Institut Supply Chain & Logistik Indonesia - Indonesian Supply Chain & Logistics Institute (ISLI )
C
atatan SCL
Edisi II, Mid Semester Ganjil (Oktober) Tahun 2017
Mahasiswa Supply Chain & Logistik (SCL) Indonesia/Anggota Muda ISLIKEKHASAN SISTEM LOGISTIK INDONESIA
Menilik Permasalahan Logistik di Indonesia
Pelabuhan Kering (Dry Port): Opsi Realistis Fasilitas
Konsolidator Kota di Indonesia Timur
Kondisi Supply Chain & Logistik
Hortikultura di Indonesia
Pembelajaran Just-In-Time: Upaya
Membangun Salience Isu Logistik Nasional
ISLI & MAHASISWA SCL
03 Editorial Catatan SCL
Kekhasan Logistik Indonesia
04 ISLI & Mahasiswa SCL
Sambutan dari Presiden ISLI dan
Perkembangan Mahasiswa SCL
42 Kongres I & Seminar Nasional ISLI
09 Member News
LOGISTIK INDONESIA
06
Menilik Permasalahan
Logistik di Indonesia
10
Pelabuhan Kering (
Dry Port
): Opsi
Realistis Fasilitas Konsolidator Kota
di Indonesia Timur
30
Kondisi Supply Chain & Logistik
Hortikultura di Indonesia
KEILMUAN SCL
22
Aplikasi Simulasi dalam Konteks SCM
40
Membangun Daya Saing Bisnis Online
dengan Integrasi SCM
28
Workshop Penelitian dan Penulisan Artikel
untuk Publikasi Jurnal
BERKARYA BERKOLABORASI
16
Pembelajaran Just-In-Time: Upaya
Membangun Salience Isu Logistik Nasional
36
Mengatasi Gap Antara Akademisi dan Praktisi
44
Sistem Transportasi Tanpa Awak:
Potensi dan Tantangan Kolaborasi
Penasihat
Prof. I Nyoman Pujawan, CSCP
(ITS, Presiden ISLI)
Penyunting & Peninjau Sebaya
Mushonnifun Faiz Sugihartanto (ITS)
Suherman Juhari (UB)
Penanggung Jawab Redaksi
Mansur Maturidi Arief (UMICH)
Kontributor & Tim Redaksi Edisi II
Ivan Kristianto Singgih (POSTECH)
Dwi Apriyani (IPB)
Gilang Yandeza (UMM)
Sheila Putri Mauludina (Poltek APP)
Achmad Asqarye (UNHAS)
Kontributor Tamu
Dr. Niniet Indah Arvitrida (ITS)
Dr. Saut Gurning (ITS)
Dr. Anna Maria Sri Asih (UGM)
Penata Letak & Grafik
Komunitas Kreasi Pelajar (KASPER)
Pemasaran & Distribusi
Divisi Marketing Mahasiswa SCL
EDITORIAL CATATAN SCL
Berangkat dari kesadaran bahwa isu supply chain dan logistik nasional yang kita hadapi bukanlah hal yang trivia untuk diselesaikan, Catatan SCL Edisi II ini dirangkai dengan tema Kekhasan Sistem Logistik Indonesia. Tujuannya adalah agar Catatan SCL dapat memberi stimulus agar mahasiswa, dosen, peneliti, praktisi, politisi, pemerintah, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya dapat berkolaborasi bersama untuk menyelesaikan beragam tantangan pengelolaan supply chain dan logistik yang ada di tanah air.
Ulasan tentang kekhasan sistem logistik Indonesia dimulai dengan penjabaran isu supply chain dan logistik nasional dari Ivan, yang kemudian diikuti oleh paparan dari Pak Saut tentang teknologi dry port yang sangat berpotensi untuk menjawab permasalahan keterbatasan infrastruktur kepelabuhanan dan menstimulus perkembangan sentra-sentra komoditas Kawasan Timur Indonesia (KTI). Selain itu, artikel menarik dari Apri melengkapi diskusi ini, khususnya dengan memberi gambaran model supply chain hortikultura yang efektif dan efisien. Dengan infrastruktur yang memadai, komoditas yang melimpah serta sistem yang efektif, kita berharap isu ketimpangan komoditas yang saat ini menjadi salah satu penghambat sistem logistik nasional dapat teratasi sehingga arus barang menuju dan dari KTI menjadi seimbang. Dari sisi teoritis, Bu Niniet berbagi insights tentang penerapan simulasi dalam konteks SCM. Simulasi yang digunakan untuk memodelkan sistem yang kompleks dan dinamis merupakan tool yang efektif untuk mengevaluasi ide-ide solusi masalah logistik. Melengkapi itu, Ary memaparkan idenya untuk mengadopsi pendekatan SCM ke dalam pengelolaan bisnis online, yaitu mengintegrasikan strategi pemasaran, pengiriman, dan layanan pelanggan. Pengambilan keputusan yang didukung oleh pemodelan sistem yang baik serta terintegrasi diharapkan dapat memberi jawaban atas berbagai permasalahan yang kerap dijumpai di lapangan.
D
alam PP Nomor 26 Tahun 2012, panduan pengembang-an Sistem Logistik Nasional (Sislognas) dijabarkan. Sislognas adalah salah satu prasarana untuk mendukung pelaksanaan Masterplan Pecepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025. Panduan di atas dirumuskan untuk menekankan arah pengembangan Sislognas, yang kemudian dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah dan Rencana Kerja Kementrian/Lembaga setiap tahunnya.Dalam artikel ini, beberapa arah pengembangan yang dibahas dalam panduan di atas akan diterjemahkan ke dalam masalah riset yang sudah dikenal dan didefinisikan oleh para peneliti. Deskripsi masalah beserta dengan pen-jabaran fungsi tujuan, variabel keputus-an, dsb akan disampaikan. Tujuannya adalah untuk menjabarkan dan mem-perjelas keterkaitan antara penelitian yang sedang berkembang, dengan isu penting yang saat ini perlu dan mende-sak untuk diselesaikan.
Selain itu, tujuan lain yang ingin dica-pai adalah menyamdica-paikan beberapa penelitian dasar mengenai topik-topik pilihan yang dapat digunakan oleh para peneliti untuk memahami bagaimana masalah riil tersebut dimo- delkan dan diselesaikan. Di samping itu, penjabaran secara detail juga dimak-sudkan untuk memaparkan penelitian-penelitian terbaru di bidang-bidang yang terkait dengan sistem logistik Indonesia. Hasil yang ingin dicapai adalah tumbuh dan berkembangnya minat para peneliti Indonesia untuk
Referensi yang digunakan dalam artikel ini adalah paper jurnal dengan kualitas publikasi sebaik mungkin yang memiliki banyak sitasi atau yang merupakan pub-likasi terbaru, yang diperoleh dari www. sciencedirect.com. Sebagai bahan rujukan utama, PP Nomor 26 tahun 2012 diku-tip secara langsung di setiap isu untuk menunjukkan relevansi dan rencana pemerintah yang terkait langsung dengan setiap isu yang dipaparkan.
Isu 1: Sistem pelabuhan hub-and-spoke
kapal
“Permasalahan utama pelabuhan menyang-kut 3 (tiga) hal pokok, yaitu belum tersedi-anya pelabuhan hub internasional, rendahnya produktivitas dan kapasitas pelabuhan, dan belum terintegrasinya manajemen kepelabu-hanan.” (hlm. 35)
“Sementara itu, keberadaan pelabuhan hub internasional merupakan prasyarat bagi pe-ningkatan daya saing nasional. Pemerintah telah merencanakan untuk menetapkan dua alter-natif pelabuhan hub internasional di kawasan Barat dan Timur Indonesia.” (hlm. 29) Masalah yang terkait dirangkum se-bagai berikut.
Oleh: Ivan Kristianto Singgih
Masalah Penjelasan Referensi
Penentuan rute dan ukuran armada kapal
Variabel keputusan:
• Rute kapal dalam setiap perjalanan • Jumlah kapal untuk setiap tipe
• Fagerholt (1999), 221 sitasi • Fagerholt (2004),
150 sitasi Perbandingan
konsep multi-port
dengan pelabuhan
hub-and-spoke
• Sistem multi-port digunakan oleh kapal kecil, sedangkan pelabuhan hub-and-spoke
oleh kapal besar
• Evaluasi dilakukan dengan memban-dingkan ongkos yang dibutuhkan dalam transportasi kontainer kosong dalam kedua jaringan
Imai et al. (2009), 142 sitasi
Desain jaringan pelabuhan hub-and-spoke
Variabel keputusan: • Alokasi pelabuhan hub
• Alokasi spoke kepada pelabuhan hub
ter-Zheng et al. (2015), 33 sitasi
Sumber: PIxabay
Isu 2: Transportasi multimoda dan intermoda
“Namun, kelemahannya antara lain adalah biaya angkutan truk relatif tinggi untuk per ton kilometer dibandingkan dengan kere-ta api, kapasikere-tas yang terbakere-tas, sehingga penggunaan truk tidak bisa menjadi ja-waban untuk semua kebutuhan angkutan.” (hlm. 30)
Sampai saat ini, Indonesia belum memiliki konsep transportasi intermoda dan multi-moda. Regulasi yang ada belum mengatur bagaimana prosedur dan dokumen bagi barang yang berpindah moda transporta-sinya. Sebagai contoh, proses perpindahan kargo dari vessel ke truk atau ke kereta api di pelabuhan laut Tanjung Priok, Tanjung Perak, Makassar dan Belawan belum terlak-sana dengan baik dalam memenuhi kaidah-kaidah intermoda dan multimoda. (hlm 34) Transportasi multimoda adalah trans-portasi dengan menggunakan lebih
dari satu moda transportasi secara berurutan dari titik asal ke titik tujuan1.
Unit transportasi yang digunakan bisa berupa kotak, kontainer, kendaraan, dsb. Contohnya adalah pengiriman dalam skala regional dan nasional, dan juga jasa pengangkutan jarak jauh. Transportasi intermodal adalah bagian dari transportasi multimodal yang menggunakan unit transportasi yang sama sehingga tidak perlu melakukan transfer komoditas antar moda trans-portasi2.
Makalah review yang sangat baik terkait isu ini adalah Crainic & Kim (2007), 441 sitasi dan SteadieSeifi et al. (2014.
Isu 3: Transportasi dengan kapal “Roro” (kapal pengangkut kendara-an)
“…pulau, mendorong penggunaan kapal Ro-Ro (short sea shipping) di sepanjang Pantura untuk mengurangi beban jalan.”
(hlm. 78)
Masalah yang dijumpai terkait isu ini adalah penjadwalan armada kapal pengangkut kendaraan dan manajemen persediaan di pelabuhan. Model yang dikembangkan menggunakan varia-bel keputusan berupa rute setiap kapal dan jumlah barang yang diangkut dan diturunkan dari kapal di setiap pelabu-han (Cpelabu-handra et al., 2016). Selain itu, masalah lain yang kerap muncul terkait penjadwalan armada kapal (Fischer et al., 2016) dan penentuan penempatan muatan dalam kapal (Øvstebø et al., 2011a; Øvstebø et al., 2011b). Variabel keputusannya berupa alokasi kapal (Fischer et al., 2016) serta jumlah tiap jenis muatan dan urutan pemuatannya (Øvstebø et al., 2011a; Øvstebø et al., 2011b).
Isu 4: Sistem pelayaran jarak pendek (short sea shipping)
“…optimalisasi angkutan perintis untuk mendukung kelancaran arus barang di dae-rah terpencil, termasuk short sea shipping,”
(hlm. 78)
Terkait short sea shipping, yang sangat banyak dipraktikkan di Indonesia, masalah yang kerap ditemukan ter-kait dengan penentuan skala dan jenis moda yang dapat digunakan. Metode yang digunakan mengacu pada estima-si besaran uang yang mau dibayar kon-sumen berdasarkan jumlah frekuensi pengiriman yang bisa dilakukan (Pucket et al, 2011).
Isu 5: Jaringan pipa untuk distribusi minyak
Isu 6: Transportasi intermodal dengan jaringan rel kereta api
“Namun demikian, angkutan kereta api harus didukung dengan angkutan moda lainnya, seperti truk, karena aksesibilitasnya yang ter-batas.” (hlm. 30)
Strategi yang diperlukan adalah konektivitas kereta barang dengan terminal kontainer di pelabuhan laut, pelabuhan udara dan Inland Logistics Center. (hlm 33)
Perencanaan transportasi barang ‘ber-bahaya’ (dangerous goods) dengan meng-gunakan kereta api menjadi salah satu permasalahan utama yang dihadapi ter-kait dengan isu ini. Selain aspek safety, kompleksitas muncul akibat adanya kendala berupa batas waktu untuk pemenuhan sejumlah target volume pengiriman. Variabel keputusan biasa-nya berupa jumlah barang yang dikirim melalui setiap rute, jenis barang ‘biasa’ (common goods) yang dikirim melalui setiap rute, serta jumlah kereta inter-moda yang digunakan (Verma & Verter, 2010; Verma et al., 2012). Makalah review
terkait isu intermoda yang melibatkan jaringan kereta api adalah Bontekoning et al. (2004).
Isu 7: Sistem rel dobel kereta api ( dou-ble track train)
“Perkeretaapian nasional masih menghadapi berbagai permasalahan, seperti jalur kereta api yang masih menggunakan single track,…”
(hlm. 36)
Penentuan jadwal kereta dengan kom-binasi jaringan rel tunggal dan rel dobel menjadi salah satu masalah terkait dengan isu double track train, khususnya dengan tujuan meminimasi total waktu tempuh dengan mempertimbang-kan jadwal keberangkatan sesuai prefe-rensi penumpang (Castillo et al., 2011). Selain itu, masalah lain seperti alokasi penggu-naan rel berdasarkan arah dan kecepa-tan kereta yang diselesaikan de-ngan menentukan alokasi penggunaan lajur yang ada (Mu & Dessouky, 2013; Xu et al., 2015). Selanjutnya, masalah yang tidak kalah penting adalah penjadwa-lan kereta pada sistem double track train
dengan mempertimbangkan penguran-gan kapasitas karena kecelakaan kereta (Yang et al., 2014).
Isu 8: Kolaborasi supply chain
“Dari sisi pelaku usaha, penyedia jasa ke-giatan logistik di Indonesia umumnya masih didominasi oleh perusahaan-perusahaan multinasional atau setidaknya oleh perusa-haan-perusahaan nasional yang berafiliasi dengan perusahaan-perusahaan multina-sional. Penyedia jasa logistik di Indonesia pun terfragmentasi dalam sebaran kegiatan logistik mulai dari transportasi, pergudangan, freight forwarding, kargo, kurir, shipping, kon-sultansi, dan sebagainya, sehingga tidak ada satu perusahaan pun yang menguasai pasar secara dominan.” (hlm. 67)
Salah satu isu terkait kolaborasi supply chain adalah tentang analisis perfor-mansi kolaborasi supply chain. Metode yang digunakan berupa simulasi untuk menganalisis pengaruh jumlah anggota rantai pasok pada performansi sistem (Ramanathan, 2014). Masalah lain yang seringkali dianalisis adalah terkait pengaruh perencanaan, pengambilan keputusan, dan pelaksanaan bersama pada keberhasilan kolaborasi rantai pasok (Ramanathan & Gunasekaran, 2014). Review tentang isu ini dipaparkan oleh Hudnurkar et al. (2014).
Daftar Referensi:
bit.ly/DaftarReferensi-MenilikMslhLogIndo
Biografi Penulis: Ivan K. Singgih
Ivan telah m e n y e l e -saikan studi S1 dan S2 di Jurusan T e k n i k I n d u s t r i , Institut Teknologi Bandung, Indonesia,