BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu studi analitik dengan rancangan potong
lintang (cross sectional).
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2016 hingga bulan April 2016,
di SMF IKKK Divisi IMS RSUP. H. Adam Malik Medan dan Klinik IMS Veteran
Medan. Pemeriksaan kadar limfosit T CD4+, limfosit T CD8+ dilakukan di laboratorium Patologi Klinik RSUP H. Adam Malik Medan.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi target
Pasien yang menderita kondiloma akuminata di RSUP. H. Adam Malik
Medan dan Klinik IMS Veteran Medan.
3.3.2. Populasi terjangkau
Pasien-pasien yang menderita kondiloma akuminata yang berobat ke Divisi
IMS SMF IKKK RSUP. H. Adam Malik Medan dan Klinik IMS Veteran
Medan sejak Januari 2016 sampai April 2016.
3.3.3. Sampel
Seluruh populasi terjangkau yang bersedia ikut penelitian.
3.4. Besar Sampel
Z = deviat baku betha. utk = 0,10 maka nilai baku normalnya 1,282
0
P = proporsi KA 0,1757 (17,57 %) (sumber)
a
P = perkiraan proporsi KA yang diteliti sebesar = 0,4257
a P
P0 = beda proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar 0,25
Maka sampel minimal untuk penelitian ini sebanyak 31 penderita kondiloma
akuminata.
3.5. Cara Pengambilan Sampel Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode consecutive
sampling.
3.6. Identifikasi Variabel
Variabel bebas : Jumlah sel limfosit T CD4+, limfosit T CD8+ Variabel terikat : Gambaran klinis kondiloma akuminata
3.7. Alat, Bahan dan Cara kerja 3.7.1. Alat dan Bahan
1. Alat dan bahan pemeriksaan venereologis:
a. Sarung tangan
b. Asam asetat 5%
c. Penggaris
2. Alat dan bahan pemeriksaan kadar CD4+, CD8+: a. Tabung Trucount
b. Darah
c. Ethylen diamine terta acid (EDTA)
d. Reagensia
e. Facslyse
3.7.2. Cara kerja
1. Penandatanganan informed consent oleh pasien yang mencakup kesediaan
pasien untuk menjalani anamnesis, pemeriksaan fisik/ venereologis dan
pemeriksaan laboratorium setelah diberi penjelasan.
2. Pencatatan data dasar pada status penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Data
dasar mencakup identitas, anamnesis, pemeriksaan fisik/ venereologis.
3. Jika terdapat lesi kemudian dilakukan inspeksi bentuk lesi, pengukuran lesi
dengan menggunakan rumus volume (panjang x lebar x tinggi) dalam satuan
cm3 dengan menggunakan penggaris dan penghitungan jumlah lesi dalam satuan buah.
4. Pasien dikirimkan ke Laboratorium Patologi Klinik RSUP.H. Adam Malik
Medan untuk pemeriksaan jumlah sel limfosit T CD4+ dan CD8+ dengan mengambil sampel darah pasien sebanyak 3 ml.
Pemeriksaan pengambilan darah dilakukan dengan prosedur:
1. Siapkan alat dan bahan seperti spuit, turniket, kapas kering, kapas alkohol,
dan tabung untuk sampel darah yang berisi EDTA.
2. Minta pasien untuk meluruskan lengannya kemudian mengepalkan tangan.
3. Pasang turniket kira-kira 10 cm diatas lipatan siku.
4. Desinfeksi daerah tempat suntikan dengan kapas alkohol 70% dan biarkan
kering.
5. Tusuk bagian vena cubiti dengan spuit dengan posisi jarum menghadap ke
pasien membuka kepalan tangannya. Masukkan sampel darah ke tabung yang
telah disediakan.
6. Letakkan kapas ditempat suntikan lalu jarum segera ditarik keluar. Tekan
kapas selama beberapa saat lalu plester selama ± 15 menit.
Pemeriksaan jumlah sel T CD4+ dan CD8+ dilakukan dengan prosedur berikut: a. Siapkan tabung Trucount
b. Masukkan 50µl darah EDTA ke dalam tabung
c. Masukkan 20µl reagensia CD4 dan CD8
d. Tabung yang telah berisi darah EDTA dan reagensia di vortek selama 5
detik selanjutnya diinkubasi selama 15 menit dalam temperatur ruangan.
e. Setelah 15 menit masukkan 450µl Facslyse yang sudah diencerkan
dengan perbandingan 1:10.
f. Lalu di vortek selama 5 detik selanjutnya diinkuasi selama 15 menit dalam
temperatur ruangan.
g. Sampel siap dianalisis dengan alat FACS Count.
3.8. Definisi Operasional 3.8.1. Kondiloma akuminata
Adalah IMS yang disebabkan oleh HPV tipe tertentu terutama tipe 6 dan 11.
3.8.2. Ukuran lesi kondiloma akuminata
Adalah ukuran seluruh lesi kondiloma akuminata yang dihitung
masing-masing dengan menggunakan rumus volume ( panjang x lebar x tinggi) dalam
centimeter yang diukur dengan menggunakan penggaris.
Skala ukur : skala numerik
3.8.3. Jumlah lesi kondiloma akuminata
Adalah jumlah keseluruhan kondiloma akuminata pada daerah anogenital.
Skala ukur : skala numerik
3.8.4. Bentuk lesi tunggal
Adalah lesi kondiloma akuminata dengan bentuk lesi tunggal atau
hanya 1 bentuk lesi (akuminata/ papul/ keratotik/ datar).
Skala ukur: skala nominal
3.8.5. Bentuk lesi gabungan
Adalah lesi kondiloma akuminata dengan bentuk lesi lebih dari 1
bentuk.
Skala ukur: skala nominal
3.8.6. Pemeriksaan kadar limfosit T CD4+ dan CD8+
Adalah pemeriksaan yang menunjukkan jumlah sel limfosit T CD4+ dan CD8+. Sampel darah diambil dari sampel penelitian dicampur dengan EDTA yang selanjutnya diproses dan dihitung dengan menggunakan alat FACS
Count. Nilai normal sel limfosit T CD4+ absolut adalah 410-1590 sel/µl. Nilai normal sel limfosit T CD8+ absolut adalah 190-1140 sel/µl.
3.9. Kerangka Operasional
Gambar 3.1. Kerangka operasional
Pasien yang datang berobat ke Divisi IMS SMF IKKK RSUP.H. Adam Malik Medan dan Klinik IMS Veteran Medan
Jumlah sel limfosit T: - CD4+
- CD8+ Gambaran klinis
kondiloma akuminata:
Ukuran lesi (cm3)
Jumlah lesi (buah)
Bentuk lesi:
- Tunggal
- Gabungan
Anamnesis dan pemeriksaan fisik / venereologis
Kondiloma akuminata
Setuju ikut dalam penelitian dan menandatangani Informed Consent
3.10. Pengolahan dan Analisis Data
Data-data yang terkumpul dianalisis secara statistik dan disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi. Untuk melihat hubungan sel T CD4+ dan CD8+ dengan ukuran lesi digunakan uji korelasi Spearman sedangkan untuk melihat
hubungan sel T CD4+ dan CD8+ dengan jumlah lesi digunakan uji korelasi Pearson. Untuk melihat hubungan sel T CD4+ dan CD8+ dengan lesi tunggal dan gabungan digunakan uji T independen.
3.11. Etika Penelitian
Penelitian ini sudah memperoleh surat persetujuan dari Komite Etik Penelitian
Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Sumatera Utara dengan nomor:
23/KOMET/FKUSU/2016 dan surat izin penelitian dari instalasi Penelitian dan
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini telah dilakukan pengukuran jumlah sel T CD4+ dan CD8+ terhadap 31 pasien kondiloma akuminata dari mulai Januari 2016 sampai April 2016. Nilai sel T CD4+ dan CD8+ yang digunakan adalah nilai absolut masing-masing sel T CD4+ dan CD8+ dengan satuan sel/µl.
4.1. Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik subjek pada penelitian ini ditampilkan berdasarkan distribusi
kelompok usia, jenis kelamin, lokasi lesi dan bentuk lesi.
4.1.1. Kelompok usia
Tabel 4.1. Distribusi subjek penelitian berdasarkan kelompok usia (Depkes 2009)
Usia (tahun) Jumlah (n) %
12-16 0 0
17-25 8 25,8
26-35 18 58,1
36-45 3 9,7
46-55 2 6,4
56-65 0 0
>65 0 0
Total 31 100,0
Pada Tabel 4.1 terlihat bahwa dari total 31 orang pasien kondiloma
akuminata didapati bahwa kelompok usia terbanyak adalah 26-35 tahun sejumlah
18 orang (58,1%), diikuti dengan kelompok usia 17-25 tahun sejumlah 8 orang
(25,8%), kelompok usia 36-45 tahun sejumlah 3 orang (9,7%) dan kelompok usia
yang paling sedikit adalah 46-55 tahun sejumlah 2 orang (6,4%).
Penelitian Pocut dkk di RSUD Dr. Soetomo pada tahun 2011 dimana
pasien kondiloma akuminata terbanyak masuk dalam kelompok umur 25-44 tahun
yaitu sebesar 54,9% dan kelompok umur 15-24 tahun sebesar 40,5%. Prevalensi
infeksi kondiloma akuminata terbesar adalah pada masa seksual aktif yaitu umur
17-33 tahun.47
Literatur lain juga menyatakan bahwa kondiloma akuminata terbesar
terjadi pada masa seksual aktif dan ada kemungkinan kecenderungan perubahan
kebiasaan pola hidup seksual dan sikap berganti atau menambah pasangan pada
kelompok umur ini bisa berperan dalam kenaikan prevalensi infeksi HPV
khususnya kondiloma akuminata.16
4.1.2. Jenis kelamin
Tabel 4.2. Distribusi subjek penelitian dengan berdasarkan jenis kelamin.
Jenis Kelamin Jumlah (n) %
Laki-laki 23 74,2
Perempuan 8 25,8
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat subjek penelitian yang paling banyak
adalah yang berjenis kelamin laki-laki sejumlah 23 orang (74,2%) dan perempuan
berjumlah 8 orang (25,8%).
Penelitian Taufik di RSUP. M. Djamil Padang pada tahun 2012 dimana
didapatkan pasien dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 6 orang (60%) dan
perempuan 4 orang (40%).48
Penelitian Kyriakis dkk di Yunani pada tahun 2005 melaporkan jumlah
pasien kondiloma akuminata pada laki-laki sebanyak 84,8% dan perempuan
15,2%.49
Pada penelitian ini didapatkan kondiloma akuminata lebih banyak pada
pasien laki-laki. Tingginya kondiloma akuminata pada pasien laki-laki diduga
karena tingginya perilaku beresiko pada populasi laki-laki.48
4.1.3. Lokasi lesi
Tabel 4.3. Distribusi subjek penelitian berdasarkan lokasi lesi pada laki-laki
Jenis Kelamin Lokasi Lesi Jumlah (n) %
Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa lokasi lesi terbanyak subjek penelitian
laki-laki adalah pada perianal sebanyak 13 pasien (56,5%). Selanjutnya lokasi lesi
dijumpai pada 3 sampel (12,5%). Lokasi lesi pada preputium dijumpai pada 2
sampel (8,7%). Sedangkan lokasi lesi di sulkus koronarius+ korpus penis
sebanyak 1 sampel (4,4%).
Pada penelitian ini lokasi lesi terbanyak pada laki-laki adalah perianal
dimana seluruh pasien dengan lesi di perianal pada penelitian ini adalah
homoseksual. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa lesi anorektal biasanya
mengenai pria homoseksual yang terinfeksi HIV. Angka prevalensi dan rekurensi
dari kondiloma anal jauh lebih tinggi iidividu dengan gangguan imunitas
dibandingkan dengan individu sehat.50,51
Lokasi lesi kedua terbanyak adalah korpus penis. Pada penelitian Stefanaki
dkk di Yunani pada tahun 2009 melaporkan lokasi lesi kondiloma akuminata pada
laki-laki terbanyak di korpus penis yaitu sebanyak 53,55% diikuti pubis sebanyak
45,7% dan anal 18,1%. Aynaud dkk di Prancis pada tahun 2008 melaporkan
lokasi lesi pada laki-laki terbanyak di korpus penis sebanyak 62%, diikuti anal
sebanyak 17,5% dan pubis sebanyak 14%.48
Tabel 4.4 Distribusi subjek penelitian berdasarkan lokasi lesi pada perempuan
Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa lokasi lesi terbanyak subjek penelitian
perempuan adalah pada labia mayor+perineum sebanyak 4 pasien (50%).
Selanjutnya lokasi lesi pada introitus vagina+perineum sebanyak 2 pasien (25%).
Lokasi lesi pada perineum dan labia mayor+labia minor+perineum masing-masing
sebesar 1 sampel (12,5%). Pada penelitian ini tidak dilakukan pemeriksaan
inspekulo.
Menurut literatur pada perempuan lokasi lesi tersering adalah di labia,
introitus vagina, perineum dan perianal. Lesi dapat muncul pada tempat kontak
seksual terjadi. Lesi pada daerah yang lembab akan memiliki permukaan mukosa
yang berwarna merah muda oleh karena proyeksi dari dari pembuluh darah lesi.
Sedangkan pada kulit berkeratin, lesi kondiloma biasanya berwarna putih atau
gelap oleh karena keratin dan pembentukan pigmen.52,53
4.1.4. Bentuk lesi
Tabel 4.5. Distribusi subjek penelitian berdasarkan bentuk lesi
Bentuk klinis lesi Jumlah (n) %
Akuminata 24 77,4
Papul 1 3,2
Akuminata+ papul 6 19,4
Total 31 100,0
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bentuk klinis lesi yang paling banyak
adalah yang akuminata sejumlah 24 orang (77,4%), bentuk papul sebanyak 1
orang (3,2%) dan bentuk gabungan dari akuminata dan papul sebanyak 6 orang
Penelitian Pocut dkk di RSUD. Dr. Soetomo Surabaya tahun 2011 dimana
berdasarkan manifestasi klinisnya, bentuk lesi kondiloma akuminata sebagian
besar adalah bentuk akuminata yaitu sebanyak 277 (91,2%) pasien.47
Pada penelitian Taufik di RSUP. M. Djamil Padang pada tahun 2012,
berdasarkan tipe morfologi lesi, tipe akuminata ditemukan pada 100% pasien
laki dan 100% pasien perempuan, tipe papul ditemukan pada 33,3% pasien
laki-laki dan 25% pasien perempuan, tipe kombinasi akuminata dan papul ditemukan
pada 33,3% pasien laki-laki dan 25% pasien perempuan, sedangkan tipe keratotik
dan datar tidak ditemukan.48
Pada penelitian Castellsague dkk di Spanyol juga menemukan bentuk
klinis lesi tersering adalah akuminata sebesar 92,2% dan kombinasi akuminata
dan papul sebesar 3,2%.54
4.2. Nilai rerata/ mean sel T CD4+ dan CD8+ pada kondiloma akuminata
Nilai rerata/ mean sel T CD4+ dan CD8+ pada kondiloma akuminata dapat dilihat pada table 4.6.
Tabel 4.6. Nilai rerata sel T CD4+ dan CD8+ pada pasien kondiloma akuminata
Sel limfosit T Jumlah (n) Mean ± SD (absolut)
CD4+ 31 481,20 ± 315,560
CD8+ 31 710,13 ± 264,296
Satuan: sel/µl
Sedangkan jumlah rata-rata sel T CD8+ pada subjek kondiloma akuminata pada penelitian ini yaitu 710,13± 264,296.
Pada penelitian Untung didapati adanya penurunan sel T CD4+ dan CD8+ yang bermakna antara pasien kondiloma akuminata dan kontrol (p<0,05) dimana
sistem imun seluler yang diperankan oleh sel T erat dikaitkan dengan regresi dari
lesi kondiloma akuminata.55 Pada penelitian Dong-Xian dkk juga mendapatkan adanya penurunan persentase limfosit T CD8+ pada pasien kondiloma akuminata dibandingkan dengan kontrol sehat.56
Pada penelitian Meliala didapati adanya penurunan persentase limfosit T
yang signifikan pada kelompok kondiloma akuminata dibandingkan dengan
kelompok kontrol.46
Mohanty dkk mengemukakan adanya disfungsi limfosit T pada pasien
kondiloma akuminata baru ataupun rekuren dimana jumlah sel T pada pasien
kondiloma akuminata lebih rendah dibandingkan kontrol, jumlah sel T dikatakan
akan kembali normal setelah pasien sembuh.46
Imunitas seluler memainkan peran penting untuk clearance sel yang
terinfeksi virus dan merupakan satu-satunya respon yang efisien terhadap HPV
yang bersifat non litik.11,57,58 Kesimpulan bahwa respon imun seluler berperan dalam infeksi HPV berasal dari studi pada kondiloma akuminata yang mengalami
regresi spontan. Pada kondiloma akuminata yang tidak mengalami regresi
dikarakteristikkan oleh kurangnya sel imun di tempat infeksi, sedangkan
menunjukkan infiltrasi yang besar dari sel T (CD4+ dan CD8+) dan makrofag pada stroma dan epitel kutil.57
Sel limfosit T CD4+ dan CD8+ merupakan respon imun seluler yang spesifik terhadap virus. Sel T CD8+ sudah sejak lama diketahui memilki peran utama dalam eliminasi infeksi virus dengan mensekresikan IFN-γ dan adanya efek sitolitik terhadap sel yang terinfeksi yang dimediasi oleh molekul-molekul seperti
granzim dan perforin yang disintesis dan dilepaskan oleh sel T yang teraktivasi.
Sel T CD4+ juga mensekresikan IFN-γ dan memediasi eliminasi sel yang terinfeksi melalui ikatan ligan dengan death receptors yang akan menyebabkan
caspase-mediated apoptosis. IFN-γ ini telah dibuktikan dapat menghambat ekspresi mRNAHPV 18 pada sel yang diambil dari kanker serviks.11,29,59
4.3. Hubungan antara jumlah sel T CD4+ dan CD8+ dengan ukuran lesi kondiloma akuminata
Tabel 4.7. Hubungan jumlah sel T CD4+ dan CD8+ dengan ukuran lesi kondiloma akuminata
Variabel Jumlah (n) r p
Jumlah sel T CD4+dengan ukuran lesi 31 -0,394* 0,028 Jumlah sel T CD8+ dengan ukuran lesi 31 -1,66* 0,371 *koefisien korelasi Spearman
Berdasarkan table 4.7 dapat dilihat hasil analisis statistik hubungan antara
jumlah sel T CD4+ dan CD8+ dengan ukuran lesi kondiloma akuminata. Hasil uji analisis korelasi Spearman menunjukkan terdapat korelasi negatif antara jumlah
-0,394 dimana korelasi ini signifikan secara statistik (p=0,028). Hasil uji analisis
korelasi Spearman menunjukkan terdapat kecenderungan korelasi negatif antara
jumlah sel T CD8+ dengan ukuran lesi kondiloma akuminata dengan nilai r sebesar -1,66, namun tidak signifikan secara statistik (p=0,371).
Hasil ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara ukuran
lesi kondiloma akuminata dengan jumlah sel T CD4+ dimana semakin besar ukuran lesi maka jumlah sel T CD4+ akan semakin kecil. Namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ukuran lesi dengan sel T CD8+, meskipun dari pola data yang ada terdapat kecenderungan jika ukuran lesi semakin besar maka
jumlah sel T CD8+ akan semakin kecil.
Penelitian Luu dkk di Texas pada tahun 2012 juga menemukan adanya
korelasi terbalik antara ukuran kondiloma akuminata di anus dengan jumlah sel T
CD4+, namun tidak signifikan secara statistik.60 Lesi kondiloma akuminata dikatakan akan bertambah baik ukuran maupun jumlah jika terdapat defisiensi
jumlah sel T.20 Literatur lain juga menyebutkan peningkatan jumlah dan ukuran kondiloma akuminata dapat terjadi pada orang- orang dengan penurunan sistem
imun seperti pada kehamilan, penggunaan terapi imunosupresif dan infeksi HIV.61 Pada sebuah laporan kasus pada seorang pasien laki-laki di Boston dengan giant
condyloma di perianal dan leukemia limfositik kronik menunjukkan adanya
4.4. Hubungan antara jumlah sel T CD4+ dan CD8+ dengan jumlah lesi kondiloma akuminata
Tabel 4.8. Hubungan jumlah sel T CD4+ dan CD8+ dengan jumlah lesi kondiloma akuminata
Variabel Jumlah
(n)
r p
Jumlah sel T CD4+dengan jumlah lesi 31 -0,299* 0,103 Jumlah sel T CD8+ dengan jumlah lesi 31 0,010* 0,958 *koefisien korelasi Pearson
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat hasil analisis statistik hubungan antara
jumlah sel T CD4+ dan CD8+ dengan jumlah lesi kondiloma akuminata. Hasil uji analisis korelasi Pearson menunjukkan terdapat kecenderungan korelasi negatif
antara jumlah sel T CD4+ dengan jumlah lesi kondiloma akuminata dengan nilai r sebesar -0,299, namun tidak signifikan secara statistik (p=0,103). Hasil uji analisis
korelasi Pearson menunjukkan terdapat kecenderungan korelasi positif antara
jumlah sel T CD8+ dengan jumlah lesi kondiloma akuminata dengan nilai r sebesar 0,010, namun tidak signifikan secara statistik (p=0,958). Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah sel
T CD4+ dan CD8+ dengan jumlah lesi kondiloma akuminata.
Penelitian mengenai hubungan antara jumlah sel T CD4+ dan CD8+ dengan jumlah lesi kondiloma akuminata belum ditemukan, namun terdapat literatur yang
mengatakan bahwa lesi kondiloma akan bertambah baik ukuran dan jumlah jika
4.5. Hubungan jumlah sel T CD4+ dan CD8+ dengan bentuk lesi
25 492,56± 272,837 667,52±268,297
Gabungan
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat hasil analisis statistik hubungan antara
jumlah sel T CD4+ dan CD8+ dengan bentuk lesi kondiloma akuminata. Hasil uji T independen menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
jumlah sel T CD4+ dengan bentuk lesi kondiloma akuminata (lesi tunggal/ gabungan) dengan nilai p=0,692. Hasil uji T independen juga menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah sel T CD8+ dengan bentuk lesi kondiloma akuminata (lesi tunggal/gabungan) dengan nilai p=0,066. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
jumlah sel T CD4+ dan CD8+ dengan bentuk lesi kondiloma akuminata (lesi tunggal/gabungan).
Penelitian mengenai hubungan antara jumlah sel T CD4+ dan CD8+ dengan bentuk klinis lesi belum ditemukan. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh
43
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Telah dilakukan penelitian mengenai gambaran hubungan antara
jumlah sel T CD4+ dan CD8+ dengan kejadian bentuk klinis kondiloma akuminata dari bulan Januari 2016 sampai April 2016 di Divisi IMS SMF
IKKK RSUP. H. Adam Malik Medan dan Klinik IMS Veteran Medan
dengan kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat korelasi negatif yang signifikan antara jumlah sel T CD4+ dengan ukuran lesi kondiloma akuminata (r = -0,394, p= 0,028). Tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah sel T CD8+ dengan ukuran lesi kondiloma akuminata(r = -1,66, p= 0,371).
2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah sel T CD4+ dengan jumlah lesi kondiloma akuminata (r = -0,299, p=0,103). Tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah sel T CD8+ dengan jumlah lesi kondiloma akuminata(r = 0,010, p= 0,958).
3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah sel T CD4+ denganbentuk lesi kondiloma akuminata (lesi tunggal/gabungan) dengan
nilai p=0,692. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah sel
T CD8+ denganbentuk lesi kondiloma akuminata (lesi tunggal/gabungan) dengan nilai p= 0,066.
44
6. Karakteristik pasien kondiloma akuminata berdasarkan kelompok usia
terbanyak dijumpai pada usia 26–35 tahun (58,1%), lebih banyak pada laki-laki (74,2%) daripada perempuan (25,8%), lokasi terbanyak pada pria
di perianal (56,5%), pada wanita di labia mayor+perineum (50%) dan
bentuk klinis lesi terbanyak adalah akuminata (77,4%).
5.2. Saran
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat hubungan imunitas seluler
dengan kejadian gambaran klinis kondiloma akuminata seperti
pemeriksaan sitokin-sitokin yang dihasilkan oleh sel T CD4+ atau CD8+. 2. Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan sel T CD4+ dan