• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konflik Dalam Relokasi Pasar (Studi Kasus Di Pasar Sutomo,Kelurahan Pusat Pasar, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konflik Dalam Relokasi Pasar (Studi Kasus Di Pasar Sutomo,Kelurahan Pusat Pasar, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pasar berperan penting sebagai penggerak ekonomi mikro dibidang sektor

informal.Di pasar kita dapat menemukan berbagai macam keperluan yang kita

butuhkan sehari-hari.Pasar juga memiliki peran sebagai penyerap tenaga kerja

yang besar. Masyarakat sudah sangat lama mengenal pasar, mulai dari sistem

barter sampai sudah mengenal mata uang dan mulai dari pasar yang melakukan

transaksi di atas kapal tradisional sampai pasar modern di dalam sebuah gedung.

Di pasar tradisional cenderung memilki harga yang lebih murah

dibandingkan dengan tempat-tempat lain seperti super market dan mini market, itu

karena siklus atau proses masuknya barang kepajak tidak terlalu panjang karena

para pedagang langsung berhubungan dengan toke-toke1

Keberadaan pasar dewasa ini mulai berkurang, karena pola pikir

masyarakat sekarang yang sudah berubah, sehingga masyarakat lebih

mengutamakan soal kenyamanan, kebersihan dan kemudahan disaat

berbelanja.Kita tahu bagaimana kondisi pasar kita, tidak bersih, bau dan waktu di

pasar hanya dalam jam-jam tertentu.Itulah sebabnya banyak masyarakat yang

enggan belanja dipasar. Padahal jika kita berbelanja di pasar tradisional kita akan

lebih membantu dan memajukan para pedagang-pedagang kecil yang berjualan, atau juga pabrik barang,

dan juga tidak ada tambahan biaya yang dibebankan kepada konsumen seperti kita

(2)

dan itu akan lebih meningkatkan perekonomian masyarakat saat ini, tidak seperti

berbelanja di supermarket yang untungnya untuk para investor-investor yang

memilki modal besar untuk membangun supermarket. Masayarakat lebih memilih

supermarket karena, supermarket menawarkan apa yang diinginkan masyarakat

saat ini, seperti kenyamanan, kebersihan, dan mudah untuk mengunjunginya

kapan saja dibutuhkan.

Untuk menjaga eksistensi pasar tradisional, pemerintah mengeluarkan

kebijakan melalui perpres No 112 tahun 2007 tentang penataan dan pembinaan

pasar tradisional, pusat perbelanjaan serta modern (biasa disebut perpres pasar

modern), akhirnya ditandatangani oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono

pada 27 Desember 2007 lalu, dan tentang Peraturan Daerah No 2 tentang

perpasaran swasta, sudah diatur bahwa jarak antara pasara tradisional dengan

pasar modern adalah 2.5 KM.

Tetapi peraturan ini kurang dipatuhi, karena pasar-pasar modern tetap saja

bebas mendirikan bangunan meskipun itu dekat dengan pasar

tradisional.Dihampir setiap tempat keramaian ada mini market kecil yang mengisi

segala kebutuhan masyarakat.

Sama seperti halnya di Medan, pasar lebih dikenal sebagai pajak.Banyak

sekali terdapat pasar-pasar tradisional yang menawarkan berbagai macam barang

di Medan, baik pasar pakaian, sayur dan buah-buahan.Untuk pasar sayur dan

buah-buahan yang paling terkenal adalah pajak sutomo.Meskipun bernama pasar

sutomo, tetapi juga meliputi jalan Veteran, jalan Bulan, jalan Bintang dan jalan

(3)

dengan jam 09.00 WIB pagi. Konsumen yang berbelanja di pasar sutomo juga

rata-rata merupakan pembeli yang ingin menjual kembali barang yang dibelinya.

Berbeda dengan pasar-pasar umumnya yang berada di dalam sebuah

gedung, pasar ini menggunakan bahu jalan sebagai tempat mereka berjualan,

sehingga ruko-ruko yang ada di dalamnya banyak sekali yang tutup dikarena kan

tidak efektif untuk tempat berjualan karena terhalang dari pedagang sayur dan

buah tadi. Pada awalnya pasar ini terbentuk karena merupakan tempat sementara

para pedagang yang lapaknya terbakar tetapi semakin hari semakin berkembang

seiring dengan ramainya pembeli atau konsumen yang berbelanja.Dengan

demikian jalan disekitaran pajak ini juga sangat macet karena jalan menjadi sangat

kecil, padahal jalan ini merupakan jalan alternatif yang dilalui banyak kendaraan

menuju jalan-jalan besar.

Atas kejadian itu pemerintah pun mulai melakukan kebijakan seperti

penertiban dan relokasi.Sejalan dengan itu pemerintah membangun sebuah pasar

sebagai pusat penjualan sayur dan buah-buahan seperti kota-kota lainnya yaitu

pasar induk.Pasar ini terletak simpang Lau Cih, Medan Tuntungan.Pemerintah

berencana memindahkan para pedagang pajak Sutomo ke pasar induk, namun

sebagian besar pedagang menolak untuk di relokasi dengan berbagai macam

alasan yang kompleks, mereka memilih tetap bertahan dengan alasan mereka

sendiri.

Akibat dari ini pemerintah dengan tegas bertindak kepada pedagang yang

memilih tetap bertahan, Pemerintah mengerahkan seluruh elemennya untuk

(4)

tempat tersebut.Para pedagang juga tidak tinggal diam mereka semakin kuat

bersama-sama untuk melawan tindakan yang dilakukan pemerintah, karena

meganggap kebijakan untuk menggusur mereka dari pajak sutomo itu tidak

tepat.Atas kejadian itu sempat beberapa kali terjadi konflik yang sangat tegang

hingga terjadi bentrokan antara pedagang dan aparat (satpol PP, Polisi, dan

TNI).Pedagang dan aparat saling lempar batu yang berujung berjatuhan korban

luka-luka baik dari pihak aparat maupun dari pihak pedagang.

Sebenarnya kebijakan dari pemerintah ini sudah sangat baik, agar para

pedagang lebih nyaman dalam melakukan kegiatan usahanya, dan dibuatlah

sebuah solusi untuk merelokasi pedagang ketempat yang sesuai dengan peraturan

pemerintah tentang pasar. Tujuan relokasi pedagang ini untuk menata kembali

lokasi ini agar kembali bersih dan lalu lintas dilokasi pasar ini tidak lagi macet

yang sangat panjang, kemacetan sendiri terjadi karena disekitaran pasar ada

sekolah internasional yaitu sekolah Sutomo, rata-rata para siswa menggunakan

mobil dan motor untuk datang ke sekolah dan mau tidak mau harus melintasi

daerah pajak ini.

Terutama di jalan Sutomo dan jalan bulan yang merupakan jalan paling

ramai dilewati orang-orang. Tidak tahu siapa yang salah dari masalah ini, karena

para pedagang meng klaim itu sebagai hak mereka berjualan dan juga penolakan

yang dilakukan pedagang dikarenakan aspirasi mereka yang tidak di dengar oleh

pemerintah dan juga mereka menyayangkan tindakan dari PD Pasar yang tidak

melakukan sosialisasi dan pendekatan yang tidak tepat kepada para pedagang dan

(5)

Penolakan yang dilakukan para pedagang tersebut membuat pemerintah

sangat sulit merelokasi, sepertinya pedagang memiliki power (kekuatan) untuk

menolak kebijakan itu.Sebenarnya dari mana pedagang memiliki kekuatan untuk

melawan pemerintah?Fenomena apakah ini, atau adakah pihak-pihak asing yang

terlibat atau memiliki kepentingan sendiri dengan keberadaan pajak ini?Mungkin

saja ini bisa terjadi, karena kita tahu banyak organisasi-organisasi kepemudaan

dan kemasyarakatan yang sejatinya seperti orang yang mengamankan pajak ini

dan meminta uang restribusi dan uang keamanan kepada pedagang. Bisa saja

organisasi ini juga ikut turut serta atas konflik perlawanan pedagang atas

kebijakan pemerintah atas perelokasian pajak sutomo ini atau adakah organisasi

lain yang dari pihak pemerintah atau lainnya yang berkepentingan terhadap

kelanjutan dari aktifitas pajak ini.

Seperti terbitan Koran Tribun Medan online pada senin, tanggal 28 maret

2016 di katakan, ratusan pedagang menggelar aksi di depan kantor DPRD Medan

menolak relokasi mereka ke pasar induk, penolakan ini bukan tanpa alasan,

mereka mengatakan bahwa tidak sanggup berjualan di sana karena pasar yang sepi

dan sewa toko yang sangat mahal Rp 30 juta padahal penghasilan sangat minim.

Berarti permasalahan dari relokasi ini yaitu tempat relokasi atau lokasi pedagang

yang baru tidak strategis dan sangat sepi dan juga memperoleh tempat sangat sulit

dicapai oleh pedagang-pedagang bermodal kecil. Dari informasi yang beredar,

tidak banyak pedagang dari pajak sutomo ini yang berjualan di pasar induk akan

(6)

Disini dapat dikatakan bahwa perelokasian yang dilakukan pemerintah kurang

berjalan tepat sasaran.

Seperti penelitian yang dilakukan sebelumnya, dikatakan bahwa para

pedagang telah senang dan nyaman berjualan dipasar ini, karena mereka dapat

menggantungkan hidupnya dipasar ini dan memperoleh hidup juga disini.Ini

berarti menggambarkan bahwasanya sebelum di relokasi keadaan pasar ini

aman-aman saja, banyak orang yang mendapatkan pekerjaan dari pasar ini, baik itu

pedagang dan para tukang becak yang menjual jasanya membawa barang

dagangan pedagang kelokasi pasar.

Kemudian informasi yang didapatkan dilapangan setelah relokasi yang

berujung konflik tersebut, para pedagang sebagian tidak lagi berjualan dan

sebagian besar tetap bertahan. Mereka berjualan jika tidak dijaga oleh aparat dan

jika dijaga mereka memilih untuk berjualan ditempat yang lain, ada yang memilih

berjualan di jalan-jalan yang tidak begitu jauh dari pasar dan ada juga yang

memilih berjualan di jalan aksara dan juga jalan pancing. Inilah fakta yang terjadi

dilapangan bahwasanya para pedagang tidak setuju untuk direlokasi dan adanya

resistensi dari masyarakat atas kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah

Karena permasalahan ini sudah sangat lama terjadi, sepertinya juga

pemerintah setengah hati dalam penggusuran dan pemindahan dari para pedagang,

karena apabila pemerintah sungguh-sungguh dalam penanganan kasus ini, relokasi

ini dapat dengan cepat diatasi.Kita tidak tahu apakah ada faktor kepentingan

setiap lapisan atau unsur pemerintah yang memiliki kepentingan di pasar ini,

(7)

Seperti yang kita ketahui, setiap terjadi konflik pasti ada perbedaan tujuan

dan keinginan ditengah-tengah masyarakat yang memicu terjadinya perselisihan

dan perbedaan pendapat yang memicu perpecahan atau pemberontakan.Jika ada

benar faktor-faktor kepentingan didalam permasalahan ini, dimanakah atau di

lapisan mana saja faktor kepentingan tersebut? Penulis juga belum mengetahui hal

tersebut

1.2. Tinjauan pustaka

Antropologi merupakan ilmu yang mengkaji manusia dan

kebudayaannya.Kebudayaan disini juga mencakup tentang interaksi antara

individu dan individu lainnya melalui bahasa dalam mencapai sebuah kesepakatan

atau kepentingan bersama guna mewujudkan masyarakat yang tertib dan damai.

Kita tahu Indonesia merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari 5 pulau besar

dan ribuan pulau kecil yang tersebar dari sabang sampai merauke, dengan

penduduk terbesar keempat di dunia, Indonesia merupakan Negara dengan

pluralisme yang sangat beragam, Sehingga terjadi percampuran suku disebagian

daerah, dengan ini akan terjadi perbedaan pemikiran dan tujuan. Setiap kelompok

pasti akan lebih mengutamakan kepentingan kelompoknya sendiri dari kelompok

lain yang ada di dekatnya. Dengan keberagaman seperti ini sangat memicu yang

namanya konflik antar masyarakat yang beragam, baik itu konflik kelompok,

antar-kelompok maupun individu dengan individu lain.

Dalam kehidupan sosial masyarakat, di mana saja bisa dan kapan saja,

(8)

secara etimologis berasal dari bahasa latin “con” yang berarti bersama dan

“fligere” yang berarti benturan atau tabrakan. Dengan demikian “konflik” dalam

kehidupan sosial berarti benturan kepentingan, keinginan, pendapat, dan lain lain

yang paling tidak melibatkan dua pihak atau lebih. Dalam International

encyclopaedia of the social scienes Vol 3 (halaman 236-241) diuraikan mengenai

pengertian konflik dari aspek antropologi, yakni ditimbulkan sebagai akibat dari

persaingan antara paling tidak dua pihak; di mana tiap-tiap pihak dapat berupa

perorangan, keluarga, kelompok, kekerabatan, satu komunitas ataumungkin satu

lapisan kelas sosial pendukung ideologi tertentu, satu organisasi politik, satu suku

bangsa, atau satu pemeluk agama tertentu (Nader, t.t). Dengan demikian

pihak-pihak yang dapat terlihat dalam konflik meliputi banyak macam bentuk dan

ukurannya. Selain itu pula dipahami bahwa pengertian konflik secara antropologi

tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan secara bersama-sama dengan pengertian

konflik menurut aspek-aspek lain yang semuanya itu turut ambil bagian dalam

memunculkan konflik sosial dalam kehidupan kolektif manusia (Chang, 2001).

Selaras dengan ini, konflik juga dapat terjadi antara sebuah kelompok

masyarakat dengan negaranya sendiri.Ini dapat terjadi akibat adanya

ketidak-puasan masyarakat terhadap aparatur Negara yang di nilai tidak memihak kepada

masyarakat, sehingga terjadi sebuah resistensi terhadap Negara tersebut.Karena

tantangan terbesar dari sebuah Negara dalam membangun bangsanya yaitu

mempertautkan kepentingan masyarakat yang berbeda, karena terdapatnya

perbedaan kepentingan dan tujuan masyarakat dalam struktur dan budaya

(9)

gagal, padaha jika kita melihat secara arif, pluraisme merupakan sebuah rahmat

tuhan yang dapat mengantarkan manusia kepada suatu kebijaksanaan (wisdom).

Menurut Hoebel dalam kajian para antropologi hokum, dalam mengkaji

masyarakat yang belum mengenl tulisan telah dikembangkan 3 alur pengkajian:

1. Alur pertama disebut alur ideologis, dalam pengkajian itu diidentifikasikan

aturan yang umumnya dilingkungan masyarakat yang bersangkutan

dipersepsikan sebagai pedoman untuk dan memang dianggap seharusnya

menguasai perilaku.

2. Alur kedua disebut dengan metode/alur deskrpitif, metode ini menkaji

tentang bagaimana nyanta-nyatanya manusia bertindak.

3. Alur ketiga yang mengkaji adalah apakah yang merupakan sengketa,

bagaimanakah motif dari orang yang berperilaku dan bagaimana cara

mengatasinya, dan apa caara penyelesaiannya.

Menurut Nader dalam penelitiannya bersama dengan temannya dinyatakan

bahwa dalam pengumpulan data tentang bersengketa melalui dokumentasi “kisah

hidup” sengketa atau kisah terjadinya dan bergulirnya perbedaan pendapat

diantara orang-orang atau kelompok. Demi Pengembangan peristilahan yang

sama, dicapailah kesepakatan untuk mengidentifikasi paling sedikit 3 fase atau

tahap dalam proses bersengketa:

1. Tahap pra-konflik atau tahap keluhan,

2. Tahap konflik dan

(10)

Tahap-tahap konflik ini juga berlaku dalam relokasi pasar Sutomo, dimana

pada awal sebelum konflik itu terjadi, pedagang melakukan komplain atau

tindakan penolakan relokasi terhadap kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah.

Dalam relokasi pasar Sutomo tahap terakhir yang dikemukakan oleh Nader

tersebut belum sampai, karena hingga saat ini tidak ada kasus sengketa yang

terjadi antara pedagang dan Pemerintah. Penyelesaian konflik relokasi pasar

Sutomo juga belum ada akhirnya sampai saat ini.

Jika dilihat secara lintas budaya, maka dapatlah dikemukakan bahwa dalam

setiap masyarakat berkembang berbagai tradisi mengenai bagaimana

keluhan-keluhan tertampung, bagaimana sengketa ditangani. Jangan disimpulkan bahwa

sengketa hanya diatasi dengan mengajukannya kesuatu forum pengadilan.

Sebaliknya terdapat aneka ragam lembaga pranata yang dapat menangani

sengketa, seperti yang dikemukan Nader and Todd dalam menanggapi

keluhan-keluhan sengketa.

1. Membiarkan saja, Pihak yang merasakan perlakuan tidak adil, gagal dalam

upaya untuk menekankan tuntutannya dan dia meneruskan tuntutannya

kepada pihak yang merugikan.

2. Mengelak, Pihak yang merasa dirugikan memilih untuk mengurangi

hubungan-hubungan dengan pihak yang merugikannya.

3. Bentuk ketiga adalah paksaan, satu pihak memaksakan pemecahan pada

(11)

4. Perundingan, Dua pihak yang berhadapan yang merupakan para pengambil

keputusan. Pemecahan masalah yang mereka hadapi, mereka pecahkan

sendiri tanpa bantuan pihak lain.

5. Mediasi, Pemecahan menurut perantara, Dalam cara ini ada pihak ketiga

yang berguna sebagai penengah dalam permasalahan yang ada, Pihak

ketiga ini dianggap netral dan tidak memihak kepada salah satu pihak.

Dalam relokasi ini para pedagang tidak mendapat solusi atas konflik yang

mereka alami terhadap pemerintah. Yang terjadi hanyalah upaya pedagang untuk

mempertahankan haknya tetap berjualan di pasar Sutomo dan itu berbenturan

dengan program pemerintah terhdap Kota Medan. Tidak ada pihak yang dapat

memfasilitasi dan menjadi mediasi atas ketegangan pedagang dan pemerintah.

Konflik ini terjadi akibat adanya pembagian kerja yang berbeda, yang

menghasilkan sebuah perbedaan kepentingan demi mencapai sebuah target atau

tujuan dari sebuah pekerjaan.Sebab kekuasaan, kekayaan dan kelebihan dari suatu

kelas merupakan kelemahan dari kelas lainnya sehingga konflik antar kelas sangat

rentan terjadi.

Konflik pada hakekatnya merupakan suatu pertentangan yang diakibatkan

oleh kondisi sosial yang tidak sesuai dalam suatu kelompok maupun antar

kelompok yang menimbulkan pertikaian. Akan tetapi, konflik dapat diartikan

sebagai sebagai proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan,

dan pemeliharaan struktur sosial.

Konflik juga dapat memperkuat identitas kelompok dan melidunginya

(12)

: 229). Disini konflik juga memiliki fungsi sebagai penguat identitas kelompok

jika konflik ini dianggap sebagai masalah yang harus mereka hadapi bersama.

Lewis coser menjelaskan beberapa fungsi konflik antara lain :

1. Konflik dapat memperkuat solidaritas suatu kelompok yang agak longgar.

Dalam masyarakat yang terancam perpecahan, konflik dengan masyarakat lain

bisa menjadi kekuatan yang mempersatukan.

2. Konflik dengan kelompok lain dapat menghasilkan solidaritas didalam

kelompok tersebut dan solidaritas itu dapat menghantarnya kepada

aliansi-aliansi dengan kelompok-kelompok lain.

3. Konflik juga bisa menyebabkan anggota-anggota yang terisolir menjadi

berperan secara aktif berpartisipasi.

4. Konflik juga berfungsi untuk berkomunikasi.

Berbagai teori para ahli besar dunia ini sangat saling mendukung sehingga

penulis berkesimpulan bahwa konflik bisa terjadi dimana saja dan oleh siapa saja

pelakunya, baik itu antar kelompok atau antar individu, dan konflik juga terjadi

akibat adanya perbedaan kepentingan setiap orang atau kelas sosial yang memiliki

kepentingan yang saling berbenturan satu sama lain, konflik berhubungan dengan

kelas-kelas ekonomi.

Perlu diketahui bahwa selain hal-hal tersebut di atas, tindakan individu

manusia itu juga ditentukan olehorientasi subjektifnya, yaitu berupa orientasi

(13)

individutersebut dalam realisasinya dapat berbagai macam karena adanya

unsur-unsur sebagaimana dikemukakan di atas2

Sama seperti kasus yang terjadi di pasar Sutomo, konflik ini antara

pedagang dan pemerintah dan aparatur terkait. Konflik disini akibat benturan

kepentingan pemerintah yang memiliki kepentingan dan keinginan untuk

mengatur ruang bagi pedagang dengan menyediakah gedung sebagai pasar/pajak Brian Bery (Astronik; 1967) menyatakan bahwa pasar adalah tempat dimana

terjadi proses tukar menukar. Proses ini terjadi bila ada komunikasi antara penjual

dan pembeli dan diakhiri dengan keputusan untuk membeli barang tersebut. Pasar

akan selalu mengalami perubahan, terutama secara fisik, mengikuti perubahan

tingkah laku penggunanya.

Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 112 tahun 2007,

mendefenisikan pasar tradisional sebgai pasar yang dibangun dan dikelola oleh

pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan

Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta berupa tempat usaha

took, kios, los dan tenda yang dikelola atau dimiliki pedagang kecil, menengah,

swadaya masyarakat atau koperasi debgan usaha skala kecil, modal kecil dan

dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.

Seperti yang diterangkan di atas tadi, bahwasanya konflik dapat terjadi

dimana saja dan kapan saja. Di pasar juga dapat terjadi konflik, baik itu konflik

antar pedagang, konflik pedagang dan produsen atau pun pedagang dan

(14)

untuk pedagang dan disisi lain para pedagang menganggap bukan ini solusi yang

diinginkan mereka, pedagang ingin tetap berjualan dipajak sutomo ini karena

lokasi yang central bagi para konsumen karena berada di tengah kota.

Pasar ini sangat ramai karena berada ditengah kota dan sarana dan

prasaranan sangat didukung karena dapat dileawati oleh berbagai transportasi.

Seperti yang dikemukan Webber, pemilihan suatu tempat/lokasi didasarkan pada

tiga faktor yaitu; transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi dan

deglomerasi.Menurut Isard dalam Tarigan (2005) masalah lokasi merupakan

penyeimbang antara biaya dengan pendapatan yang dihadapkan pada suatu

ketidakpastian yang berbeda-beda.

Sebagian studi kasus3 berciri kualitatif dan sebagian lagi berciri

kuantitatif. Studi kasus kualitatif lebih dominan dengan minat naturalistik,

holistik, kultural dan fenomenologis yang kuat. Studi kasus bukanlah pilihan

metodologis namun lebih sebagaipilihan obyek yang diteliti. Jika kita memilih

untuk meneliti kasus (studi kasus) maka kita akan mengkajinya dengan banyak

cara.Langkah metodik yang paling sederhana dalam studi kasus kualitatif adalah

sebagai berikut; Konsentrasikan perhatian kepada semua kasus yang terjadi

dengan catatan bahwa aktivitas tersebut bukan observasional tetapi bersifat

reflektif.

3

(15)

1.3.Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok

permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana relokasi pasar Sutomo terjadi?

2. Bagaimana konflik terjadi dan upaya penyelesaian konflik relokasi pasar

Sutomo?

1.4.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam penyelesaian penelitian ini dilakukan di Pasar

Sutomo Medan. Pasar ini berada di jalan Sutomo, jalan Bulan, jalan Seram, jalan

Bintang, dan jalan veteran, di kelurahan Pusat Pasar, Kecamatan Medan Kota,

Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Penulis memilih lokasi ini dikarenakan ;

a. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indoneia, kota yang

yang modern dan memiliki pluralisme yang tinggi, akan tetapi pasar dikota medan

tidak tertata dengan baik.

b. Pasar Sutomo merupakan pasar penjual sayur dan buah terbesar di kota

Medan, Pasar Sutomo ini bukan berada disebuah gedung akan tetapi di pinggir

jalan sehingga direlokasi.

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan dari

(16)

Hal ini disertai pula dengan bagaimana bisa terjadi konflik dengan pedagang yang

tak kunjung berakhir dan selesai direlokasi dan faktor-faktor apa saja yang

menyebabkan terjadinya konflik. Kemudian tahapan selanjutnya bertujuan agar

mengetahui solusi apa saja yang bisa menyelasikan masalah atau konflik ini atau

dengan kata lain win-win solution yang diharapkan oleh semua masyarakat.

1.6.Manfaat Penelitian

Penulis berharap penelitian ini dapat berguna bagi pemerintah untuk

mencari solusi yang tepat bagi semua kalangan, dan memalui tulisan ini juga

dapat meberi pelajran bahwa tidak semua kebijakan dapat diterima masyarakat,

dan jika ingin diterima oleh masyarakat alangkah baiknya harus bersosialisasi atau

melakukan komunikasi dua arah yaitu dari pemabuat kebijakan dan obyek

kebijakan. Selain itu penulis juga berharap penelitian ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi dunia pendidikan, bagi dunia sosial dan bagi seluruh masyarakat

agar tidak lagi terjadi konflik. Manfaat dari penelitian ini diharapkan penulis ma

1.7.Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian yang dilakukan di pasar sutomo ini adalah metode yang

biasa digunakan dalam ilmu antropologi, metode penelitian observasi dan

kualitatif yang penulis lakukan dalam kajian penulisan penelitian ini yang bersifat

deskriptif dan observasi.

Metode ini¸ penulis menjumpai masyarakat atau pedagang secara langsung

(17)

dan data-data atau informasi yang dibutuhkan dalam penulisan ini dapat dimiliki

dan dituangkan dalam penulisan karya ilmiah ini. Penulis juga mengambil data

primer dari kantor Lurah dan antor PD Pasar Kota Medan dan PD Pasar wilayah 1

atau guna untuk melengkapi data-data yang sudah ada.

1.8.Pengalaman Penelitian

Pengalaman penelitian sangat banyak didapatkan penulis selama

melakukan penelitian dilapangan, baik itu pengalaman hidup maupun ilmu

didalam pendidikan. Pada awal penulisan, saya mendatangi kantor PD Pasar Kota

Medan untuk memberikan surat permohonan penelitian dilokasi pasar Sutomo,

kemudian saya langsung kebagian Humas dan Kepegawaian, dan pegawai

mengatakan 2 hari lagi untuk mengambil surat balasan dari PD Pasar. Saya

menepati janji untuk datang 2 hari kemudaian mengambil surat balasan, akan

tetapi pegawai bilang bahwa surat belum ditandatangani oleh Kabag karena beliau

tidak masuk kerja hari itu. Akhirnya saya pulang dengan rasa kesal dihati, tetapi

saya tidak menyerah 2 Hari kemudian saya kembali ke PD Pasar untuk

mengambil surat itu dan akhirnya surat pun selesai ditandatangani oleh Kabag.

Dari sini dapat saya simpulkan bahwa birokrasi pemerintahan ini tidak begitu baik

dan pegawai kurang konsisten dalam melakukan segala pekerjaannya.

Pada hari pertama pada pukul 06.00 WIB saya sampai dilokasi penelitian

di Pasar Sutomo, saya sedikit merasa canggung karena saya melihat semua para

pedagang sibuk dengan kegiatan masing-masing meladeni para pembeli.Akhirnya

(18)

yang masih ramai oleh pedagang dan mengambil bebrapa foto kondisi

pasar.Setelah itu pada pukul 08.10 saya meninggalkan pasar untuk pulang

kerumah.Keesokan harinya saya kembali ke pasar Sutomo dan mulai

mendekatkan diri dengan para pedagang, saya beranikan diri bertanya kepada

pedagang yang berjualan dijalan bintang, dengan sedikit bertanya-tanya tentang

keberadaan pasar, tetapi ibu tersebut kurang open dengan pertanyaan saya dan

menjawab dengan seadanya dan informasi yang diberikan cenderung cuek dan

asal-asalan.

Kemudian pada hari-hari berikutnya saya menemani saudara saya yang

selalu belanja kepasar Sutomo, jadi saya seakan-akan menjadi pembeli, karena

saudara saya ini belanja dari beberapa pedagang maka saya pura-pura menjaga

barang yang sudah dibeli di lapak pedagang tersebut.Inilah menjadi awal dari

kedekatan saya dengan beberapa pedagang dan saya mulai leluasa bertanya

kepada pedagang disaat menjaga barang yang saudara saya beli.Beberapa hari ikut

menemani saudara berbelanja akhirnya saya mengakui kalau saya adalah seorang

mahasiswa setelah dekat dengan pedagang, karena pedagang sepertinya mulai

curiga karena saya sering bertanya-tanya tentang pasar tersebut.

Pada hari-hari selanjutnya sewaktu menemui informan saya jam 05.30

saya ikut membantu pedagang berjualan karena saya ingin memberikan bantuan

juga agar tercipta hubungan timbal-balik yang saling menguntungkan. Saya

melayani pembeli disaat ibu itu sibuk mengurus pembeli yang lain. Momen ini

saya manfaatkan sebagai waktu saya juga bertanya kepada para pembeli, dan

(19)

menanggapi pertanyaan saya ini.Wawancara ini berlangsung sambil transaksi

dagang, disini saya seolah-olah berlagak seperti pedagang pada umumnya

melayani pembeli.

Disesi selanjutnya saat wawancara dengan informan saya, informan saya

cerita panjang lebar saat awal ibu mulai jualan di pasar ini saat itu awal-awal, ibu

meneteskan air mata saat bercerita tentang relokasi pasar ini, ibu menganggap dia

orang yang tidak penting sehingga tidak dipedulikan pemerintah dan tidak

didengar apa keinginannya. Saat itu saya jadi canggung dan juga sedih atas apa

yang dialami ibu ini, saya juga seperti merasakan apa yang dialami

Pengalaman saya selanjutnya pada saat penelitian subuh hari, saya

dicuekin oleh informan yang sudah biasa saya jumpai karena dia sibuk berjualan

dan sepertinya dia juga sedang ada maslah, sehingga saya memutuskan untuk

tidak jadi mewawancarai informan tersebut, sehingga saya kembali kepada ibu

tersebut 2 hari kemudian agar mood ibu tersebut sudah balik dan mau saat saya

wawancarai.

Hari-hari selanjutnya, pada pagi hari dihari senin pukul 07.00 WIB saya

kembali mendatangi informan saya, ibu sedang duduk santai, karena hampir

semua dagangannya habis, ini momen bagi saya untuk mewawancaranya, kami

cerita begitu panjang lebar baik itu tentang pasar Sutomo sampai cerita tentang

kehidupannya yang mampu mensekolahkan 4 orang anaknya melalui kerjanya

jualan di pasar ini, Ibu ini begitu semangat bercerita dan saya juga sambil

menyisipkan canda tawa disela-sela wawancara agar suasananya tidak terlalu

(20)

Pada lain kesempatan saya juga menyempatkan diri ke Pasar Induk Lau

Cih, saat itu saya dating sedikit agak siang yaitu sekitar ajm 10.00 WIB, saya

melihat-lihat keadaan pasar dan sekali-kali mengabadikan foto-foto dan

melakukan sedikit wawancara kepada pedagang, dan dengan sedikit pendekatan

pedagang tersebut bersedia untuk diwawancarai oleh saya asalkan barang

dagangannya dibeli, dan saya bersedia untuk membeli sedikit barang dagangannya

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan ini ditujukan untuk menambah wawasan pengetahuan teknologi dalam pembuatan sebuah Virtual Obyek untuk suatu bentuk model objek tiga dimensi dengan menggunakan

[r]

Oleh karena itu pelayanan informasi yang cepat, tepat dan lengkap data sangat diperlukan Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis ingin membuat sebuah situs fans klub bagi

Pokja ULP/Panitia Pengadaan pada Satker Deputi Bidang KB dan KR BKKBN Pusat akan melaksanakan Pelelangan Ulang Sederhana dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan

[r]

studi kasus 2 dengan waktu produksi untuk shaft thresher adalah.

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menilai status gizi pasien yang menjalani pembedahan gastrointestinal dan hubungannya dengan penyembuhan luka

kepada masyarakat petani dalam meningkatkan produksi tani serta pelaksanaan operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi; (3) mengaktifkan kembali perkumpulan petani