• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Perilaku dan Interaksi Pemain Game Online Dota dalam Server Dota Medan Community

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Perilaku dan Interaksi Pemain Game Online Dota dalam Server Dota Medan Community"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Paradigma Perilaku Sosial

Pendekatan behaviorisme dalam ilmu sosial sudah dikenal sejak lama, khususnya

psikologi.Kebangkitannya di seluruh cabang ilmu sosial di zaman modern, ditemukan dalam

karya B.F. Skinner, yang sekaligus pengemuka paradigma ini.Melalui karyanya itu Skinner

mencoba menerjemahkan prinsip-prinsip psikologi aliran behaviorisme kedalam

sosiologi.Setiap teori, gagasan, dan praktek yang dilakukannya telah memegang peranan

penting dalam pengembangan sosiologi behavior.Skinner melihat kedua paradigma fakta

sosial dan definisi sosial sebagai perspektif yang bersifat mistik, dalam arti mengandung

sesuatu persoalan yang bersifat teka-teki, tidak dapat diterangkan secara rasional.Kritik

Skinner ini tertuju kepada masalah yang substansial dari kedua paradigma itu, yakni

eksistensi obyek studinya sendiri. Menurut Skinner, kedua paradigma itu membangun obyek

studi berupa sesuatu yang bersifat mistik. (Ritzer, 2013: 69)

Dalam bukunya Beyond Freedom and Dignity, Skinner (dalam Ritzer, 2013: 69-70)

menyerang langsung paradigma definisi sosial dan secara tak langsung juga terhadap

paradigma fakta sosial.Konsep yang didefinisikan oleh paradigma fakta sosial dinilainya

mengandung ide yang bersifat tradisional khususnya mengenai nilai-nilai sosial. Menurutnya

pengertian kultur yang diciptakan itu tak perlu disertai dengan unsure mistik seperti ide dan

nilai sosial itu. Alasannya karena orang tidak dapat melihat secara nyata ide dan nilai-nilai

dalam mempelajari masyarakat. Yang jelas terlihat adalah bagimana manusia hidup,

memelihara anaknya, cara berpakaian, mengatur kehidupan bersamanya dan sebagainya

seperti yang tercermin dalam uraian berikut.

Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada antar hubungan antara

individu dan lingkungannya.

Lingkungan itu terdiri atas:

a) Bermacam-macam obyek sosial

b) Bermacam-macam obyek non sosial

Prinsip yang menguasai hubungan antara individu dengan obyek sosial adalah sama

dengan prinsip yang menguasai hubungan antara individu dengan obyek non sosial. Penganut

paradigma ini memusatkan perhatian kepada proses interaksi. Tetapi secara konseptual

(2)

dinamis dan mempunyai kekuatan kreatif di dalam interaksi.Aktor tidak hanya sekedar

penanggap pasif terhadap stimulus tetapi menginterpretasikan stimulus yang diterimanya

menurut caranya mendefinisikan stimulus yang diterimanya itu.Bagi paradigma perilaku

sosial individu kurang sekali memiliki kebebasan.

Perbedaan pandangan antara paradigma perilaku sosial ini dengan paradigma fakta

sosial terletak pada sumber pengendalian tingkah laku individu.Bagi paradigma fakta sosial,

strutur makroskopik dan pranata-pranata yang mempengaruhi atau yang mengendalikan

tingkah laku inidividu, bagi paradigma perilaku sosial persoalannya lalu bergeser.Sampai

seberapa jauh faktor struktur hubungan individu dan terhadap kemungkinan perulangan

kembali persoalan ini yang dicoba di jawab oleh teori-teori paradigma prilaku sosial.

Ada dua teori yang termasuk ke dalam paradigma perilaku sosial, sebagai berikut :

1) Teori Behavioral Sosiologi

Menurut Skinner (dalam Ritzer, 2013: 73) Teori ini dibangun dalam rangka

menerapkan prinsip psikologi perilaku kedalam sosiologi.Teori ini memusatkan perhatiannya

kepada hubungan antara akibat dari tingkah laku yang terjadi di dalam lingkungan aktor

dengan tingkah laku aktor.Konsep dasar behavioral sosiologi yang menjadi pemahamannya adalah “reinforcement” yang dapat diartikan sebagai ganjaran (reward) tidak ada sesuatu yang melekat dalam obyek yang dapat menimbulkan ganjaran.Perulangan tingkahlaku tidak

dapat dirumuskan terlepas dari efeknya terhadap perilaku itu sendiri.Perulangan dirumuskan

dalam pengertiannya terhadap aktor.

2) Teori Exchange

Tokoh utamanya adalah George Hofman (dalam Ritzer, 2013: 74-80).Teori ini

dibangun dengan maksud sebagai reaksi terhadap paradigma fakta sosial.

Keseluruhan materi teori exchange itu secara garis besarnya dapat dikembalikan

kepada lima proposisi George Hofman berikut:

a. Jika tingkah laku atau kejadian yang sudah lewat dalam konteks stimulus dan situasi

tertentu memperoleh ganjaran, maka besar kemungkinan tingkah laku atau kejadian

yang mempunyai hubungan stimulus dan situasi yang sama akan terjadi atau

dilakukan. Proposisi ini menyangkut hubungan antara apa yang terjadi pada waktu

silam dengan yang terjadi pada waktu sekarang.

b. Menyangkut frekuensi ganjaran yang diterima atas tanggapan atau tingkah laku

(3)

c. Memberikan arti atau nilai kepada tingkah laku yang diarahkan oleh orang lain

terhadap aktor. Semakin bernilai bagi seorang sesuatu tingkah laku orang lain yang

ditujukan kepadanya makin besar kemungkinan untuk mengulangi tingkah lakunya itu.

d. Semakin sering orang menerima ganjaran atas tindakannya dari orang lain, makin

berkurang nilai dari setiap tindakan yang dilakukan berikutnya

e. Semakin dirugikan seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, makin besar

kemungkinan orang tersebut akan mengembangkan emosi. Misalnya marah.

Paradigma perilaku sosial dapat menggunakan metode yang dipergunakan oleh

paradigma yang lain seperti kuesioner, interview dan observasi. Namun demikian paradigma

ini tidak banyak mempergunakan metode experiment dalam penelitiannya.Keutamaan

metode eksperimen adalah memberikan kemungkinan terhadap peneliti untuk mengontrol

dengan ketat obyek dan kondisi disekitarnya.Metode ini memungkinkan pula untuk membuat

penilaian atau pengukuran dengan tingkat ketepatan yang tinggi terhadap efek dari

perubahan-perubahan tingkah laku aktor yang ditimbulkan dengan sengaja didalam

eksperimen itu.

2.2 Tindakan Sosial Max Weber

Tindakan sosial diartikan sebagai tindakan yang mempunyai makna atau arti

subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain (Ritzer, 2010: 38).Mead

memandang tindakan sebagai unit primitif. Dalam menganalisis tindakan, pendekatan Mead

hampir sama dengan pendekatan behavioris dan memusatkan perhatian pada rangsangan

(stimilus) dan tanggapan (response). Mead (dalam Ritzer, 2007: 274) mengatakan, bahwa

stimulus sebagai sebuah kesempatan atau peluang untuk bertindak, bukan sebagai paksaan

atau perintah.

Max Weber (dalam Ritzer,2004: 137)juga mengungkapkan mengenai teori

tindakan.Dalam teori tindakannya, Weber memfokuskan perhatian pada individu, pola dan

regularitas tindakan, dan bukan pada kolektivitas.Tindakan dalam pengertian orientasi

perilaku yang dapat dipahami secara subyektif hanyahadir sebagai seorang atau beberapa

orang manusia individual. Weber menggunakan metodologi tipe idealnya untuk menjelaskan

makna tindakan dengan cara mengidentifikasi empat tipe tindakan dasar, yaitu:

a. Rasionalisasi sarana-tujuan, atau tindakan yang ditentukan oleh harapan terhadap

(4)

b. Rasionalitas nilai, atau tindakan yang ditentukan oleh keyakinan penuh kesadaran

akan nilai perilaku-perilaku etis, estetis, religius atau bentuk perilaku lain, yang

terlepas dari prospek keberhasilannya

c. Tindakan afektual, yaitu tindakan yang ditentukan oleh kondisi emosional aktor

d. Tindakan tradisional, yaitu tindakan yang ditentukan oleh cara bertindak aktor

yang biasa dan telah lazim dilakukan

Perilaku sosial mungkin berorientasi pada masa lampau, atau perilaku pada masa

mendatang dari orang-orang lain. Weber menyatakan tidak setiap jenis perilaku merupakan

perilaku sosial. Sikap-sikap subyektif hanya merupakan perilaku sosial. Apabila berorientasi

keperilaku-perilaku pihak-pihak lain. Tidak setiap tipe hubungan antara manusia mempunyai

ciri sosial, namun hanya apabila perilaku pihak-pihak lain (Soekanto, 2010: 37). Perilaku

seseorang mungkin terpengaruh karena keanggotannya pada suatu kerumunan dan

kesadarannya akan keanggotannya tersebut.

Perilaku tidaklah terletak pada pencapain tujuan tertentu,akan tetapi pada keterlibatan

dalam perilaku tertentu demi perilaku itu. Perilaku rasional tergolong dalam jenis yang

berorientasi pada tujuan, apabila memperhitungkan tujuan, sarana, dan akibat-akibat

sekundernya.Perilaku itu hanya berorientasi pada tujuan sepanjang mengenai pemilihan

sarana (Soekanto, 2010: 40-41).

Suatu keragaman orientasi perilaku sosial aktual disebut kebiasaan, apabila

perwujudannya semata-mata didasarkan pada aktualitas perilaku yang diulang-ulang dalam

bentuk yang sama. Kalau suatu kebiasaan ditentukan oleh fakta bahwa perilaku semua pihak

terarah pada harapan- harapan identik, maka gejala itu disebut kebiasaan yang ditentukan

oleh situasi kepentingan diri para pribadi. Tidak semua persamaan pada proses perilaku sosial

didasarkan pada orientasi terhadap kaidah atau kebiasaan yang sah. Namun hal itu lebih

banyak didasarkan pada fakta bahwa suatu tipe perilaku sosial yang paling baik disesuaikan

dengan kepentingan para pihak yang terlibat sebagaimana hal itu dipersepsikan oleh mereka

(5)

2.3 Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah suatu proses hubungan timbal balik yang dilakukan oleh

individu dengan individu, antara indivu dengan kelompok, antara kelompok dengan individu,

antara kelompok dengan dengan kelompok dalam kehidupan sosial. Menurut Robert T Hall

(dalam Setiadi, 2006:106).Interaksi sosial memiliki aturan, dan aturan itu dapat dilihat

melalui dimensi ruang dan dimensi waktu.Hall membagi ruangan dalam interaksi sosial

menjadi 4 batasan jarak, yaitu jarak intim, jarak pribadi, jarak sosial, dan jarak publik.Selain

aturan mengenai ruang Hall juga menjelaskan aturan mengenai waktu.Pada dimensi waktu ini

terlihat adanya batasan toleransi waktu yang dapat mempengaruhi bentuk interaksi.

Interaksi merupakan hal yang saling melakukan aksi, berhubungan atau saling

mempengaruhi.Interaksi adalah hubungan timbal balik (sosial) berupa aksi saling

mempengaruhi antara individu dengan individu, antara individu dan kelompok dan antara

kelompok dengan kelompok.

2.3.1 Syarat Terjadinya Interaksi Sosial 1. Adanya kontak sosial

Kata kontak dalam bahasa Inggris “contact”, dari bahasa lain “con” atau “cum” yang artinya bersama-sama dan “tangere” yang artinya menyentuh. Jadi kontak berarti

sama-sama menyentuh. Kontak sosial ini tidak selalu melalui interaksi atau hubungan

fisik, karena orang dapat melakuan kontak sosial tidak dengan menyentuh, misalnya

menggunakan telepon genggam, telepon dan lain sebagainya.(Soekanto, 2003:65)

Kontak sosial memiliki memiliki sifat-sifat sebagai ; kontak sosial bisa bersifat positif

dan bisa negatif. Kalau kontak sosial mengarah pada kerjasama berarti positif, kalau

mengarah pada suatu pertentangan atau konflik berarti negatif. Kontak sosial primer

terjadi apa bila peserta interaksi bertemu muka secara langsung. Misalnya kontak

antara guru dengan murid dan sebagainya.Kalau kontak skunder terjadi apabila

interaksi berlangsung melalui perantara.

2. Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak yang

lain dalam rangka mencapai tujuan bersama. Ada tiga tahapan penting dalam

komunikasi:

a. Encoding

Pada tahap ini gagasaan atau program yang akan dikomunikasikan diwujudkan

(6)

istilah, kalimat dan gambar yang mudah dipahami oleh komunikan.Komunikator

harus menghindari penggunaan kode-kode yang membingungkan komunikan.

b. Penyampaian

Pada tahap ini istilah atau gagasan yang telah diwujudkan dalam bentuk kalimat

dan gambar disampaiakan.Penyampaian dapat berupa lisan dan dapat berupa

tulisan atau gabungan dari duanya.

c. Decoding

Pada tahap ini dilakukan proses mencerna dan memahami kalimat serta gambar

yang diterima menuruy pengalaman yang dimiliki.

2.3.2 Bentuk Interaksi Sosial

Bentuk-bentuk interaksi sosial yang berkaitan dengan proses asosiatif dapat terbagi

atas bentuk kerja sama, akomodasi, dan asimilasi. Kerja sama merupakan suatu usaha

bersama individu dengan individu atau kelompok-kelompok untuk mencapai satu atau

beberapa tujuan. Akomodasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan, di mana terjadi

keseimbangan dalam interaksi antara individu-individu atau kelompok-kelompok manusia

berkaitan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam

masyarakat.Usaha-usaha itu dilakukan untuk mencapai suatu kestabilan. Sedangkan asimilasi

merupakan suatu proses di mana pihak-pihak yang berinteraksi mengidentifikasikan dirinya

dengan kepentingan-kepentingan serta tujuan-tujuan kelompok.

Bentuk interaksi yang berkaitan dengan proses disosiatif ini dapat terbagi atas bentuk

persaingan, kontraversi, dan pertentangan. Persaingan merupakan suatu proses sosial, di

mana individu ataukelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui

bidang-bidang kehidupan. Bentuk kontraversi merupakan bentuk interaksi sosial yang

sifatnya berada antara persaingan dan pertentangan. Sedangkan pertentangan merupakan

suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya

dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan.

Dalam tahapan proses-proses asosiatif dan disosiatif Mark L. Knapp (Setiadi: 2006:

187) menjelaskan tahapan interaksi sosial untuk mendekatkan dan untuk merenggangkan.

Tahapan untuk mendekatkan meliputi caramemulai (initiating), menjajaki (experimenting),

meningkatkan (intensifying), menyatupadukan (integrating) dan mempertalikan

(bonding).Sedangkan tahapan untuk merenggangkan meliputi membeda-bedakan

(differentiating), membatasi (circumscribing), memacetkan (stagnating), menghindari

(7)

Gillin dan Gillin (Soekanto: 2003: 72) mengadakan penggolongan yang lebih luas lagi.

Menurut mereka, ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi

sosial :

1. Proses-proses yang Asosiatif

a. Kerja Sama (Cooperation)

Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk

mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama tersebut

berkembang apabila orang dapat digerakan untuk mencapai suatu tujuan bersama

dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian hari mempunyai

manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian

kerja serta balas jasa yang akan diterima. Dalam perkembangan selanjutnya,

keahlian-keahlian tertentu diperlukan bagi mereka yang bekerja sama supaya

rencana kerja samanya dapat terlaksana dengan baik. Kerja sama timbul karena

orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya (in group) dan kelompok lainya

(outgroup). Kerja sama akan bertambah kuat jika ada hal-hal yang menyinggung

anggota/perorangan lainnya.

Fungsi kerjasama digambarkan oleh Charles H.Cooley (Effendy 2007: 108)

”kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang

bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian

terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan

tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang

sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama yang berguna”

b. Akomodasi (Accomodation)

Istilah Akomodasi dipergunakan dalam dua arti, menunjuk pada suatu keadaan dan

suatu proses. Akomodasi menunjuk pada keadaan, adanya suatu keseimbangan

dalam interaksi antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam

kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam

masyarakat. Sebagai suatu proses akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia

untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha manusia untuk mencapai

(8)

Menurut Gillin dan Gillin (dalam Effendy, 2007:127), akomodasi adalah suatu

perngertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses

dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan adaptasi dalam biologi.

Maksudnya, sebagai suatu proses di mana orang atau kelompok manusia yang

mulanya saling bertentangan, mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi

ketegangan-ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan

pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan

kepribadiannya.

c. Asimilasi (Assimilation)

Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya

usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara

orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha

untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses-proses mental dengan

memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama. Proses asimilasi timbul bila ada

kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya orang-perorangan

sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk

waktu yang lama sehingga kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok

manusia tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri.

Beberapa bentuk interaksi sosial yang memberi arah ke suatu proses asimilasi

(interaksi yang asimilatif) bila memilih syarat-syarat sebagai berikut, interaksi

sosial tersebut bersifat suatu pendekatan terhadap pihak lain, di mana pihak yang

lain tadi juga berlaku sama interaksi sosial tersebut tidak mengalami

halangan-halangan atau pembatasan-pembatasan. Interaksi sosial tersebut bersifat langsung

dan primer.Frekuensi interaksi sosial tinggi dan tetap, serta ada keseimbangan

antara pola-pola tersebut.Artinya, stimulan dan tanggapan-tanggapan dari

pihak-pihak yang mengadakan asimilasi harus sering dilakukan dan suatu keseimbangan

tertentu harus dicapai dan dikembangankan.

e. Akulturasi (Aculturation)

Menurut Gillin dan Gillin (dalam Effendy, 2007: 131), akulturasi adalah proses

sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu

kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing

(9)

dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya

kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.

2. Proses Disosiatif

Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional proccesses, yang persis halnya

dengan kerjasama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya

ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat bersangkutan. Oposisi dapat

diartikan sebagai cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok manusia untuk

mencapai tujuan tertentu. Pola-pola oposisi tersebut dinamakan juga sebagai perjuangan

untuk tetap hidup (struggle for existence). Oposisi proses-proses yang disosiatif dibedakan

dalam tiga bentuk, yaitu :

a. Persaingan (Competition)

Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dimana

individu atau kelompok manusia yangbersaing mencari keuntungan melalui

bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian

umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik

perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa

mempergunakan ancaman atau kekerasan.

b. Kontraversi (Contravention)

Kontraversi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada

antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk kontraversi

dalam(Leopold von Wiese dan Howard Becker 1932:19) ada 5, yaitu :

 Umum, meliputi perbuatan seperti penolakan, keenganan, perlawanan,

perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguang-gangguan, kekerasan,

pengacauan rencana.

 Sederhana, seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka umum,

memaki-maki melalui surat selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan

beban pembuktian pada pihak lain, dan lain sebagainya.

 Intensif, penghasutan, menyebarkan desas-desus yang mengecewakan pihak lain.

 Rahasia, mengumumkan rahasian orang, berkhianat.

(10)

2.4 Interaksionisme Simbolik

Interaksionisme simbolik menekankan pada pola hubungan antar simbol dan interaksi,

serta inti pandangan pendekatan ini adalah individu (Poloma, 2003: 274). Menurut Blumer,

interaksi simbolik merujuk pada karakter interaksi khusus yang berlangsung antara manusia.

Aktor tidak semata-mata bereaksi terhadap tindakan yang lain, tetapi ia juga menafsirkan dan

mendefinisikan setiap tindakan orang lain. Respon aktor baik secara langsung maupun tidak

langsung selalu didasarkan atas penilaian makna tersebut (Zeitlin, Irving M., 1995: 331-332).

Beberapa tokoh interaksionisme simbolik telah mencoba untuk menghitung jumlah

prinsip dasar dalam teori ini, yaitu:

a. Manusia telah dibekali kemampuan untuk berpikir.

b. Kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi sosial.

c. Dalam interaksi sosial manusia mempelajari arti dan simbol yang memungkinkan

mereka mengunakan kemampuan berpikir mereka.

d. Makna dan simbol memungkinkan manusia melanjutkan tindakan khusus dan

interaksi.

e. Manusia mampu mengubah arti dan simbol yang mereka gunakan dalam

tindakan dan interaksi berdasarkan penafsiran mereka terhadap situasi.

f. Manusia mampu membuat kebijakan modifikasi dan perubahan, karena

kemampuan mereka berinteraksi dengan diri mereka sendiriyang memungkinkan

mereka menguji serangkaian peluang tindakan, menilai keuntungan dan kerugian

relatif mereka.

g. Pola tindakan dan interaksi yang saling berkaitan akan membentuk kelompok dan

masyarakat (Ritzer, George & Goodman, Douglas J., 2008: 289).

2.5 Teori Ruang Publik

Menurut Habermas (dalam Hardiman, 2010:185) ruang publik memiliki peran yang

cukup berarti dalam proses berdemokrasi.Ruang publik merupakan ruang demokratis atau

wahana diskursus masyarakat, yang mana warga negara dapat menyatakan opini-opini,

kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan mereka secara diskursif. Ruang publik

merupakan syarat penting dalam demokrasi.Ruang publik adalah tempat warga

berkomunikasi mengenai kegelisahan-kegelisahan politis warga.Selain itu, ruang publik

merupakan wadah yang mana warganegara dengan bebas dapat menyatakan sikap dan

(11)

Ruang publik bukan hanya sekedar fisik, maksudnya sebuah institusi atau organisasi

yang legal, melainkan adalah komunikasi warga itu sendiri. Ruang publik harus bersifat

bebas, terbuka, transparan dan tidak ada intervensi pemerintah atau otonom di dalamnya.

Ruang publik itu harus mudah diakses semua orang.Dari ruang publik ini dapat terhimpun

kekuatan solidaritas masyarakat warga untuk melawan mesin-mesin pasar/kapitalis dan

mesin-mesin politik.Habermas membagi-bagi ruang publik, tempat para aktor-aktor

masyarakat warga membangun ruang publik, Pluralitas (keluarga, kelompok-kelompok

informal, organisasi-organisasi sukarela, dst), Publisitas (media massa, institusi-institusi

kultural, dst), Keprivatan (wilayah perkembangan individu dan moral), Legalitas

(struktur-struktur hukum umum dan hak-hak dasar).

Jadi Jurgen Habermas memberikan gagasan mengenai ruang publik bahwa ruang

publik bukan hanya ada satu, tetapi ada banyak ruang publik di tengah-tengah

masyarakat.Ruang publik tidak dapat dibatasi karena ruang publik ada dimana saja.Di mana

ada masyarakat yang duduk berkumpul bersama dan berdiskusi tentang tema-tema yang

relevan, maka disitu hadir ruang publik.Selain itu, ruang publik tidak terikat dengan

kepentingan-kepentingan pasar maupun politik.Oleh karena itu, ruang publik tidak terbatas.

2.6 Game Defense of the Ancients (DotA)

Defense of the ancients (DotA) adalah sebuah peta buatan untuk permainan komputer

buatan blizzard judulnya warcraft III Frozen Throne, yang dibuat berdasarkan peta “aeon of

strife” dari game blizzard lainnya, Starcraft. Tujuan utama dari permainan ini untuk

menghancurkan markas musuh bersama-sama dengan tim dan petarung yang dikontrol oleh

komputer. Pemain dapat menggunakan tokoh kuat yang disebut pahlawan (hero), dan dibantu

oleh pahlawan sekutu dan anak buah (creep) yang dikontrol oleh AI. Seperti dalam

permainan Role Playing Games (RPG), pemain dapat meningkatkan level tokoh pahlawan

mereka dan menggunakan emas buat beli barang selama permainan. Permainan ini

dikembangkan dengan menggunakan world editor dari permainan warcraft III Reign Of

Chaos, dan dirubah dengan dirilisnya The Frozen Throne (Efendi, Ilham. 2011. Diakses pada

27 April 2015)

Pada mulanya peta DotA dibuat oleh Eul. Eul merupakan nickname atau nama

samaran. Peta DotA yang pertama kali dibuat Eul adalah peta 0.95.Sayangnya Eul berhenti

membuat peta DotA meskipun DotA disambut antusias para pemain game online.Selanjutnya

pembuatan peta DotA diteruskan oleh Guinsoo.Guinsoo membuat beberapa perubahan pada

(12)

5.84b.Kemudian seseorang yang bernama samaran True.rus yang berasal dari Rusia merubah

peta 5.84b menjadi 5.84c.Peta ini merupakan penyempurnaan dari peta yang dibuat Guinsoo

sebelumnya. Peta DotA mengalami masa vakum karena Guinsoo dan True.rus tidak lagi

meneruskan proyek mereka dalam pembuatan peta DotA. Kemudian muncul Icefrog

menghapus vakumnya peta DotA.Ditangan Icefrog peta DotA terus berkembang hingga versi

6.85 dan terus berkembang hingga sekarang ini.

Cara bermain permainannya fokus dengan strategi dan kerjasama tim, dan bisa

dimainkan sampai 10 orang secara bersamaan, dibagi jadi 2 kelompok sentinel, dan scourge.

Markas tim sentinel ada di pojok kiri bawah peta sementara tim scourge di pojok kanan atas

peta. Masing-masing markas dilindungi oleh tower dan unit-unit yang dikontrol oleh AI. Di

pusat markas tim, terdapat “ancient,” yaitu sebuah bangunan yang harus dipertahankan oleh

tiap tim. Bila ancient salah satu tim dihancurkan, maka tim itu kalah dan permainan selesai.

Setiap pemain mengontrol karakter pahlawan yang disebut hero, total hero yang dapat dipilih

mencapai 100 hero lebih, tiap hero memiliki abilities unik yang berbeda satu sama lainnya.

Game ini sangat berorientasi pada kerjasama kelompok. Meskipun demikian, ada beberapa

hero yang bila dimainkan dengan baik dan diberikan cukup banyak waktu untuk

meningkatkan level dapat mengubah jalannya permainan secara signifikan dengan sendirian.

DotA sendiri telah sering menjadi salah satu jenis permainan yang dipertandingkan di

Turnamen dunia, seperti Blizzard’s BlizzCon Convention pada tahun 2005, World Cyber

Games 2005, 2006 di Malaysia & Singapore, dan World Cyber Games Asian Championships

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil evaluasi konteks dapat disimpulkan substansi apa yang perlu menjadi muatan kegiatan kursus program CGMT, khususnya aspek-aspek kompetensi apa yang perlu

In this paper several methods of supervised learning (decision tree, naïve bayes, neural network, and deep learning) are used to classify cancer cells based on

Berdasarkan fakta penelitian baik jenis media tanam pada lingkar batang tanaman lidah mertua yang dibudidaya pada jenis media tanam tanah (T) yang berbeda dengan

Selama kedua putaran setengah, tegangan beban mempunyai polaritas yang sama dan arus beban berada dalam satu arah, rangkaian ini disebut sebagai Rectifier gelombang

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa para pegawai di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Cimahi perlu figur pimpinan yang bisa memberikan intruksi yang

Mikäli aikuisia kohderyhmänä käsitellään, heidät nähdään vain van- hemman, isovanhemman tai muun kasvattajan roolista käsin eikä vain aikuisena yksilö- nä

Mengenai saksi keluarga dalam perceraian khul‟i itu diperbolehkan karena perkara perceraian adalah perkara khusus sedangkan khul‟i termasuk salah satu kategori

Gambar 1. Beberapa spesies dari Famili Zingiberaceae yang digunakan masyarakat di Kecamatan Siak Hulu: A) Zingiber officinale B) Zingiber officinale var. rubrum C) Curcuma domestica