• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAWASAN PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PROGRAM FASILITAS LIKUIDITAS PEMBIAYAAN PERUMAHAN SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Penulisan Karya Ilmiah untuk E-Jurnal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGAWASAN PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PROGRAM FASILITAS LIKUIDITAS PEMBIAYAAN PERUMAHAN SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Penulisan Karya Ilmiah untuk E-Jurnal"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAWASAN PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PROGRAM FASILITAS LIKUIDITAS

PEMBIAYAAN PERUMAHAN

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Persyaratan

Penulisan Karya Ilmiah untuk E-Jurnal

Oleh:

Dea Fanawa Punkai

1312011083

(e-mail: deafanawa.2405@gmail.com)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

(2)

Dea Fanawa Punkai

ABSTRAK

PENGAWASAN PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PROGRAM FASILITAS LIKUIDITAS PEMBIAYAAN PERUMAHAN

Oleh

Dea Fanawa Punkai, Upik Hamidah, S.H., M.H., Ati Yuniati, S.H., M.H.

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145

e-mail: deafanawa.2405@gmail.com

Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan di Kota Bandar lampung memiliki permasalahan dari regulasi pengawasan terutama dalam bentuk perizinan dalam hal Izin Mendirikan Bangunan (IMB), sehingga penyelenggaraan pembangunan perumahan terdapat kesulitan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2016 Tentang Pembangunan Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah menjelaskan bahwa pembangunan atas perumahan murah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah juga harus memiliki bentuk perizinan sesuai dengan yang diatur Pemerintah Daerah. Permasalahan dalam skripsi ini adalah:

1. Bagaimanakah pengawasan Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung terhadap program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan? 2. Apakah faktor-faktor yang menjadi penghambat terhadap Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan di Kota Bandar Lampung?

Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif empiris. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari wawancara kepada responden yang telah ditetapkan, sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan. Prosedur pengumpulan data melalui studi kepustakaan dan studi lapangan. Prosedur Pengolahan data dengan tahapan seleksi data, klasifikasi data, dan penyusunan data. Analisis data yang digunakan dalam penelitian analisis deskriptif.

(3)

Dea Fanawa Punkai

Mendirikan Bangunan (IMB) yang dilakukan oleh pihak Perusahaan Pengembang Perumahan (developer) terhadap pembangunan atas perumahan terkait apakah pembangunan tersebut sudah sesuai peruntukkan lahannya. Izin lokasi, amdal, pengesahan site plan juga sebagai unsur yang harus dipenuhi untuk mendapatkan perizinan mengenai IMB. Faktor yang menghambat dalam proses pelaksanaan Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan, antara lain masalah lahan pembangunan perumahan, perizinan, dan persyaratan administrasi pengguna program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan.

(4)

Dea Fanawa Punkai

ABSTRACT

THE SUPERVISION OF BANDAR LAMPUNG’S LOCAL GOVERNMENT TO HOUSING FINANCE LIQUIDITY FACILITY

By

Dea Fanawa Punkai, Upik Hamidah, S.H., M.H., Ati Yuniati, S.H., M.H.

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145

e-mail: deafanawa.2405@gmail.com

The Housing Finance Liquidity Facility in Bandar Lampung has problems from supervisory regulation especially in the form licensing of IMB, so that the implementation of housing construction is difficult. Based on Government Regulation of the Republic of Indonesia No. 64/2016 Concerning Low-Income Housing Development, the development of low-cost housing for Low-Income Communities should also have a form of licensing in accordance with the Government's regulation. The problems in this study were:

1. How is the supervision of Bandar Lampung’s Local Government to Housing Finance Liquidity Facility? 2. What are the hamper factors of Housing Finance Liquidity Facility in Bandar Lampung?

This research uses the empirical normative approach. The data used are primary data and secondary data. Primary data obtained from interviews to the respondents who have been set, while secondary data obtained through literature study. Data collection procedure through literature study and field study. Procedure Data processing with the stages of data selection, data classification, and data preparation. Data analysis used in descriptive analysis research.

(5)

Dea Fanawa Punkai

others the problem of housing construction land, licensing, and administrative requirements of the users of the Housing Finance Liquidity Facility.

(6)

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang paling utama disamping sandang dan pangan. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.1 Melihat dari fungsinya yang merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi setiap manusia, kebutuhan pembangunan atas suatu rumah terus meningkat. Hal inilah yang mendorong munculnya pembangunan perumahan di setiap daerah. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.2 Upaya pembangunan perumahan terus ditingkatkan untuk menyediakan perumahan dengan jumlah yang makin meningkat, dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat terutama golongan yang berpenghasilan rendah dan dengan tetap memperhatikan persyaratan, minimum bagi perumahan dan pemukiman yang layak, sehat, aman dan serasi. Pembangunan perumahan harus dapat pula mendorong perilaku hidup sehat dan tertib serta ikut mendorong kegiatan pembangunan di sektor lain. Pembangunan perumahan perlu dilaksanakan secara terpadu dan untuk itu perlu ditingkatkan kerja sama antara pemerintah pusat dan daerah, usaha swasta, koperasi dan masyarakat luas.

Faktanya, belum semua anggota masyarakat dapat menikmati atau memiliki rumah yang layak, sehat, aman dan serasi. Upaya pembangunan perumahan dan permukiman harus terus ditingkatkan untuk menyediakan jumlah perumahan yang semakin banyak dan dengan harga yang terjangkau, terutama oleh golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Permasalahan yang dihadapi dalam

1 Herman Hermit, Komentar Atas Undang-Undang

Perumahan dan Permukiman (UU No. 4 Tahun 1992), CV Mandar Maju, Bandung, 2009, hlm. 15.

2Ibid.

pembangunan perumahan dan permukiman yang berwawasan lingkungan adalah sangat kompleks. Tidak hanya menyangkut pembiayaan, tetapi juga menyangkut masalah penyediaan tanah, teknik pembangunan, tata guna tanah, nilai-nilai sosial budaya dan sebagainya.

Sehubungan dengan itu upaya pembangunan perumahan dan pemukiman terus ditingkatkan untuk menyediakan perumahan dengan jumlah yang makin meningkat dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat terutama golongan yang berpenghasilan rendah dan dengan tetap memperhatikan persyaratan, minimum bagi perumahan dan permukiman yang layak, sehat, aman dan serasi.3 Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman disebutkan, Perumahan dan Kawasan Permukiman juga diselenggarakan untuk mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan, terutama bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah, selain itu juga untuk menjamin teruwjudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan.

Kebijakan pemerintah terkait rumah FLPP saat ini yang ada di Kota Bandar Lampung masih memiliki permasalahan dari regulasi pengawasan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, sehingga penyelenggara pembangunan perumahan masih kesulitan dalam melaksanakan program pemerintah tersebut. Fakta yang ada dilapangan

3 Andi Hamzah, I Wayan Suandra, B.A. Manalu,

(7)

menunjukkan bahwa Program FLPP di Bandar Lampung masih memiliki beberapa kendala dalam proses pembangunan, seperti pengadaan lahan yang masih minim untuk pembangunan perumahan dan harga tanah yang mahal. Hal inilah yang kemudian menunjukkan bahwa dalam pembangunan rumah FLPP dibutuhkan pengawasan yang baik dari pemerintah daerah Kota Bandar Lampung. Hal ini didasarkan atas fakta yang ada di lapangan, bahwa di Kota Bandar Lampung masih kurangnya pengawasan dari Pemerintah Daerah terhadap pelaksanaan kebijakan program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan di Kota Bandar Lampung.

Berdasarkan uraian-uraian di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai Pengawasan Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung Terhadap Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan, yang kemudian dianalisis mengenai pengawasan pemerintah daerah serta faktor-faktor pemghambat dalam program fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan.

B. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

1. Pengawasan Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung Terhadap Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan

Pengawasan terhadap pelaksanaan program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan di Kota Bandar lampung, menurut Bapak Harry Gumanti, selaku Staf Bidang Tata Ruang dan Pertanahan Dinas Perumahan dan Permukiman, beliau mengatakan, bahwa pengawasan yang dilakukan Pemerintah

4

Hasil wawancara dengan Bapak Harry Gumanti selaku Staf Bidang Tata Ruang dan Pertanahan Dinas Perumahan dan Permukiman pada tanggal 20 Oktober 2017

5

Pasal 1 Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 53 Tahun 2016 Tentang Tugas Fungsi Dan Tata

Daerah Kota Bandar Lampung adalah pengawasan dalam bentuk perizinan antara lain Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang dilakukan oleh pihak Perusahaan Pengembang Perumahan (developer) terhadap pembangunan atas perumahan terkait apakah pembangunan tersebut sudah sesuai dengan peruntukkan lahannya.4

Perizinan adalah pemberian legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha/kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin maupun Tanda Daftar Usaha.5 Dalam hal ini pembangunan atas perumahan murah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) juga harus memiliki bentuk perizinan yang sesuai dengan apa yang sudah diatur oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 tahun 2016 Tentang Pembangunan Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah menjelaskan bahwa:

Perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf d berupa seluruh perizinan yang diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan Perumahan MBR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, yang meliputi:

a. Perizinan yang menyangkut pengesahan site plan;

b. Surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan;

c. Izin mendirikan bangunan dan pengesahan dokumen rencana teknis.6

Kerja Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

6

(8)

Bentuk pengawasan mengenai perizinan tersebut merupakan tanggung jawab dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Bandar Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Bandar Lampung.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Donny Chalia Darsa, S.T., selaku Kepala Seksi Pelayanan Perizinan Tata Ruang dan Bangunan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu mengatakan, bahwa terkait dikeluarkannya perizinan mendirikan suatu pembangunan perumahan, harus adanya rekomendasi dari dinas terkait, yaitu Dinas Perumahan dan Permukiman. Apabila luas perumahan yang akan dibangun mencapai lebih dari 1 hektar luasnya, maka akan dilakukan rapat BKPRD terlebih dahulu.7

Rapat BKPRD merupakan rapat koordinasi mengenai bidang perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian ruang antar instansi yang terkait, seperti Dinas Perumahan dan Permukiman, Lingkungan Hidup, dinas lainnya yang berperan dan berpengaruh mengenai perizinan atas pembangunan atas suatu perumahan. Kemudian apabila mengenai teknis tersebut sudah terpenuhi dapat melanjutkan ke proses perizinan.8

Dalam rapat BKPRD membuat dan memberikan surat Rekomendasi pembangunan perumahan, disebutkan dalam surat tersebut bahwa telah dilakukan

7

Hasil wawancara dengan Bapak Donny Chalia Darsa, S.T., selaku Kepala Seksi Pelayanan Perizinan Tata Ruang dan Bangunan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu pada tanggal 30 Oktober 2017

pemeriksaan situasi pembangunan oleh tim kerja teknis perizinan dari masing-masing Dinas/Instansi terkait mengenai peizinan lahan dan solusi mengatasi permasalahan yang ada.

1.1 Perizinan Lokasi

Izin ini diterbitkan oleh Pemerintah Daerah sebagai syarat selanjutnya untuk pengajuan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Perizinan lokasi ini antara lain, yaitu:

1. Perubahan penggunaan tanah; 2. Pemindahan hak; dan

3. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Ketiganya teresebut direkomendasikan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) terkait mengenai izin lokasi untuk perumahan yang akan dibangun, yang kemudian oleh Pemerintah Daerah dikeluarkan izin tersebut apabila semua syarat tersebur telah dipenuhi oleh pihak Perusahaan Pengembang Perumahan (developer). Menurut Peraturan Menteri Agraria Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi, bahwa yang dimaksud dengan izin lokasi adalah izin yang diberikan kepada pihak perusahaan pengembang perumahan (developer) untuk memperoleh tanah yang diperlukan dan berlaku juga sebagai izin pemindahan hak dan untuk menggunakan tanah tersebut yang dalam hal ini terkait dengan pembangunan perumahan dalam program fasilitas likuiditas pembangunan perumahan.

Dalam persetujuan surat Rekomendasi mengesahkan bahwa Izin Perubahan Penggunaan Tanah (IPPT) untuk perumahan dan permukiman dapat dilakukan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah dengan melampirkan site plan atau denah perencanaan lokasi Perumahan.

8

(9)

Sebagaimana diketahui, bahwa izin lokasi merupakan persyaratan yang wajib dipenuhi oleh pihak perusahaan pengembang perumahan (developer), tujuannya adalah untuk mengarahkan dan mengendalikan pihak perusahaan pengembang perumahan (developer) dalam memperoleh tanah mengingat penguasaan tanah tersebut harus memperhatikan apa sudah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah yang sudah diatur dan memperhatikan kepentingan masyarakat sesuai dengan tujuan dari adanya program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).

1.2 Perizinan Mengenai Rencana Umum Tata Ruang (RUTR)

Perizinan ini terkait mengenai izin untuk

Advice Planning, yaitu izin kesesuaian antara

site plan pengembangan perumahan dan tata ruang di daerah teersebut. Perizinan mengenai Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) diajukan kepada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda). Persetujuan surat Rekomendasi ini mengesahkan acuan peruntukan tanah atau lahan untuk pembangunan perumahan dan permukiman yang umumnya di daerah pedataran pada bagian wilayah kota tertentu.

Rencana kegiatan pembangunan perumahan yang diajukan oleh pihak perusahaan pengembang perumahan (developer) dalam program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) harus sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah. Dalam pembangunan perumahan dan permukiman harus disesuaikan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) di setiap Bagian Wilayah Kota (BWK), seperti: BWK padat dengan KDB<70%, BWK kepadatan sedang dengan KDB <60%, BWK lereng atau konservasi dengan KDB <30%.

1.3 Perizinan Terkait AMDAL dan UKL-UPL

Perizinan ini diajukan kepada Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPPLH) u ntuk masalah terkait izin AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) dan UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemanfaatan Lingkungan Hidup). BPPLH akan mengeluarkan surat rekomendasi, mengesahkan bahwa pembangunan perumahan yang akan dibangun tidak menimbulkan gangguan secara signifikan kepada masyarakat dan merusak lingkungan sekitar, serta sudah mendapat izin dari tetangga/lurah setempat. Pemohon wajib menyusun dan melaksanakan ketentuan yang tertuang dalam dokumen Lingkungan. Dalam hal pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi (air, sampah, dll), pemohon wajib menerapkan prinsip ramah lingkungan. Perizinan ini terkait apakah kadar air tanah lokasi sudah sesuai atau belum dengan yang diatur, dan harus jelas mengenai plus minus maupun dampak yang akan terjadi pada pembangunan perumahan dalam program FLPP tersebut.

1.4 Perizinan Mengenai Pengesahan Site Plan

Hasil perencanaan lahan dalam hal ini disebut

Site Plan berfungsi untul mengetahui pengaturan ruang yang akan digunakan saat perumahan tersebut dibangun. Izin ini diterbitkan oleh Pemerintah Daerah dibawah Kementerian Pekerjaan Umum-Perumahan Rakyat. Dalam persetujuan surat rekomendasi dituliskan pemanfaatan ruang dengan membuat pengesahan tata site plan

(10)

konservasi, dan kondisi tanah yang bebas dari banjir mempunyai kemiringan lahan yang relatif datar 0% - 15% sehingga dapat dibuat sistem saluran pembuangan air hujan (drainase) yang baik dan; (2) fisik geografis: lokasi geografis yang aman dari bencana geologi; (3) prasarana dan sarana: sirkulasi jalan dengan lebar yang sedemikian rupa, dan fasum fasus; dan (4) lingkungan: bebas pencemaran air, bebas pencemaran udara, bebas pencemaran suara, kenyamanan lingkungan, keamanan, kebersihan, dan kesehatan lingkungan.

1.5 Perizinan Terkait Peil Banjir

Perizinan ini diajukan kepada Dinas Pekerjaan Umum (DPU). Dalam persetujuan surat rekomendasi mengesahkan apakah perumahan tersebut menggunakan konstruksi bangunan berstandar kualitas tahan gempa untuk perumahan di wilayah tertentu, menyediakan air bersih dari PDAM dan membuat sistem drainase yang baik. Pemohon diwajibkan untuk menyediakan TPS, membuat sumur resapan dan perencanaan air limbah yang terkoneksi. Pemohon dalm hal ini pihak perusahaan pengembang perumahan (developer) wajib memenuhi ketentuan penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum perumahan.

1.6 Perizinan Dampak Lalu Lintas

Perizinan mengenai analisis dampal lalu lintas tersebut diajukan kepada Dinas Perhubungan, yang kemudian akan dikeluarkannya surat rekomendasi. Dalam persetujuan surat rekomendasi mengesahkan bahwa perumahan dalam program FLPP yang akan dibangun tersebut tidak berdampak kemacetan yang sangat signifikan dan sirkulasi arus lalu lintas di dalam perumahan itu dibuat sedemikian rupa sehingga kendaraan dapat bergerak dengan lancar dan dapat berpapasan. Pemohon dalam hal ini pihak perusahaan pengembang perumahan (developer) wajib

menyusun dan melaksanakan ketentuan yang tertuang dalam dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas (Andalalin).

1.7 Perizinan Terkait Pemadam Kebakaran dan Linmas

Perizinan ini diajukan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk memperoleh surat rekomendasi terkait masalah pemadam kebakaran dan Linmas. Dalam persetujuan surat rekomendasi tersebut mengesahkan pembangunan perumahan wajib menyediakan akses jalan masuk dan keluar dapat dilalui mobil pemadam kebakaran dan menyedikan bak penampungan air (Grountang) dan membuat sumur resapan air (Lobang Biopori).

Menurut pendapat penulis, pengawasan dari Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung belum berjalan dengan baik. Melihat dari beberapa permasalahan yang masing sering terjadi, terutama pengawasan perizinan IMB terhadap pihak perusahaan pengembang perumahan (developer). Masih banyak sekali permasalahan mengenai perizinan terkait mendirikan bangunan atas perumahan tersebut. Selain itu, pengawasan dari pihak-pihak pendukung seperti Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP) juga belum dapat mengawasi program ini dikarenakan belum ada keeberadaannya PPDPP di daerah Lampung. Oleh karena itu, pemerintah harus mampu mengawasi Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan secara baik.

2. Faktor-faktor Penghambat Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan

(11)

Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan, antara lain:

a) Lahan Pembangunan Perumahan

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Harry Gumanti, selaku Staf Bidang Tata Ruang dan Pertanahan Dinas Perumahan dan Permukiman, beliau mengatakan bahwa masih kurangnya lahan yang memadai untuk mendirikan suatu pembangunan perumahan. Hal ini menyebabkan masih banyaknya pihak

developer yang melakukan pelanggaran perizinan pembangunan perumahan karena mendirikan perumahan yang bukan pada peruntukkan lahannya atau bukan berada di daerah zona perumahan dan permukiman.9 Kebanyakan dari pihak

developer tidak melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan dinas terkait mengenai lahan yang sesuai dengan yang sudah diatur oleh pemerintah, misalnya tidak diperbolehkannya perumahan dibangun di atas lahan yang merupakan kawasan resapan air.

b) Perizinan

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Donny Chalia Darsa, S.T., selaku Kepala Seksi Pelayanan Perizinan Tata Ruang dan Bangunan, beliau mengatakan bahwa pada prakteknya masih sering terjadi dari pihak developer yang melengkapi syarat administrasi mengenai perizinan mendirikan perumahan, namun sudah melakukan pembangunan.

Pihak developer belum dapat melakukan pembangunan atas perumahan tersebut sebelum ada surat rekomendasi yang

9

Hasil wawancara dengan Bapak Harry Gumanti selaku Staf Bidang Tata Ruang dan Pertanahan Dinas Perumahan dan Permukiman pada tanggal 20 Oktober 2017

10

Hasil wawancara dengan Bapak Donny Chalia Darsa, S.T., selaku Kepala Seksi Pelayanan

dikeluarkan oleh dinas terkait mengenai proses perizinan pembangunan perumahan.10 Sudah jelas, bahwa hal ini dapat menimbulkan masalah yang dapat merugikan pihak lain termasuk masyarakat pengguna Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan. Dan pada akhirnya, permasalahan ini akan masuk ke ranah hukum karena berkaitan dengan legal atau tidaknya pembangunan atas perumahan tersebut.

c) Persyaratan Administrasi Pengguna Program FLPP

Salah satu faktor penghambat dari pelaksanaan Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan adalah persyaratan administrasi dari masyrakat yang akan mengajukan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) kepada Bank BTN selaku pihak pembiayaan. Masih banyak masyarakat yang belum memenuhi kelengkapan berkas yang akan diajukan, atau persyaratan yang diajukan tidak sesuai dengan data yang ada.

Tidak hanya itu saja, masyarakat yang akan mengajukan Kredit Perumahan Rakyat juga akan diperiksa terkait ada atau tidaknya pinjaman masyarakat di Bank. Apabila terdapat pinjaman di Bank, maka berkas yang diajukan tersebut akan ditolak dan sudah menjadi konsekuensi bagi setiap masyarakat yang akan mengajukan KPR Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan.

Berdasarkan hasil wawancara dari Bapak Wendi Eko Ruswanto, selaku Loan Service Staff Bank BTN Way Halim Bandar Lampung mengatakan, bahwa bentuk

(12)

tanggung jawab Bank BTN terhadap Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan adalah untuk terus mendukung penuh pihak pengembang perumahan untuk mengatasi terkait pembiayaan bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang akan mengajukan Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan.11

Selain itu, Bapak Wendi Eko Ruswanto, selaku Loan Service Staff Bank BTN Way Halim Bandar Lampung juga mengatakan, bahwa sejauh ini pelaksanaan Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan sudah sesuai dengan tujuannya. Namun, memang sampai saat ini masih banyak permasalahan yang muncul menjadi faktor-faktor penghambat dalam program ini, seperti masalah peizinan pembangunan perumahan tersebut, atau masalah terkait kelengkapan administrasi dari masyarakat pengguna program ini.12

C. PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Pengawasan yang dilakukan Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung adalah mengenai pengawasan perizinan Izin Mendirikan Bangunan yang dilakukan oleh pihak Perusahaan Pengembang Perumahan (developer) terhadap pembangunan atas perumahan terkait apakah pembangunan tersebut sudah sesuai dengan peruntukkan lahannya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 tahun 2016 Tentang Pembangunan

11

Hasil wawancara dari Bapak Wendi Eko

Ruswanto, selaku Loan Service Staff Bank

BTN Way Halim Bandar Lampung pada tanggal 26 Oktober 2017

Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah menjelaskan bahwa pembangunan atas perumahan murah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah juga harus memiliki bentuk perizinan sesuai dengan yang diatur Pemerintah Daerah Terkait dikeluarkannya perizinan mendirikan suatu pembangunan perumahan, harus adanya rekomendasi dari dinas terkait, yaitu Dinas Perumahan dan Permukiman. Apabila luas perumahan yang akan dibangun mencapai lebih dari 1 hektar luasnya, maka akan dilakukan rapat BKPRD terlebih dahulu. Pemerintah Daerah melakukan pengawasan perizinan terhadap pihak

developer terkait pembangunan perumahan apakah sudah sesuai mengenai peruntukkan lahannya. Pada faktanya, ada pihak developer yang dalam mendirikan perumahan tidak sesuai dengan peruntukkan lahan yang diatur atau dengan kata lain berada di zona merah, dalam hal ini bukan untuk kawasan perumahan dan permukiman. b. Banyak faktor-faktor yang

menghambat dalam proses pelaksanaan Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan, antara lain masalah lahan pembangunan perumahan, perizinan, dan persyaratan administrasi pengguna program FLPP. Pelaksanaan Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaaan Perumahan sudah sesuai dengan tujuannya. Namun, memang sampai saat ini masih banyak permasalahan yang muncul menjadi faktor-faktor penghambat dalam program ini, seperti masalah peizinan

12

Hasil wawancara dari Bapak Wendi Eko

Ruswanto, selaku Loan Service Staff Bank

(13)

pembangunan perumahan tersebut, atau masalah terkait kelengkapan administrasi dari masyarakat pengguna Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan.

2. Saran

Pengawasan dari Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung belum berjalan dengan baik. Melihat dari beberapa permasalahan yang masing sering terjadi, terutama pengawasan terhadap pihak perusahaan pengembang perumahan (developer). Sebaiknya Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung untuk dapat lebih fokus dalam mengawasi pelaksanaan Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan untuk mengurangi permasalaha yang berkaitan dengan pembangunan perumahan murah, supaya dalam hal ini tidak ada lagi masyarakat yang merasa dirugikan akibat program ini yang tidak berjalan dengan sesuai.

Daftar Pustaka

Buku

Andi Hamzah, I Wayan Suandra, B.A. Manalu. Dasar-Dasar Hukum Perumahan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 2006.

Herman Hermit. Komentar Atas Undang-Undang Perumahan dan Permukiman (UU No. 4 Tahun 1992). CV Mandar Maju. Bandung. 2009.

Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2016 Tentang Pembangunan Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah

Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 53 Tahun 2016 Tentang Tugas Fungsi Dan

Tata Kerja Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Referensi

Dokumen terkait

Etnomedisin secara etimologi berasal dari kata ethno (etnis) dan medicine (obat). Hal ini menunjukan bahwa etnomedisin sedikitnya berhubungan dengan dua hal yaitu etnis dan

Temuan ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwianty dan Sugiarto (2013) yang menyatakan bahwa kapasitas fiscal berpengaruh negatif dan signifikan

Pemanasan yang terjadi akibat kebakaran tidak merubah jenis tekstur tanah dan warna tanah.. Kerapatan lindak setelah kebakaran relatif

Harun Djoko Prayitno, M.Hum.the Dean of School of Teacher Training and Education of Muhammadiyah University of Surakarta for approving this research paper..

Terdapat korelasi yang signifikan antara kepatuhan meminum obat pasien dengan keberhasilan terapi fase intensif pada pasien tuberkulosis paru di Instalasi Rawat

Bagaimana sistem pendistribusian obat ketika bencana erupsi gunung

Dalam konteks Citizen Kane sebagai awal sinema modern oleh Aumont dikritik berdasarkan kriteria bahwa modern tidak hanya memiliki konsekuensi atas bentuk tapi juga tema

Walaupun ingin tahu merupakan kemampuan bawaan mahluk hidup, ia tidak bisa dikategorikan sebagai naluri (instink) karena ia tidak termasuk pola tindakan yang