• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesalahan Gramatika Dan Kolokasi Pada Terjemahan Buku Economics 2B.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kesalahan Gramatika Dan Kolokasi Pada Terjemahan Buku Economics 2B."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Tata Bahasa (grammar)

Definisi tata bahasa (grammar) menurut versi kamus John M. Echols:

Grammar: (kb) 1. Tata bahasa, 2. Buku tata bahasa. Sedangkan pengertian grammar

menurut Oxford Learner’s Pocket Dictionary adalah: book that describes the rules

for forming words and making sentences.

Merujuk pada definisi di atas, grammar adalah kumpulan kaidah tentang

struktur gramatikal bahasa. Kumpulan kaidah ini lazim dikenal sebagai tata bahasa

(grammar).

Coghill and Stacy (2003:26) mendefinisikan grammar sebagai berikut:

“The grammar of a language is the set of rules that govern its structure. Grammar

determines how words are arranged to form meaningful units.” (Grammar sebuah

bahasa adalah satu kumpulan aturan yang menata bagian susunannya. Grammar

menentukan bagaimana kata - kata itu disusun dalam bentuk unit - unit bahasa yang

bermakna).

Sama halnya dengan definisi di atas, Swan (2005:19), ahli bahasa yang lebih

cenderung memperhatikan Bahasa Inggris asli Inggris (British English)

(2)

“The rules that show how words are combined, arranged or changed to show certain

kinds of meaning.” (Grammar adalah aturan yang menerangkan bagaimana kata

digabungkan, disusun atau diubah untuk menunjukkan beberapa jenis makna).

Menurut Harmer (2003:142), tata bahasa merupakan penjelasan cara

bagaimana kata – kata diubah dan digabungkan pada kalimat di dalam suatu bahasa

(grammar is the description of the ways in which words can change their forms and

can be combined into sentences in that language). Tata bahasa adalah salah satu

aspek yang paling penting dalam penerjemahan

Selain definisi yang umum seperti di atas, ada beberapa pakar bahasa yang

mendefinisikan grammar dengan gaya yang berbeda seperti Greenbaum dan Leech.

Leech dkk (1982:3) mendefinisikan grammar sebagai:

“Reference to the mechanism according to which language works when it is used to

communicate with other people. Grammar is a mechanism for putting words

together, but we have said little about sound of meaning.” (Makna Grammar adalah

referensi mekanisme menurut fungsi bahasa ketika digunakan dalam komunikasi

dengan orang lain. Grammar adalah aturan untuk penggabungan kata, tetapi kami

telah menjelakan sedikit tentang bunyi suatu makna).

Lebih ekstrim lagi, pakar kenamaan tentang grammar Greenbaum (1996:25)

mengartikan grammar seperti di bawah ini:

“In the concrete sense of the word grammar, a grammar is a book of one or more

(3)

compare grammars for their coverage and accuracy, we are referring to the contents

of the book: a grammar is a book on grammar, just as a history is a book on

history.” (Menurut makna konkrit kata grammar, grammar adalah sebuah buku yang

berisi satu volume atau lebih. Kita juga tentu mengartikan grammar sebagai isi

sebuah buku. Ketika kita membandingkan grammar dengan bahasan dan

kebebenarannya, kita tentu mengacu pada isi dari sebuah buku: jadi grammar adalah

sebuah buku tentang grammar, seperti halnya sejarah adalah sebuah buku tentang

sejarah).

Menurut Hartanto dkk (2003:9), tata bahasa dalam bahasa Inggris terdiri dari

delapan bagian yang lazim disebut dengan the eight parts of speech, yaitu:

Noun (kata benda)

Pronoun (kata ganti diri)

Adjectives (kata sifat)

Verb (kata kerja)

Adverbs (kata keterangan)

Preposition (kata depan)

Conjunction (kata penghubung)

Interjection (kata seru)

2.2. Pengertian Kolokasi

Kata kolokasi disebut juga sanding kata. Kata kolokasi dibedakan dengan

(4)

kemungkinan adanya beberapa kata dalam lingkungan yang sama atau

perasosiasian yang tetap antara kata dan kata-kata tertentu (Harimurti Kridalaksana,

1982).

Kata kolokasi berasal dari bahasa Inggris collocation yang verbanya adalah

collocate. Menurut kamus Collins English Dictionary (Hanks [Ed], 1979:298), kata

kerja collocate ini berasal dari bahasa Latin collocāre, yang berasal dari dua kata com

'together' dan locāre 'to place', dan kata yang terakhir ini berasal dari kata locus

'place'. Kridalaksana (2008:127) memberikan definisi kolokasi sebagai "asosiasi yang

tetap antara kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat; misalnya antara

kata buku dan tebal dalam Buku tebal ini mahal, dan antara keras dan kepala dalam

Kami sulit meyakinkan orang keras kepala itu".

Dalam korpus linguistik, kolokasi didefinisikan sebagai urutan kata atau

istilah co-occur yang lebih sering dari pada yang diharapkan secara kebetulan. Dalam

phraseology, kolokasi adalah jenis sub-phraseme. Contoh dari kolokasi yang

berhubungan dengan penyusunan kata (Halliday 1966: 57-67) adalah ekspresi strong

tea. Sedangkan arti yang sama bisa disampaikan secara ekivalen dengan ungkapan

powerful tea. Ungkapan ini dianggap tidak benar oleh penutur bahasa Inggris.

Sebaliknya, ekspresi yang sesuai untuk komputer, powerful computers lebih disukai

dari pada strong computers. Kolokasi yang berhubungan dengan penyusunan kata

tidak harus dibingungkan dengan idiom, dari mana makna berasal, sedangkan

(5)

Dalam tradisi linguistik Barat, terdapat sejumlah istilah yang merujuk kepada

konsep kolokasi sebagaimana yang dikemukakan Su`ad Awab (1999), yaitu:

composite elements; idioms; gambit; multi-word lexemes; lexical phrases; fixed

expressions; set phrases and compounds; recurrent word combination dan

multi-word units. Menurut Su`ad Awab (1999:42), multi-multi-word units merupakan istilah

generik yang mencakupi kolokasi. Pendapat Su`ad Awab, sejalan dengan istilah

Moentaha (2006:10) yang memberinya nama rangkaian kata-kata yang mencakupi

word-group, word-combination, dan collocation.

Biasanya para linguis beranggapan bahwa J.R. Firth ([1951] 1957) adalah

yang pertama kali membicarakan konsep kolokasi dengan jargonnya yang terkenal

"You shall know a word by the company it keeps". Namun, menurut Robins (1967:21)

dan Gitsaki (1999:10), 2300 tahun lalu para ahli falsafah Yunani telah mengkaji

kolokasi sebagai fenomena linguistik dalam hubungannya dengan semantik leksikal.

Robins (1967:21) menyatakan bahwa para ahli falsafah Yunani menolak persamaan

"one word, one meaning" dan mereka mengusulkan aspek penting dari struktur

semantik bahasa. Mereka percaya bahwa"word meaning do not exist in isolation, and

they may differ according to the collocation in which they are used".

Ide kolokasi mulai diperkenalkan oleh Palmer (1938:4) yang mendefinisikan

kolokasi sebagai "successions of two or more words the meaning of which can hardly

be deduced from a knowledge of their component words. Contoh-contoh yang ia

berikan seperti at last, give up, let alone, go without, carry on, as matter of fact, all at

(6)

dan let alone. Ia menekankan bahwa setiap gabungan kata tersebut harus dipelajari

sama seperti mempelajari satu kata.

Kemudian, Firth (1957:194) lebih jauh mengartikan kata kolokasi sebagai

istilah teknis, sehingga makna dengan kolokasi (meaning by collocation) menjadi

lebih baik sebagai salah satu dari mode makna (modes of meaning). Firth (1968:182)

memberikan contoh kolokasi dengan dua buah kata dark dan night sebagai kolokasi

adjektiva + nomina. Ia menegaskan bahwa salah satu makna night adalah

kebolehannya berkolokasi dengan dark, dan salah satu makna dark adalah

kebolehannya berkolokasi dengan night. Dengan kata lain, pemberian sebuah makna

yang lengkap harus mencakupi kata lainnya yang berkolokasi. Firth (1968:182)

kemudian mendefinisikan kolokasi sebagai "the company that words keep". Ia

menyatakan bahwa betapa pentingnya mengenal kata - kata yang selalu menyertai

kata yang hendak diketahui maknanya.

Menurut Benson, M (1985), ada beberapa tipe kolokasi yang berbeda.

Kolokasi bisa berupa adjective + adverb, noun + noun, verb + noun dan sebagainya.

Berikut in adalah tipe – tipe utama kolokasi dalam contoh kalimat.

1. adverb + adjective

Invading that country was an utterly stupid thing to do.

We entered a richly decorated room.

Are you fully aware of the implications of your action?

2. adjective + noun

(7)

The Titanic sank on its maiden voyage.

He was writhing on the ground in excruciating pain.

3. noun + noun

Let's give Mr Jones a round of applause.

The ceasefire agreement came into effect at 11am.

I'd like to buy two bars of soap please.

4. noun + verb

The lion started to roar when it heard the dog barking.

Snow was falling as our plane took off.

The bomb went off when he started the car engine.

5. verb + noun

The prisoner was hanged for committing murder.

I always try to do my homework in the morning, after making my bed.

He has been asked to give a presentation about his work.

6. verb + expression with preposition

We had to return home because we had run out of money.

At first her eyes filled with horror, and then she burst into tears.

Their behaviour was enough to drive anybody to crime.

7. verb + adverb

She placed her keys gently on the table and sat down.

Mary whispered softly in John's ear.

(8)

Berikut ini adalah contoh – contoh kolokasi dengan menggunakan 'll:

I'll give you a call. I'll be in touch.

I'll be back in a minute. I'll see what I can do.

I'll get back to you as soon as I can.

Kolokasi dengan verb + preposition/noun :

1. to burst into laughter

2. to bear witness to (something)

3. to carry something too far

4. to cast an eye over (something) ( = to examine something briefly)

5. come on

6. do the washing up

etc.

2.3. Pengertian Terjemahan

Terjemahan menurut Munday (2001:5) adalah peralihan bahasa sumber ke

dalam bahasa sasaran dalam bentuk teks tulis. ....as changing of an original written

text in the original verbal language into a written text in a different verbal language.

Terkait dengan perihal ekivalensi yang ditetapkan sebagai suatu kata kunci,

Catford (1965: 20-21). mendefinisikan penerjemahan sebagai penempatan

(9)

The replacement of textual material in one language (SL) by equivalent textual

material in another language (TL) and the term equivalent is a clearly a key term

Meskipun sangat jarang terdapat padanan suatu kata dalam bahasa sumber yang sama

dengan arti dalam bahasa sasaran, namun keduanya dapat berfungsi secara ekivalen

pada saat keduanya dapat saling dipertukarkan (interchangeable).

Berdasarkan ketiga definisi mengenai penerjemahan tersebut di atas, terlihat

adanya kesepakatan bahwa penerjemahan adalah suatu pekerjaan yang menyangkut

keterkaitan antara dua bahasa atau lebih (multy-language) yang menekankan suatu

kesamaan yakni adanya ekivalensi. Dalam penerjemahan, yang kemudian terjadi

adalah transfer makna dari bahasa sumber (source language) ke bahasa sasaran

(sasaran language) dengan keakuratan pesan, keterbacaan, dan keberterimaan produk

(Nababan 2010).

Pandangan para ahli yang lain mengungkapkan Translation is made possibly

by an equivalence of thought that lies behind its different verbal expressions. (Savory,

1969:13) (Terjemahan itu mungkin dibuat dengan kesamaan ide yang ada dibalik

ungkapan verbalnya yang berbeda). Translation consists of reproducing in the

receptor language the closest natural equivalence of the source language message,

first in terms of meaning and secondly in terms of style. (Nida and Taber, 1982)

(Terjemahan menghasilkan padanan natural yang paling dekat dari pesan bahasa

sumber ke dalam bahasa penerima, pertama dari segi makna dan kedua dari segi

(10)

Translation is a process of finding a TL equivalent for a SL utterance. (Pinchuck,

1977:38) (Terjemahan adalah sebuah proses untuk menemukan padanan bahasa

sasaran dengan pernyataan bahasa sumber). Translation is the rendering of a source

language (SL) text into the target language (TL) so as to ensure that (1) the surface

meaning of the two will be approximately similar and (2) the structure of the SL will

be preserved as closely as possible, but not so closely that the TL structures will be

seriously distorted (Mc.Guire,1980:2). (Terjemahan adalah mengartikan teks bahasa

sumber ke dalam bahasa sasaran dengan tujuan untuk (1) meyakinkan bahwa makna

luar dari kedua bahasa sama dan (2) menyakinkan bahwa susunan dari bahasa sumber

dipertahankan sedekat mungkin, namun tidak terlalu dekat hingga menjadikan

susunan bahasa sasaran menjadi sangat tidak jelas). Translation is a craft consisting

in the attempt to replace a written message and/or statement in one language by the

same message and/or statement in another language. (Newmark, 1981:7)

(Terjemahan yaitu suatu keahlian yang meliputi usaha mengganti pesan atau

pernyataan tertulis dalam suatu bahasa dengan pesan atau pernyataan yang sama

dalam bahasa lain).

Bell (1993:5), translating the definition of translation according to Dubois, states

that Translation is the expression in another language (or target language) of what

has been expressed in another, source language, preserving semantic and stylistic

equivalences. (Bell 1993:5), menerjemahkan pengertian terjemahan menurut Dubois,

(11)

diekspresikan dari bahasa sasaran, dengan mempertahankan kesepadanan semantik

dan stylistiknya).

Translation is the general term referring to the transfer of thoughts and ideas from

one language (source) to another (target), whether the languages are in written or

oral form; whether the languages have established orthographies or do not have such

standardization or whether one or both languages is based on signs, as with sign

languages of the deaf (Brislin, 1976) (Terjemahan adalah istilah umum yang

mengacu pada pengalihan pikiran dan ide dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, baik

bahasa tulis atau lisan; baik salah satu atau keduanya membentuk ortografi atau tidak

mempunyai standar seperti itu; atau baik salah satu atau keduanya berbentuk tanda

seperti bahasa orang tuli).

Translation is a transfer process which aims at the transformation of a written SL text

into an optimally equivalent TL text, and which requires the syntactic, the systematic

and the pragmatic understanding and analytical processing of the SL (Wilss and

Noss, 1982) (Terjemahan adalah proses pengalihan yang bertujuan mengubah teks

tertulis bahasa sumber menjadi teks bahasa sasaran yang sepadan, yang

membutuhkan pemahaman sintaksis, sistematis, dan pragmatis serta pengolahan

analisa bahasa sumber).

I see translation as the attempt to produce a text so transparent that it does

not seem to be translated. (Venuti, 1991:1) (Saya memahami terjemahan sebagai

sebuah usaha untuk menghasilkan suatu teks yang transparan sehingga teks tersebut

(12)

Demikian beberapa penjelasan mengenai definisi terjemahan menurut para

ahli yang dipandang dari perspektif yang agak berbeda namun masih relevan dengan

translasi sebagai penggunaan interpretatif bahasa (interpretative use of language),

Ernst dan Gutt memberi pengertian penerjemahan sebagai suatu upaya yang

dimaksudkan untuk pernyataan ulang (restate) apa yang telah dinyatakan atau

dituliskan oleh seseorang dalam suatu bahasa ke dalam bahasa lainnya.

The translation is intended to restate in one language what someone else said or

wrote in another language. (Ernst & Gutt dalam Hickey, 1998:46).

Terkait dengan perihal makna, Larson (1984:3) mendefinisikan penerjemahan

sebagai pengalihan makna dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran melalui tiga

langkah pendekatan, yakni: 1) mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi

komunikasi, dan konteks budaya dari teks bahasa sumber; 2) menganalisis teks

bahasa sumber untuk menemukan maknanya; dan 3) mengungkapkan kembali makna

yang sama dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dalam

bahasa sasaran.

Adakah keterkaitan antara penerjemahan dengan seni? Dalam hal ini Bell juga

mengemukakan suatu pandangan mengenai status proses penerjemahan sebagai suatu

ilmu pengetahuan atau suatu seni. Keduanya mengarah pada dua hal berbeda; di mana

ilmu pengetahuan (science) adalah identik dengan objektivitas, sementara seni (art)

cenderung merujuk pada sesuatu yang tidak objektif (not amenable to objective).

Terlepas dari nilai seni dan ilmu pengetahuan, Bell menegaskan pengertian

(13)

bentuk pengungkapan suatu bahasa dalam bahasa lainnya sebagai bahasa sasaran,

dengan mengedepankan semantik dan ekivalensi. Translation is the expression in

another language (or sasaran language) of what has been expressed in another,

source language, preserving semantic and stylistic equivalences. (Bell, 1991:4-5).

Berdasarkan beberapa definisi mengenai penerjemahan tersebut di atas,

terlihat adanya kesepakatan bahwa penerjemahan merupakan suatu kegiatan yang

menyangkut keterkaitan antara dua bahasa atau lebih (multy-language) yang

kemudian adanya transfer makna dari bahasa sumber (SL) ke bahasa sasaran (TL)

dengan keakuratan pesan, keterbacaan, dan keberterimaan yang akan bermuara pada

produk terjemahan yang baik, sebagaimana dikemukakan Halliday dalam Steiner

(2001:17) bahwa terjemahan yang baik adalah suatu teks yang merupakan terjemahan

ekivalen terkait dengan fitur-fitur linguistik yang bernilai dalam konteks

penerjemahan. A good translation is a text which is a translation (i.e.is equivalent) in

respect of those linguistic feautures which are most valued in the given transalation.

2.3.1. Jenis-jenis Terjemahan

Pada dasarnya terjemahan dapat dibedakan ke dalam tiga jenis:

(1) terjemahan intralingual atau rewording, yakni interpretasi tanda verbal dengan

menggunakan tanda lain dalam bahasa yang sama;

(2) terjemahan interlingual atau translation proper, merupakan interpretasi tanda

(14)

(3) terjemahan intersemiotik atau transmutation, yakni interpretasi tanda verbal

dengan tanda dalam sistem tanda non-verbal (Jakobson dalam Venuti, 1995).

Tipe penerjemahan pertama atau intralingual menyangkut proses

menginterpretasikan tanda verbal dengan tanda lain dalam bahasa yang sama. Dalam

penerjemahan tipe yang kedua (interlingual translation) tidak hanya menyangkut

mencocokkan/membandingkan simbol, tetapi juga padanan kedua simbol dan tata

aturannya atau dengan kata lain mengetahui makna dari keseluruhan ujaran.

Terjemahan tipe ketiga yakni transmutation, menyangkut pengalihan suatu pesan dari

suatu jenis sistem simbol ke dalam sistem simbol yang lain seperti lazimnya dalam

Angkatan Laut Amerika suatu pesan verbal bisa dikirimkan melalui pesan bendera

dengan menaikkan bendera yang sesuai dalam urutan yang benar (Nida, 1964:4).

Jenis terjemahan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah terjemahan interlingual atau

translation proper.

Sementara Larson dalam Choliluddin (2005:22) mengklasifikasi terjemahan

dalam dua tipe utama, yakni :

1. terjemahan berdasarkan bentuk (Form-based translation)

2. terjemahan berdasarkan makna (Meaning-based translation).

Terjemahan berdasarkan bentuk, cenderung mengikuti bentuk bahasa sumber

yang dikenal dengan terjemahan harfiah, sementara terjemahan berdasarkan makna

cenderung mengkomunikasikan makna teks bahasa sumber dalam bahasa sasaran

(15)

2.3.2. Kesepadanan (Ekivalensi) dalam Penerjemahan

Bentuk satu bahasa dengan bahasa lainnya tidaklah selalu sama. Oleh sebab

itulah, seorang penerjemah harus dapat mencari kesepadanan (ekivalensi) dalam

penerjemahan. Catford menyatakan “the central problem of translation is that of

finding translation equivalence”. Menurut Catford, permasalahan utama yang

ditemui penerjemah dalam proses penerjemahan adalah untuk mencari kesepadanan

bahasa sumber dengan bahasa sasaran.

Yusuf, seorang ahli bahasa dari Indonesia yang sependapat dengan Catford,

mengemukakan bahwa kesepadanan (equivalence) harus diartikan secara luas.

Kesepadanan tidak hanya menyangkut padanan formal bahasa berupa padanan kata

per kata, frase per frase, ataupun kalimat per kalimat, melainkan juga padanan makna,

baik makna denotatif, makna konotatif, atau makna kiasan (figurative meaning). Hal

yang paling penting untuk diingat adalah bahwa kesepadanan bukanlah kesamaan.

Seorang penerjemah seringkali melakukan banyak ubahan bentuk dengan tetap

menjaga agar maknanya sepadan. Makna yang disampaikan dalam teks bahasa

sumber harus sepadan dengan makna yang disampaikan dalam bahasa sasaran, seperti

yang diungkapkan Nida dan Taber (1969:24) : “dynamic equivalence is therefore to

be defined in terms of the degree to which the receptors of the message in the

receptor language respond to it in substantially the same manner as the receptors in

(16)

Pada kutipan di atas Nida dan Taber mengungkapkan bahwa teks dapat

disebut sepadan apabila pembaca bahasa sasaran dapat menangkap maksud yang

sama dengan pembaca teks bahasa sumber.

Untuk dapat mencapai kesepadanan, seorang penerjemah harus memahami apa

maksud pengarang saat menulis teks tersebut, bagaimana gaya penulis dan budaya

yang diikuti penulis. Dengan demikian, penerjemah dapat mencari kesepadanan

dalam menerjemahkan teks bahasa sumber ke bahasa sasaran.

Lebih jauh lagi mengenai kesepadanan ini, Catford (1969:49) menyatakan “the

source language and target language items rarely have ‘the same meaning’ in the

linguistic sense; but they can function in the same situation”. Dari pernyataan

tersebut dapat kita simpulkan bahwa meskipun kata-kata dalam bahasa sumber dan

bahasa sasaran memiliki ‘arti’ yang berbeda dalam linguistik, tapi kata-kata tersebut

bisa menjadi sepadan dalam situasi tertentu. Oleh karena itu, dalam penerjemahan

banyak dilakukan penyesuaian - penyesuaian untuk kesepadanan. Penerjemah

terkadang harus banyak melakukan perubahan bentuk untuk tetap menjaga agar

maknanya sepadan.

2.4. Pengertian Error

Kesalahan (error) adalah istilah yang digunakan dalam tata bahasa preskriptif

untuk sebuah contoh dari salah penggunaan yang tidak konvensional, atau

kontroversial, seperti sambatan koma atau pengubah salah tempat. Kontras tata

(17)

Menurut Corder (1967: 971, 961) cited by Ellis (2008), a ‘mistake’ is a

deviation in learner language that occurs when learners fail to perform their

competence. It is a lapse that reflects processing problems. An error, on the other

hand, is a deviation in learner language which results from lack of knowledge of the

correct rule.

Menurut Brown (2004:216), “a mistake refers to a performance error in that

it is a failure to utilize a known system correctly; while an error is a noticeable

deviation from the adult grammar of a native speaker, reflecting the inter language

competence of the learner.”

In translation there are two kinds of errors, they are; global errors vs local

errors. Global errors are errors that affect overall sentence organization (for

example, wrong word order). They are likely to have a marked effect on

comprehension (Ellis, 2008:964).

Local errors are errors that affect single elements in a sentence (for example,

errors in the use of inflections or grammatical functors (Ellis, 2008:970).

West (2008:29-36) memberikan penjelasan tentang kesalahan - kesalahan

gramatikal dalam menulis sebuah kalimat. Berikut adalah penjelasan secara singkat,

jelas, dan transparan. Menurut West, setidaknya ada 6 kesalahan umum yang

dilakukan seseorang dalam menulis sebuah kalimat, 6 kesalahan Grammar Bahasa

(18)

1. Verbs not agreeing with subjects

Aturannya sederhana: Kata Kerja sesuai dengan Subyek (The verb agrees with the

subject)

Singular subject, singular verb

Subyek tunggal harus ditemani kata kerja ‘tunggal’,

contoh: The cat sits on the mat

Plural subject, plural verb

Subyek jamak harus ditemani kata kerja ‘jamak’,

contoh: The cats sit on the mat

Two singular subject, plural verb

Dua subyek tunggal harus ditemani kata kerja ‘jamak’,

contoh: The cat and the dog sit on the mat

Keterangan:

Aturan-aturan di atas masih sebatas aturan umum, ada beberapa pengecualian

dalam aturan tersebut, misalnya kata kerja tak beraturan (irregular verb) yang

berupa ‘to be’ (You are my love dan You are my students). Contoh pertama (you

are my love) menunjukkan subyek tunggal (kamu) sedang contoh kedua (you are

my students) menunjukkan subyek jamak (kalian); meskipun begitu, kata kerja

yang berupa ‘to be’ tetap menggunakan ‘are’. Oleh karena itulah pemahaman

(19)

Selain ‘to be’, subyek yang berupa ‘collective noun’ juga sangat mempengaruhi

kata kerja, bandingkan contoh berikut:

1. The team is working on it

2. The team are working on it

Kedua contoh diatas sama-sama benar. Contoh pertama mengacu pada suatu

tim dalam satu kesatuan sehingga kata kerjanya berupa ‘is’, sedang contoh

kedua mengacu pada orang-orang yang ada dalam tim (the people of the team)

sehingga kata kerjanya berupa “are”.

Kategori kesalahan grammatikal di atas tampak mudah jika kita sangat

memahami tentang ‘Subject-Verb Agreement’.

2. Split infinitives

Infinitives (lebih dikenal dengan to infinitive) sewajarnya berbentuk to + verb

murni. Split infinitives ini berarti terpisahnya to dengan verb murninya.

Memang jika terpisahnya ‘kedua pasangan’ ini tidak terlalu jauh, maka

boleh-boleh saja. Namun jika jaraknya terlalu panjang maka akan terlihat kaku,

contoh:

He began to slowly but surely turn the company round

Contoh di atas terlihat tidak wajar karena memisahkan to dengan verb

murninya terlalu jauh.

Kalimat diatas seharusnya:

He began to turn the company round, slowly but surely. Atau

(20)

3. Dangling Participles

Participle disini adalah participle hasil dari omitting ataupun reducing clause,

bukan participle yang difungsikan sebagai adjective. Berbeda dengan dua

contoh di atas karena hanya kemampuan memahami grammar yang

dibutuhkan, Dangling Participles, dikenal juga dengan istilah misrelated

participle (participle yang tak serasi dengan subyek), membutuhkan

kemampuan dalam segi makna untuk memahaminya, contoh:

Cycling along a path used by Dr Livingstone, a leopard leapt out and

attacked me.

Contoh di atas sebenarnya adalah sebuah adverbial clause yang sub-clausenya

menghilangkan (omitting) subyek dan conjunction after. Karena dalam syarat

omitting, subyek yang dihilangkan harus sama dengan yang ada di main

clause, maka participle ‘cycling’ diatas tidaklah benar. Seharusnya ‘cycling’

pada ‘omitting’ pada contoh tadi mengacu pada subyek manusia karena

kegiatan bersepeda umumnya dilakukan oleh manusia; akan tetapi subyek

pada main clause berupa binatang ‘leopard’ sehingga makna kedua

clause-nya menjadi rancu.

Contoh kalimat di atas jika dijabarkan maka akan menjadi seperti ini:

After I had cycled along a path used by Dr Livingstone,

(21)

Untuk membenarkan kalimat di atas, maka seharusnya subyek pada main

clause harus diubah menjadi I, sehingga menjadi:

After I had cycled along a path used by Dr Livingstone, I was attacked

by a leopard.

Jika sub-Conjunction dan subyeknya dihilangkan (omitted), maka kalimatnya

menjadi:

Cycling along a path used by Dr Livingstone, I was attacked by a leopard.

4. Unbalanced Sentences

Jika menggunakan correlative conjunction, seperti either….or… atau not

only….but also… kita harus memahami bahwa kalimat tersebut memiliki

kesejajaran dalam bentuk dan fungsi.

Contoh:

Shelly is not only beautiful but also smart

Kata - kata setelah not only dan but also diatas (beautiful dan smart) jelas

memiliki bentuk dan fungsi yang sama yaitu sama - sama adjective dan

sama-sama berfungsi sebagai subjective complement. Namun hal yang paling

penting adalah bentuk harus sama, jika tidak maka kalimat tersebut menjadi

tidak seimbang.

Contoh:

(22)

Kalimat tersebut salah karena tidak seimbangnya antara a student dan

smart-nya (student sebagai noun dan sedangkan smart sebagai adjective). Menurut

nalar semantik (pengetahuan akan makna) juga pasti terlihat rancu.

5. ‘I’ or ‘me’?

Dalam percakapan sehari-hari, kalimat It’s me, terdengar wajar - wajar saja,

namun dalam menulis bahasa Inggris yang baik, tentu kalimat tersebut jelas

salah. Mengapa? Karena me hanya digunakan sebagai object pronoun yang

hanya bisa diletakkan setelah transitive verb. Sedangkan is (to be)

dikategorikan sebagai intransitive verb (kata kerja yang tidak membutuhkan

object). Oleh karena itu sangat tidak wajar jika kita menulis kalimat berikut

ini: It was me who suggest the rise in fees

Kalimat diatas seharusnya:

It was I who suggest the rise in fees

6. ‘Who’ or ‘whom’?

Di dalam pelajaran adjective clause, kita mengenal kata who dan whom.

Kesalahan ini sebenarnya tidak menjadi masalah untuk sekarang ini,

mengingat kata who dan whom terkadang sudah tidak mempunyai perbedaan

satupun. Meskipun dalam grammar kedua kata tersebut memiliki perbedaan

(23)

Contoh:

The man whom I mentioned yesterday is Andi.

The man who came yesterday is Andi.

Jika dilihat perbedaan kedua kalimat diatas: setelah who menggunakan verb,

sedangkan setelah whom menggunakan subject = noun / pronoun.

2.4.1. Error vs Mistake

Sinonim adalah dua kata atau lebih yang berbeda yang menanggung arti yang

sama atau mirip. Namun, ada cara yang tepat untuk menggunakan kata-kata, dan ini

sering akan tergantung pada konteks.

'Error' dan 'Mistake' adalah dua kata yang berarti: "Sebuah tindakan yang

salah disebabkan penilaian buruk, atau ketidaktahuan, atau kekurangan perhatian".

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, konteks akan menentukan penggunaan

yang tepat. 'Error' dan 'Mistake' memiliki kategori yang sama. Banyak yang

mengatakan bahwa 'error' lebih parah. Hal ini karena penilaian salah perhitungan dan

salah, bahwa "mistake", di sisi lain, adalah kurang dalam gravitasi, sebagaimana

orang - orang biasanya membuat kesalahan. Namun, banyak juga orang yang akan

bertentangan dalam hal ini.

Hal ini sangat bisa diterima untuk menggunakan 'error' dalam konteks formal

atau teknis. Dalam istilah ilmiah atau teknis yang sangat, 'error' adalah lebih cocok.

Dalam dunia komputasi dan pemrograman, 'error' adalah istilah yang lebih pas untuk

(24)

terdengar lebih baik dari pada 'Mistake System'. 'Error' juga digunakan dalam

percakapan bahasa Inggris lebih kasual. Meskipun “mistake” masih dapat digunakan

dalam uang, sering kali akan terdengar tidak alami, atau teknis. Hal ini akan menjadi

canggung untuk mengatakan sesuatu seperti : "It’s my error. I am sorry! ".

Pernyataan yang terdengar lebih alami akan menjadi: “It’s my mistake. I am sorry!”

Dari segi etimologi, kata 'error' berasal dari 'errorem' kata latin atau 'errare',

yang berarti 'mengembara atau menyimpang'. Kata Norse tua, 'mistaka', yang berarti

'salah' (salah) dan 'taka' (mengambil). Secara keseluruhan, itu berarti “salah ambil”.

Secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Sebagian orang mungkin menganggap 'error' akan jauh lebih parah dari

"mistake".

2. 'Error' adalah istilah yang lebih cocok untuk konteks yang lebih formal,

sedangkan 'mistake' digunakan lebih luas dalam percakapan santai.

3. Etimologi menunjukkan bahwa 'error' berasal dari kata latin yang berarti

'mengembara atau menyimpang', sedangkan 'mistake' adalah dari kata norse

tua yang berarti 'salah mengambil'.

2.5. Pengertian Ungkapan (Phrase)

Frase menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah gabungan dua kata atau

lebih yang bersifat nonpredikatif. Frase adalah satuan konstruksi yang terdiri atas dua

(25)

Menurut Ramlan, frase adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau

lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001:139). Artinya

sebanyak apapun kata tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai Subjek,

predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan, masih bisa disebut frasa.

Contoh:

1. rumah bersalin itu

2. yang akan datang

3. sedang memasak

4. cantik sekali

5. minggu depan

Jika contoh itu diletakkan dalam kalimat, kedudukannya tetap pada satu jabatan saja.

1. Rumah bersalin itu luas S P

2. Beliau yang akan datang besok. S P Ket

3. Bapak sedang memasak nasi goreng. S P O

4. Gadis itu cantik sekali. S P

5. Ibu guru berdiri di depan.

S P Ket

2.6. Pengertian Klausa (Clause)

Klausa ialah satuan gramatikal, berupa kelompok kata yang

(26)

menjadi kalimat (Kridalaksana dkk, 1980:208). Unsur inti klausa adalah S dan P.

Namun demikian, S juga sering juga dibuangkan, misalnya dalam kalimat luas

sebagai akibat dari penggabungan klausa, dan kalimat jawaban (Ramlan, 1981:62).

Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa klausa adalah satuan

gramatik yang terdiri atas predikat, baik diikuti oleh subjek, objek, pelengkap,

keterangan atau tidak dan merupakan bagian dari kalimat.

Macam – macam Clauses

Dalam bahasa Inggris ada 2 macam Clauses, yaitu:

1. Main Clauses (Klausa Utama)

2. Subordinate Clauses (Anak Kalimat)

1. Klausa Utama (Main Clause)

Main Clause (induk kalimat) disebut juga dengan Independent Clauses adalah

serangkaian kata yang mengandung subjek dan predikat yang telah mempunyai

pengertian sempurna (jelas), dan dapat berdiri sendiri, artinya tidak tergantung pada

Clause yang lain.

Contoh:

· We study English.

· English is an international language.

· She has finished working.

2. Anak Kalimat (Subordinate Clause)

Anak Kalimat (Subordinate Clause) disebut juga dengan Dependent Clause, adalah

(27)

pengertian yang sempurna, dan tidak dapat berdiri sendiri, artinya tergantung pada

induk kalimat (Main Clause).

Contoh:

1. I will go if you go.

2. She won't come unless you invite her.

3. I enjoy my job although I work long hours.

Berdasarkan fungsi (penggunaannya), Clauses diklasifikasikan menjadi 3 macam,

yaitu:

1. NOUN CLAUSE

2. ADJECTIVE CLAUSE

3. ADVERBIAL CLAUSE

2.7. Pemilihan Kata (Diksi)

Definisi diksi (diction) adalah pemilihan kata dan metode penggunaannya

dalam tulisan atau pembicaraan, serta kemampuan untuk menyampaikan

maksud/ide/keinginan dalam bentuk kata-kata dengan jelas.

“Diction will be effective only when the words you choose are appropriate for

the audience and purpose, when they convey your message accurately and

comfortably. The idea of comfort may seem out of place in connection with diction,

but, in fact, words can sometimes cause the reader to feel uncomfortable. You’ve

(28)

words for one reason or another strike you as inappropriate.”

(Martha Kolln, Rhetorical Grammar. Allyn and Bacon, 1999).

Diksi sangat penting dalam komunikasi karena pada dasarnya, setiap orang

memiliki tingkatan yang berbeda dalam berbahasa. Mencoba menunjukkan ketidak

setujuan kita pada dosen dengan berucap “penjelasan bapak kaya sampah” jauh

lebih mengesankan kita sebagai orang tidak terdidik bagi si dosen, sementara pesan

tentang pendapat kita yang berbeda justru akan tersamarkan.

Memilih kata yang tepat yang dapat mewakili pesan yang ingin kita

sampaikan, yang tepat bagi audiens, dan yang dapat membawa tujuan dari

komunikasi yang kita lakukan, itu lah diksi. Dan diksi itu, semacam skill.

Kemampuan. Bakat, namun juga dapat dikembangkan melalui latihan.

Manurut Keraf (2006:24), pengertian diksi adalah :

 Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata – kata mana yang harus

dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk

pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan –

ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.

 Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa –

(29)

menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang

dimiliki kelompok masyarakat pendengar.

 Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa

sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan

yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah

keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.

Jadi semakin banyak vocabulary kita, serta semakin dalam pemahaman kita

terhadap nuansa makna (efek mental) dari suatu kata, maka semakin bagus diksi kita.

Cara melatihnya tentu saja, banyak membaca, mendengar, memperhatikan reaksi

orang-orang ketika membaca/mendengar kata-kata tertentu, banyak membuka kamus.

2.8. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Berikut diberikan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul kajian tesis

ini yaitu;

1. Abbasi (2011) dalam artikelnya yang berjudul An Analysis of Grammatical

Errors among Iranian Translation Students: Insights From Interlanguage

Theory. Dalam tulisannya ia menjelaskan bahwa Error Analysis pada

terjemahan mahasiswa Iran menjelaskan adanya kesalahan yang signifikan

dalam grammar bahasa Inggris mereka. Temuan – temuan tersebut

menunjukkan 98% mahasiswa memiliki masalah dalam sisi tata bahasa

(30)

adalah kesalahan interlingual (antar bahasa), yang menunjukkan pengaruh

bahasa ibu mereka.

2. Siubelan (2009) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia dalam tesisnya

yang berjudul Analisis Kesalahan Preposisi Lokatif Bahasa Jerman. Dari hasil

penelitiannya diperoleh preposisi “in” paling banyak digunakan untuk

menyatakan keberadaan preposisi “in” untuk menyatakan keberadaan.

Preposisi yang menjadi permasalahan dalam penggunaannya adalah prefosisi

auf dan in. Dari analisis kesalahan bahwa jenis interferensi yang terjadi pada

kasus ini adalah interferensi grammatikal berjenis penghilangan kategori

grammatical wajib.

3. Zhang (2008) dalam artikelnya yang berjudul Grammar Comparison Study for

Translation Equivalence Modeling and Statistical machine Translation. Dalam

jurnalnya ia menjelaskan mengenai studi perbandingan grammar Translation

Equivalence Modeling (TEM) dan Statistical Machine Translation (SMT). Di

sini dapat dibandingkan kemampuan ekspresif berbagai grammar melalui

bentuk terjemahan yang sebenarnya pada corpora bilingual bahasa Cina –

Inggris. Hasil percobaan menunjukkan bahwa model tersebut lebih mampu

menjelaskan data parallel corpora dari pada grammar yang lain. Studi tersebut

menunjukkan perbedaan struktur yang lebih kompleks dari pada yang

dianjurkan dalam literatur yang menghadapi tantangan besar terhadap model

(31)

4. Yang (2010) dalam artikelnya yang berjudul A Tentative Analysis of Error in

Language Learning and Use. Dalam jurnalnya disebutkan: Para analis Analysis

of Error menyatakan bahwa kesalahan – kesalahan pembelajar di dalam skala

yang besar tidak disebabkan oleh pengaruh bahasa pertama mereka namun

pada strategi pembelajaran yang lazim. Error Analysis menjelaskan hal – hal

beraturan dalam proses pembelajaran bahasa asing melalui studi kesalahan –

kesalahan pembelajar. Studi ini akan memberikan kontribusi yang besar dalam

pengajaran bahasa asing. Para guru harus lebih sensitif terhadap kesalahan –

kesalahan siswa mereka dan menyimpulkan jenis kesalahan apa yang sering

terjadi pada periode tertentu dan kemudian memodifikasi bahan ajar untuk

beradaptasi dengan kebutuhan siswa.

5. Pym (1992) dalam artikelnya yang berjudul Translation Error Analysis and

The Interface with Language Teaching. Dalam artikelnya, penulis

menyebutkan bahwa evaluasi secara empiris terhadap pengajaran dan

pembelajaran terjemahan pada umumnya terhambat disebabkan karena adanya

kompleksitas bidang – bidang tertentu yang terlibat, subjektivitas metode –

metode penilaian yang digunakan dan kesulitan mendapatkan contoh yang

tepat. Faktor – faktor ini cenderung membatasi hasil – hasil yang jelas pada

tingkat bahasa yang paling mendasar.

Secara umum, sebagian besar kesalahan yang diperoleh dari artikel penelitian

(32)

kesalahan tata bahasa (grammar) namun setiap peneliti menggunakan metode dan

bahan analisis yang berbeda. Kesalahan tata bahasa (grammar) yang dilakukan

disebabkan karena latar belakang obyek penelitian adalah orang atau bahan yang

bukan berasal dari negara – negara yang menggunakan bahasa Inggris sehingga

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dalam menganalisis TAM dalam Website STMIK PPKIA pradnya paramita mengunakan explanatory research dimana penelitian yang menyoroti hubungan antara variabel-variabel penelitian

Berdasarkan pendapat tersebut, yang dimaksud kualitas tes buatan guru (quality ofteacher tes making) dalam penelitian ini adalah kualitas tes yang dibuat sendiri

Potensi ternak sapi lokal di daerah Kabupaten Mamuju Utara sangat baik, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut tentang penerapan teknologi IB menggunakan semen cair

pertama, banyaknya kasus-kasus penyimpangan berindikasi fraud dalam pengelolaan keuangan negara di lingkungan pendidikan yang dapat menjadi ancaman terhadap kredibilitas

Jadi tayangan dapat diartikan sesuatu yang dipertunjukkan kepada khalayak baik berupa film, berita, hiburan dan sebagainya, melalui suatu media elektronik yang dapat

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian, yaitu ada hubungan positif antara psychological well being dengan efikasi diri

Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara , Kajian Evaluasi Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang Baru Dimekarkan di Sumatera Utara, Tahun 2012.