BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Paradigma
Guba dan Lincoln mendefinisikan paradigma sebagai serangkaian
keyakinan-keyakinan dasar (basic beliefs) atau metafisika yang berhubungan
dengan prinsip-prinsip pokok.Paradigma ini menggambarkan suatu pandangan
dunia (world view) yang menentukan bagi pengamat sifat dari ‘dunia’ sebagai
tempat individu dan kemungkinan hubungan dengan dunia tersebut beserta
bagian-bagiannya (Hermawan, 2011:4). Keyakinan-keyakinan ini bersifat dasar
dalam pengertian harus diterima secara sederhana semata-mata berdasarkan
kepercayaan saja disebabkan tidak ada suatu cara untuk menentukan suatu
kebenaran akhir.
Paradigma adalah basis kepercayaan atau metafisika utama dari sistem
berpikir: basis dari ontologi, epistemologi, dan metodelogi. Paradigma dalam
pandangan fllosofis, memuat pandangan awal yang membedakan, memperjelas,
dan mempertajam orientasi berpikir seseorang. Dengan demikian paradigma
membawa konsekuensi praktis berperilaku, cara berpikir, interpretasi dan
kebijakan dalam pemilihan terhadap masalah (Salim, 2006:96).
Paradigma ini sendiri ternyata bervariasi. Guba dan Lincoln (1994)
menyebutkan empat macam paradigma, yaitu positivisme, post positivisme,
konstruktivisme dan kritis.
Dalam penelitian ini, paradigma yang digunakan adalah paradigma
konstruktivis.Menurut Ardianto dan Q-Anees (2007), paradigma konstruktivis
memandang bahwa semesta secara epistemologi sebagai hasil kontruksi
sosial.Pengetahuan manusia adalah konstruksi yang dibangun dari proses kognitif
dengan interaksinya dengan dunia objek material. Pengalaman manusia terdiri
dari interpretasi bermakna terhadap kenyataan dan bukan reproduksi
terorganisasi dan bermakna.Keberagaman pola konseptual atau kognitif
merupakan hasil dari lingkungan historis, cultural, dan personal yang digali secara
terus-menerus. Bagi kaum konstruktivisis, semesta adalah suatu konstruksi,
artinya bahwa semesta bukan dimengerti sebagai semesta yang otonom, akan
tetapi dikonstruksi secara sosial, dan karenanya plural.
Konsekuensinya, kaum konstruktivis menganggap bahwa tidak ada makna
yang mandiri, tidak ada deskripsi yang murni objektif. Kita tidak dapat secara
transparan melihat ‘apa yang ada di sana’ atau ‘yang ada di sini’ tanpa termediasi
oleh teori, kerangka konseptual atau bahasa yang disepakati secara sosial. Semesta
yang ada di hadapan kita bukan sesuatu yang ditemukan, melainkan selalu
termediasi oleh paradigma, kerangka konseptual, dan bahasa yang
dipakai.Masalah kebenaran dalam konteks kontruktivis bukan lagi permasalahan
fondasi atau representasi, melainkan masalah kesepakatan pada komunitas
tertentu.
Lebih lanjut, dikatakan bahwa realitas memiliki karakter yang bersifat
pluralistik dan plastis atau fleksibel. Bersifat pluralistik dalam artian dapat
diekspresikan melalui berbagai simbol serta sistem bahasa, sedangkan bersifat
plastis atau fleksibel dalam artian realistis dibentuk dan dikembangkan untuk
memenuhi keinginan atau harapan yang sengaja dilakukan manusia.
2.2 Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan acuan atau landasan berpikir peneliti dengan
basis pada bahan pustaka yang membahas tentang teori atau hasil penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dijalankan. Pencarian dan
penelusuran kepustakaan atau literatur yang berhubungan dengan masalah
penelitian sangat diperlukan.Penelitian tidak dilakukan di ruang kosong dan tidak
pula dapat dikerjakan dengan baik, tanpa basis teoritis yang jelas. Penelitian
kekinian sesungguhnya menelusuri atau meneruskan peta jalan yang telah dirintis
oleh peneliti terdahulu (Iskandar, 2009:100). Dengan adanya kajian teori, maka
peneliti akan mempunyai landasan untuk menentukan tujuan dan arah penelitian.
2.2.1 Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses, suatu kegiatan yang berlangsung kontinu.
Joseph A. Devito mengemukakan komunikasi adalah transaksi. Dengan transaksi
dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses di mana
komponenkomponennya saling terkait, dan bahwa komunikatornya beraksi dan
bereaksi sebagai suatu kesatuan dan keseluruhan (Effendy, 2003:5). Menurut Carl
I Hovland (Mulyana,2002:62) menyebutkan bahwa komunikasi adalah proses
yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan
(biasanya lambang-lambang verbal untuk mengubah prilaku orang lain
(komunikan). Sedangkan Louis Forsdale (Muhammad, 2007: 2) menyatakan,
“communication is the process by which a system is established, maintianed, and
altered by means of shared signals that operate according to rules”. Komunikasi
adalah suatu proses memberikan signal menurut aturan tertentu, sehingga dengan
cara ini suatu sistem dapat didirikan, dipelihara dan diubah. Menurut Harold
Lasswell (Effendy, 2003: 253), komunikasi meliputi 5 (lima) unsur yaitu:
1. Komunikator (source, sender)
2. Pesan (message)
3. Saluran (channel, media)
4. Komunikan (communicate, receiver,recipent)
5. Efek (effect, impact, influence)
Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk
atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada
gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam (Cangara, 2005: 19).
Dalam pengertian paradigmatis, komunikasi memiliki tujuan tertentu, ada yang
dilakukan secara lisan, secara tatap muka atau melalui media, baik media massa
maupun media lainnya. Komunikasi dalam pradigmatis bersifat intensional,
mengandung tujuan, dan dilakukan dengan perencanaan. Dari beberapa pengertian
komunikasi yang telah diucapkan oleh para ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa
komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain
untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik
Komunikasi dengan mempergunakan bahasa adalah bersifat umum dan
universal.Kata “komunikasi” mencakup makna mengerti, berbicara, mendengar
dan membalas tindakan. Bila sifat itu dilihat dari fungsinya, maka bahasa
mempunyai fungsi sebagai berikut (Keraf dalam Sobur, 2004: 303):
1. Untuk tujuan praktis, Pada dasarnya fungsi bahasa bagi manusia adalah
untuk saling berinteraksi dan berkomunikasi.
2. Untuk tujuan artistik, Maksudnya adalah beberapa orang mengolah
bahasa menjadi sebuah karya seni yang indah seperti syair, puisi, gambar, lukisan,
musik, dan lain sebagainya.
3. Untuk tujuan filosofis maksudnya adalah agar manusia dapat
mengetahui latar belakang sejarah, perkembangan bahasa dari zaman ke zaman,
mengetahui kebudayaan dan adat istiadat, serta dapat mempelajari naskah-naskah
kuno.
4. Untuk menjadi kunci dalam mempelajari pengetahuan-pengetahuan
lainnya. Setiap pengetahuan harus dipelajari terlebih dahulu.Agar kita dapat
memahami pengetahuan-pengetahuan tersebut, diperlukanlah bahasa sebagai
petunjuk dalam mempelajarinya.
2.2.2 Komunikasi Massa
Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses penggunaan sebuah
media massa untuk mengirim pesan kepada audiens yang luas untuk tujuan
memberi informasi menghibur atau membujuk. Menurut Tan dan Wright,
komunikasi massa merupakan komunikasi yang menggunakan saluran (media)
dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara missal, berjumlah
banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan
menimbulkan efek tertentu (Ardianto, 2004: 3)
Massa dalam media massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang
berkaitan dengan media massa. Dengan kata lain massa yang dalam sikap dan
perilakunya berkaitan dengan peran media massa seperti televisi atau koran, maka
Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh Gerbner.
Gerbner mengemukakan bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk
berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan
kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap,
misalnya harian, mingguan, atau bulanan (Ardianto, 2004:4)
Sekian banyak definisi komunikasi massa yang telah dikemukakan oleh
para ahli, Rakhmat merangkum definisi tersebut yaitu komunikasi yang ditujukan
kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonym melalui media
cetak atauelektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan
sesaat (Ardianto, 2004: 7).
Komunikasi massa memiliki beberapa karakteristik (Ardianto dan
Erdinaya, 2004: 7), yaitu:
1. Komunikator terlembagakan Dalam komunikasi massa, komunikator
disini bukan hanya melibatkan satu indvidu ke satu individu saja, melainkan juga
ke individu-individu lain yang terlibat di dalamnya. Karena komunikasi massa
merupakan suatu lembaga/ organisasi yang melibatkan banyak orang di dalamnya.
2. Pesan bersifat umum Maksudnya adalah dalam komunikasi massa,
pesannya tidak hanya di tujukan secara khusus ke satu atau beberapa individu
saja. Karena komunikasi massa melibatkan orang banyak dan bersifat terbuka
maka pesan yang ingin disampaikan pun harus bersifat khusus.
3. Komunikannya anonim dan heterogen Karena sifatnya yang terbuka,
maka komunikan dalam komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen.
Komunikator dan komunikan tidak saling mengenal satu sama lain karena
cakupannya yang luas dan tersebar diberbagai wilayah serta terdiri dari berbagai
macam latar belakang yang berbeda.
4. Media massa menimbulkan keserampakkan Menimbulkan
keserampakkan maksudnya adalah komunikan dapat menerima pesan secara
pada waktu yang bersamaan. Pesan dalam satu media massa biasanya juga ada
kesamaan dengan pesan yang ada pada media massa yang lain.
5. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan Setiap komunikasi
melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus, tetapi komunikasi massa lebih
mengutamakan unsur isinya. Pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan
sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan
digunakan.
6. Komunikasi massa bersifat satu arah Maksudnya adalah karena
komunikasi massa menggunakan media massa, sehingga tidak menciptakan
keterlibatan secara langsung ataupun tatap muka antara si komunikator maupun
komunikan seperti yang terjadi pada komunikasi antarpribadi. Komunikator aktif
menyampaikan pesan dan komunikanpun aktif menerima pesan.
7. Stimulasi alat indra “terbatas” Dalam komunikasi massa, stimulasi alat
indra bergantung pada jenis media massa. Misalnya saja pada radio, khalayak
hanya bisa mendengarkan suara mereka saja, sedangkan jika menggunakan media
cetak, komunikan hanya bisa menerima pesan melalui indra penglihatannya saja.
8. Umpan balik tertunda (Delayed) Karena jarak yang terpisah antara
komunikator dan komunikan, maka feedback yang akan di terima jadi tertunda.
Dalam komunikasi massa komunikator tidak bisa langsung menerima feedback
dari komunikan seperti yang terjadi pada komunikasi antarpribadi.
Komunikasi massa diharapkan dapat memberikan efek kepada
penerimanya. Schramm dalam bukunya “How Communication Works”
menggolongkan efek komunikasi masa ke dalam efek yang bersifat khusus dan
efek-efek yang bersifat umum seperti yang dijelaskan dibawah ini (Wiryanto,
2000: 15):
1. Efek umum Efek umum menyangkut efek yang paling mendasar yang
diharapkan dapat terjadi akibat pesan-pesan yang disiarkan melalui media massa.
Schramm mengemukakan, komunikasi massa mempunyai efek yang
fungsi komunikasi sosial. Secara umum atau luas, komunikasi melalui media
massa telah menciptakan suatu jaringan pengertian, yang tanpa itu tidak mungkin
tercipta masyarakat yang besar dan modern. Komunikasi massa mempunyai
pengaruh yang besar terhadap modernisasi. Efek modernisasi merupakan efek
dasar yang terjadi dari hari ke hari secara terus menerus.Efek ini tidak bisa
dirasakan secara langsung melalui panca indera, tetapi khalayak bisa merasakan
perubahan yang terjadi. Media massa semakin lama akan menimbulkan
perubahanperubahan yang signifikasi pada masyarakat,
2. Efek khusus Efek khusus yang dimaksud disini terutama menyangkut
suatu ramalan tentang efek yang diperkirakan akan timbul pada individu-individu
dalam suatu mass audience pada perilaku mereka dalam menerima pesan-pesan
media massa. Schramm menyatakan “kita tidak dapat meramalkan efek pada
perorangan”.Lembaga komunikasi memang mengembangkan encoding secara
kelompok, tetapi setelah dikomunikasikan yang terjadi adalah decoding secara
perorangan. Pengetahuan tentang efek komunikasi massa menurut Schramm
berkisar pada interaksi antara pesan, situasi, kepribadian dan kelompok.
Komunikasi massa menurut Dominick (dalam Ardianto dan Erdinaya,
2004: 15) memiliki beberapa fungsi bagi masyarakat, seperti:
1. Fungsi Surveillance (Pengawasan) Fungsi pengawasan dalam
komuniksi massa dibagi dalam dua bentuk utama, yaitu: (1) Warning or beware
surveillance (pengawasan peringatan; (2) Instrumental surveillance (pengawasan
instrumental). Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa
menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung berapi,
kondisi yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan
militer.Sebuah media massa, baik cetak maupun elektronik akan menampilkan
berita yang isinya mengenai peringatanperingatan yang diharapkan agar
masyarakat dapat waspada pada bahaya yang akan mengancam. Sedangkan fungsi
pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang
memiiki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari.
Media massa akan menginformasikan berita seputar produk-produk baru, mode,
2. Fungsi Interpretation (Penafsiran) Fungsi penafsiran hampir mirip
dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data,
tetapi juga memberikan penafsiran mengenai kejadian-kejadian penting. Misalnya,
pada rubrik tajuk rencana (editorial) surat kabar. Penafsiran ini berbentuk
komentar dan opini yang ditujukan kepada khalayak pembaca, serta dilengkapi
perspektif (sudut pandang) terhadap berita yang disajikan pada halaman
lainnya.Tujuan media menyajikan penafsiran ini untuk mengajak para konsumen
media memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi
antarpersona atau komunikasi kelompok.
3. Fungsi Linkage (Pertalian) Media massa dapat menyatukan anggota
masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan
kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. Misalnya dalam program
pencarian bakat yang marak diadakan di televisi. Masing-masing peserta memiliki
penggemar yang mulanya tidak saling mengenal tapi lama kelamaan akan menjadi
suatu hubungan yang sangat erat antara individu-individu yang memiliki
kesamaan idola tersebut.
4. Transmission of Values (Penyebaran Nilai-Nilai) Fungsi penyebaran
nilai ini tidak tampak secara langsung. Fungsi ini juga disebut sosialisasi.
Sosialisasi mengacu pada cara dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai
dalam kelompok. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka
bertindak dan apa yang diharapkan mereka. Dengan kata lain, media mewakili
kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya. Misalnya,
remaja meniru perilaku berpacaran dari menonton film ataupun sinema yang
mengisahkan tentang romantisme orang berpacaran.
5. Fungsi Entertainment (Hiburan) Pada kenyataannya hampir semua
media massa menjalankan fungsi hiburan. Seperti televisi dan radio yang
mengutamakan sajian hiburan, hampir tiga perempat bentuk siaran televisi setiap
harinya merupakan tayangan hiburan.Melalui berbagai macam program acara
yang ditayangkan televisi, khalayak dapat memperoleh hiburan yang
Seperti yang telah disebutkan diatas, entertainment (hiburan) termasuk
kedalam fungsi media massa. Dalam hal ini, musik dapat dimasukkan
dalam suatu bentuk komunikasi massa karena memiliki beberapa unsur,
karakteristik dan fungsi yang sama dengan komunikasi massa. Fungsi musik
disini adalah untuk menghibur para pendengar maupun penikmat musik dengan
suaranya maupun dengan video klip nya.
Musik, dalam hal ini lirik lagu pada dasarnya adalah pesan yang nantinya
akan disampaikan pada khalayak melalui media tertentu seperti televisi atau radio
untuk menyebarkan informasi dan memberi kesenangan atau hiburan, bahkan
mengkonstruksi pikiran khalayak. Musik merupakan salah satu bentuk
komunikasi massa, karakter keduanya ada kesamaan, yaitu pesannya bersifat
linier dimana hubungan komunikasinya searah dari komunikator pada
komunikannya, dalam hal ini penyanyi dianggap sebagai komunikator yang
menyampaikan pesan secara searah pada pendengarnya (komunikan).
2.2.3 Youtube
YouTube merupakan situs video yang menyediakan berbagai informasi
berupa ‘gambar bergerak’ dan bisa diandalkan.Situs ini memang disediakan bagi
mereka yang ingin melakukan pencarian informasi video dan menontonnya
langsung. Kita juga bisa berpartisipasi mengunggah (meng – upload) video ke
server YouTube dan membaginya ke seluruh dunia (Baskoro, 2009:58).
YouTube diprakarsai oleh tiga orang mantan pegawai perusahaan Paypal
yaitu Chad Hurley, Steve Chen, dan Jawed Karim. Hurley merupakan alumnus
design di University Indiana Pennsylvania, sedangkan Chen dan Karim alumnus
ilmu komputer di University Illinois Urbana-Champaign. Nama domain
‘YouTube.com’ sendiri diaktifkan pada 15 Februari 2005, dan pada bulan-bulan
berikutnya YouTube mulai dibangun. Mereka mempublikasikan preview dari
website tersebut pada Mei 2005, atau 6 bulan sebelum launching secara resmi
(http://www.youtube.com/t/about).
Setelah didirikan, YouTube mendapat suntikan modal pertamanya dari
April 2006. Dengan tambahan modal yang besar, YouTube berkembang dengan
cepat. Juli 2006, ada lebih dari 65.000 video baru yang di – upload setiap hari di
YouTube, danada100 juta video yang dilihat per harinya.
Dengan format berkas (file) FLV (Flash Video) yang efisien dan ada di
mana-mana sebagai standar pengodean film yang di – upload oleh para user,
membuat YouTube mudah diakses oleh masyarakat secara instan di internet.
Sebagai tambahan, dengan teknologi yang memungkinkan, YouTube
menginspirasi masyarakat untuk menonton video melalui web dengan fitur
jaringan sosial Web-2,0; seperti komentar, grup, halaman beranda untuk anggota,
langganan, dan ide lainnya yang berbasis komunitas yang dipopulerkan melalui
website seperti MySpace, Facebook, dan lain-lain (Yogapratama, 2009:1-2).
Dengan perkembangan yang sangat pesat, YouTube sukses menarik minat
Google.inc.Oktober 2006 Google.inc sukses mengakuisisi YouTube dengan nilai
transaksi $1, 65 miliar. Saat ini, menurut penyedia data market internet
‘ComScore’, YouTube merupakan penyedia video online terbesar di AS dengan
market share 43% dan lebih dari 6 milliar video dilihat di bulan Januari 2009
(http://www.comscore.com).
Tingginya jumlah penonton dan video di YouTube, wajar jika YouTube
menjadi bagian dalam budaya internet.Kebebasan setiap orang menikmati
komputer pribadi mereka tanpa intervensi dari pemerintah mampu menyajikan
berita dari sudut pandang yang lebih variatif. Dengan adanya situs YouTube,
maka aktor-aktor yang dianggap berperan dalam komunikasi global seperti
perusahaan-perusahaan penyiaran baik itu dalam surat kabar, radio, ataupun
televisi seakan berkurang peranannya. Semua orang dapat menyiarkan kabar di
YouTube. Bahkan, ada beberapa berita yang hanya disiarkan lewat YouTube
dikarenakan bebasnya orang untuk meng – upload video mereka sendiri. Karena
tujuan utama YouTube adalah sebagai tempat bagi setiap orang (tidak peduli
tingkat keahliannya) untuk meng – upload dan membagikan pengalaman
Penggunaan situs YouTube terbilang cukup mudah, bahkan bagi pengguna
yang bukan anggota. Ketika sampai di situs YouTube, Anda akan disambut oleh
halaman beranda YouTube. Halaman beranda adalah gerbang utama ke dalam
dunia YouTube, dan halaman ini berisikan video-video yang sedang dilihat saat
ini, video-video yang dipromosikan, dan video berfitur, bersamaan dengan sebuah
seleksi link-link tambahan, elemen-elemen navigasi, dan iklan-iklan bagus yang
jumlahnya relatif sedikit.
Daftar video yang sedang ditonton saat ini adalah seleksi video yang
diputar yang (seperti judulnya) sedang dilihat oleh para pengguna YouTube yang
lain. Fitur ini dapat diaplikasikan pada pengguna yang telah memiliki sebuah fitur
Active Sharing yang merupakan fasilitas dalam keanggotaan mereka.Daftar video
yang sedang dipromosikan berisi video-video yang (sepertinya) telah dipilih
berdasarkan kerjasama (partnership) dengan YouTube.Daftar video berfitur
berisikan video-video yang diseleksi oleh pekerja YouTube atau oleh penyunting
tamu.
Jika Anda menurunkan skrol halaman, Anda mungkin memerhatikan
kategori-kategori klip dan link lain yang didaftar di kolom kanan, seperti What’s
New, Popular Videos For Mobile Devices, dan sebagainya. Ini, tentu saja,
mewakili iterasi situs YouTube saat ini, yang akan berubah-ubah sepanjang
waktu. Bagaimanapun ide dasarnya tetap utuh – menyediakan link-link cepat
dalam halaman beranda sampai isian berfitur dan item-item lainnya yang ingin
dipromosikan oleh YouTube dan induk perusahaannya Google (termasuk
periklanan dan fitur-fitur baru situs).
Sepanjang halaman atas adalah empat tab besar besar untuk
menavigasikan situs YouTube. Tab-tab tersebut adalah bagian dari navigasi
YouTube yang tetap, karena tak peduli halaman mana yang Anda lihat, Anda
memiliki akses langsung ke set link yang sama. Dalam urutan, dari kiri ke kanan,
tab-tab ini dilabeli ,Videos, Categories, Channels, dan Community. Di kanan jauh
2.2.4 Komunikasi Verbal
Verbal adalah pernyataan lisan antarmanusia lewat kata-kata dan simbol
umum yang sudah disepakati antar individu, kelompok, bangsa dan negara. Jadi,
komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata secara lisan
dan sadar yang dilakukan oleh manusia untuk berhubungan dengan manusia lain
(Fajar, 2009: 110).
Dasar dalam komunikasi verbal adalah interaksi antar manusia.
Komunikasi verbal menjadi salah satu cara bagi manusia untuk berkomunikasi
secara lisan atau bertatapan langsung dengan manusia lain, sebagai sarana utama
untuk menyatukan pikiran, perasaan dan maksud kita. Bahasa verbal
menggunakan kata-kata yang mempresentasikan berbagai aspek realitas individual
manusia. Komponen-komponen dalam komunikasi verbal adalah suara, kata-kata,
berbicara dan bahasa ( Fajar, 2009: 110).
Menurut Deddy Mulyana, “simbol atau pesan verbal adalah semua
jenisyang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai
sistem kode verbal” bahasa dapat didefinisikan sebagai perangkat simbol, dengan
aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan
dipahami suatu komunitas (Mulyana, 2008: 340).Komunikasi verbal adalah
komunikasi yang menggunakan kata-kata, entahlisan maupun tulisan.Komunikasi
ini paling banyak dipakai dalam hubungan antarmanusia.Melalui kata-kata,
mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan, atau maksud
mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya, saling
bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar.Dalam
komunikasi verbal itu bahasa memegang peranan penting (Hardjana, 2003:
22).Komunikasi verbal selalu berhubungan dengan pesan verbal. Pesan-pesan
verbal merupakan tema yang dibicarakan bersama oleh peserta
komunikasi.Penyampaian pesan oleh seorang komunikator membutuhkan :
pengetahuan tentang bentuk-bentuk pesan verbal, masyarakat sasaran (Liliweri,
1. Struktur Pesan : ditujukan oleh pola penyimpulan (tersirat atau tersurat),
pola urutan argumentasi (mana yang lebih dahulu, argumentasi yang disenangi
atau tidak disenangi), pola obyektifitas (satu atau dua sisi).
2. Gaya Pesan : menunjukkan variasi linguistic dalam penyampaian pesan
(perulangan dan mudah dimengerti).
3. Appeals Pesan : mengacu pada motif-motif psikologis yang dikandung
pesan rasional-emosional).
2.2.5 Bahasa dan Lirik Lagu
Bahasa dan Lirik Lagu menurut Ensiklopedia Indonesia, bahasa berarti
alat untuk melukiskan suatu pikiran, perasaan atau pengalaman, alat ini terdiri dari
kata-kata.Sedangkan menurut Wibowo, dalam wacana linguistik, bahasa diartikan
sebagai suatu simbol bunyi bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap),
yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh
sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pemikiran (Sobur, 2004:
274). Dalam arti luas, bahasa dapat ditafsirkan sebagai suatu penukaran
(komunikasi) tanda-tanda (dan berlaku baik bagi bahasa dalam arti sempit: bahasa
kata-kata, maupun mengenai semua tanda lainnya). Ilmu yang mempelajari
komunikasi melalui tanda-tanda disebut dengan semiotika (Sobur, 2004: 275).
Sebagian besar manusia di dunia menghabiskan waktunya dengan
bahasa.Semua pekerjaan yang dilakukan pasti melibatkan penggunaan bahasa di
dalamnya.Itu sebabnya Ariel Heryanto (dalam Sobur, 2004: 272) mengibaratkan,
selain tidur dan mengunyah makanan, hidup ini tak lepas dari bahasa. Bahkan
dalam tidurpun ada orang yang berbicara, misalnya saja bermimpi sedang
berbincang dengan orang lain. Maka dari itu bahasa bisa dikategorikan sebagai
alat penggerak di berbagai aspek.Pada wacana linguistik bahasa menurut Wibowo
dapat diartikan sebagai simbol bunyi bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh
alat ucap), yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat
berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran
(Sobur, 2004: 274). Secara arti luas, bahasa dapat ditafsirkan sebagai suatu
sempit: bahasa katakata, maupun mengenai semua tanda lainnya). Ilmu yang
mempelajari komunikasi lewat tanda-tanda itulah yang disebut semiotika (Sobur,
2004: 276).Jadi, bahasa merupakan suatu tanda atau simbol yang dapat
menghasilkan makna dalam bentuk kata-kata atau ucapan. Ada dua cara untuk
mendefinisikan bahasa menurut Rahmat (Sobur, 2004: 276), yaitu bahasa
fungsional dan formal. Definisi fungsional melihat bahasa dari segi fungsinya,
sehingga bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk
mengungkapkan gagasan.Sedangkan definisi formal menyatakan bahasa sebagai
semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tata
bahasa.
Fungsi bahasa adalah untuk berkomunikasi.Manusia menggunakan bahasa
untuk saling berhubungan dan berinteraksi.Hal tersebutlah yang dapat
membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya yang ada di dunia.Maka
dari itu, fungsi utama bahasa bagi manusia adalah fungsi komunikatif.Sejumlah
ahli bahasa telah menaruh perhatian besar terhadap fungsi bahasa ini.Halliday
(dalam Sobur, 2004: 301) menjelaskan ada tujuh fungsi bahasa, yaitu.
1. Fungsi instrumental
Fungsi ini berguna untuk melayani pengelolaan lingkungan atau
menyebabkan peristiwa-peristiwa tertentu terjadi.
2. Fungsi regulasi
Fungsi regulasi bertindak untuk mengawasi serta mengendalikan dan
mengatur orang lain dalam berbagai peristiwa.
3. Fungsi pemerian
Fungsi pemerian digunakan untuk membuat pernyataan-pernyataan,
menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan atau melaporkan
sesuatu. Dengan kata lain, bahasa digunakan untuk realitas yang sebenarnya,
seperti yang dilihat oleh seseorang.
4. Fungsi interaksi
Fungsi interaksi bertugas untuk menjamin kelangsungan komunikasi dan
secukupnya mengenai logat (slang), logat khusus (jargon), lelucon, cerita rakyat,
adat istiadat dan budaya setempat, tata krama dalam pergaulan, dan sebagainya.
5. Fungsi personal
Fungsii personal berfungsi untuk memberi kesempatan pada seorang
komunikator untuk mengekspresikan perasaan, emosi pribadi, serta
reaksi-reaksinya yang mendalam. Kepribadian seseorang biasanya diamati dengan
penggunaan fungssi personal bahasanya dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Kesadaran, perasaan, dan budaya turut sama-sama berinteraksi dengan cara yang
beraneka ragam.
6. Fungsi heuristik
Fungsi ini melibatkan penggunaan bahasa untuk memperoleh ilmu
pengetahuan dan mempelajari seluk-beluk lingkungan.Fungsi heuristik ini
seringkali disampaikan dalam bentuk-bentuk pertanyaan yang menuntut
jawaban.Secara khusus, anak-anak memanfaatkan penggunaan fungsi heuristik ini
dalam bentuk pertanyaan “mengapa?” yang tidak putusputusnya mengenai dunia
sekeliling alam sekitar mereka. Penyelidikan, rasa ingin tahu, merupakan suatu
metode heuristik untuk memperoleh jawaban mengenai suatu kebenaran dari
orang lain.
7. Fungsi imajinatif
Dalam fungsi ini, bahasa melayani penciptaan sistem-sistem atau
gagasangagasan yang bersifat imajinatif.Mengisahkan cerita-cerita dongeng,
membacakan lelucon, atau menulis novel, merupakan penggunaan fungsi
imajinatif bahasa.
Ketujuh fungsi bahasa tersebut saling mengisi, saling menunjang satu
sama lain, bukan saling membedakan (Brown dalam Sobur, 2004: 302). Bahasa
berfungsi sebagai lem perekat dalam menyatupadukan keluarga, masyarakat dan
bahasa dalam kegiatan sosialisasi.
Dari semua poin-poin di atas, hakikat terpenting dari bahasa adalah,
bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang diciptakan oleh manusia
berlangsung secara efektif dan tepat guna. Bahasa dalam pemakaiannya bersifat
bidimensional.Disebut demikian, karena keberadaan makna selain ditentukan oleh
kehadiran dan hubungan antarlambang kebahasaan itu sendiri, juga ditentukan
oleh pemeran serta konteks sosial dan situasional yang melatarinya.Dihubungkan
dengan fungsi yang dimiliki, bahasa memiliki fungsi eksternal juga fungsi
internal.Oleh sebab itu selain dapat digunakan untuk menyampaikan informasi
dan menciptakan komunikasi, juga untuk mengolah informasi dan dialog
antar-diri senantar-diri.Kajian bahasa sebagai suatu kode dalam pemakaian berfokus pada
karakteristik hubungan antara bentuk, lambang atau kata satu dengan kata lainnya,
hubungan antar bentuk kebahasaan dengan dunia luar yang diacunya, dan
hubungan antara kode dengan pemakainya (Sartini, 2009: 7).
Lirik lagu adalah sebuah proses komunikasi, karena terdapat informasi
atau pesan yang terkandung dalam simbol lirik lagu yang diciptakan oleh
penciptanya. Agar komunikan dapat mengerti pesan yang ingin disampaikan
komunikator, maka dalam lirik lagu tersebut digunakan bahasa dengan makna
sebenarnya.Dalam hal ini bahasa yang digunakan adalah bahasa verbal yang bisa
berupa kata-kata dalam teks lirik lagu yang merupakan suatu bentuk komunikasi
verbal.
2.2.6 Semiotika
Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani yaitu semeion
yang berarti ‘tanda’. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas
dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili
sesuatu yang lain. Tanda bermakna sesuatu hal yang menunjuk adanya hal lain
(Bungin, 2009: 164).
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji
tanda.Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha
mencari jalan di dunia, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama
manusia.Barthers menyebutkan bahwa semiotika merupakan suatu ilmu dan
metode analisis untuk mengkaji tanda.Semiotika pada dasarnya hendak
Memakai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, tetapi juga
mengkonfirmasi sistem terstruktur dari tanda (Sobur, 2004b:15).
“Semiotika menaruh perhatian apa pun yang dapat dinyatakan sebagai tanda. Sebuah tanda adalah semua hal yang dapat diambil sebagai penanda yang mempunyai arti penting untuk menggantikan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain tersebut tidak perlu harus ada, atau tanda itu secara nyata ada di suatu tempat pada suatu waktu tertentu. Dengan begitu, semiotika pada prinsipnya adalah sebuah disiplin yang mempelajari apa pun yang bisa digunakan untuk mengatakan sesuatu kebohonganm sebaliknya, tidak bisa digunakan untuk mengatakan kebenaran” (Berger, 2000: 11-12)
Fiske (dalam Bungin, 2006: 67) mengatakan bahwa semiotika mempunyai
tiga bidang studi utama yaitu:
a) Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang
berbeda, cara tanda-tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan
makna,dan cara-cara tanda itu terkait dengan manusia yang
menggunakannya. Tanda adalah konstruksi manusiadan hanya bisa
dipahami dalam artian manusia yang menggunakannya.
b) Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup
cara berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu
masyarakat atau budaya atau untuk mengeksploitasi saluran
komunikasi yang tersedia untuk mentransmisikannya.
c) Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Ini pada gilirannya
bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk
keberadaan dan bentuknya sendiri.
Di lain pihak, menurut Littlejohn (2009: 55-56) semiotika dapat dibagi ke
dalam tiga dimensi kajian, yaitu semantik, sintaktik, dan pragmatik. Adapun
penjabarannya yaitu:
1. Semantik, berkenaan dengan makna dan konsep. Dalam hal ini
membahas bagaimana tanda memiliki hubungan dengan referennya,
adalah bahwa representasi selalu diperantara atau dimediasi oleh
kesadaran interpretasi seorang individu dan setiap interpretasi atau
makna dari suatu tanda akan berubah dari suatu situasi ke situasi
lainnya (Morrisan, 2009:29).
2. Sintaktik, berkenaan dengan keterpaduan dan keseragaman, studi ini
mempelajari mengenai hubungan antara tanda. Tanda dilihat sebagai
bagian dari sistem tanda yang lebih besar atau kelompok yang
diorginisir melalui cara tertentu. Sistem tanda seperti ini biasa disebut
dengan kode. Menurut pandangan semiotika, tanda selalu dipahami
dalam hubungan dengan tanda lainnya (Morrisan, 2009: 30).
3. Pragmatik, berkenaan dengan teknis dan praktis. Aspek ini
mempelajari bagaimana tanda menghasilkan perbedaan dalam
kehidupan manusia dengan kata lain adalah studi yang mempelajari
penggunaan tanda sertaefek yang dihasilkan tanda. Berkaitan pula
dengan mempelajari bagaimana pemahaman atau kesalahpahaman
terjadi dalam berkomunikasi (Morrisan, 2009:30).
Ada dua pendekatan penting terhadap tanda-tanda yang biasa menjadi
rujukan para ahli (Berger, 2000: 11-12). Pertama, adalah pendekatan yang
didasarkan pada pandangan Ferdinand de Saussure (1857-1913) yang mengatakan
bahwa tanda-tanda disusun dari dua elemen, yaitu aspek citra tentang bunyi
(semacam kata atau representasi visual) dan sebuah konsep dimana citra bunyi
disandarkan (Sobur, 2004a;31)
Analisis semiotik biasanya diterapkan pada citra atau teks visual.Metode
ini melibatkan pernyataan dalam kata-kata tentang bagaimana citra bekerja,
dengan mengaitkan mereka pada struktur ideologis yang mengorganisasi makna
(Stokes, 2006: 78).
Memahami semiotika tentu tidak bisa lepas dari pengaruh peran dua orang
penting ini yaitu Charles Sanders Pierce (1839-1914) dan Ferdinand De Saussure
(1857-1913).Keduanya meletakkan dasar-dasar bagi kajian semiotika. Kedua
tokoh tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak
Serikat.Latar belakang keilmuan Saussure adalah linguistik sedangkan Peirce
adalah filsafat. Saussure menyebut ilmu yang dikembangkannya semiologi
(semiology) (Tinarbuko, 2008: 11).Teori dari Pierce seringkali disebut sebagai
“grand theory” dalam semiotika, karena gagasan Pierce bersifat menyeluruh,
deskripsi struktural dari sistem penandaan. Sebuah tanda atau representamen
menurut Charles S Pierce adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu
yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas (Wibowo, 2011: 13).
Dalam konsep semiotika Pierce, Pierce membagi tanda atas ikon (icon),
indeks (index) dan simbol (symbol). Ikon adalah tanda yang hubungan antara
penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah atau bersifat
kemiripan, indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah
antara tanda dan petanda yang bersifat kausal, sementara simbol adalah tanda
yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya dan
hubungan diantaranya bersifat arbiter atau semena (Sobur, 2004: 41).
Kategori tipe tanda menurut Pierce digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kategori Tipe Tanda dari Pierce
Ikon
Indeks Simbol
Sumber dari Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana, 2010) hal: 168
Pierce mendefinisikan semiotika sebagai suatu hubungan antara tanda,
objek, dan makna (Morrisan, 2009: 28). Dalam kajian komunikasi, pusat perhatian
semiotika adalah menggali makna-makna tersembunyi di balik penggunaan
simbol-simbol yang lantas dianalogikan sebagai teks atau bahasa.
2.2.6.1 Semiotika Dalam Musik
Sistem tanda musik adalah oditif.Tanda oditif maksudnya adalah
dalam musik.Artinya bahwa untuk memahami makna dalam musik, maka analisis
semiotika mesti dilakukan terhadap tanda-tanda oditif dalam musik (Sobur, 2004:
144).Dengan memahaminya, kita mungkin dapat memahami kedalaman makna
musik dan ekspresi perasaan yang mendalam yang disampaikan melalui musik.
Ada tiga kemungkinan cara dalam melalukan analisis semiotika pada
musik yang dikemukakan oleh Aart Van Zoest (1993) (dalam Sobur 2004: 144).
Pertama, untuk menganggap unsur-unsur struktur musik sebagai ikonis bagi
gejala-gejala neurofisiologis pendengar. Dengan demikian, irama musik dapat
dihubungkan dengan ritme biologis yang secara tidak langsung menyentuh saraf
pendengar.Kedua, untuk menganggap gejala-gejala struktural dalam musik
sebagai ikonis bagi gejala-gejala struktural dunia penghayatan yang
dikenal.Ketiga, untuk mencari denotatum musik ke arah isi tanggapan dan
perasaan yang dimunculkan musik lewat indeksikal.Pada saat melakukan analisis,
penulis menggunakan kemungkinan yang ketiga karena penulis ingin mencari
makna denotatum serta konotasi yang ada pada lirik lagu tersebut.
Ferdinand Saussure juga mengkaji tentang tanda. Menurut pandangan
Saussure (Kriyantono, 2010: 269) tanda merupakan unsur yang memiliki dua
bagian tanda, yaitu:
1. Signifier, yaitu bunyi atau coretan yang bermakna, yaitu aspek material dari
bahasa yang dikatakan dan didengar atau apa yang ditulis atau dibaca.
2. Signified, yaitu konsep dari bunyi-bunyian dan gambar.
Ketika berkomunikasi seseorang menggunakan tanda untuk mengirim
makna tentang objek dan orang lain yang akan menginterpretasikan tanda
tersebut. Syaratnya adalah komunikator dan komunikan harus mempunyai bahasa
atau sistem yang sama mengenai sistem tanda. Tanda (sign) adalah sesuatu yang
berbentuk fisik yang dapat dilihat dan di dengar yang biasanya merujuk kepada
sebuah objek atau aspek dari realitas yang ingin dikomunikasikan.Objek tersebut
Kajian semiotik menurut Saussure lebih mengarah pada penguraian sistem
tanda yang berkaitan dengan linguistik, sedangkan Peirce lebih menekankan pada
logika dan filosofi dari tanda-tanda yang ada di masyarakat (Kriyantono, 2010:
266).Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis semiotika dari Roland
Barthes dengan signifikasi dua tahap.
2.2.6.2. Semiotika Roland Barthes
Roland Barthes (1915-1980) melontarkan konsep denotasi dan konotasi
sebagai kunci dari analisisnya.Dalam studinya, Barthes menekankan pentingnya
peran pembaca tanda (the readers). Konotasi yang walaupun merupakan sifat asli
tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi (Sobur, 2004b:63)
Dalam teorinya, Rolan Barthes masih memperlihatkan secara jelas teori
penanda dan petanda (signifier-signified) dari De Sausurre. Tapi melalui
Hjemslev, Barthes menggunakan istilah expression (bentuk ekspresi untuk
signifier) dan content (isi untuk signified) (Hoed, 2003: 19). Dalam hal ini
teorinya bertumpu pada relasi (R) antara ekspresi (E) dan content (C) sehingga ia
mengemukakan model E-R-C (Noth, 1995: 310)
Model Dinamika Struktur Barthes
Dalam kasus ini, tanda primer adalah semiotik konotatif. Perpanjangan
sistem tanda tingkat pertama juga muncul bersama tambahan ekspresi baru.Inilah
kasus dalam tanda-tanda metalinguistik, dimana sistem primer merupakan
denotasi dan sistem sekunder terdiri dari metabahasa (metalanguange). Pada
sistem tanda tingkat kedua, konotasi mengambil tanda primer sebagai ekspresinya,
Selain itu, Barthes juga melihat makna yang lebih dalam tingkatnya, akan
tetapi lebih bersifat konvensional, yaitu makna yang berkaitan dengan mitos.
Mitos dalam pemahaman semitoika Barthes adalah pengkodean makna dan
nilai-nilai sosial (yang sebetulnya arbitrer atau konotatif) sebagai sesuatu yang
dianggap alamiah.
Gambar Peta Tanda Roland Barthes
(Sumber: Cobley dan Jansz dalam Sobur, 2004b:69)
Dari peta tanda Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotative (3) terdiri
dari penanda (1) dan petanda (2), namun bersamaan pula dengan tanda denotatif
menjadi penanda konotatif (4). Tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna
tambahan tapi mengandung kedua bagian tanda denotative yang melandasi
keberadaannya.
Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang
disebut sebagai ‘mitos’ dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan
pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlau dalam suatu periode tertentu
(Budiman, 2003: 28). Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda,
petanda, dan tanda.Namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh
suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain, mitos
adalah juga suatu sistem pemaknaan tataran kedua.Barthes menempatkan
ideologi dengan mitos karena baik di dalam mitos maupun ideologi, hubungan
antara penanda konotatif antara penanda konotatif dan petanda konotatif terjadi
secara termotivasi (Budiman, 2003: 28). 2. Signified
(Petanda) 1. Signifier
(Penanda)
3. Denotative Sign (Tanda Denotatif)
5. Connotative Signified
(Petanda Konotatif) 4. Connotative Signifier
(Penanda Konotatif)
Adapun lima kode yang ditinjau Barthes (Lechte dalam Sobur,
2004b:65-66) adalah:
1. Kode hermeneutik, yaitu kode teka-teki berkisar pada harapan pembaca
untuk mendapatkan ‘kebenaran’ bagi pertanyaan yang muncul dalam teks.
2. Kode semik atau kode konotatif, yaitu kode yang banyak menawarkan
banyak sisi. Dalam dikatakan bahwa jika sejumlah konotasi melakat pada
suatu nama tertentu, kita dapat mengenali suatu tokoh dengan atribut
tertentu.
3. Kode simbolik, yaitu aspek pengkodean fiksi yang paling khas bersifat
struktural.
4. Kode proaretik atau kode tindakan, yaitu sebagai pelengkapan utama
teks yang dibaca orang, dan semua teks tersebut bersifat naratif.
5. Kode gnomic atau kode kultural, yaitu acuan teks ke benda-benda yang
sudah diketahui dan dikodifikasi oleh budaya.
Di samping penanda teks (leksia) dan lima kode pembacaan yang telah
dijabarkan di atas, beberapa konsep penting dalam analisis semiotika Roland
Barthes adalah:
1. Penanda dan Petanda
Menurut Saussure, bahasa merupakan sebuah sistem tanda, dan setiap
tanda itu tersusun dari dua bagian, yaitu penanda (signifier) dan petanda
(signified). Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan
sebuah idea tau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda adalah ‘bunyi yang
bermakna’ atau ‘coretan yang bermakna’. Jadi, penanda adalah aspek material
dari bahasa: apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca.
Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Sausurre menggambarkan
Gambar 3.Elemen-Elemen Makna Sausurre
Sign
Composed Of
Signifaction
Signifier Signified
External Reality Of Meaning
Sumber: Sobur, Alex. (2004). Analisis Teks Medis. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Pada dasarnya apa yang disebut signifier dan signified tersebut adalah
produk kultural. Setiap tanda kebahasaan, menurut Sausurre, pada dasarnya
menyatukan sebuah konsep (concept) dan suatu citra suara (sound image), bukan
menyatakan sesuatu dengan sebuah nama. Suara yang muncul dari sebuah kata
yang diucapkan merupakan penanda (signifier) sedangkan konsepnya adalah
pertanda (signified). Dua unsur ini tidak bisa dipisahkan sama sekali. Pemisahan
hanya akan menghancurkan ‘kata’ tersebut.
2. Denotasi dan Konotasi
Denotasi biasanya dimengerti sebagai makna harfiah, makna yang
‘sesungguhnya’, bahkan kadang kala juga dirancukan dengan referensi atau acuan.
Proses signifikasi yang secara tradisional disebut sebagai denotasi ini biasanya
mengacu kepada penggunaan bahasa dengan arti sesuai dengan apa yang terucap
(Sobur, 2004a:70)
Denotasi adalah hubungan yang digunakan di dalam tingkat pertama pada
sebuah kata yang secara bebas memegang peranan penting di dalam
ujaran.Denotasi bersifat langsung, dapat dikatakan sebagai makna khusus yang
terdapat dalam sebuah tanda, sehingga sering disebut sebagai gambaran sebuah
Makna denotatif suatu kata ialah makna yang biasa kita temukan dalam
kamus.Makna konotatif ialah makna denotatif ditambah dengan segala gambaran,
ingatan, dan perasaan yang ditimbulkan oleh kata itu. Kata konotasi itu sendiri
berasal dari bahasa Latin yaitu connotare, yang berarti ‘menjadi tanda’ dan
mengarah kepada makna-makna kultural yang terpisah atau berbeda dengan kata
(dan bentuk-bentuk lain dari komunikasi)
Denotasi adalah hubungan yang digunakan di dalam tingkat pertama
dalam sebuah kata yang secara bebas memegang peranan penting di dalam
ujaran.Makna denotasi bersifat langsung, yaitu makna khusus yang terdapat dalam
sebuah tanda, dan pada intinya dapat disebut sebagai gambaran sebuah petanda
(Berger, 2000: 55).
Sedangkan konotasi (connotation, evertone, evocatory) diartikan sebagai
aspek makna sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas perasaan atau
pikiran yang timbul atau ditimbulkan pada pembicara (penulis) dan pendengar
(pembaca). Dengan kata lain, makna konotatif merupakan makna leksikal + X
(Sobur, 2004a: 263)
Di dalam semiologi Roland Barthes dan para pengikutnya, denotasi
merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan
tingkat kedua.Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasikan dengan
ketetutupan makna dan, dengan demikian, sensor atau represi politis.Sebagai
reakksi yang paling ekstrem adalah melawan keharfiahan denotasi yang bersifat
opresif, Barthes mencoba menyingkirkan dan menolaknya.Baginya, yang ada
hanyalah konotasi semata-mata. Penolakan ini mungkin terasa berlebihan, namun
ia tetap berguna sebagai sebuah koreksi atas kepercayaan bahwa makna ‘harfiah’
merupakan sesuatu yang bersifat alamiah (Budiman dalam Sobur, 2004b:71).
3. Mitos
Pada umumnya mitos adalah suatu sikap lari dari kenyataan dan mencari
‘perlindungan dalam dunia khayal’. Sebaliknya dalam dunia politik, mitos kerap
dijadikan alat untuk menyembunyikan maksud-maksud yang sebenarnya, yaitu
yang bersangkutan dengan ‘melegalisasikan’ sikap dan jalan anti-sosial. Tujuan
dari suatu mitos politik adalah selalu kekuasaan dalam negara, karena dianggap
bahwa tanpa kekuasaan keadaan tidak dapat diubahnya.Demikianlah mitos mudah
menjadi ‘alat kekuasaan’ yang sukar dibuktikan kebenarannya selama tujuan
mitos belum menjadi kenyataan, maka apa yang dijanjikan oleh mitos masih saja
dapat diproyeksikan ke masa ‘lebih ke depan’ lagi (Sobur, 2004b: 223-224).
Mitos (mythes) adalah suatu jenis tuturan (a type of speech), sesuatu yang
hampir mirip dengan sesuatu yang hampir mirip dengan ‘representasi kolektif’ di
dalam sosiologi Durkheim.Mitos adalah sistem komunikasi, sebab ia
membawakan pesan. Maka, mitos bukanlah objek. Mitos bukan pula konsep atau
suatu gagasan, melainkan suatu cara signfikasi suatu bentuk. Lebih jauhnya lagi,
mitos tidak ditentukan oleh objek ataupun suatu gagasan, melainkan cara mitos
disampaikan. Mitos tidak hanya berupa pesan yang disampaikan dengan bentuk
verbal (kata-kata lisan ataupun tulisan), namun juga dalam berbagai bentuk lain
atau campuran antara bentuk verbal dan nonverbal. Misalnya dalam bentuk film,
lukisan fotografi, iklan, dan komik (Sobur, 2004b:224).
2.2.7 Representasi
Representasi berarti menggunakan bahasa untuk menyatakan sesuatu
secara bermakna atau mempresentasikan kepada orang lain. Representasi dapat
berwujud kata, gambar, sekuen, cerita dan sebagainya yang mewakili ide, emosi,
fakta dan sebagainya.Representasi bergantung pada tanda dan citra yang sudah
ada dan dipahami secara kultural, dalam pembelajaran bahasa dan penandaan
yang bermacam-macam atau sistem tekstual secara timbal balik.Representasi
merupakan hubungan antara konsep-konsep dan bahasa yang menunjuk pada
dunia yang sesungguhnya dari suatu objek, realitas atau pada dunia imajiner
tentang obyek fiktif, manusia atau peristiwa (Hermawan, 2011: 234).
David Croteau dan William Hoynes (dalam Wibowo, 2011:123)
menyatakan bahwa representasi merupakan hasil dari suatu proses penyeleksian
yang menggarisbawahi hal-hal tertentu dan hal lain diabaikan. Dalam representasi
mengalami proses seleksi. Mana yang sesuai dengan kepentingan dan pencapaian
tujuan komunikasi, ideologinya itu yang digunakan sementara tanda-tanda lain
diabaikan.
Stuart Hall memetakan sistem representasi ke dalam dua bagian utama,
yakni mental representasi dan bahasa. Mental representasi menandai keniscayaan
subyektif alias pengakuan makna yang bergantung kemampuan individu:
masing-masing orang memiliki perbedaan dalam mengorganisasikan dan
mengklasifikasikan konsep-konsep sekaligus menetapkan hubungan di antara
semua itu. Konsep ini masih ada dalam pikiran masing-masing individu tersebut,
representasi mental masih merupakan sesuatu yang abstrak.Sedangkan bahasa
menjadi bagian sistem representasi karena pertukaran makna tidak mungkin
terjadi ketika tidak ada akses terhadap bahasa bersama. Istilah umum yang sering
kali digunakan untuk kata, suara, atau kesan yang membawa makna adalah tanda
(Hermawan, 2011: 234).
Representasi adalah konsep yang digunakan dalam proses sosial
pemaknaan sistem penandaan yang tersedia: dialog, tulisan, video, film, fotografi
dan seterusnya. Secara singkat, representasi adalah produksi makna melalui
bahasa.Lewat bahasa (simbol-simbol dan tanda tertulis, lisan atau gambar) itulah
seseorang dapat mengungkapkan pikiran konsep dan ide.Istilah representasi itu
sendiri menunjuk pada bagaimana seseorang, satu kelompok, gagasan atau
pendapat tertentu ditampilkan dalam produk media.
Penggambaran yang tampil bisa jadi adalah penggambaran yang buruk dan
cenderung memarjinalkan seseorang atau kelompok tertentu.Kedua,
bagaimanakah representasi itu ditampilkan, hal tersebut bisa diketahui melalui
penggunaan kata, kalimat dan aksentuasi (Eriyanto, 2001: 113).“Representasi juga
seharusnya tidak dilihat sebagai refleksi dari realita tetapi lebih kepada konstruksi
sosial yang diproduksi dalam konteks kekuatan sosial yang dapat mempengaruhi
para individu dalam kehidupan sehari-hari mereka entah dengan mereka sadari
atau tidak” (Williams, 2003: 136).Konsep representasi sendiri bisa berubah-ubah,
selalu ada pemaknaan baru.Representasi berubah-ubah akibat makna yang juga
representasi bukanlah suatu kegiatan atau proses statis tapi merupakan proses
dinamis yang terus berkembang seiring dengan kemampuan intelektual dan
kebutuhan para pengguna tanda yaitu manusia sendiri yang juga terus bergerak
dan berubah.Representasi merupakan suatu proses usaha konstruksi.Karena
pandangan-pandangan baru yang menghasilkan pemaknaan baru, juga merupakan
hasil pertumbuhan konstruksi pemikiran manusia,melalui representasi makna
diproduksi dan dikonstruksi.Ini menjadi proses penandaan, praktik yang membuat
suatu hal bermakna sesuatu.
2.2.8 Feminimisme
Menurut Fakih (2004), perempuan merupakan manusia yang memiliki alat
reproduksi seperti rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi telur,
memiliki vagina, dan mempunyai alat menyusui. Sedangkan konsep lainnya
seperti konsep gender menyatakan bahwa perempuan adalah manusia yang
memiliki sifat lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan.
Perempuan merupakan mitra laki-laki yang diciptakan dengan
kemampuan-kemampuan mental yang setara.Kaum perempuan memiliki hak
penuh untuk berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas kaum laki-laki, dalam detail
yang sekecil-kecilnya.Kaum perempuan juga memiliki hak atas kemerdekaan dan
kebebasan yang seperti yang dimiliki oleh kaum laki-laki.Kaum perempuan
berhak untuk memperoleh tempat tertinggi dalam ruang aktivitas yang dia
lakukan, sebagaimana kaum laki-laki dalam ruang aktivitasnya.
Perempuan tidak bisa lepas dari feminisme. Menurut etimologinya,
Feminisme berasal dari kata latin yaitu femina yang diterjemahkan dalam bahasa
inggris sebagai femine berarti memiliki sifat sifat sebagai perempuan yang
kemudian ditambah kata “isme” yang dapat diartikan sebagai paham. Oleh sebab
itu menurut Mustaqim, gerakan feminisme dapat diartikan sebagai kesadaran
terhadap adanya diskriminasi, ketidakadilan dan subordinasi perempuan,
dilanjutkan dengan upaya untuk mengubah keadaan tersebut menuju ke sebuah
sistem masyarakat yang lebih adil (Karolus, 2013:4).Feminisme menurut Goefe
dan perempuan di bidang politik, ekonomi dan sosial; atau kegiatan terorganisasi
yang memperjuangkan hak-hak serta kepentingan perempuan.
Feminisme sebagai gerakan pada mulanya berangkat dari asumsi bahwa
kaum perempuan pada dasarnya ditindas dan dieksploitasi, serta usaha untuk
mengakhiri penindasan dan eksploitasi tersebut.Teori-teori feminis sama tuanya
dengan tradisi barat tentang dunia sosial. menurut Evans, pada abad ke-14, para
penulis perempuan mempertanyakan tentang tempat mereka di dunia sosial dan
menentang ide-ide yang berlaku dan dominan saat itu tentang peran dan sifat
perempuan yang berhubungan dengan feminitas. Kebangkitan feminisme juga
muncul lewat tulisan karya Wollstonecraft yang berjudul A Vindication of the
Rights of Woman yang diterbitkan tahun 1792 dimana inti dari pemikiran
Wollstonecraft hampir sama dengan Marx bahwa posisi perempuan dalam
masyarakat harus dipikirkan dalam pengertian masyarakat itu sebagai satu
keseluruhan yang utuh (Karolus, 2013:30-31).
Bagi para feminis, konsep yang paling tepat untuk menjelaskan
penindasan terhadap perempuan adalah konsep patriarki yaitu suatu sistem
dominasi laki-laki.Meskipun banyak feminis yang tidak setuju dengan asal usul
dan karakteristik patriarki tetapi banyak juga yang menyatakan bahwa penyebab
utama semua penindasan terhadap perempuan adalah sistem patriarki.
Teori-teori feminis sama tuanya dengan tradisi barat tentang dunia sosial.
menurut Evans, pada abad ke-14, para penulis perempuan mempertanyakan
tentang tempat mereka di dunia sosial dan menentang ide-ide yang berlaku dan
dominan saat itu tentang peran dan sifat perempuan yang berhubungan dengan
feminitas. Kebangkitan feminisme juga muncul lewat tulisan karya Wollstonecraft
yang berjudul A Vindication of the Rights of Woman yang diterbitkan tahun 1792
dimana inti dari pemikiran Wollstonecraft hampir sama dengan Marx bahwa
posisi perempuan dalam masyarakat harus dipikirkan dalam pengertian
masyarakat itu sebagai satu keseluruhan yang utuh (Karolus, 2013:30-31).
Dalam gerakan feminisme ini, banyak para ahli yang menjadi pelopor
terbentuknya aliran-aliran feminisme yang telah sampai sekarang masih
digunakan.
1. Feminisme Liberal
Dalam aliran feminisme liberal ini, penyebab daripada penindasan wanita
adalah dikenal sebagai kurangnya kesempatan yang ada untuk mendapatkan
pendidikan secara individual maupun kelompok.Aliran ini berusaha
memperjuangkan agar perempuan mencapai persamaan hak-hak legal secara
sosial maupun politik.Artinya bahwa aliran ini menolak segala bentuk
diskriminasi terhadap perempuan dan diharapkan mampu membawa kesetaraan
bagi perempuan.
2. Feminisme Radikal
Di dalam beberapa perspektif feminisme radikal digambarkan bahwa
wanita di tindas oleh sistem-sistem sosial patriarkis yakni penindasan-penindasan
yang paling mendasar.Menurut Jagger dan Rothanberg, para teoritisi feminis
radikal menunjukkan sifat-sifat mendasar penindasan wanita lebih besar daripada
bentuk-bentuk penindasan lain (ras, kelas) dalam berbagai hal (Ollenburger &
Moore, 2002:27).
3. Feminisme Marxisme
Kelompok aliran ini bertolak belakang dengan feminisme radikal dimana
aliran ini menolak adanya pernyataan bahwa biologi sebagai dasar pembedaan
gender.Bagi mereka penindasan terhadap perempuan adalah bagian dari
penindasan kelas dalam hubungan produksi. Bagi penganut aliran ini, mereka
tidak menganggap patriarki ataupun kaum laki-laki sebagai permasalahan, akan
tetapi kapitalisme yang sesungguhnya merupakan penyebab masalahnya.
4. Feminisme Sosialis
Bagi feminisme sosialis penindasan terjadi di kelas mana pun bahkan
ini kaum aliran ini bertolak belakang terhadap visi Marxis klasik yang
menyatakan bahwa eksploitasi ekonomi sebagai dasar penindasan gender.
5. Feminisme Psikoanalis dan Gender
Berbeda dengan aliran feminisme yang sebelumnya, feminisme
psikoanalisis dan gender mengklaim bahwa akar opresi terhadap perempuan
sesungguhnya tertanan dalam psike seorang perempuan, terutama dalam cara pikir
perempuan. Bagi aliran ini, mereka percaya bahwa penjelasan fundamental atas
cara bertindak perempuan berakar dalam psike perempuan terutama cara berpikir
perempuan.
6. Feminisme Posmodern
Feminis yang mengklasifikasikan dirinya dalam feminisme posmodern,
seringkali menemukan kesulitan untuk menjelaskan bagaimana mereka dapat
menjadi seorang posmodern.Feminis posmodern memandang curiga setiap
pemikiran feminis yang berusaha memberikan suatu penjelasan tertentu, mengenai
penyebab opresi terhadap perempuan.
7. Feminisme Multikultural dan Global
Feminisme Multikultural dan Global berbagi kesamaan dalam cara
pandang mereka terhadap diri yaitu terpecah (fragmented) atau terbagi. Meskipun
demikian, bagi aliran ini keterpecahan ini lebih bersifat budaya, rasial, dan etnik
daripada seksual, psikologis dan sastrawi.Kedua aliran ini menafikan
“chauvinisme perempuan” yaitu kecenderungan dari segelintir perempuan yang
diuntungkan karena ras atau kelas mereka.
8. Ekofeminisme
Ekofeminisme merupakan gerakan yang berusaha menunjukkan hubungan
antara semua bentuk opresi manusia, tetapi juga memfokuskan pada usaha
manusia untuk mendominasi dunia bukan manusia ataupun alam.Karena
perempuan secara kultural dikaitkan dengan alam, ekofeminisme berpendapat ada
2.3 Model Teoritik
BAB III
Lirik lagu ‘Cewek B Aja’ oleh Kemal Palevi
Analisis Semiotika Roland Barthes