Sent uhan : Bagian dari Proses Terapeut ik ?
Dian Veronika Sakt i1, Aril Hal ida2 1
Fakul t as Psikologi Universit as Diponegoro, Semarang 2
Fakul t as Psikol ogi Universit as YARSI, Jakart a
Abst r ak :
berada di ruang publ ik, namun pada saat berada di rumah mereka mempunyai at uran t ersendiri mengenai dengan siapa, seberapa sering dan sej auh mana kont ak f isik it u dil akukan. Hal ini membukt ikan bahwa set iap individu memil iki at uran mengenai rel asi dan kont ak f isik; dipengaruhi ol eh budaya dan l at ar bel akang sosial , norma yang berl aku, sert a pengal aman pribadi individu t ersebut .
Secara f isiologis, persepsi t erhadap sent uhan yang dirasakan ol eh seseorang sangat mempengaruhi respon f isiol ogis individu t ersebut . Ket ika individu merasakan kont ak f isik at au sent uhan pada sit uasi yang t idak nyaman, ambigu, menakut kan maka akan meningkat kan det ak j ant ung, t ekanan darah dan koakt ivasi sist em simpat et ik sert a sebal iknya. (Wil hem et al, 2001).
Berdasarkan st udi il miah, seorang psikol og perkembangan sekal igus pendiri Touch Resear ch Inst i t ut es di Washingt on, D. C, Tif f any Fiel d, Ph. D menj el askan bahwa sent uhan
f isik memil iki ef ek posit if t erhadap kesehat an f isik dan psikol ogis (Dess, 2000). Bahkan dari hasil penel it ian t ersebut , dikembangkan suat u j enis t erapi yakni Massage Ther apy yang diperunt ukkan bagi kl ien dengan usia bayi hingga dewasa. Hasil penel it ian l ain mendukung t emuan diat as, menyat akan bahwa sent uhan merupakan sal ah sat u f akt or krusial yang menent ukan perkembangan f isik dan emosional bayi, dan pada orang dewasa sent uhan dapat meningkat kan sist em kekebal an t ubuh, menurunkan st ress dan depresi (Fox, 2008).
Penggunaan sent uhan dal am proses t erapi merupakan isu yang cukup kont roversial dan merupakan t opik yang sensit if dan probl emat is, disamping secara pot ensial memil iki manf aat yang membant u dan menyembuhkan dal am proses t erapi (Shaw, 2003). Sent uhan dal am proses t erapi dipandang mengunt ungkan apabil a memenuhi kebut uhan kl ien. Tune (2001) dal am penel it iannya mengenai penggunaan sent uhan dal am int ervensi psikol ogis mendapat kan hasil bahwa sent uhan merupakan t opik yang sensit if dan t idak mudah unt uk dibicarakan bahkan ol eh t erapis sekal ipun. Walaupun t idak bisa dipungkiri, survey yang dil akukan pada anggot a Amer i can Academy of Psychot her api st mendapat kan dat a bahwa hanya 13% t erapis yang t idak pernah menyent uh kl iennya (Tirnauer et al, 2006). St udi yang dil akukan ol eh St rozier et al (2003), memperol eh suat u gambaran bahwa 95% pekerj a sosial menggunakan sent uhan dal am proses t erapi dengan kl ien. Sent uhan yang digunakan pun beragam, mul ai dari mengel us t angan, l engan, dan punggung, bahkan ada pul a responden yang memel uk kl ien.
dikuat kan karena adanya wuj ud empat i konsel or at au t erapis at as masal ah yang t engah dihadapinya. Sent uhan yang dimaksud disini adal ah kont ak f isik non-seksual ant ara konselor at au t erapis dengan kl ien, misal nya saj a menyent uh pundak, l engan, at au sekedar mengel us t angan kl ien. Leij j sen (2006) mengemukakan bagian t ubuh yang merupakan accept abl e par t dal am proses psikot erapi adal ah bagian t angan, daerah pundak, dan punggung bel akang. St rozier, et al (2003) menj el askan bahwa sent uhan merupakan bent uk kasih sayang dan kehadiran t erapis bagi kl ien.
Sent uhan f isik dal am prakt ek konsel ing dan psikot erapi sangat t ergant ung pada orient asi t eori yang digunakan ol eh konsel or at au t erapis (St rozier et al . , 2003). Bagi konselor maupun t erapis yang berorient asi pada model humanist ik cenderung menggunakan t eknik sent uhan dal am prakt eknya. Lain hal nya dengan t erapis yang menggunakan pendekat an psikodinamika, behaviorist ik, dan rasional -kognit if , mereka cenderung t idak menggunakan banyak t eknik sent uhan dal am prakt ek konsel ing at au t erapinya.
Temuan Fagan dan Sil vert horn (1998) (dal am Shaw, 2003) mel ibat kan sent uhan sebagai bagian dari komunikasi emosi, dimana kemampuan seseorang mengenai hal t ersebut berpengaruh kepada kesehat an ment al nya. Sehingga sent uhan dapat memil iki ef ek power f ul dal am set t ing psikot erapi. Sent uhan dal am sudut pandang t erapi humanist ik dil ihat sebagai ekspresi genui ne yang al ami, car i ng r el at i onshi p; sement ara dal am t radisi psikodinamika, sent uhan dianggap sebagai kebut uhan unt uk diperhat ikan, dibimbing dan didukung, sert a unt uk memenuhi kebut uhan perkembangan individu (Leij ssen, 2006). Asumsi dasarnya adal ah kont ak f isik yang dil akukan akan berkorel asi dengan perasaan dan memori masa kecil , sert a kebut uhan kasih sayang dari f igur orang t ua (dal am hal ini yang memberikan sent uhan), sehingga unt uk beberapa kasus t ert ent u sent uhan j uga akan sangat berguna bagi kl ien yang memil iki pengalaman diabaikan baik f isik dan emosional ol eh kel uarga at au kl ien yang pernah mengal ami penyiksaan f isik. Dengan sent uhan it u pul a, kl ien akan merasakan adanya bent uk kasih sayang l ayaknya orang t ua pada anak yang mungkin sel ama ini t idak pernah dirasakannya.
Beberapa ahl i yang mengat akan bahwa t eknik sent uhan dapat diapl ikasikan manakal a hubungan t erapis – kl ien sudah masuk pada t ahap sal ing percaya dan kl ien sudah menunj ukkan kemaj uan dal am cara berpikir t ent ang apa yang dial aminya (Wil son dal am St rozier et al . , 2003). Ol eh Hunt er dan St ruve (1998) dikemukakan j uga beberapa t ipe kont ak f isik yang dapat t erj adi ant ara t erapis dan kl ien sel ama proses t erapi, yait u :
a. At t ent i onal -af f ect i onal t ouch ; t erapis t idak int ensif mel akukan kont ak dengan kl ien. Sent uhan t angan, berj abat t angan, merupakan sal ah sat u bent uk unt uk memberikan rasa nyaman dan percaya pada t erapis.
b. Emot i onal -expressive t ouch ; sent uhan ini diberikan pada saat r appor t t el ah t erj al in dengan baik, karena t erapis akan int ensif mel akukan kont ak f isik dengan kl iennya. Sent uhan yang diberikan sal ah sat unya bert uj uan unt uk memberikan dukungan dan prot eksi pada kl ien.
c. Cat har t i c t ouch : merupakan kont ak f isik yang memf asil it asi muncul nya pengekspresian dan ekspl orasi emosi secara mendal am dari kl ien. Area ini merupakan area spesif ik, dimana kont ak f isik yang dil akukan ol eh t erapis berhubungan dengan bagian t ubuh yang menj adi t rigger bagi kl ien, dan membuka memori dan emosi t ert ent u sehingga memuncul kan kat arsis emosi.
Sent uhan yang dil akukan dipercaya membuat kl ien merasa nyaman, bahwa t erapis ada unt uk mereka, menunj ukkan bent uk empat i at as permasal ahan yang dial ami kl ien, unt uk menguat kan, dan membant u kl ien mel epaskan emosi-emosi yang dit ekan, sert a sebagai sal ah bent uk af eksi t erhadap kl ien. Sent uhan j uga merupakan bent uk komunikasi penerimaan dan dapat membant u kesembuhan klien (St rozier et al . , 2003).
Berdasarkan hasil pengal aman dan pengamat an yang dil akukan ol eh penul is ket ika memprakt ekkan penggunaan t eknik sent uhan saat proses konsel ing dan t erapi, menunj ukkan bahwa kl ien t erl ihat l ebih t enang dal am mengungkapkan apa yang menj adi beban emosional nya. Misal nya saat kl ien menangis, dengan sent uhan t ersebut , kl ien dapat l ebih menguasai emosi negat if nya. Hal ini dapat diket ahui dari t arikan naf asnya yang j auh l ebih t erat ur dan rit me bicara yang l ebih t ert at a.
sert a dapat mengakibat kan hubungan t erapeut ik yang j ust ru membahayakan (Wilson dal am St rozier et al . , 2003), sehingga pert imbangan et is dal am proses t erapi berupa pengkomunikasian bahwa t erapis akan membangun hubungan yang sal ing menghargai dan mempercayai ant ara t erapis dan kl ien merupakan hal yang sangat pent ing. Jel asnya ikat an yang t erj al in sel ama proses t erapi, dan komunikasi yang t erbuka ant ara t erapis dan kl ien akan menghindari t erj adinya isu-isu negat if dal am t erapi.
Disebut kan pul a bahwa sent uhan dapat dimaknai secara berbeda ol eh masing-masing kl ien. Bagi beberapa kl ien yang mengalami kecemasan misal nya, ef ek sent uhan mungkin akan dianggap dapat menurunkan simt om kecemasannya. Namun hal ini bel um t ent u berl aku bagi kl ien l ain meski dengan gangguan yang sama. Sent uhan bagi beberapa kl ien mungkin dapat memuncul kan suat u perasaan t idak dihargai ol eh konsel or at au t erapis. Bahkan bagi kl ien-kl ien dengan permasal ahan yang ekt rem (misal nya depresi, korban pemerkosaan, kekerasan f isik, dsb), dapat mengart ikan sent uhan t ersebut sebagai bent uk pel ecehan karena sent uhan t ersebut dianggap membangkit kan ef ek masa l al u yang menyakit kan.
Hal yang harus dipahami bersama adal ah, hubungan t erapeut ik bukanl ah hubungan sosial , dimana hubungan t erapeut ik mel ibat kan sikap prof esional dari masing-masing pihak. Ada banyak resiko ket ika sent uhan digunakan dal am proses int ervensi j ika makna sent uhan t ersebut t idak dipahami, baik ol eh kl ien maupun konsel or dan t erapis. Makna sent uhan kl ien-t erapis berbeda dengan makna sent uhan yang biasa dil ibat kan dal am sit uasi sosial .
Ada at au t idaknya penggunaan sent uhan dal am hubungan t erapeut ik, t ent u menj adi pil ihan dan kebij akan t ersendiri bagi set iap konsel or dan t erapis. Ada banyak hal yang perl u dipert imbangkan sebel um memut uskan unt uk mel ibat kan t eknik sent uhan dal am proses konsel ing at au t erapi. Misal nya saj a bagaimana karakt erist ik individual kl ien (j angan sampai sent uhan yang kit a berikan j ust ru membuat kl ien berada pada posisi regresi at au inf ant il ), kondisi emosional kl ien pada saat proses konsel ing berl angsung, maupun bahasa t ubuh yang dit unj ukkan ol eh kl ien (apakah t erl ihat memerl ukan sent uhan, dsb), l at ar bel akang, norma sert a kebudayaan set empat .
sosial dan budaya perl u diperhat ikan dengan sebaik-baiknya. Sehingga proses konsel ing at au t erapi yang t engah dij al ani t idak dinil ai sebagai bent uk pel anggaran at au pel ecehan seksual t erhadap kl ien yang bersangkut an.
DAFTAR PUSTAKA
Dess, N. K. (2000). St udies Give New Meaning t o Hand-on Heal ing. Psychol ogy Today, Mar ch/ Apr i l.
Ebisch, S. J. H. , Pemicci, M. G. , Ferret t i, A. , Grat t a, C. D. , Romani, G. L. , & Gal l esse. (2008). The Sense of Touch : Embodied Simul at ion in a Visuot act il e Mirroring Mechanism f or Observed Animat e or Inanimat e Touch. Journal of Cogni t i ve Neur osci ence, 20, 1611 – 1623.
Fox, Su. 2008. Rel at i ng t o Cl ient s : The Therapeut i c Rel at i onshi p f or Compl ement r ay Ther api st s. London/ Phil adelphia : Jessica Kingsl ey Publ ishers
Hunt er, M. , & St ruve, J. 1998. The Et hi cal Use of Touch i n Psychot her apy. Thousand Oaks/ London/ New Del hi : Sage.
Leij j sen. M. 2006. Val idat ion of The Body in Psychot herapy. Jour nal of Humani st i c Psychol ogy, 46 (2), 126-146.
Shaw, R. 2003. The Embodi ed Psychot her api st : The Ther apist Body St or y. Hove and New York : Bruner-Rout l edge, Tayl or and Francis Group.
Smit h, E. W. L. 1998. Tradit ion of Touch in Psychot herapy. In : E. W. L. Smit h. , P. R. Cl ance. , & S. Imes (Eds. ), Touch i n Psychot her apy : Theor y, Resear ch, and Pr act i ce (pp. 3-15). New York : Guil dford.
St rozier, A. L., Krizek, C. , & Sal e. (2003). Touch : It s Use in Psychot herapy. Jour nal of Soci al Wor k Pr act i ce, 17, 1, 49 – 62.
Tirnauer, L. , Smt ih, E., & Fost er, P. 2006. The American Academy of Psychot herapist Research Commit t ee Survey of Members. Voi ces, 32 (2), 87-94.
Wil hem, F. H. , Kochar, S. A., Rot h, W.T. , & Gross, J. J. 2001. Social Anxiet y and Response t o Touch: Incongruence Bet ween Sel f -Eval uat ive and Physiol ogical React ions, Biol ogical Psychol ogy, 58, 181-202.