• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pelatihan Ronde Keperawatan terhadap Kinerja Perawat dalam Pemberian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Royal Prima Medan Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pelatihan Ronde Keperawatan terhadap Kinerja Perawat dalam Pemberian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Royal Prima Medan Chapter III VI"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis Quasi-eksperimental yaitu metode penelitian yang digunakan untuk menguji hubungan sebab akibat atau mencari pengaruh dari suatu intervensi terhadap populasi tanpa adanya randomisasi penentuan subjek penelitian. Rancangan penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control group pre-post test design yang dilakukan dengan memberikan perlakuan pada kedua atau lebih kelompok group bertujuan untuk membandingkan hasil intervensi sebelum dan sesudah diberikan (Wood & Heber, 2014). Adapun rancangan dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk skema berikut:

Skema 3.1. Rancangan Design Penelitian

Pretests Intervensi Posttest

R1 : O1 X O2

O5

R2 : O3 O4

Keterangan :

R1 = Responden kelompok yang menerima intervensi ronde keperawatan (kelompok intervensi)

R2 = Responden kelompok yang tidak menerima intervensi ronde keperawatan (kelompok kontrol)

(2)

O1 = Kinerja perawat sebelum ronde keperawatan kelompok intervensi O2 = Kinerja perawat sesudah ronde keperawatan kelompok intervensi O3 = Kinerja perawat sebelum ronde keperawatan kelompok kontrol O4 = Kinerja perawat sesudah ronde keperawatan kelompok kontrol

O5= Kinerja perawat sesudah pelatihan ronde keperawatan kelompok intervensi dan kontrol

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Royal Prima Medan. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan 10 November sampai dengan 10 Desember 2016. Peneliti ingin mengetahui secara empiris pengaruh pelatihan ronde keperawatan terhadap kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Royal Prima Medan.

3.3. Populasi dan Sampel

(3)

3.3.1. Besar Sampel

Jumlah sampel yang akan dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan power analysis. Power analysis digunakan untuk memastikan signifikan hasil studi. Ada tiga komponen untuk menghitung sampel size yang diinginkan yaitu: dengan menggunakan significance criterion, alfa(α), sample size (N), population effect size, gamma (γ), power (1-β) (Polit & Beck, 2012). Ketika tidak ada penelitian sebelumnya yang relevan, peneliti menggunakan ketentuan berdasarkan efek kecil, menengah, atau efek yang besar. Studi keperawatan memiliki efek sederhana (kecil-menengah) (Polit & Beck, 2012). Penelitian ini menggunakan

alfa level (α) = .05, medium effect size (γ) = .50 dan power (1-β) = .80. Maka

sampel penelitian untuk perawat dengan tabel power analysis berjumlah 64 orang yaitu 32 perawat pada kelompok kontrol dan 32 perawat pada kelompok intervensi.

3.3.2. Pengambilan Sampel

(4)

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data tentang kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan dan karakteristik perawat dikumpulkan oleh peneliti. Intervensi ronde keperawatan dilakukan oleh perawat setelah mendapat pelatihan ronde keperawatan. Prosedur pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.

3.4.1. Tahap Persiapan

Tahap penelitian ini dimulai dengan mengurus izin tempat penelitian dengan mengajukan surat permohonan penelitian dari pimpinan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang ditujukan ke bagian pendidikan dan penelitian Rumah Sakit Royal Prima Medan. Setelah mendapat surat persetujuan dari bidang Diklat Rumah Sakit Royal Prima Medan, surat pengantar izin penelitian diberikan ke ruangan rawat inap lantai 9 dan ruangan rawat inap lantai 10. Penelitian dimulai setelah memperoleh izin dari Kepala Bidang Keperawatan dan Kepala ruangan untuk memulai penelitian.

(5)

3.4.2. Tahap pelaksanaan

Tahap awal sebelum melakukan penelitian, peneliti memberikan penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan serta manfaat penelitian, kemudian meminta persetujuan (informed consent). Setelah responden bersedia menjadi responden penelitian, maka kegiatan pretest dilakukan.

1. Pretest

Sebelum memberikan intervensi, peneliti melakukan pengukuran untuk mengidentifikasi kinerja perawat pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan menggunakan kuesioner kinerja perawat. Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada responden.

2. Intervensi ronde keperawatan

Pelaksanaan pelatihan ronde keperawatan dilakukan dalam sehari pada

kelompok intervensi sebanyak 32 responden dibagi dalam tiga sesi yaitu 1) sesi pertama, dibagikan modul ronde keperawatan. Setelah itu dilakukan

(6)

3. Posttest

(7)

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel pada penelitian ini terdiri dari variabel dependen yaitu kinerja perawat dan variabel independen dalam penelitian ini adalah pelatihan ronde keperawatan.

Tabel 3.1 Variabel dan Defenisi Operasional Variabel Defenisi

(8)

3.6. Metode Pengukuran

Penggunaan alat ukur dalam penelitian harus bersifat validitas dan reabilitas, alat ukur ini dapat berbentuk arahan dan bimbingan dengan pertanyaan: apakah alat ukur yang digunakan tersebut sudah dapat mengukur apa yang akan diukur, apakah alat ukur tersebut sudah mencakup semua atau sebagian fenomena yang akan diukur, apakah semua item yang ada didalam instrument tersebut sudah mampu dipahami oleh semua responden, apakah didalam item tersebut tidak ada istilah yang bias atau memiliki arti ganda.

3.6.1. Instrumen

(9)

3.6.2. Validitas Alat Ukur

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Tujuan dari Content Validity Index (CVI) adalah menilai relevansi dari masing-masing item terhadap apa yang akan di ukur oleh peneliti. Para ahli diberikan pertanyaan dan diminta pendapatnya tentang data demografi dan kuesioner kinerja perawat. Content Validity Index (CVI) adalah penilaian/beban maksimum melalui tenaga ahli dari tiap keterkaitan item. Tenaga ahli diminta untuk mengevaluasi item individu pada pengukuran yang baru seperti halnya keseluruhan instrumen. Dua hal yang penting dalam mengevaluasi adalah apakah item individu relevan dan sesuai dalam keterkaitan, dan apakah item yang diambil bersama-sama cukup mengukur semua dimensi yang dibangun (Polit & Beck, 2012).

(10)

Expert terdiri tiga orang lulusan S2 Administrasi Keperawatan. Expert menerima kuesioner kinerja perawat untuk dilakukan penilaian. Penilaian masing-masing instrumen terdiri dari empat kategori: kategori 1 relevance (relevan) terdiri dari: 1 = item tidak relevan, 2 = item perlu banyak revisi, 3 = item relevan tetapi perlu sedikit revisi, 4 = item sudah relevan. Kategori 2 clarity (kejelasan) terdiri dari: 1 = item tidak jelas, 2 = item perlu banyak revisi agar jelas, 3 = item jelas tetapi perlu sedikit revisi, dan 4 = item sudah jelas. Kategori 3 simplicity (kesederhanaan) terdiri dari 1= item tidak sederhana, 2 = item perlu banyak revisi agar sederhana, 3 = item sederhana tetapi perlu sedikit revisi, dan 4 = item sudah sederhana. Kategori 4 ambiguity (ambiguitas) terdiri dari: 1 = item sangat ambigu, 2 = item perlu beberapa revisi, 3 = tidak ambigu tetapi perlu sedikit revisi, dan 4 = item mempunyai makna yang jelas. Instrumen kinerja perawat terdiri dari 40 item meliputi kualitas, kuantitas, penggunaan waktu kerja dan kerjasama.

(11)

Berdasarkan penilaian ke 3 expert tersebut dapat disimpulkan bahwa para ahli memahami konsep kinerja perawat. Hasil yang didapatkan dari ketiga Expert diperoleh hasil CVI kuesioner kinerja perawat = 0,98 selanjutnya peneliti dapat melaksanakan pilot study.

3.6.3. Reliabilitas Alat Ukur

Koefisien reliabilitas adalah indikator yang penting dari suatu mutu instrumen. Pengukuran yang tidak dapat dipercaya bila tidak menyediakan tes yang cukup dari hipotesis peneliti. Jika data tidak benar terhadap konfirmasi dari prediksi, kemungkinan adalah instrumen tidak reliabel. Interpretasi untuk membandingan tingkatan kelompok, koefisien berkisar 0,70 pada umumnya adekuat, walaupun koefisien 0.80 atau yang lebih besar sangat diinginkan (Polit dan Beck, 2012).

Pilot study penelitian dilakukan pada sekelompok perawat. Menurut Polit dan Beck (2012) menyatakan pilot study dapat digunakan sebagai versi skala kecil atau uji coba dalam merancang untuk menguji metode yang digunakan dalam penelitian yang lebih luas dan lebih teliti. Pilot study berguna untuk mengetahui instrumen tersebut cukup handal atau tidak, komunikatif, dan dapat dipahami.

(12)

3.7. Metode Analisis Data

Metode analisa data yang dilakukan meliputi: 3.7.1 Pengolahan Data.

Data yang telah dikumpulkan melalui lembar isian penelitian akan diolah melalui empat tahapan yaitu: 1) Editing. Melakukan pemeriksaan terhadap

kelengkapan, kejelasan dan relevansi daftar isian kuesioner kinerja perawat, 2) Coding merupakan kegiatan pengkodean atau pengklarifikasian data.

Memberikan kode untuk masing-masing kelas data yang diperoleh dari sumber data yang telah diperiksa kelengkapannya, 3) Entry atau memasukkan data dari hasil instrumen penelitian kinerja perawat kedalam komputer melaui program komputer yaitu statistik, 4) Cleaning melakukan pemeriksaan kembali terhadap data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.

3.7.2 Analisis Data

(13)

3.8. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip dasar etik penelitian yang meliputi respect of person, beneficiency, Justice dan protection of human rights (Wood & Heber, 2014). Pertimbangan etik terkait penelitian ini dilakukan melalui perizinan dari komite etik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3.8.1 Menghormati Hak Orang Lain (Respect of Person)

Setiap individu atau orang lain memiliki hak untuk menentukan pengobatannya secara sendiri dan memiliki hak untuk ikut atau tidak ikut berpartisipasi untuk menjadi responden dalam penelitian (Wood & Heber, 2014). Responden memilik hak untuk memproleh informasi dan tujuan penelitian serta untuk ikut atau tidak ikut berpartisipasi dalam penelitian ini tanpa unsur paksaan. 3.8.2 Asas Manfaat (beneficiency)

(14)

3.8.3 Asas Keadilan (Justice)

Setiap manusia yang merupakan penelitian harus diperlakukan dengan adil (Wood & Heber, 2014). Saat penelitian berlangsung, peneliti berupaya untuk memahami perbedaan latar belakang setiap responden, sehingga peneliti dapat menghargai perbedaan tersebut, namun tetap berlaku adil dalam memperlakukan setiap responden sesuai dengan tujuan dan prosedur penelitian.

3.8.4 Asas Menghargai Hak Asasi Manusia

(15)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Singkat Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Royal Prima Medan merupakan salah satu rumah sakit swasta tipe B yang terbesar dan menjadi rumah sakit rujukan bagi masyarakat

khususnya Kota Medan dan masyarakat Sumatera Utara pada umumnya. Rumah Sakit Royal Prima Medan berada di Jalan Ayahanda No. 68 A Medan.

Visi Rumah Sakit Royal Prima adalah Menjadi Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan terbaik, standar kualitas tinggi serta memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga pasien, dengan misi 1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana/prasarana secara berkesinambungan, 2) Mengembangkan lingkungan kerja yang saling bersinergi, 3) Menciptakan lingkungan kerja yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan religious, 4) Meningkatkan sumber daya manusia sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mentaati kode etik profesi dan berpikir serta berperilaku terpuji, dan 5) Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien dan keluarga pasien untuk menjadikan Rumah Sakit Royal Prima Medan sebagai mitra terpercaya dan menguntungkan.

(16)

perawat di Rumah Sakit Royal Prima yaitu 350 orang sedangkan staf perawat khusus di ruang rawat inap adalah sebanyak 180 orang perawat. Penelitian dilakukan di ruang rawat inap lantai 9 dan lantai 10 dengan alasan karena kedua ruang rawat inap tersebut merupakan ruang perawatan kelas tiga dan masalah keperawatan pada klien sering ditemukan di kedua ruangan rawat inap tersebut. 4.2. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Ruang Rawat Inap di Rumah Sakit Royal Prima, berikut akan ditunjukkan karakteristik identitas perawat berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan masa kerja perawat dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(17)

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan hasil penelitian yaitu data demografi

perawat di rumah sakit Royal Prima didapatkan mayoritas responden berumur 21-35 tahun sebanyak 40 orang (62,50%). Hal ini menunjukkan bahwa pihak

(18)

4.3. Kinerja Perawat

4.3.1. Kinerja Perawat Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi Sebelum Pelatihan di Rumah Sakit Royal Prima Medan

Distribusi frekuensi dan persentase kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi sebelum pelatihan di Rumah Sakit Royal Prima Medan

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kinerja Perawat dalam Pemberian Asuhan Keperawatan pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi Sebelum Pelatihan di Rumah Sakit Royal Prima Medan (N=64)

Kinerja Perawat Kontrol Intervensi

n % n %

Kinerja rendah 15 46,87 13 40,63

Kinerja cukup 12 37,50 13 40,63

Kinerja tinggi 5 15,63 6 18,74

Total 32 100 32 100

Hasil penelitian pada tabel 4.2 menunjukkan kinerja perawat sebelum pelatihan ronde keperawatan pada kelompok kontrol yaitu mayoritas kinerja rendah sebanyak 15 orang (46,87%), kinerja cukup sebanyak 12 orang (37,50%) dan minoritas kinerja tinggi sebanyak 5 orang (15,63%) sedangkan kinerja perawat kelompok intervensi yaitu mayoritas kinerja rendah dan cukup sebanyak 13 orang (40,63%) dan minoritas kinerja tinggi sebanyak 6 orang (18,74%).

4.3.2. Kinerja Perawat Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan pada

Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi Sesudah Pelatihan di Rumah Sakit Royal Prima Medan

(19)

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kinerja Perawat dalam Pemberian Asuhan Keperawatan pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi Sesudah Pelatihan di Rumah Sakit Royal Prima Medan (N=64)

Kinerja Perawat

Hasil penelitian pada tabel 4.3 menunjukkan menunjukkan kinerja perawat sesudah pelatihan ronde keperawatan pada kelompok kontrol yaitu mayoritas kinerja cukup sebanyak 15 orang (46,87%), kinerja rendah sebanyak 13 orang (40,63%) dan kinerja tinggi sebanyak 4 orang (12,50%) sedangkan kinerja perawat kelompok intervensi yaitu mayoritas kinerja tinggi sebanyak 22 orang (68,75%), kinerja cukup sebanyak 9 orang (28,12%) dan minoritas kinerja rendah sebanyak 1 orang (3,13%).

4.3.3. Perbedaan Kinerja Perawat Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan Sebelum dan Sesudah Pelatihan pada Kelompok Kontrol

Hasil analisa data dengan menggunakan uji Paired t test yaitu untuk mengidentifikasi perbedaan kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan sebelum dan sesudah pelatihan pada kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel. Tabel 4.4 Perbedaan Kinerja Perawat Sebelum dan Sesudah Pelatihan

Ronde Keperawatan pada Kelompok Kontrol di Rumah Sakit Royal Prima Medan (n=32)

Kinerja Perawat n Mean SD Pvalue

(20)

Hasil penelitian pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa kinerja perawat sebelum dan sesudah penelitian ronde keperawatan pada kelompok kontrol didapat perbedaan nilai mean -1,96 dan nilai signifikansi pvalue=0,09 (p > 0,05) maka H0

4.3.4. Perbedaan Kinerja Perawat Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan Sebelum dan Sesudah Pelatihan pada Kelompok Intervensi

diterima yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perawat sebelum dan sesudah penelitian ronde keperawatan pada kelompok kontrol.

Hasil analisa data dengan menggunakan uji Paired t test yaitu untuk mengidentifikasi perbedaan kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan sebelum dan sesudah pelatihan pada kelompok intervensi dapat dilihat pada tabel. Tabel 4.5 Perbedaan Kinerja Perawat Sebelum dan Sesudah Pelatihan

Ronde Keperawatan pada Kelompok Intervensi di Rumah Sakit Royal Prima Medan (n=32)

Kinerja Perawat n Mean SD Pvalue

Sebelum pelatihan 32 90,84 22,21 0,00 Sesudah pelatihan 32 122,47 23,29

Hasil penelitian pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa kinerja perawat sebelum dan sesudah pelatihan ronde keperawatan pada kelompok intervensi didapat perbedaan nilai mean -31,62 dan nilai signifikansi pvalue=0,00 (p < 0,05) maka Ha diterima yaitu ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perawat

(21)

4.3.5. Perbedaan Kinerja Perawat Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan Sebelum Pelatihan pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi

Hasil analisa data dengan menggunakan uji Independent test yaitu untuk mengidentifikasi perbedaan kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan sebelum pelatihan pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi dapat dilihat pada tabel.

Tabel 4.6 Perbedaan Kinerja Perawat pada Kelompok Kontrol dan

Kelompok Intervensi Sebelum Pelatihan Ronde Keperawatan di Rumah Sakit Royal Prima Medan (N=64)

Kinerja Perawat n Mean Std. Deviation Pvalue

Kelompok kontrol 32 92,94 26,21

0,09 Kelompok intervensi 32 90,84 22,21

Hasil penelitian pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa kinerja perawat sebelum mendapatkan pelatihan ronde keperawatan pada kelompok kontrol didapat rata-rata nilai mean 92,94 sedangkan pada kelompok intervensi rata-rata nilai mean 90,84 sehingga diperoleh perbedaan nilai mean -1,96. Standar deviasi sebelum pelatihan pada kelompok kontrol 26,21 dan pada kelompok intervensi 22,21. Nilai signifikansi p value = 0,09 (p>0,05) maka H0 diterima yaitu tidak

(22)

4.3.6. Perbedaan Kinerja Perawat Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan Sesudah Pelatihan pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi

Hasil analisa data dengan menggunakan uji Independent test yaitu untuk mengidentifikasi perbedaan kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan sesudah pelatihan pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi dapat dilihat pada tabel.

Tabel 4.7 Perbedaan Kinerja Perawat pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi Sesudah Pelatihan Ronde Keperawatan di Rumah Sakit Royal Prima Medan (N=64)

Kinerja Perawat N Mean Std. Deviation Pvalue

Kelompok kontrol 32 94,91 26,18

0,00 Kelompok intervensi 32 122,47 23,28

Hasil penelitian pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa kinerja perawat setelah mendapatkan pelatihan ronde keperawatan pada kelompok kontrol didapat rata-rata nilai mean 94,91 sedangkan pada kelompok intervensi rata-rata nilai mean 122,47 sehingga diperoleh perbedaan nilai mean 27,56. Standar deviasi setelah pelatihan pada kelompok kontrol 26,18 dan pada kelompok intervensi 23,28. Nilai signifikansi p value = 0,00 (p< 0,05) maka Ha diterima yaitu ada

(23)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Kinerja Perawat Sebelum dan Sesudah Pelatihan Ronde Keperawatan pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi

Kinerja perawat kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan ronde keperawatan menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan perbedaan nilai mean -31,62 dan nilai (p=0.00 atau p<0.05). Hal ini menunjukkan ada perbedaan kinerja perawat sebelum dan sesudah intervensi diberikan sedangkan kelompok kontrol tidak ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah intervensi diberikan, hal ini dapat dibuktikan dengan perbedaan nilai mean -1,96 dan nilai (p=0.09 atau p>0.05).

(24)

Berdasarkan hasil penelitian bahwa perawat juga tidak teratur memeriksa kondisi pasien 46,87% yang menyatakan “kadang-kadang” dan perawat yang menyatakan “tidak pernah” melakukan 9,37% dengan alasan mereka sudah lelah sehingga terlewati satu tahap menilai kondisi pasien. Perawat dalam hal menegakkan diagnosa keperawatan dan perubahan perkembangan diagnosa keperawatan menyatakan “kadang-kadang” dilakukannya 53,12% dengan alasan keluhan utama pasien belum mencerminkan kondisi penyakitnya. Berdasarkan hasil respon perawat 53,12% menyatakan “kadang-kadang” melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga, dengan alasan perawat memiliki beban kerja yang berlebihan sehingga tidak mempunyai waktu untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga.

Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian Manurung (2012) di Rumah Sakit Umum Melati Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai yang menjelaskan bahwa kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan belum optimal untuk pengkajian dan evaluasi tindakan keperawatan. Hal yang sama juga disampaikan pada hasil penelitian Bangun (2012) di RSUD Pirngadi Medan yang menjabarkan bahwa kinerja perawat sebanyak 52,6% pada kategori kurang baik.

(25)

mengalami peningkatan karena pelatihan yang sudah dilakukan kepada responden sehingga berdampak pada kinerja perawat.

Menurut Simamora (2012), manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya program pelatihan terhadap perawat berdampak pada perbaikan atau peningkatan kinerja perawat yang menghasilkan tujuan efisiensi dan efektifitas pelayanan diantaranya meningkatkan kepuasan kerja perawat, mengurangi ketidakhadiran dan keluar masuknya karyawan, memperbaiki metode dan sistem kerja, menaikkan kesejahteraan penghasilan, mengurangi biaya lembur, mengurangi biaya pemeliharaan peralatan keperawatan, mengurangi keluhan perawat, mengurangi kecelakaan kerja, memperbaiki komunikasi, meningkatkan pengetahuan perawat, memperbaiki moral perawat dan menimbulkan kerjasama yang lebih baik.

(26)

Menurut Hasibuan (2003), umur dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental kemampuan kerja dan tanggung jawab karena bertambahnya usia seseorang maka semakin berkualitas kinerjanya dengan bertindak lebih hati-hati dan memiliki rasa tanggungjawab yang lebih tinggi dalam menjalankan tugasnya. Selain itu faktor pendidikan juga sangat berperan terhadap kinerja perawat, namun perawat pelaksana secara umum berpendidikan diploma, sehingga secara strata pendidikan sama, namun yang membedakan pengalaman kerja dan pelatihan yang pernah diikuti. Menurut Siagian (2000), yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan pengalaman yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan kualitas kepribadaian seseorang, dimana semakin tingginya tingkat pendidikan dan pelatihan yang sering di ikuti maka semakin besar keinginan untuk memanfaatkan pegetahuan dan keterampilan.

Hal ini sejalan dengan teori Gibson et al. (2003), kinerja pada dasarnya adalah yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh staf pelayanan. Kinerja mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi. Perbaikan kinerja baik untuk individu maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi baik secara kuantitas maupun kualitas.

(27)
(28)

5.2. Pengaruh Pelatihan Ronde Keperawatan Terhadap Kinerja Perawat Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Royal Prima Medan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kinerja perawat antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sesudah periode intervensi, hasil ini dapat dibuktikan dengan hasil uji statistik diperoleh perbedaan nilai mean 27,56 dan nilai (p=0.00<0.05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada kedua kelompok intervensi dan kontrol yang memiliki kriteria inklusi yang sama, namun terdapat perbedaan hasil setelah pelatihan ronde keperawatan.

(29)

Materi ronde keperawatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan konsep ronde keperawatan

Materi ronde keperawatan ini terdiri dari 1) pengertian ronde keperawatan, 2) tujuan ronde keperawatan, 3) manfaat ronde keperawatan, 4) mekanisme ronde

keperawatan dan 5) langkah-langkah ronde keperawatan.

Kelompok intervensi yang diberikan pelatihan ronde keperawatan selama satu bulan secara kontiniu menunjukkan peningkatan kinerja perawat yang signifikan dan menjawab hipotesis penelitian yaitu ada pengaruh pelatihan ronde keperawatan terhadap kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Hasil penelitian ini juga sangat didukung oleh minat dan kemampuan perawat, khususnya kelompok intervensi yaitu pada saat dilakukan intervensi, perawat sangat antusias dan memiliki kemauan yang kuat serta motivasi yang tinggi untuk terus mengikuti pelatihan ronde keperawatan dengan harapan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam pemberian asuhan keperawatan.

(30)

administrasi dan kebijakan, beban kerja, kondisi lingkungan dan interaksi antar manusia (atasan, kolega, bawahan).

Peningkatan profesionalisme perawat ini juga tidak terlepas dari berbagai faktor, yaitu salah satunya adalah motivasi. Adanya motivasi tersebut diharapkan perawat akan lebih semangat dan bergairah dalam melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan prosedur dan tanggung jawab serta memiliki disiplin yang tinggi.

(31)

Ronde keperawatan merupakan suatu proses interaksi antara perawat dengan pasien dan perawat dengan perawat atau tim kesehatan lainnya. Hal ini sejalan dengan konsep King’s yang digunakan sebagai landasan teori pada penelitian ini. Teori King’s dikenal dengan “Interacting Systems Framework and Theory of Goal Attainment” yaitu adanya interaksi antara perawat dan pasien pada pelaksanaan asuhan keperawatan. Hubungan interaksi antara perawat dan pasien membawa pada pencapaian tujuan. Konsep King’s menjabarkan untuk meningkatkan pemberian pelayanan keperawatan perlu ada komunikasi yang baik dan interaksi antara perawat dengan klien atau keluarga, perawat dengan tim pelayanan keperawatan dan kesehatan. Ronde keperawatan di dalamnya terjadi interaksi dan komunikasi antara sesama perawat dan dengan pasien. Proses interaksi ini menimbulkan peningkatan kerja bagi perawat. Hariandja (2002) menyatakan bahwa dengan komunikasi yang baik akan memudahkan kerjasama tim serta dapat mewujudkan suasana kerja yang nyaman, kondusif dan meningkatkan kinerja dalam bekerja.

(32)

Pelatihan ronde keperawatan yang dilakukan oleh peneliti telah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat terhadap asuhan keperawatan terlebih lagi telah memberikan dampak pada produktivitas dan kepuasan kerja perawat sehingga kinerja perawat semakin baik. Selain itu juga kinerja perawat meningkat karena proses ronde keperawatan mampu membuat perawat merasa di anggap penting, berharga dan dibutuhkan dalam pekerjaannya. Perawat merasa memperoleh penghargaan yang adil, mendapat pengaruh yang positif dari rekan kerja, peningkatan prestasi dan pengembangan kemampuan diri, otonomi dan tanggungjawab serta tercipta hubungan yang baik antara kepala ruangan dan sesama teman kerja.

Hal ini sesuai dengan pendapat Billimoria et al. (2006) menyebutkan bahwa hubungan dengan rekan dan dukungan dari atasan akan meningkatkan kinerja perawat. Selain itu juga menurut Seo et al. (2004) menemukan bahwa dukungan seorang manajer memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja karena hubungan baik dengan manajer merupakan hal yang penting serta mendapatkan evaluasi positif dari kinerjanya.

(33)

Pelatihan yang telah diikuti oleh perawat dapat meningkatkan prestasi kerja, begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Dai (2008) tentang hubungan antara pelatihan terhadap kinerja perawat, menyatakan ada hubungan yang signifikan antara pelatihan dengan kinerja dengan interprestasi bahwa pelatihan yang diberikan sangat menambah ilmu pengetahuan sehingga dapat meningkatkan kinerja. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan ronde keperawatan berpengaruh dalam peningkatan kinerja perawat.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Maliya dan Susilaningsih (2012) menunjukkan bahwa ada peningkatan kinerja staf keperawatan setelah dilakukan pelatihan ronde keperawatan. Selain itu, penelitian Aristyawati, Gunahariati dan Lestari (2015) melaporkan bahwa dampak tidak dilaksanakan ronde keperawatan dapat menurunkan produktivitas kerja serta menurunkan komunikasi teraupetik perawat dengan tenaga kesehatan dan komunikasi perawat dengan pasien sehingga motivasi perawat dalam bekerja menurun secara perlahan.

(34)

Pendidikan dan pelatihan berpengaruh terhadap kinerja perawat dan merupakan salah satu bagian terpenting dalam pengembangan staf (Marquis & Huston, 2013). Pelatihan yang diikuti perawat diharapkan dapat meningkatkan kemampuan seorang perawat baik dalam pengetahuan, keterampilan maupun sikap (Notoatmodjo, 2009). Perawat yang mengikuti pelatihan dapat meningkatkan kinerjanya dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien. Perawat dengan kemampuan yang baik akan dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan maksimal, karena kemampuan tersebut merupakan kapasitas yang dimiliki yang memungkinkan orang tersebut untuk melakukan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Kemampuan tersebut mencakup pemahaman tentang tugas yang menjadi tanggung jawabnya, menguasai bidang tugasnya dengan baik, mampu mengambil keputusan dalam keadaan darurat, kemampuan dalam menjalin hubungan yang harmonis dengan pasien, sesama perawat maupun atasannya dan juga kemampuan dalam menganalisis masalah serta pemecahan

masalah sesuai dengan program pelatihan yang telah didapatkan. Pendapat ini didukung oleh Bernadin (2007) yang menyatakan bahwa pelatihan

adalah upaya untuk mengembangkan kinerja staf dalam pekerjaan atau yang berhubungan dengan pekerjaannya.

(35)
(36)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa intervensi atau pelatihan ronde keperawatan telah memberikan implikasi terhadap peningkatan kemampuan perawat baik dari aspek pengetahuan maupun keterampilan perawat dalam pemberian asuhan keperawatan sehingga intervensi atau pelatihan ronde keperawatan telah menunjukkan kinerja perawat yang semakin baik dalam pemberian asuhan keperawatan.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan diatas peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Pihak Manajemen Rumah Sakit Royal Prima Medan untuk menjadikan ronde keperawatan sebagai salah satu aspek monitoring evaluasi dalam upaya peningkatan kinerja perawat.

2. Pihak Rumah Sakit Royal Prima Medan agar melakukan berbagai pelatihan-pelatihan untuk menambah pengetahuan dan keterampilan perawat sehingga kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan semakin optimal.

Gambar

Tabel 4.1   Distribusi Frekuensi Data Demografi Perawat di Rumah Sakit
Tabel 4.2   Distribusi Frekuensi Kinerja Perawat dalam Pemberian Asuhan
Tabel 4.3   Distribusi Frekuensi Kinerja Perawat dalam Pemberian Asuhan Keperawatan pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi Sesudah Pelatihan di Rumah Sakit Royal Prima Medan (N=64)

Referensi

Dokumen terkait

Ukuran partikel abu vulkanik yang dibuat dalam dua jenis yaitu abu vulkanik yang lolos ayakan 100 mesh (&lt; 0,15 mm) dan abu vulkanik mikro ( ± 5,6 µ m) cukup mempengaruhi

b. Dengan menggunakan jangka, lukislah dua buah lingkaran kongruen dengan titik pusat A dan B serta berjari-jari sama dengan tali busur AB.. Tentukan titik potong dari kedua

Tropical Soils with Variable Charge Clays.. Concept of

Dalam hal tersebut, perusahaan perlu meningkatkan pengenalan pada benak konsumen akan citra merek hijau ( green brand image ), label hijau (eco-label ), dan kualitas yang

Penelitian telah dilakukan di Teluk Hurun Lampung Selatan, Lampung, dengan metode survai dengan tujuan mengetahui tingkat efisiensi pemanfaatan energi cahaya

Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme aerobik untuk menguraikan hampir semua zat organik yang terlarut maupun yang tersuspensi di dalam air..

Hal ini sesuai dengan penelitian Simarta, Astiti dan Budisetyani (2014) Perusahaan yang memberikan fasilitas seperti dana pensiun, jaminan asuransi kesehatan dan

Hasil penelitian ini juga menunjukkan kepercayaan terhadap pihak Ride Inc dalam melakukan transaksi dan kondisi perasaan yang nyaman yang dipersepsi secara responsif