BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stein
2.1.1 Pengertian Stein
Stein gigi adalah warna yang menempel pada permukaan gigi yang biasanya terjadi karena perlekatan warna makanan, minuman, ataupun kandungan nikotin khususnya pyridine yang merupakan substansi penghasil stein gigi.12 Berbagai jenis warna biasanya dapat dilihat pada permukaan gigi terutama dari margin gingiva ke tepi insisal gigi, pada daerah mandibula pembentukan stein terjadi terutama pada daerah servikal dan lingual.10,13 Pada dasarnya, stein gigi dapat dibagi menjadi dua yaitu stein ekstrinsik dan stein intrinstik.9,10,11
2.1.2 Klasifikasi Stein 2.1.3 Stein Ekstrinsik
2.1.4 Stein Intrinsik
Stein intrinsik adalah stein yang terjadi di dalam substansi gigi yaitu pada email dan dentin gigi, penyebabnya adalah penumpukan atau penggabungan bahan-bahan di dalam struktur gigi dan tidak dapat dihilangkan secara permanen yang timbul pada periode perkembangan gigi yaitu pada masa pre-erupsi atau post-erupsi.14 Penyebab stein intrinsik dapat dibedakan menjadi stein endogen dan stein eksogen. Stein endogen berkembang atau berasal dari gigi dan bersifat intrinsik karena biasanya mewarnai dentin yang terefleksi pada email. Stein eksogen dapat berkembang atau berasal dari sumber-sumber di luar gigi, stein eksogen dapat berupa intrinsik dan menyatu dengan struktur gigi atau ekstrinsik dan berada pada permukaan luar gigi.9,11
2.2 Klasifikasi stein ekstrinsik 2.2.1 Stein Tembakau
Penggunaan tembakau smoked seperti rokok, cerutu, atau dengan menggunakan pipa dan juga smokless tobacco antara lain sebagai daun tembakau yang dikunyah, daun tembakau yang dikunyah dikombinasi dengan pinang, tembakau potong kasar yang kering yang dipertahankan di rongga mulut dengan meletakkannya di antara pipi dan gusi akan menghasilkan deposit yang berwarna coklat tua atau hitam yang terbentuk pada servikal gigi.8 Stein tembakau ini disebabkan oleh pembakaran yang terdiri dari nikotin yang akan melapisi seluruh rongga mulut dan berpenetrasi pada permukaan email gigi.10
2.2.2 Stein Hijau
Stein yang berwarna hijau yang lebih sering terjadi pada anak-anak disebabkan oleh kebersihan mulut yang terabaikan, deposit bakteri kromogenik atau dekomposisi hemoglobin. Komposisinya terdiri atas fungi, bakteri kromogenik, dan bakteri Penicillium. Stein hijau biasanya terjadi pada permukaan labial gigi anterior rahang
2.2.3 Stein Kuning
Stein yang dihubungkan keberadaan plak dimana plak akan berwarna kekuning-kuningan yang disebabkan Essential Oil dan obat kumur Phenolic.9,11
2.2.4 Stein Coklat
Stein coklat atau Brown stein adalah suatu pelikel tipis, biasanya bebas kuman yang mengalami pigmentasi. Sering dijumpai pada permukaan bukal gigi molar rahang atas dan permukaan lingual insisivus rahang bawah. Pembentukan stein ini paling sering ditemui akibat minuman kopi dan teh. Oral hygiene yang buruk turut menyebabkan stein coklat karena ketidakmampuan untuk menghilangkan bahan yang memproduksi stein mengakibatkan akumulasi plak, kalkulus, dan partikel makanan sehingga menyebabkan stein berwarna coklat.9,11,16
2.2.5 Stein Hitam
Stein hitam ini terdapat pada permukaan oral dan vestibular gigi dekat margin gingiva dan berupa bercak yang difus pada permukaan proksimal. Stein ini biasanya berupa suatu garis hitam yang tipis. Lebih sering terjadi pada individu dengan kondisi oral higiene yang baik dan penyebabnya adalah bakteri kromogenik. Komposisinya terdiri atas insoluble iron salt, ferric sulphide, kalsium yang tinggi dan inorganik fosforus dimana menjadi plak gigi yang khusus.9,16
2.2.6 Stein Orange
Stein orange terbentuk oleh mikroorganisme kromogenik, seperti Flavorbacterium lutesconts dan Serratia marcescense. Stein ini lebih jarang dijumpai
2.3 Klasifikasi stein intrinsik endogen 2.3.1 Pewarnaan Tetrasiklin
Stein Tetrasiklin dapat mewarnai enamel gigi yang dihasilkan akibat penembusan obat ini ke dentin dan bereaksi dengan ion kalsium pada permukaan hydroxyl apatit. Antibiotik ini mempunyai afinitas dengan jaringan tubuh yang termineralisasi dan diresorbsi oleh tulang dan gigi. Pewarnaan pada gigi anak terjadi jika obat ini diberikan kepada ibu yang hamil pada trimester kedua atau ketiga. Pewarnaan yang terjadi pada gigi adalah kuning, biru atau abu-abu kecoklatan.14,16,18
Gambar 1. Stein akibat Tetrasiklin11
2.3.2 Gangguan Perkembangan Gigi
Fluorisasi gigi dikarakterisasikan sebagai pewarnaan enamel akibat hipomineralisasi pada masa maturasi email.14 Proses terjadinya fluorosis gigi dapat disebabkan karena terjadinya hipomineralisasi email akibat terlalu banyak menelan ion fluoride dari air minum, pasta gigi atau obat kumur-kumur selama periode mineralisasi.17 Perubahan bentuk email adalah akibat dari keracunan pada saat pembentukan ameloblas ketika gigi erupsi, terlihat white spot atau daerah-daerah yang kemudian akan terwarnai oleh pigmen oral dan tampak berwarna coklat muda atau coklat tua. Pengaruh yang lebih parah dari kelebihan fluor selama perkembangan gigi adalah terbentuknya retakan atau lubang-lubang pewarnaan yang berpusat di sini.11,17
Gambar 2. Stein akibat amelogenesis imperfekta11
2.3.3 Stein Intrinsik eksogen
Medikamen intrakanal juga menyebabkan stein intrinsik pada dentin akibat penggunaan sealant saluran akar yaitu phenol dan iodoform yang berkontak langsung pada dentin, sehingga dapat mengakibatkan penetrasi dan oxidasi bahan sealant tersebut dalam dentin gigi. Bahan ini dapat memberi stein berwarna abu-abu kecoklatan.11
2.4 Merokok
2.4.1 Bahan kimia rokok
Rokok merupakan benda yang berbentuk silinder dan terbentuk dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya.12 Merokok merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kelainan rongga mulut seperti penyakit periodontal.25,26Rokok merupakan gabungan dari bahan-bahan kimia. Satu batang rokok yang dibakar, akan mengeluarkan 4000 bahan kimia. Rokok menghasilkan suatu pembakaran yang tidak sempurna yang dapat diendapkan dalam tubuh ketika dihisap.4 Secara umum komponen rokok dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu komponen gas (92%) dan komponen padat atau partikel (8%). Nikotin, gas karbonmonoksida, nitrogen oksida, hidrogen sianida, amoniak, akrolein, asetilen, benzaldehid, urethan, benzen, methanol, kumarin, 4-etilkatekol, ortokresol dan perylene adalah sebagian dari beribu-ribu zat di dalam rokok. Komponen gas asap rokok adalah karbonmonoksida, amoniak, asam hidrosianat, nitrogen oksida dan formaldehid. Partikelnya berupa tar, indol, nikotin, karbarzol dan kresol.5,22
dapat membuat seseorang ketagihan. Tar merupakan bagian partikel rokok setelah
kandungan nikotin dan zat kimia lain yang karsinogenik. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi. Karbonmonoksida merupakan gas beracun yang tidak berwarna dan terdapat pada rokok dengan kandungan 2%-6% yang bersifat toksis.19Gas karbonmonoksida dalam rokok dapat meningkatkan tekanan darah yang akan berpengaruh pada sistem pertukaran haemoglobin. Karbonmonoksida memiliki afinitas dengan haemoglobin sekitar dua ratus kali lebih kuat dibandingkan afinitas oksigen terhadap haemoglobin.22
2.4.2 Efek rokok terhadap jaringan periodontal
2.4.2.1 Perubahan pada Vaskularisasi dan Perdarahan Gingiva
Efek samping tembakau pada jaringan periodontal berhubungan erat dengan kuantitas konsumsi merokok per hari dan lamanya merokok. Terjadi perubahan vaskularisasi, yaitu nikotin sebagai hasil pembakaran merokok dapat menyebabkan vasokontriksi.2,8,26 Perubahan vaskularisasi darah adalah suatu manifestasi terjadinya inflamasi gingiva karena terjadinya penurunan aliran darah. Nikotin pada rokok merangsang ganglia simpatetik untuk memproduksi neurotransmitter termasuk katekolamin. Hal ini memengaruhi alpha reseptor pada pembuluh darah dan menyebabkan vasokontriksi.2,29 Laxman menyatakan bahwa perokok mengalami perdarahan gingiva lebih sedikit dibandingkan dari non perokok.32
2.4.2.2 Perubahan mekanisme Imunitas
Mekanisme imunitas umumnya merupakan respon protektif pejamu terhadap kehadiran substansi asing seperti bakteri atau virus. Asap rokok bisa memperlemah kemampuan khemotaksis dan fagositosis netrofil pada para perokok dimana kandungan nikotin rokok dapat memperlemah kemampuan fagositosis, menekan proliferasi osteoblas dan kemungkinan juga mengurangi aliran darah ke gingiva.34 Merokok juga menyebabkan penurunan antibodi dalam saliva, yang berguna untuk menetralisir bakteri dalam rongga mulut, sehingga terjadi gangguan fungsi sel-sel pertahanan tubuh. Potensial reduksi-oksidasi pada regio gingiva dan rongga mulut menurun akibat merokok. Hal tersebut berpengaruh terhadap peningkatan jumlah bakteri anaerob dalam rongga mulut. Penurunan fungsi antibodi saliva, disertai dengan meningkatnya jumlah bakteri anaerob rongga mulut, menimbulkan rongga mulut rentan terserang infeksi.22,25
2.4.2.3 Penumpukan Plak dan Kalkulus
berbeda hanya pada rasio kalsium dan ion fosfat dimana kalkulus supragingiva memiliki lebih konsentrasi kalsium dan akumulasi sodium yang lebih.23,34
2.5 Indeks Lobene Stein
Indeks Lobene Stein adalah indeks untuk mengevaluasi stein gigi berdasarkan dua kategori yaitu intensitas dan perluasan stein pada permukaan labial gigi anterior rahang atas dan rahang bawah.18 Permukaan gigi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu gingival region (daerah gingiva) dan body region (permukaan gigi). Bagian gingiva diukur dari margin gingiva bebas sampai ke papila interdental. Permukaan gigi diukur pada permukaan labial dengan pemberian skor pada intensitas stein yaitu 0 (tidak dijumpai stein), 1 (stein ringan), 2 (stein sedang), 3 (stein berat). Berdasarkan perluasan stein, pemberian skor adalah 0 (tidak dijumpai stein), 1 (stein menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi), 2 (stein menutupi > 1/3 tetapi belum sampai <2/3 permukaan gigi), 3 (stein menutupi > 2/3 permukaan gigi).18,20
2.6 Efek Merokok Terhadap Pembentukan Stein
Merokok tembakau memiliki banyak bahan kimia yang dapat diabsorpsi pada permukaan mukosa dan pada permukaan email gigi perokok sehingga dapat mengakibatkan stein berwarna coklat dan hitam.2,13 Stein merupakan masalah estetik dan tidak menyebabkan peradangan pada gingiva. Penggunaan produk tembakau, teh, kopi, obat kumur tertentu dan pigmen di dalam makanan menyebabkan terbentuknya stein.
memiliki warna tetapi berubah menjadi warna kekuningan apabila berkontak dengan oksigen. Apabila asap rokok dihirup oleh perokok, permukaan jaringan lunak dan jaringan keras mulut dilapisi oleh tar dan nikotin dari asap rokok tembakau sehingga nikotin dapat berpenetrasi pada setiap sudut dan celah gigi yang mengakibatkan terjadinya stein gigi.10
Rongga mulut yang terdiri dari jaringan keras dan jaringan lunak dilapisi dengaan pelikel. Deposit tersisa yang terbentuk setelah permukaan gigi yang telah dibersihkan disebut “Acquired Pelikel”. Pelikel ini terutama terdiri dari glikoprotein, enzim, fosfoprotein dan molekul lain yang membantu perlekatan bakteri. Apabila asap rokok berkontak dengan pelikel ini, terjadi reaksi antara kandungan asap rokok dan pelikel sehingga terjadi adhesi dengan komponen reseptor seperti protein, glikoprotein atau polisakarida.13,35 Proses pembentukan stein pada gigi dapat disebabkan oleh retensi komponen tar dan nikotin dari asap rokok dan reaksi kimia antara acetaldehyde dari asap rokok tembakau dengan kelompok amino yang terdapat dalam pelikel yaitu glikoprotein pada permukaan gigi perokok.13
2.7 Kerangka Teori
Merokok
Klasifikasi Perokok: Ringan, Sedang,
Berat
Komponen Rokok : Tar, Nikotin, Gas Karbon Monoksida
(CO)
Frekuensi Merokok ↑
Stein Ekstrinsik
Stein Intrinsik -Eksogen -Endogen Stein ↑
Kerangka Konsep
Variabel bebas -Perokok ringan -Perokok sedang -Perokok berat
Variabel Tergantung -Stein gigi
-Indeks Lobene Stein -Indeks Periodontal Russell
Variabel terkendali -Usia
-Jenis Kelamin
Variabel tidak terkendali -Jenis rokok -Waktu merokok -Pekerjaan