelajar dan lebih dari 270.000 di antaranya telah mencapai pendidikan tinggi. Pendidikan di Libya gratis untuk semua warga negara, dan wajib sampai tingkat menengah. Kemampuan baca tulis Libya tertinggi di Afrika Utara; lebih dari 82% penduduk Libya dapat membaca dan menulis.

Setelah kemerdekaan Libya tahun 1951, universitas pertama berdiri dengan nama University of Libya, didirikan di kota Benghazi. Sejak tahun 1975 jumlah univeritas di Libya telah bertambah menjadi sembilan dan pada tahun 1980 jumlah lembaga pendidikan teknis dan kejuruan adalah 84 (12 universitas umum).5[6]

Pada tahun ajaran 1975 jumlah mahasiswa diperkirakan sebanyak 13.418 orang. Pada 2004 meningkat menjadi 200.000. Peningkatan yang cepat dalam jumlah siswa di sektor pendidikan tinggi tercermin pada peningkatan jumlah lembaga pendidikan tinggi.

Biaya pendidikan di Libya, ditanggung oleh negara dalam anggaran publik. Pada tahun 1998 anggaran nasional yang dialokasikan untuk pendidikan mencapai 38,2%. Universitas utama di Libya diantaranya adalah Al Fateh University di Tripoli, Garyounis University di Benghazi, Universitas Omar Al-Mukhtar di Al Bayd dan Universitas-universitas terkenal lainnya.

Adapun terkait hak perempuan di dalam perkawinan dan perceraian diterbitkan pada tahun 1972-1973. Ia dibentuk dengan latar belakang kodifikasi hukum sipil yang dibentuk pada tahun 1971, Undang Undang Kerajaan Libya tahun 1972 memuat dua puluh satu artikel yang terbagi ke dalam tiga pasal yakni: Kapasitas perkawinan dan perwalian (artikel 1-3), Perceraian (artikel 4-11), dan Khulu’ (artikel 12-21). Khusus mengenai Khulu’, ia merupakan amandemen di tahun 1973 sebagai nilai tambah terhadap kesetaraan hak perempuan di dalam hukum.

A. ASPEK-ASPEK HUKUM KELUARGA KERAJAAN LIBYA

(4)

1. Hak Waris bagi Perempuan

Hukum Keluarga Libya menjelaskan bahwa di dalam Islam, hak waris dan kepastian hukum pembagian waris bagi perempuan dijamin di dalam hukum Islam. Dalam kasus penyalahgunan atau pelanggaran pembagian waris bagi perempuan yang dilakukan oleh laki-laki, maka pihak dalam tiga bulan pihak laki-laki wajib menunaikan pengembalian hak waris perempuan. Jika telah melampaui waktu tiga bulan, maka perempuan yang dirugikan dalam hal pewarisan tersebut dapat mengklaim sesuai hukum untuk memperoleh hak waris yang ia seharusnya dapatkan. Pada tahun 1959, rezim monarchi di Kerajaan Libya menetapkan hukum terhadap Perlindungan Hak Waris Perempuan. mengacu kepada hukum waris Madzhab Maliki.6

2. Usia Perkawinan

Undang Undang Kerajaan Libya Nomor 176 Tahun 1972 yang kemudian diamandemen dalam Undang Undang Kerajaan Libya Nomor 18 Tahun 1973, bahwasanya pubertas atau masa puber/baligh merupakan kondisi yang memiliki kapasitas legal dalam pernikahan dan pernikahan anak-anak yang belum baligh batal demi hukum. Adapun batas minimal usia adalah 16 tahun bagi perempuan dan 18 tahun bagi laki-laki; dengan toleransi izin pengadilan untuk perkawinan anak-anak di bawah usia tersebut.

3. Perwalian

Perkawinan dikatakan sah jika dihadiri wali. Dalam hal ketiadaan wali, maka pengadilan dibolehkan menunjuk wali atau mengambil alih demi kemaslahatan dan kepastian hukum keabsahan perkawinan.7

4. Perceraian

Jika keinginan pembatalan perkawinan sebelum akad dilaksanakan, maka tidak ada permasalahan terkait hukum tentang hal yang demikian. Namun demikian, keinginan berpisah setelah akad berlangsung harus tetap melalui prosedur pengadilan. Pemerintah juga mengakomodir aturan-aturan untuk dilakukannya arbitrase (penengah) sesuai dengan hukum Islam.

5. Arbitrase

Penengah terdiri dari dua orang yang merupakan perwakilan dari kedua belah pihak yang bersengketa (suami dan istri). Penengah tersebut merupakan representasi dari keinginan kedua belah pihak yang dapat dipilih berdasarkan ikatan keluarga dan memahami kondisi lingkungan dan mengetahui kasus dengan baik. Langkah arbitrase ini dapat ditempuh sebelum kasus sengketa perceraian tersebut diajukan

(5)

ke pengadilan.8 Dalam kasus kegagalan arbitrase mendapatkan kata perdamaian

bagi kedua belah pihak, istri yang jika memang berkeninginan tetap bercerai dapat mengajukan perceraian. Ajuan perceraian dari pihak istri ini merupakan jenis perceraian yang bersifat tidak dapat dibatalkan jika telah diputuskan oleh pengadilan. Kondisi yang berbeda jika keinginan perceraian datang dari pihak suami, jenis perceraian yang diputuskan pengadilan masih merupakan jenis putusan yang dapat dibatalkan, terutama jika terdapat pertimbangan-pertimbangan pengadilan tentang hal itu.

6. Khulu’

Khulu’ dimaknai undang undang sebagai upaya perceraian atas kehendak istri dengan pengembalian sejumlah uang kepada suami, di mana peristilahan khulu’

atau thalaq atau pernyataan lain yang mengarah ke dalam pengertian dengan maksud yang sama (mubara’ah).9 Efek terjadi setelah khulu’, dibebankan kepada

pihak suami termasuk masalah nafkah kepada anak-anak dan uang pemeliharaan anak-anak, sedangkan hak asuh anak diambil alih oleh pihak istri. Namun demikian, ada opsi pemeliharaan pada pihak suami dengan syarat membayar sejumlah uang kepada pihak istri sesuai dengan kesepakatan bersama; dan setelah habis masa pemeliharan –saat anak sudah baligh, maka pemeliharaan dikembalikan kepada pihak istri. Pihak istri dapat mengambil alih pemeliharaan anak setelah masa

hadanah oleh suami. Khulu’ yang diajukan oleh pihak istri diakomodir oleh hukum negara, namun demikian opsi hadanah/pemeliharaan anak pada suami juga diakomodir sebagai pengimbang kebijakan dan keadilan di depan hukum. Meskipun secara umum, hadanah adalah hak pihak istri sepenuhnya, terutama dalam kasus

talak.

Pemberlakuan Undang-undang Keluarga

Setelah kemerdekaan Libya tahun 1951, Undang-undang Keluarga baru diberlakukan pada tahun 1984 yang mengangkat masalah usia perkawinan, poligami dibatasi dan perceraian dan untuk tingkat yang lebih kecil menyamakan hak dan kewajiban timbal balik hubungan suami-istri. Pasal 72 dalam Undang-Undang Keluarga mengarahkan pada jalan lain yang bersumber pada hukum-hukum

syariah sebagai sumber hukum residual dengan tidak adanya ketentuan-ketentuan khusus dalam undang-undang.

B. Mahar

(6)

Permintaan mahar pernikahan di Libya umumnya tinggi (mahal). Akibat tradisi mahar pernikahan yang mahal itu, pemerintah Libya menyediakan kredit mahar untuk meringankan beban warganya yang mau nikah. Kredit mahar tersebut sekitar 35.000 dollar AS (Rp 315 juta). Masa cicilannya pun relatif panjang maksimal 20 tahun10[7].

Menurut beberapa sumber, ada beberapa tradisi penyebab tingginya mahar di Libya, antara lain:

1. Tradisi walimatul usry (pesta) yang dilakukan selama tujuh hari tujuh malam. 2. Tradisi calon istri meminta rumah sendiri ketika sudah menikah.

3. Tradisi calon istri meminta kendaraan (mobil) yang mewah kepada calon suami. Semua biaya-biaya diatas dibebankan kepada mempelai laki-laki. Dapat dibayangkan jika biaya pesta sehari saja habis 50 juta, maka jika dikalikan selama 7 hari berarti total biaya yang harus dikeluarkan adalah 350 juta. Itu hanya untuk biaya resepsi saja, belum termasuk jika calon istri meminta rumah sendiri atau mobil pribadi ketika sudah menikah. Bila dikalkulasikan semua, untuk menikah di Libya seorang calon suami harus menyiapkan uang lebih kurang 500 juta. Berarti budaya tradisi pernikahan diLibya benar-benar sangat mahal jika dibandingkan dengan Indonesa. Maka dari itu, menjadi sangat wajar jika pemerintah memberikan kredit mahar (nikah) kepada warganya.

Mahar yang mahal ini rupanya memiliki dampak baik dan buruk bagi umunya kaum pria di Libya. Dampak baiknya adalah minimnya para suami menceraikan istrinya dan jarang bahkan hampir tidak ada orang Libya yang berpoligami. Mungkin kaum pria berfikir dua kali kalau mau menceraikan dan berpoligami terhadap istrinya. Sebetulnya maharnya mahal ini tidak cuma di Libya, tetapi hampir terjadi dimayoritas negara Timur Tengah yg juga negara Islam. Sedangkan, dampak kurang baiknya adalah para lelaki menganggap mereka sudah membayar mahal istrinya, sehingga para istri mudah dipermainkan yang biasanya berujung pada perlakuan kekerasan dalam rumah tangga.

C. Poligami

Walaupun poligami jarang terjadi di Libya, namun pada dasarnya poligami di Libya diperbolehkan hanya saja harus didaftarkan. Poligami diperbolehkan dengan mendapat izin dari pengadilan berdasarkan atas kemampuan keuangan dan fisik calon suami, mendapatkan persetujuan tertulis dari istri dapat melegalkan suami

(7)

untuk menikah lagi atau otoritas dapat diberikan oleh pengadilan untuk alasan tertentu. Amandemen undang-undang tentang poligami juga mengizinkan suami untuk menikah poligami dengan perjanjian tertulis dari istri pertama, atau dengan izin pengadilan diberikan untuk alasan yang serius.11[8]

Kewajiban menafkahi tetap menjadi tanggung jawab suami dalam batas kemampuannya, kecuali apabila suami dalam kesulitan sedangkan istrinya kaya, penyediaan nafkah disesuaikan dengan kemampuan yang ada.

D. Perceraian

Ketentuan perceraian terdapat dalam Undang-undang Law on Womens Rights in Marriage and Divorce Nomor 18 Tahun 1973 pasal 4 yang berbunyi:12[9]

“Jika masing-masing suami-isteri mengadu, baik sebelum maupun sesudah dukhul mengenai tindak kekerasan yang dilakukan satu pasangan terhadap yang lain yang mengakibatkan kelangsungan hidup berumah tangga tidak mungkin dilangsungkan, baik suami maupun isteri dapat mengajukan ke pengadilan untuk meminta cerai, lantas pengadilan akan mengadakan sidang untuk mendamaikan keduanya. Jika hal ini gagal, dua hakim dapat diangkat untuk mendamaikan keduanya sesuai dengan ketentuan pasal-pasal berikutnya”

Dalam Pasal 2813[10] dinyatakan semua kasus perceraian tidak akan

ditetapkan kecuali dengan keputusan oleh pengadilan yang relevan apakah dengan talak atau kesepakatan bersama atau perceraian melaui pengadilan. Talak diucapkan oleh suami seperti yang diterdapat dalam syarat kondisional talak. Istri juga dapat memperoleh nafkah tanggungan dari suami untuk kompensasi yang sesuai.

Perceraian diperadilan tersebut karena beberapa alasan diantaranya kegagalan suami atau ketidakmampuannya untuk mempertahankan rumah tangganya. Akan tetapi, jika tidak adanya alasan yang tepat pengadilan tidak akan mengabulkannya. Jika kedua belah pihak tidak terima dengan kesepakatan bersama, pengadilan akan menunjuk arbitrator, jika upaya rekonsiliasi gagal, maka

11[8] Mardani. 2010. Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Modern. Jakarta: Graha Ilmu. Hlm. 89

12

[9]

http://sayvee3.blogspot.com/2011/12/pencatatan-perkawinan-di-berbagai.html

. Diakses tanggal 1 Nopember 2012

(8)

hakim memberikan keputusan perceraian dengan efek membebankan biaya sidang kepada para penuntut.

Pasca Perceraian

Ketentuan normatif hak-hak anak pasca perceraian memang sudah ada dan dibahas dalam kitab-kitab fikih klasik, termasuk dalam mazhab Maliki sebagai pegangan negara Libya. Aturan itu akan mempertegas dan memperinci lebih jauh hak-hak itu. Khusus terkait dengan hak-hak anak yang orang tuanya mengalami perceraian, pembuat undang-undang di negeri ini sebenarnya telah menetapkan sejumlah ketentuan yang harus dilakukan orang tua yang mengalami perceraian demi menjamin nasib dan masa depan anak-anaknya

Pasca perceraian di negara Libya isteri mendapatkan kompensasi (nafkah) biaya hidup, yang diperintah oleh pengadilan kepada suami yang dianggap sebagai tanggung jawab akibat terjadinya perceraian. Biaya hidup anak (hadhanah) juga menjadi tanggung jawab suami sebagaimana diatur oleh prinsip mazhab Maliki. Kewajiban itu berakhir pada saat anak masuk akil baligh.

E. Pernikahan dan Pencatatannya

Fikih klasik umumnya tidak menentukan batas usia minimal kapan seseorang dapat melakukan sebuah pernikahan. Maka, tak mengherankan jika perkawinan anak-anak diperbolehkan dan dihukumi sah. Dalam perkembangan lebih lanjut batasan usia pernikahan adalah salah satu aspek dalam hukum perkawinan yang mengalami modernisasi atau pembaruan. Jika dalam fikih klasik, tidak dijumpai batasan minimal yang pasti. maka dalam UU perkawinan di hampir seluruh negeri muslim memandang perlu untuk menetapkan batas minimal kapan seseorang diperbolehkan melangsungkan pernikahan.

Perlunya pembatasan usia nikah ini dilatarbelakangi oleh pertimbangan kesiapan dan kedewasaan seorang anak untuk memikul sebuah tanggung-jawab berkeluarga. Pernikahan anak-anak dirasakan tidak akan mencapai sebuah tujuan pernikahan yang dicita-citakan sehingga diperlukan upaya pembatasan usia minimal.

Sebagai perbandingan, berikut disampaikan berbagai regulasi di beberapa negeri muslim sehubungan dengan penetapan batasan minimal usia untuk dapat melangsungkan pernikahan.14[11]

(9)

Nomo masih memberikan celah atau toleransi untuk dilangsungkannya pernikahan dalam situasi-situasi tertentu seperti Aljazair, Indonesia, Irak, Turki, dan negara-negara muslim lainnya.

Dengan melihat tabel di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:15[12]

1. UU tersebut lebih tegas dalam menentukan batas minimal dilangsungkannya perkawinan, dimana dalam kitab-kitab fiqih tidak secara tegas ditetapkan.

2. Usia minimal pria rata-rata ditetapkan lebih tinggi dari wanita mengingat secara psikologis wanita lebih cepat kedewasaannya.

Dalam Undang-undang Libya mewajibkan pencatatan dalam setiap pernikahan minimal usia pernikahan adalah 20 tahun untuk pria dan wanita16[13],

dibawah usia itu Pengadilan bisa memberikan kebijaksanaan berupa dispensasi atas dasar manfaat atau kondisi yang ada dengan persetujuan dan perjanjian walinya.

Para wali nikah tidak dapat memaksa calon mempelai untuk menikah dengan seseorang dan sebaliknya tidak bisa menolak anaknya untuk menikah dengan pilihannya. Jika wali menolak menyetujuinya, maka permasalahan itu dapat di bawa ke pengadilan untuk mendapatkan izin.

15[12] HM. Atho’ Mudzhar, 2003, Islam and Islamic Law in Indonesia A Socio-Historical Approach, Jakarta : Religius Reseacrh and Development and Training. Hlm. 97

(10)

Sekalipun dalam fikih tidak ada ketentuan apakah sebuah pernikahan harus atau perlu dicatatkan. Namun ada petunjuk al-Qur’an bahwa jika kamu bertransaksi secara tidak tunai supaya dicatat. Jika hutang-piutang saja perlu dicatat, bukankah pernikahan sebagai sebuah transaksi yang istimewa lebih perlu unutk dicatat.

Di Libya semua pernikahan baik pernikahan pertama maupun poligami diwajibkan untuk dicatata melalui petugas pencatat nikah. Pencatatan perkawinan merupakan salah satu materi reformasi hukum keluarga yang dilakukan di Libya. Dalam hal ini, setiap perkawinan sebelum dilaksanakan harus dicatatkan pada lembaga yang berwenang sesuai dengan aturan yang berlaku. Aturan tentang pencatatan perkawinan ini merupakan pembaruan yang bersifat regulatory

(administratif).

Pentingnya Pencatatan Nikah

Beberapa hal mengenai pentingnya suatu akad nikah dicatatkan:17[14]

1. Sebagaimana tersebut dalam tujuan Pencatatan nikah, dengan adanya akta nikah maka seseorang memiliki bukti yang sah. Sehingga jika terjadi suatu masalah, Negara dengan kekuasaannya dapat mengadili.

2. Dalam Syari’ah Islam ketetapan seorang anak sah hanya dapat dilakukan dengan ikrar atau pembuktian dengan adanya dua orang saksi. Namun ketika hal itu tidak dapat menjanjikan lagi maka penacatatan nikah menjadi hal yang representatif untuk mencapai tujuan maslahah.

3. Begitu pentingnya alat bukti dalam satu perkawinan sehingga Rasulullah pernah menyatakan bahwa nikah tanpa saksi identik dengan perbuatan zina.

F. Beberapa Undang-undang di Libya

Setelah Revolusi, Qaddafi menghapuskan dua sistem pada tahun 1973, kemudian menggabungkan Pengadilan Sipil dan Pengadilan Syariah. 4 tingkat pengadilan Sipil meliputi Pengadilan Sumir, Pengadilan tingkat pertama, pengadilan banding dan Mahkamah Agung. Sehingga, Pengadilan Sipil sekarang biasa mempekerjakan hakim syariah yang duduk di pengadilan reguler banding dan mengkhususkan dalam kasus banding syariah. Diantara Undang-undang yang dihasilkan antara lain:

1. Undang-undang tentang Perlindungan Hak Perempuan untuk Warisan, disahkan Tahun 1959

(11)

2. UU tentang Hak-hak Perempuan dalam Perkawinan dan Perceraian No 176 Tahun 1972

3. UU No. 87 Tahun 1973 tentang penggabungan pengadilan sipil dan syariah 4. UU tentang Hukum Keluarga No. 10 Tahun 1984

5. UU No. 22 Tahun 1991 tentang mengubah hukum yang berkaitan dengan poligami 6. UU No. 9 Tahun 1994 tentang mengubah hukum yang berkaitan dengan poligami

Wills Act 1994.

7. Hukum membentuk komite untuk mengislamkan undang-undang Libya 28/10/1970 8. UU Inseminasi Buatan 1972 (no. 175/1972, memperkenalkan hukuman.

9. UU Pelanggaran Seksual 1973 (No 70/1973, yang berkaitan denganzina) 10. UU Fitnah Seksual 1973 (No 52/1973, yang berkaitan denganqadhf) 11. UU Larangan 1973 (berkaitan dengan konsumsi alkohol)

12. UU Pembunuhan 1973 (berkaitan dengan qisas, diya dan kaffara 13. Dan lain-lain.

Kesimpulan

Mahar perkawinan di Libya termasuk yang paling tinggi, karena tingginyamahar tersebut pemerintah Libya mempunyai program pinjaman kredit mahar nikah. Dengan mahalnya biaya mahar itu berdampak positif pada minimnya perceraian di Libya. Poligami walaupun jarang terjadi di Libya, namun pada dasarnya diperbolekan dengan izin ke pengadilan.

Referensi

Dokumen terkait

bahwa: “ Apabila seorang suami yang akan melakukan poligami, maka ia wajib mengajukan permohonan kepada pengadilan di daerah tempat tinggalnya” , sudah jelas undang-undang

Pelaksanaan Permohonan izin poligami pada Pengadilan Agama Padang telah sesuai dengan Undang-undang Perkawinan yaitu pasal 4 ayat 1 yang menyatakan bahwa seorang suami

Apabila suami atau istri melanggar sebagaimana yang tertulis pada Pasal 6, maka baik suami atau istri yang melakukan tindak kekerasan seperti terdapat pada

Disisi lain dapat dipandang sebagai reformasi substantif, karena seorang suami yang kawin lagi dengan wanita lain tanpa persetujuan  istri pertama dijadikan alasan

Beberapa materi amandemen yang dilakukan pada tahun 1990 yang berkenaan dengan persoalan perceraian, antara lain: (1) salah satu pihak (suami-istri) dapat

Nilai-nilai filosofis yang diusung ketentuan undang-undang tentang izin Pengadilan untuk berpoligami, menyangkut eksistensi perkawinan itu sendiri, yaitu perkawinan

Untuk mengetahui bagaimana analisis putusan permohonan izin poligami dengan alasan suami menghendaki anak laki-laki dari calon istri kedua dalam Putusan Pengadilan

Asli Surat izin tertulis dari Suami/Istri bagi yang sudah menikah atau Orang Tua/Wali bagi yang belum menikah Bersedia Ditempatkan di seluruh wilayah NKRI bermeterai Rp.10.000,-..