• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan

hasil yang positif di berbagai bidang yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan

lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran serta

upaya-upaya peningkatan kesehatan yang mampu meningkatkan umur harapan

hidup. Salah satu tantangan di bidang pembangunan kependudukan di Indonesia

adalah menghadapi suatu kesempatan yang disebabkan perubahan komposisi

penduduk menurut umur, yang disebut windows of opportunity pada tahun 2030-an. Kondisi ini disertai dengan besarnya jumlah penduduk usia produktif,

menurunnya jumlah penduduk usia anak-anak dan meningkatnya jumlah

penduduk lansia.

Jumlah penduduk dengan usia lanjut di Indonesia akan bertambah sebanyak

11,4 juta dalam waktu 30 tahun mendatang, maka jumlah penduduk Indonesia

akan naik sebesar 40% sehingga Umur Harapan Hidup Indonesia akan meningkat.

Hal ini membuat kualitas penduduk Indonesia semakin rendah karena terjadinya

peningkatan jumlah penderita penyakit degeneratif seperti diabetes melitus,

hipertensi, stroke, dsb.

Persoalan-persoalan tersebut dapat diatasi dengan adanya suatu acuan bagi

pembangunan kependudukan di masa mendatang, baik dari sisi kebijakan umum

dalam bentuk Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK) dengan

(2)

kuantitas penduduk nasional 2010-2035 sehingga terwujudnya penduduk yang

berkualitas sebagai modal dasar dalam pembangunan untuk tercapainya

masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan sejahtera.

Menua (aging) merupakan proses normal yang dimulai sejak konsepsi dan

berakhir saat kematian. Apabila seseorang berhasil mencapai usia lanjut, maka

salah satu upaya utama adalah mempertahankan atau membawa status gizi yang

bersangkutan pada kondisi optimum agar kualitas hidup yang bersangkutan tetap

baik.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi

empat yaitu usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa usia lanjut atau usia 60

tahun ke atas merupakan tahap akhir dari proses penuaan yang memiliki dampak

terhadap tiga aspek, yaitu biologis, ekonomi, dan sosial.

Menjadi lanjut usia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya. Kemunduran struktur dan fungsi

organ juga terjadi pada sistem kardiovaskular, salah satunya adalah dinding arteri

telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis sehingga darah dipaksa untuk

melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya

tekanan darah (Konita dkk, 2014).

Hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar

(3)

pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang. Batas normal tekanan darah adalah kurang dari atau 120 mmHg

tekanan sistolik dan kurang dari atau 80 mmHg tekanan diastolik (WHO, 2011).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi menjadi masalah kesehatan yang serius,

karena jika tidak terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang

berbahaya. Akibatnya bisa fatal karena sering timbul komplikasi, misalnya stroke

(penurunan drastis aliran darah otak), penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal.

Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik

terisolasi (HST). Meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya

kemungkinan timbulnya kejadian stroke dan infark myocard bahkan walaupun

tekanan diastoliknya dalam batas normal (isolated systolic hypertension). Isolated systolic hypertension adalah bentuk hipertensi yang paling sering terjadi pada

lansia. Pada suatu penelitian, hipertensi menempati 87% kasus pada orang yang

berumur 50 sampai 59 tahun. Adanya hipertensi, baik HST maupun kombinasi

sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas untuk

orang lanjut usia. Hipertensi Sistolik Terisolasi (HST) jelas berhubungan dengan

kejadian stroke, penyakit jantung koroner, gagal jantung, ukuran jantung, gagal

ginjal dan pengecilan ukuran ginjal (Amran dkk, 2010).

Berdasarkan data WHO diperkirakan penderita hipertensi di seluruh dunia

berjumlah 600 juta orang, dengan 3 juta kematian setiap tahun. Di Amerika,

diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. Sampai saat ini,

hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Betapa tidak, hipertensi

(4)

merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8

% sesuai dengan data Riskesdas 2013. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 juga

dapat dilihat bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia lebih tinggi pada

perempuan yaitu sekitar 28,8 % dan pada golongan lanjut usia. Di Sumatera

Utara, prevalensi hipertensi juga termasuk tinggi yaitu sekitar 24,7 % berdasarkan

data Riskesdas 2013.

Data Riskesdas 2013 juga menyebutkan hipertensi sebagai penyebab

kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari

proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia. Banyak faktor risiko

yang dapat menyebabkan hipertensi seperti pola konsumsi makanan, aktivitas

fisik, tingkat stress, merokok maupun faktor genetik. Penduduk yang masih

kurang dalam memperhatikan pola dan tingkat konsumsi makanannya sehari-hari

membuat timbulnya berbagai penyakit degeneratif terlebih pada lansia yang

membuat angka morbiditas dan mortalitas menjadi semakin tinggi.

Ketidakseimbangan antara konsumsi karbohidrat dan kebutuhan energi,

dimana konsumsi yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kegemukan atau

obesitas. Hasil penelitian Aritonang, E, dkk (2016) menyatakan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara konsumsi karbohidrat dan lemak dengan status

gizi pada pegawai di Direktorat Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Medan. Kelebihan energi dalam tubuh disimpan dalam bentuk jaringan lemak.

Pada keadaan normal, jaringan lemak ditimbun dalam beberapa tempat tertentu,

diantaranya di jaringan subkutan dan di dalam jaringan usus (omentum). Berat

(5)

darah, terutama tekanan darah sistolik. Resiko relatif untuk menderita hipertensi

pada orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang berat

badannya normal.

Asupan makanan dengan kandungan lemak dan natrium yang tinggi dapat

memengaruhi tinggi rendahnya tekanan darah dalam tubuh sehingga

menyebabkan terjadinya hipertensi. Asupan kalium yang meningkat akan

menurunkan tekanan darah pada beberapa kasus tertentu. Pada penelitian

Sumaerih di Indramayu tahun 2006 membuktikan bahwa asupan kalium yang

tinggi dapat menurunkan tekanan darah. Sebaliknya kenaikan kadar natrium

dalam darah dapat merangsang sekresi renin dan mengakibatkan penyempitan

pembuluh darah perifer yang berdampak pada meningkatnya tekanan darah.

Penelitian Ratnaningrum di Kabupaten Boyolali tahun 2015 mengatakan

bahwa asupan serat juga berhubungan dengan terjadinya tekanan darah tinggi

karena asupan serat dapat membantu meningkatkan pengeluaran kolesterol

melalui feses dengan jalan meningkatkan waktu transit bahan makanan melalui

usus. Mengonsumsi serat sangat menguntungkan karena dapat mengurangi

pemasukan energi dan obesitas yang pada akhirnya menurunkan risiko penyakit

tekanan darah tinggi.

Upaya untuk menghambat perubahan yang terjadi pada lansia dapat

dilakukan, yaitu beradaptasi dengan keterbatasan yang menyertai proses penuaan

dan diperlukan penyusunan menu khusus bagi lansia agar keperluan gizi pada

(6)

menciptakan kesehatan lanjut usia secara optimal. Kecukupan gizi akan terpenuhi

jika para lanjut usia memperhatikan pola makan yang beragam dan gizi seimbang.

Jawa Maraja Bah Jambi adalah sebuah kecamatan di Kabupaten

Simalungun, Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi ini

memiliki 8 desa dengan jumlah penduduknya sebanyak 20.709 jiwa. Di

kecamatan ini, penduduk lansia ada sebanyak 1690 jiwa (8,16 %) dengan usia ≥

65 tahun.

Desa Mekar Bahalat merupakan salah satu desa/nagori yang ada di

Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi. Desa Mekar Bahalat terdiri dari 6 dusun,

yaitu Dusun Korem Luar, Dusun Korem Dalam, Dusun Siabarta, Dusun Bahalat I,

Dusun Bahalat II dan Dusun Ranto. Jumlah penduduk di Desa Mekar Bahalat

adalah 1583 jiwa dan jumlah lansia usia ≥ 60 tahun sebanyak 120 jiwa (7,58%).

Banyaknya jumlah lansia membuat semakin khawatir akan timbulnya

berbagai penyakit degeneratif termasuk hipertensi sehingga sangat perlu untuk

diwaspadai. Data dari Puskesmas Jawa Maraja Bah Jambi menyebutkan

prevalensi hipertensi di Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi mengalami

peningkatan dari 6,27 % di tahun 2013 menjadi 11,89 % di tahun 2014, lalu

sedikit mengalami penurunan menjadi 11,57 % di tahun 2015 pada usia ≥ 45

tahun. Puskesmas Jawa Maraja Bah Jambi juga menyebutkan bahwa hipertensi

merupakan penyakit kedua terbesar yang ada di wilayah puskesmas. Hal ini dapat

terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat terutama lansia dalam

(7)

Menurut data dari Puskesmas Pembantu (Pustu) di Desa Mekar Bahalat

tahun 2015, prevalensi penyakit hipertensi pada lansia yaitu sekitar 21 orang

(8,8%). Data ini merupakan data pasien hipertensi yang datang ke pustu untuk

melakukan pemeriksaan dan pengobatan. Data dari Puskesmas Pembantu (Pustu)

tahun 2014 juga menyebutkan bahwa hipertensi merupakan penyakit keempat

terbesar yang ada di Desa Mekar Bahalat. Hal ini dapat memengaruhi aktivitas

yang dilakukan lansia termasuk dalam hal melakukan pekerjaan mereka

sehari-hari yang mayoritasnya adalah seorang petani.

Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan, salah satu faktor risiko

penyebab hipertensi di desa ini adalah pola konsumsi makanan lansia sehari-hari.

Kebiasaan mengonsumsi makanan dengan tinggi lemak, tinggi kolesterol dan

tinggi natrium dapat menjadi pemicu kenaikan tekanan darah. Sebagian besar

masyarakat di Desa Mekar Bahalat sering mengonsumsi makanan yang berlemak,

berkolesterol tinggi dan tinggi natrium seperti daging kambing, daging sapi,

makanan yang bersantan, ikan asin dan telur asin. Oleh karena itu, kebiasaan

mengonsumsi makanan tersebut dapat memicu tingginya tekanan darah yang

dialami oleh lansia dan membuat tingginya penyakit-penyakit degeneratif pada

lansia, termasuk hipertensi.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai hubungan antara konsumsi makanan dengan kejadian

hipertensi pada lansia di Desa Mekar Bahalat, Kecamatan Jawa Maraja Bah

(8)

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah ”Apakah ada hubungan

konsumsi makanan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Mekar

Bahalat, Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi, Kabupaten Simalungun?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui dan menganalisis hubungan konsumsi makanan dengan

kejadian hipertensi pada lansia di Desa Mekar Bahalat, Kecamatan Jawa Maraja

Bah Jambi, Kabupaten Simalungun.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran jenis dan frekuensi makanan pencegah dan

pemicu hipertensi yang dikonsumsi oleh lansia di Desa Mekar Bahalat,

Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi, Kabupaten Simalungun.

2. Untuk menganalisis hubungan antara tingkat konsumsi karbohidrat, protein,

lemak, natrium, dan serat dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa

(9)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun

Sebagai bahan informasi mengenai konsumsi makanan lansia dan

hubungannya dengan hipertensi di bagian gizi di Dinas Kesehatan Kabupaten

Simalungun untuk mengambil langkah-langkah kebijakan selanjutnya dalam

rangka meningkatkan kesehatan masyarakat terutama pada lansia.

2. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan sumbangan pengetahuan dan saran bagi Puskesmas Jawa

Maraja Bah Jambi untuk dapat memberikan penyuluhan/informasi yang terkait

dengan hipertensi pada lansia misalnya pada saat Posyandu Lansia dalam rangka

meningkatkan kesehatan masyarakat, dan perhatian dalam upaya pencegahan

penyakit degeneratif, sehingga dapat menurunkan prevalensi hipertensi di wilayah

tersebut.

3. Bagi Instansi Terkait

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi dan masukan yang bermanfaat

bagi instansi terkait seperti panti pelayanan sosial lansia untuk dijadikan dasar

dalam menjaga derajat kesehatan lansia dan dalam penyelenggaraan makanan

sesuai dengan standar yang ada guna mempertahankan dan meningkatkan

Referensi

Dokumen terkait

Metode pengumpulan data yang dilakukakn peneliti yaitu dengan menggunakan metode wawancara, Observasi, dan Dokumentasi hal ini dilakukan karena peneliti ingin

[r]

Tambahan Tunjangan dan Tunjangan Aparatur Pemerintah Desa berdasarkan Hak Asal Usul.. Tambahan Tunjangan dan Tunjangan Aparatur Pemerintah Desa berdasarkan Hak

[r]

[r]

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga Konsep Perencanaan dan Perancangan dengan judul Transit Mall sebagai Destinasi Wisata yang

untuk masing-masing record yang ada sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama, akan tetapi teknik ini dapat digunakan langsung pada database server.. Dalam

1) All the animals from control and all the treated dose groups up to 500 mg/kg survived throughout the dosing period of 28 days. 2) No signs of toxicity were observed in