7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Komunikasi
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi sendiri berasal dari bahasa latin yaitu Communication yang berarti sama, maksudnya adalah suatu komunikasi dapat terjadi apabila dalam prosesnya terdapat kesamaan makna terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Dalam komunikasi terjadi pertukaran arti dan makna tertentu. Maka komunikasi dapat disimpulkan sebagai sebuah proses pengiriman pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media tertentu.
a. Pengirim Pesan/Komunikator
Pengirim pesan atau seorang komunikatoradalah mereka yang ingin menyampaikan ide gagasan kepada orang lain atau mencari sebuah informasi, atau dalam mengungkapkan pikiran atau emosi.
Hadiono Afdjani dalam Ilmu Komunikasi Proses dan Strategi menjelaskan tentang elemen-elemen yang terjadi pada proses komunikasi, dan memaparkan bahwa dalam unsur komunikator sendiri dibagi dalam dua tipe utama, yaitu:
1. Komunikator dengan Citra Diri Sendiri
Dalam hal ini komuikator lebih mengutamakan kepantingan dirinya semdiri. Kesuksesan dalam komunikasi ini dilihat dari kesuksesan komunikator dalam mencapai target sasaran secara kuantitatif.
2. Komunikator dengan Citra Khalayak
Dalam komunikator dengan khalayak seorang komunikator yang mencoba memahami kebutuhan dari audience.
Komunikator tipe ini terbagi dalam:
8 2) Spesialisasi (Specialization), dimana kebutuhan dan kepentingan diri komunikator di ketahui oleh khalayak, karena pada tipe ini komunikator juga sebagai bagian dari khalayak.
3) Profesialisasi (Profesionalization), komunikator beranggapan bahwa dirinya sangat berkompeten dalam memutuskan isi dari suatu media dan mengetahui tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh khalayak. Seperti: seorang editor, dosen, dan lain sebagainya.
4) Ritualisme (Ritualism), mereka menjadikan komunikasi sebagai alat untuk membangun atau memperkuat kebersamaan antara khalayak. Seperti: informasi pelaksanaan kerja bakti lingkungan, ceramah keagamaan.
2.1.2 Pesan
Komunikasi yang efektif adalah apabila pesan diberikan oleh komunikator dapat dipahami serta mampu untuk mendorong tindakan baru atau pemikiran baru dari penerima pesan. Pesan dapat berupa verbal (pesan yang berupa kata-kata) atau Non Verbal (pesan yang dapat berupa isyarat, gerakan tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, artefak, pakaian, vokal, sentuhan waktu, dll)1.
2.1.3 Saluran Komunikasi
Saluran komunikasi dapat berupa tatap muka atau melalui media tertentu.
2.1.4 Penerima Pesan/Komunikan/Receiver
Tugas dari seorang penerima pesan adalah menerima, menafsirkan, menggunakan, memahami, dan memberi tanggapan terhadap pesan yang diberikan oleh pengirim/komunikator.
1
9 2.1.5 Umpan Balik (Feedback)
Melalui umpan balik ini sang pengirim pesan drrapat mengetahui apakah tujuan dari pesan kita tersampaikan atau tidak.
Afdjani juga memberikan beberapa jenis-jenis Feedback:
1) Feedback Positif – Feedback Negatif
Feedback positif adalah isyarat yang ditunjukan oleh komunikan yang menandakan bahwa dirinya mengerti tentang pesan apa yang diberikan oleh seorang komunikator. Sedangkan Feedback Negatif adalah keadaan tidak setuju atau tidak menyukai pesan yang diberikan oleh komunikator kepada komunikan.
2) Feedback Netral – Feedback Zero
Kedua Feedback ini sangat sulit untuk dinilai atau bahkan dimengerti apakah komunikan paham dengan pesan yang diberikan oleh komunikator atau tidak. Karena pada Feedback Netral sikap yang ditunjukkan komunikan tidak jelas, seperti diam. Diam tidak menunjukkan bahwa seorang komunikan mengerti atau bahkan tidak mengerti tentang pesan yang disampaikan komunikator. Tidak berbeda jauh dengan Feedback Netral, Feedback Zero juga sulit untuk diartikan oleh seorang komunikator. Semisal, seorang komunikan tiba-tiba saja tertawa padahal pesan yang disampaikan komunikator tidak ada unsur lelucon.
3) Feedback Internal – Feedback Eksternal
Feedback ini dilihat menunjukkan sumber dari isyarat yang menjadi
10
4) Feedback Verbal – Feedback Non Verbal
Feedback ini menunjukan pada bentuk reaksi yang ditunjukan oleh komunikan. Apabila ketika komunikator sedang menyampaikan pesan kemudian seorang komunikan memotong pembicaraan tersebut (interupsi), atau juga melalui tulisan di kertas yang ditujukan kepada komunikator untuk mengatakan sesuatu, maka Feedback tersebut termaksud kedalam Feedback verbal. Sedangkan Feedback Non Verbal adalah segala sesuatu yang ditunjukan bukan melalui tulisan atau perkataan akan tetapi lebih menunjuk kepada gerak-gerik, ekspresi wajah, cara duduk, cara menatap, senyum, isyarat tangan dan sebagainya.
5) Feedback Langsung – Feedback Tidak Langsung
Beberapa ahli merasa tidak setuju pada feeback ini. Yang membedakan Feedback ini adalah ketika sedang melakukan komunikasi interpersonal maka Feedback yang akan didapat adalah secara langsung, sedangkan ketika sedang melakukan komunikasi di media massa maka Feedback yang akan diterima adalah tidak langsung.
2.1.6 Gangguan
Sesuatu yang dikatakan gangguan pada komunikasi adalah ketika pesan yang disampaikan oleh komunikator tidak sama atau berbeda dengan apa yang diterima oleh komunikan. Beberapa macam gangguan yang ada pada komunikasi:
1) Gangguan Lingkungan
11 2) Gangguan Fisik
Gangguan ini juga dapat disebut sebagai gangguan fisiologis. Gangguan ini merupakan gangguan atau hambatan yang terdapat pada diri komunikator atau komunikan sehingga dapat menyebabkan gangguan pada proses pengiriman atau penerimaan pesan.
3) Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis merupakan gangguan mental pada diri komunikator ataupun pada diri komunikan, sehingga dapat mempengaruhi terjadinya proses komunikasi yang efektif.
Sebelum melakukan proses komunikasi sebaiknya seorang komunikator mengetahui bagaimana pribadi yang ingin diajak berkomunikasi agar komunikan mempunyai persepsi, pola pikir dan perasaan yang sama dengan komunikator. Pandangan komunikasi sebagai interaksi biasanya menyertakan komunikasi dengan proses sebab – akibat atau secara aksi – reaksi. Salah satu unsur yang sangat melekat pada proses komunikasi adalah ketika komunikan memberikan
Feedback (umpan balik) kepada komunikator. Maka, seseorang yang menyampaikan pesan baik secara verbal maupun non verbal, sedangkan seorang penerima bereaksi dengan memberikan jawaban kepada pengirim pesan dan yang nantinya juga dapat di respon kembali oleh komunikator dan begitu seterusnya.
Komunikasi terjadi tidak dengan sendiri tanpa aspek-aspek didalamnya yang mempengaruhi. Dalam berkomunikasi melibatkan beberapa faktor, antara lain: Aspek bersifar fisik, dimana yang termaksud adalah iklim, suhu,cuaca, bentuk ruangan, jumlah peserta komunikasi; Aspek psikologis, seperti: sikap, kecenderungan, prasangka dan emosi peserta komunikasi; Aspek sosial, seperti: norma kelompok, nilai sosial dan karakteristik budaya dan yang terakhir adalah Aspek waktu, yakni kapannya komunikasi tersebut berlangsung.
12 isyarat tetap saja pesan yang akan disampaikan tidak dapat terlalu dimengerti dengan jelas jika dibandingkan dengan menggunakan kata-kata. Berbeda dengan komunikasi non verbal, komunikasi ini justru menggunakan semua gerakan, isyarat, ekspresi wajah, dan apapun yang dapat digunakan orang-orang agar dapat berkomunikasi tanpa menggunakan kata-kata2.
Dalam buku “ILMU KOMUNIKASI Teori dan Praktek” Wilbur Scramm menyatakan bahwa suatu proses komunikasi akan berhasil apabila pesan yang di terima dari komunikator sesuai dengan pengalaman dan pengertian komunikan. Menurutnya bidang pengalaman merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses komunikasi karena apabila pengalaman komunikator sama dengan pengalaman dari pihak komunikan maka komunikasi yang berlangsung akan sangat lancar.
2.2 Komunikasi Interpersonal
Komunikasi Interpersonal atau yang juga disebut sebagai Komunikasi Antar Pribadi ini dilakukan oleh dua atau tiga orang yang mana komunikasi sangat penting untuk mengidentifikasi diri sendiri dan dalam mengekspresikan siapa diri kita, hal itu juga merupakan cara utama dalam membangun, memperbaiki, mempertahankan dan menjalin hubungan baik dengan orang lain. Hubungan sendiri dapat menjadi makna apabila kita tau bagaimana cara mengekspresikan perasaan, kebutuhan dan ide agar mudah dimengerti oleh orang lain (Kurniawati, 2014: 2).
Ciri utama dari komunikasi ini berupa keintiman. Keintiman merupakan kemampuan seseorang untuk dapat menjalin keakraban dengan orang lain dan ditandai dengan adanya rasa percaya, saling terbuka, saling mendukung satu sama lain. Suciati (2015) mencoba untuk memaparkan beberapa makna dari sebuah keintiman, diantaranya adalah:
2
13 1. Ericson, keintiman sebagai perasaan saling percaya, terbuka, dan saling
berbagi dalam suatu hubungan.
2. Olforsky, kemampuan keintiman meliputi kemampuan untuk membentuk dan mempertahankan keakraban.
3. Levinger, sebagai proses dari dua orang yang saling memberikan perhatian dalam pertukaran perasaan, pikiran maupun tindakan.
4. Fieldman, proses dimana seseorang mengkomunikasikan perasaan dan informasi penting mengenai dirinya kepada orang lain melalui sikap keterbukaan.
5. Newman, kemampuan untuk memberikan dukungan, terbuka dan memiliki hubungan yang dekat dengan orang lain tanpa takut kehilangan identitas diri.
Dalam buku yang ditulis oleh Wood dengan judul Komunikasi Interpersoanl interaksi Kseseharian, William menegaskan bahwa ada tiga kebutuhan dasar dalam komunikasi interpersonal. Kebutuhan pertama adalah afeksi, yaitu kebutuhan dan keinginan untuk memberikan juga mendapatkan kasih
sayang. Kebutuhan kedua adalah inklusif, dimana adanya keinginan untuk menjadii salah satu bagian dari kelompok sosial tertentu. Kebutuhan yang terakhir adalah kontrol, dimana kebutuhan untuk memengaruhi orang atau peristiwa dalam kehidupan. Maslow kemudian mengembangkan gagasan milik William yaitu:
1. Kebutuhan Fisiologi
Kebutuhan Fisiologi mereupakan kebutuhan paling dasar dari kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan-kebutuhan yang termaksud kedalam kebutuhan fisiologi adalah kebutuhan akan sandang, pangan dan papan dan juga kebutuhan biologis yang lainnya.
2. Kebutuhan Rasa Aman
14 selalu merasakan kecemasan yang menyebabkan tingkah laku mereka yang berbeda3.
3. Kebutuhan Akan Rasa Memiliki dan Kasih Sayang
Level ketiga yang dikatakan Maslow adalah kebutuhan rasa memiliki dan kasih sayang. Dimana kita juga membutuhkan oranglain untuk saling bersosialisasi. Manusia akan mencari, sahabat, pasangan, keturunan dan kebutuhan untuk dekat dengan keluarga4.
4. Kebutuhan untuk Mendapatkan Harga Diri
Komunikasi adalah cara utama manusia untuk bisa menggambarkan siapa diri kita dan apa yang ingin kita lakukan.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri merupakan tingkatan paling tinggi yang dijelaskan oleh Maslow. Pada bagian ini Maslow mendefinisikan sebagai pengembangan diri manusia dengan menggunakan bakat, potensi dan kemampuan yang ada di dalam diri manusia. Komunikasi merupakan salah satu cara dalam mengaktualisasikan diri, selain itu cara lain untuk mengaktualisasikan diri adalah dengan cara terus mencoba hal-hal baru.
3
https://www.google.co.id/amp/dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/ekonomi-mikro/hierarki-kebutuhan-maslow/amp diakses pada 30 Mei 2017
4
15 2.2.1 Komunikasi Verbal dan Non Verbal
Dalam melakukan komunikasi antarpribadi atau interpersonal ini juga tidak dapat terlepas dari komunikasi verbal dan non verbal.
1. Komunikasi Verbal
Hardjana dalam Kurniawati (2014:27) menyebutkna bahwa komunikasi secara verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata atau tulisan, dapat digunakan untuk mengungkapkan perasaan, emosi, gagasan atau untuk menyampaikan serta menjelaskan informasi.
2. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah semua aspek komunikasi yang bukan berupa kata-kata atau tulisan (Wood 2010:124). Bukan hanya gerakan dan bahasa tubuh saja yang termaksud kedalam komunikasi non verbal, seperti:
a. Kinesik, adalah posisi dan gerakan tubuh termasuk wajah. Komunikasi dengan gerakan tubuh telah dikenal lebih lama daripada bahasa verbal. b. Haptiks, berkaitan dengan indra peraba atau sentuhan.
16 2.3 Strategi Komunikasi
Strategi sendiri berasal dari bahasa Yunani Klasik yaitu “stratos” yang berarti tentara dan “agein” yang berarti memimpin. Jadi strategi dapat diartikan sebagai suatu rancangan yang terbaik untuk memenangkan peperangan. Strategi pada hakikatnya adalah sebuah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai tujuan tertentu, sama seperti strategi komunikasi dimana panduan perencanaan dengan manajemen komunikasi terjadi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Effendy, 2006: 32). R. Wayne Pace, Brent D. Peterson dan M. Dallas (dalam Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek) menyatakan bahwa terdapat tiga tujuan sentral dari kegiatan komunikasi, yaitu:
1. To secure understanding, memastikan bahwa komunikan mengerti dan menerima pesan yang diberikan oleh komunikator.
2. To establish acceptance, apabila komunikan mengerti pesan tersebut maka penerimanya harus dibina.
3. To motivate action, untuk memotivasi penerimanya.
Afdjani (2014:196-199) memaparkan 10 tahapan umum dalam melakukan Strategi Komunikasi, diantaranya adalah:
1. Menganalisis Masalah
Mempelajari masalah-masalah yang akan diteliti. 2. Analisis Situasi
Analisa situasi diperlukan untuk memperoleh data-data mengenai wilayah yang berhubungan dengan kebutuhan kegiatan komunikasi.
3. Analisis Khalayak
Dalam memecahkan masalah tertentu pada wilayah tertentu harus memperhatikan karakteristik kelompok sasaran. Data-data tentang kondisi awal kelompok sasaran merupakan modal awal dalam menentukan tujuan komunikasi.
4. Tujuan Komunikasi
17 5. Strategi Komunikasi
Dalam mencapai tujuan komunikasi diperlukan beberapa media yang saling melengkapi dan saling menguatkan, maka dari itu program harus memikirkan strategi komunikasi yang akan digunakan agar tujuan dapat tercapai.
6. Perencanaan Kegiatan Pengembangan Media
Dengan adanya strategi komunikasi, pelaksana program akan dengan mudah melakukan perencanaan kegiatan pengembangan media.
7. Produksi dan Uji Coba Media
Ini adalah tahapan dimana suatu media dikembangkan, mulai dari mengembangkan pesan-pesan utama, naskah, visualisasi, penataan letak. 8. Penggunaan Media
Apabila menginginkan tujuannya tercapai maka program harus dapat menjamin bahwa media yang telah dikembangkan akan digunakan sebagai peruntukannya.
9. Monitoring
Agar dapat tercapainya tujuan komunikasi maka, program harus melakukan pemantauan atas kegiatan komunikasi yang dilakukan sambil megamati perubahan-perbahannya.
10. Evaluasi dan analisis Masalah
Evaluasi digunakan untuk mengukur sejauh mana keberhasilan program dalam mencapai tujuannya.
Ketika melakukan komunikasi interpersonal seorang komunikator harus dapat memahami situasi dan kondisi dari khalayak, maka dari itu Charles Berger (1995) dalam Respita (2011:18) merumuskan langkah-langkah dalam melakukan sebuah strategi, yaitu:
a. Mengenal Khalayak
18 b. Menyusun Pesan
Komunikator menentukan tema dan materi yang akan disampaikan kepada seorang komunikan.
c. Menetapkan Metode
Terdapat dua metode yang dapat digunakan, yaitu dengan metode
pengulangan atau bisa juga dengan metode
informatif/persuatif/edukatif/koersif. d. Seleksi Penggunaan Media
Masing-masing media yang akan digunakan mempunyai kemampuan dan kelemahannya sendiri-sendiri, maka dari itu komunikator harus dapat memilih menggunakan media apa dalam penyampaian pesan agar pesar yang dimaksud dapat tersampaikan dan diterima dengan jelas oleh komunikan.
Ashabul dalam skripsi yang ditulis oleh Aulia (2017:25) memaparkan 5 Komunikasi Interpersonal yang dapat diterapkan oleh orang tua kepada anak:
a. Pendekatan secara individual, orang tua melakukan pendekatan secara langsung kepada anak agar anak bisa mendapatkan rasa aman dan nyaman serta percaya kepada orang tua sehingga anak dapat terbuka kepada orang tua. b. Memberikan teladan atau contoh dalam kehidupan sehari-hari.
c. Memberikan nasihat, dalam memberikan nasihat orang tua harus memperhatikan kondisi dan situasi yang tepat.
d. Memberikan contoh figur orang-orang difabel yang dapat sukses, agar anak dapat termotivasi untuk menjadi lebih baik dan merasa bahwa dirinya berguna.
19 Menurut Cutlip dan Center (Afdjani 2014:199) komunikasi yang efektif harus memperhatikan 4 tahapan yang harus dilakukan:
1. Fact Finding
Mencari dan mengumpulkan data/fakta sebelum melakukan tindakan, seperti: apa yang dibutuhkan, siapa yang menjadi sasaran, bagaimana situasi dan kondisi yang akan dituju.
2. Planning
Menyusun perencanaan tentang apa yang akan dilakukan dalam menghadapi/menyelesaikan sebuah permasalahan, seperti: materi, waktu, sarana.
3. Communicating
Ketika sudah data-data sudah lengkap dengan susunan perencanaan barulah komunikator menyampaikan pesan berdasarkan perencanaan yang sudah disusun.
4. Evaluation
20
2.4
Percaya Diri
Percaya diri adalah modal dasar seorang manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhan sendiri. Salah satu langkah pertama dan utama dalam membangun rasa percaya diri dengan memahami dan meyakini bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan yang ada di dalam diri seseorang harus dikembangkan dan dimanfaatkan agar menjadi produktif dan berguna bagi orang lain.
Lauster dalam buku yang berjudul “Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri” dan ditulis oleh Thursan mengatakan bahwa orang yang memiliki kepercayaan diri yang positif adalah mereka yang mampu melakukan beberapa hal dibawah ini, yaitu5:
a. Keyakinan kemampuan diri, adalah sikap positif seseorang tentang dirinya sendiri sehingga ia mampu melakukan aktivitasnya dengan sungguh-sungguh sesuai dengan kemampuannya.
b. Optimis, merupakan sikap positif seseorang dimana dia selalu berpandangan baik dalam menghadapi masalah atau tantangan yang berkaitan dengan dirinya dan kemampuannya.
c. Objektif, mereka yang dapat memandang permasalahan atau sesuatu sesuai dengan kenyataannya dan bukan menurut pendapat dirinya sendiri.
d. Bertanggung jawab, merupakan sebuah bentuk dari kesediaan seseorang dalam menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.
e. Rasional dan realistis, adalah menganalisis sesuatu kasus atau masalah, dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan juga sesuai dengan kenyataan yang ada.
5
21 Menurut Angelis (2003:4) fakor munculnya rasa percaya diri adalah: a. Kemampuan pribadi, rasa percaya diri akn muncul apabila seseorang
mengerjakan sesuatu yang memang menurut mereka mampu untuk dilakukan. b. Keberhasilan seseorang, ketika seseorang mendapatkan apa yang diharapkan
dan dicita-citakan selama ini.
c. Keinginan, belajar dari kesalahan yang diperbuat.
d. Tekat yang kuat, memiliki tekat yang kuat untuk dapat mencapai tujuan. Sarwono dalam Teori-Teori Psikologi berpendapat bahwa terdapat beberapa faktor dalam pembentukan rasa percaya diri seseorang:
1. Faktor Internal
a. Konsep Diri,
Konsep diri merupakan bagian terpenting dalam kehidupan seseorang. Dengan pemahaman konsep diri yang benar maka individu dapat lebih mengenal belajar dan menerima dirinya. (Kurniawati 2014:11). “Pandangan individu mengenai siapa dirinya, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan oleh orang lain tentang diri individu itu” (Mulyana, 2000). Konsep diri yang positif ditandai dengan:
- Yakin akan kemampuan mengatasi masalah - Merasa setara dengan orang lain
- Menerima pujian tanpa rasa malu
- Menyadari bahwa setian individu memiliki perasaan maupun perilaku yang tidak semuanya disetujui oleh masyarakat
- Mampu memperbaiki dirinya
Konsep diri juga merupakan faktor yang sangat menentukan komunikasi interpersonal, yaitu:
- Disiplin terhadap diri sendiri - Membuka diri
22 b. Harga Diri,
Harga diri merupakan sejauh mana individu dapat menilai dirinya sebagai seseorang yang memiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten. c. Kondisi Fisik
Perubahan kondisi fisik seseorang juga dapat berpengaruh pada rasa kepercayaan diri seseorang.
d. Pengalaman Hidup
Rasa percaya diri juga bisa didapat dari pengalaman hidup seseorang.
2. Faktor Eksternal
a. Pendidikan
Individu dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan membuat dirinya menjadi percaya diri dan mandiri. Melalui sekolah individu juga diajarkan untuk dapat mandiri.
b. Pekerjaan
Bekerja dapat mengembangkan kreativitas dan kemandirian seseorang c. Lingkungan
23
2.5
Penelitian Terdahulu
Pada penelitian kali ini, peneliti memaparkan penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti tentang komunikasi interpersonal orang tua terhadap anak tuna daksa untuk meningkatkan rasa percaya diri.
Pratiwi, Dwi (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Komunikasi Interpersonal Orang Tua dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Pada Anak Tuna Daksa” memaparkan bahwa sikap dan usaha orang tua sebagai suatu bentuk reaksi untuk menolong dan membantu anak penyandang disabilitas dan dapat mempengatuhi kualitas watak dan kepribadian anak tersebut. Namun terkadang orang tua enggan mengakui bahwa anaknya mengalami cacat, dan keadaan tersebut yang justru menimbulkan perasaan untuk menyalahkan diri sendiri atau bahkan menyalahkan anak tersebut. Yang menjadi faktor komunikasi interpersonal adalah keyakinan subjek tentang kemampuan yang dimiliki anaknya, juga perlakuan subjek ketika anaknya mulai melakukan kesalahan serta mengajarkan sikap keterbukaan pada anak.
Wirdatul’aini (2011) memaparkan bahwa adanya disabilitas dalam diri seseorang membuat eksistensinya seseorang terganggu, hal tersebut disebabkan oleh faktor personal yang mana memang sulit untuk bergaul dan bersosialisasi dan juga disebabkan oleh faktor penerimaan lingkungan yang berperan penting dalam hubungan eksistensi remaja dengan disabilitas fisik. Hal itu dirangkumnya pada buku yang ditulis oleh Suharmini, 2007. Kebayakan remaja dengan keterbatasan fisik dipandang tidak berdaya sehingga tidak dibiasakan untuk melakukan segala aktivitas dengan sendirinya sehingga tidak membuat mereka belajar agar mandiri dengan keterbatasannya tersebut (dalam Marinah, 2006).
25
2.6
Kerangka Berpikir
Penjelasan:
Keluarga merupakan kelompok primer yang mana segala pendidikan pertama dan pembentukan kepribadian dan meanak bertumbuh. Setiap keluarga selalu mendambakan kehadiran seorang anak dalam keluarga kecil mereka. Akan tetapi tidak semua anak dilahirkan dengan keadaan yang normal. Mereka yang termaksud dalam kelompok anak disabilitas adalah mereka yang mengalami gangguan atau ketidak sempurnaan pada diri mereka, baik secara fisik dan atau mental. Disini orangtua membutuhkan strategi komunikasi interpersonal untuk meningkatkan rasa percaya diri dari masing-masing pribadi anak sehingga anak mempunyai rasa percaya dirinya sendiri sehingga dapat bersosialisasi dengan masyarakat disekitarnya.
STRATEGI KOMUNIKASI INTERPESONAL ANAK TUNA DAKSA
SOSIALISASI
DENGAN TEMAN SEBAYA KELUARGA
ORANG TUA