• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dari Ritual ke Pasar: Pergeseran Makna Saguer pada Masyarakat Halmahera Utara (Studi Kasus pada Masyarakat Desa Gossoma, Halmahera Utara) T1 BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dari Ritual ke Pasar: Pergeseran Makna Saguer pada Masyarakat Halmahera Utara (Studi Kasus pada Masyarakat Desa Gossoma, Halmahera Utara) T1 BAB V"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

58 BAB V

PRODUSEN, DISTRIBUTOR DAN KONSUMEN SAGUER DALAM PRAKTIK PRODUKSI, DISTRIBUSI DAN PENGGUNAAN SAGUER

DALAM MASYARAKAT HALMAHERA UTARA

Pada bagian ini penulis membahas tentang aspek pengetahuan masyarakat Halmahera Utara tentang Saguer, proses produksi Saguer dan Cap Tikus, proses distribusi dan praktik penggunaan Saguer.

5.1. Saguer dalam Pengetahuan Masyarakat Halmahera Utara

Saguer dalam pengetahuan masyarakat Halmahera Utara meliputi analisis tentang sejarah Saguer dan identitas Saguer, yang mana sejarah dan identitas ini akan membentuk suatu pengetahuan dalam praktik Saguer sehari-hari. Sejarah Saguer memberikan kontribusi bagi pembangunan kehidupan masyarakat dan suatu pengetahuan tentang Saguer merupakan informasi tentang identitas Saguer di Halmahera Utara.

5.1.1. Sejarah Saguer di Halmahera Utara

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa ada beberapa versi tentang sejarah Saguer namun hampir sebagian masyarakat memang tidak mengetahui asal mula Saguer itu ada di Halmahera Utara. Hal ini seperti dikemukakan oleh Tokoh Adat Amant Tobelo, Bapak Yessayas Banari:

“Sejak kita punya leluhur, jadi sejak memang orang tua kita dulu mulai tau itu tradisi itu sudah ada, karena pohon seho itu kan tidak

dibawa dari luar. Pohon seho itu kan dia memang disini juga dia

merupakan tanaman asli jadi dia tumbuh tempatnya di hutan-hutan

memang sejak dulu.”

(2)

59

tumbuh subur di daratan Sirkum Pasifik,1 sedangkan arti kata Saguer sendiri adalah minuman fermentasi dari air nira yang dalam bahasa melayu Manado berasal dari kata “air sagu”, karena berwarna putih susu seperti sagu.

Menurut teori Boudieu jika seseorang mengetahui sejarah maka ia juga tau makna filosofis yang mendasari pengetahuan praksisnya, hal ini dibuktikan kembali dengan pernyataan Tokoh Adat Amant Tobelo, Bapak Yessayas Banari:

“Kira-kira sama walaupun dia sutersingkir karena orang menganggap saguer fungsinya hanya sosial budaya. Jadi orang

tidak budidayakan itu pohon fero itu sebagai mata pencaharian

utama ya. Jadi ketika orang membutuhkan itu baru bikin tapi di

desa-desa diluar Tobelo di luar Gosoma itu hampir di setiap

kampung kan ada makanya kalau setiap acara-acara perkawinan

ada orang suka bikin atau beli tapi kalau tidak ada orang yang su

jual disitu mungkin keluarga itu akan berpikir kita yang bikin. Kita

cari pohon fero dan kita bikin untuk kepentingan acara adat itu

begitu.”

Sementara pohon seho sendiri memang tumbuh alami seperti dikemukakan oleh Tokoh Masyarakat, Bapak Tomy Panyi.

“Tidak ada orang bawa, dia tumbuh sendiri disini karena daerah tropis. Saguer itu kan merupakan salah satu contoh dari

tanaman-tanaman tropis, tanaman-tanaman yang ada di garis katulistiwa. Makanya di

seluruh Indonesia ini sampai ke kepulauan-kepulauan di Fiji, Madagaskar, sampai ke Afrika Selatan itu pohon Saguer ada.”

Secara ekonomi, pohon Seho memiliki manfaat sebagai sumber pendapatan bagi sebagian keluarga, misalnya bagi para pengolah Saguer dan gula aren. Saguer

1 Tanaman aren sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus, sehingga dapat

(3)

60

dapat dibuat minuman sekaligus dapat diolah menjadi gula. Dari manfaat yang ada ini jika Saguer dikelola dengan baik tentu dapat meberikan keuntungan bagi keluarga. Pada umumnya, Saguer dari pohon aren juga dapat dibuat menjadi etanol (ethyl alcohol), yaitu bahan bakar alternatif untuk menggantikan minyak tanah, gas elpiji, dan bensin, sehingga di kemudian hari Saguer bisa menjadi bahan bakar alternatif. Gula aren (palm sugar) juga tak kalah manfaatnya. Untuk sagandu (satu buah) gula yang kualitasnya bagus, bisa dijual Rp 1.500 – 3.000 rupiah. apalagi jika pasokan gula sedang menurun, harganya cukup melambung. Satu bonjor (terdiri dari beberapa buah gula yang disusun dan dibungkus dengan pelepah pisang yang sudah kering) bisa mencapai harga hingga Rp 100.000 rupiah. Penghasilan yang lumayan berarti untuk masyarakat pedesaan. Di samping Saguer dan gula aren, parutan batang aren yang berbentuk halus dan biasanya dicampur dengan dedak gabah dan bekatul juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak itik dan bebek. Tepung (aci) batang pohon aren yang sudah cukup tua dapat dibuat bahan beragam makanan kue tradisional. Buah aren yang sudah cukup matang dapat diolah menjadi cangkaleng (kolang-kaling) yang menjadi makanan khas di bulan Ramadhan. Meskipun harganya tidak sebagus harga gula aren dan cenderung musiman, produksi cangkaleng dan aci kawung lumayan menguntungkan.

Daun aren yang masih muda biasa dimanfaatkan masyarakat Desa Gosoma untuk bahan rokok linting yang diisi tembakau dan daun tuanya untuk bahan atap rumah. Ijuk (batang daun) juga dapat digunakan untuk atap rumah, sapu, bahan tambang, penyaring air dan untuk sarang bertelur ikan di kolam. Sayangnya, saat ini sudah jarang rumah penduduk pedesaan yang beratapkan daun dan ijuk aren. Pemanfaatan ijuk sebagai atap masih terlihat untuk beberapa bangunan cagar budaya dan beberapa bangunan di objek wisata. Batang aren biasa digunakan sebagai saluran air (talang), titian (cukang), tongkat serta coet (cobek) ruyung. Selain itu, lidi dari tulang daun aren bisa dibuat sapu lidi seperti lidi daun kelapa, hanya lebih keras dan tidak mudah patah.

(4)

61

Dari penelitian empiris yang ada sangat sulit didapatkan asal sejarah bagaimana Saguer ini bisa ada di Halmahera Utara. Hal ini juga didapatkan dari berbagai percakapan dengan teman-teman penulis di Desa Gosoma bahwa mereka sebenarnya tidak memahami sejarah Saguer dengan pasti. Dari berbagai observasi memang muncul cerita-cerita rakyat yang mengiringi sejarah Saguer, yang menceritakan bahwa Saguer merupakan minuman yang dianggap suci oleh Dewa yang baru dapat diperdagangkan setelah abad ke 18. Para orang tua yang ada di Desa Gosoma memang mengenal Saguer sejak kecil yang diperkenalkan oleh orang tua mereka dan orang tua mereka dikenalkan oleh leluhurnya begitu seterusnya hingga dari temurun belum diketahui siapa yang pertama kali membuat minuman ini.

Pierre Bourdieu sangat terkenal dengan teori habitus (modal sosial, modal ekonomi dan modal simbolik). Menurut Bourdieu habitus merupakan produk dari sejarah:

The habitus, the product of history, produces individual and collective pratices and hance history, in accordance with the

schemes engendered by history(Habitus merupakan sebuah produk sejarah yang menghasilkan praktik dalam individu dan kelompok dan sesuai dengan yang digambarkan)

Sehingga sejarah sangat penting dalam membentuk pengetahuan dan habitus masyarakat. Sejarah Saguer sangat penting bukan hanya sebagai habitus atau pelengkap saja namun terkait dengan ruang, waktu dan kondisi material yang mengelilinginya. Sejarah Saguer menjadi akumulasi pembelajaran dan sosialisasi yang akan membentuk habitus. Pengaruh sejarah tidak disadari oleh masyarakat Halmahera Utara dan hanya dianggap sebagai sesuatu yang wajar atau alamiah. Ketidaksadaran budaya ini melekat dalam habitus yang terbentuk kemudian diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya diproduksi ulang lagi.

(5)

62

pengertian sebagai pemanfaatan barang dan materi lebih dari daya fungsi yang tujuannya mengacu pada pemanfaatan keinginaan, mimpi, komunikasi, dan eksis (nilai prestis).2 Pada tataran yang nyata konsumsi Saguer di Halmahera Utara di

kontruksikan sebagai “srategi keinginan” untuk memaksimalkan dunia (kenyataan

dan sosial namun bukan sejarah). Konsumsi Saguer hanya di asumsikan sebagai kesenangan melalui adanya pemecahan tekanan maksudnya penerapan sistem nilai baru dan norma sosial, menyisakan norma paham suka rela, aksi, koefisien, dan persembahan.

Sementara penelitian Aloed (2012) menyatakan bahwa sejarah dalam arena sosial sulit membentuk habitus yang merupakan struktur mental. Jika sejarah ini dipakai maka yang pertama akan sangat sulit dijelaskan konsep habitus dalam melihat intelektual dan posisi masyarakat dalam suatu konflik. Yang kedua jika perbedaan strategi kebijakan untuk membedah posisi seseorang dalam ranah sosial, maka konsep Bourdieu tentang habitus tidak dapat dimasukkan didalamnya.

Namun penelitian dari Aloed ini tidak melibatkan variabel latar belakang, pola didik dan lingkungan yang merupakan sejarah pembentuk habitus. Maka menurut penulis habitus tetap mempengaruhi proses perbedaan seseorang, habitus tetap diyakini sebagai bagian dari produk sejarah yang membentuk perilaku sekaligus cara pandang seseorang dalam memahami suatu konflik di masyarakat.

Jika kita melihat teori praktik yang dikembangkan oleh Pierre Boudieu3, dinyatakan teori praktik sosial saguer dengan persamaan: Praktik = (Habitus x modal) + ranah. Teori praktik saguer sebagai relasi habitus sebagai produk sejarah dan ranah yang juga produk sejarah yang mana di dalam ranah terdapat suatu pertaruhan, kekuatan-kekuatan serta Masyarakat Halmahera Utara yang telah memiliki modal.

Keterkaitan dengan teori ini adalah habitus masyarakat Halmahera Utara yang telah memiliki suatu kebiasaan-kebiasaan dalam praktik Saguer merupakan suatu modal keterampilan yang menjadi suatu tindakan pratis (tanpa disadari). Yang

2 Jean Baudrillard pada tahun 1998 meneliti tentang Struktur dan Mitos Sosial Konsumen

diterbitkan oleh Sage Publication Ltd, London.

3 Pierre Bourdieu merupakan seorang ilmuan sosial politik Perancis kelahiran Denguin Pyrenia

(6)

63

kemudian diterjemahkan menjadi suatu kemampuan yang terlihat alamiah dan berkembang dalam lingkungan sosial mereka. Habitus mengacu pada sekumpulan disposisi yang tercipta dan terformulasi melalui kombinasi struktur objektif dan sejarah personal. Disposisi yang terbentuk oleh sejarah ini yang belum dimiliki oleh seluruhnya dapat diperoleh oleh masyarakat yang sebagian besar belum mengetahui pasti sejarah Saguer.

Konsep habitus yang tidak lepas dari ranah (yang saling terkait satu dengan lainnya) struktur-struktur bidang sosial yang ada dalam saguer dan struktur-struktur habitus yang terintegrasi pada pelakunya saling mengandaikan. Ranah dan habitus yang sama-sama merupakan produk sejarah. Jika sejarah ini tidak diketahui oleh masyarakat maka habitus yang dikatakan sebagai ketidaksadaran kulturan memang tidak disadari oleh masyarakat dan dianggap terjadi secara alamiah.

5.1.2. Identitas Saguer di Halmahera Utara

Identitas Saguer di Halmahera Utara adalah bahwa Saguer merupakan lambang simbol dari kesiapan dan kerja keras calon pengantin laki-laki. Dengan membawa Saguer pengantin laki-laki dianggap telah siap mencari nafkah dan mengarungi bahtera rumah tangga. Dapat dikatakan identitas Saguer di Halmahera Utara merujuk pada sifak maskulin laki-laki yaitu: kompetitif, ambisius, dominan, berani, rasional, bertindak sebagai pemimpin, asertif, analitis, individual dan agresif. Di suatu ranah acara kebudayaan identitas Saguer juga dapat dikatakan sebagai simbol persahabatan antar anggota masyarakat. Identitas Saguer pada dasarnya merupakan rujukan pada refleksi kebudayaan dari masing-masing anggota masyarakat dan persepsinya terhadap nilai-nilai yang ada, seperti yang diutarakan oleh Tokoh Adat Amant Tobelo, Bapak Yessayas Banari:

“Kalau identitas ya, keberadaan Saguer ini kan sudah berlangsung lama tanaman ini kan artinya tanaman asli tumbuh di Halmahera

ini dan memiliki nilai sejarah budaya sehingga misalnya dalam

pertemuan adat dalam perkawinan nah minuman itu pasti disajikan

itu Saguer. Jadi satu dia memiliki nilai historis sejarah yang kedua

(7)

64

Menurut Tokoh Adat Amant Tobelo, identitas tidak terlepas dari nilai historis yang dimiliki oleh Saguer. Sejarah yang diceritakan tersebut memiliki nilai kebudayaan yang tercermin dalam pertemuan adat dan perkawinan. Sehingga ketika seseorang berada di Halmahera Utara maka tidak asing jika nama Saguer menunjuk pada identitas masyarakat di sana. Nilai-nilai sosial budaya Saguer di masa lalu merupakan ikhtisar yang pelestariannya sangat diharapakan oleh Tokoh Adat sebagai seorang aktor yang memiliki jabatan adat dalam tatanan masarakat Tobelo Kabupaten Halmahera Utara.

Identitas sesuatu yang tidak disadari secara mendalam (profoundly unconscious) sehingga membuat habitus beroperasi secara alami. Dalam pemikiran Bourdieu kebudayaan memiliki a univers of undiscussed di mana identitas mereduksi tatanan sehingga membentuk formasi sosial yang diharapkan. Identitas Saguer dalam aspek ekonomi dikemukakan oleh Tokoh Masyarakat Desa Gosoma, Bapak Tomi Panyi:

“Satu kan harus memperkenalkan bahwa tanaman itu menjadi satu ciri khas dan itu juga memiliki nilai historis kan satu dari sisi

kebudayaan, adat istiadat, dalam pertemuan, perkawinan, upacara

panen, upacara dan lain-lain to. Sehingga satu sisi dia memiliki nilai

positif yang punya nilai sejarah dan yang lain juga bisa dikelola

lewat produk yang lain yang punya nilai ekonomi tinggi. Sehingga

kalau di Tobelo khususnya di Gosoma sebenarnya kalau masyarakat

memahami ini kan bisa dikelola secara baik karena punya nilai

ekonomi Cuma ini kan harus dibutuhkan treatment dibutuhkan

perlakuan apakah harus masyarakat dilatih untuk membuat produk

ini menjadi lebih bermutu. Jadi bagaimana membuat mengolah

saguer itu bukan hanya sebagai minuman yang biasa dalam tradisi

orang Halmahera tetapi juga bisa dibuat menjadi sesuatu yang

memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat khususnya di Desa

(8)

65

Identitas Saguer di Halmahera Utara juga tidak terlepas dari tumbuh suburnya pohon Seho. Bapak Tomi Panyi selaku tokoh masyarakat sangat mengharapkan bahwa Saguer perlu diolah secara maksimal dan profesional untuk menunjang pelestarian nilai identitas. Nilai ekonomi dari komoditas Saguer dapat menjadi pemilihan dalam kebijakan pengembangan pertanian dan pembangunan daerah khsusunya di Halmahera Utara, yang selama ini hanya menggunakan Saguer dalam praktik adat kebudayaan saja.

Analisis sosial Bourdieu bertujuan untuk membongkar struktur dominasi ekonomi yang selalu menutupi ketidakadilan di dalam masyarakat. Sikap masyarakat Halmahera Utara yang rajin bekerja dan kebijakan pemerintah yang membantu membuka jaringan pemasaran Saguer akan menghasilkan modal ekonomi yang sangat besar bagi kesejahteraan masyarakat. Modal ekonomi Saguer yang tampak pada identitiasnya ini dapat pula diubah misalnya melalui investasi sehingga dapat menghasilkan kapital ekonomi yang lebih besar sehingga membantu pula dalam pelestarian modal budaya Saguer. Pentingnya mempertahankan identitas Saguer diungkapkan oleh Kepala Desa Gosoma Daniel Rahayan:

“Lebih baik Saguer ini dipertahankan karena Saguer ini bagian dari budaya orang Tobelo. Karena apa saya bilang mempertahankan

Saguer karena ketika ada acara-acara perkawinan sebagai identitas

pelaminan, maso minta. Kalau saya lihat dampaknya lebih baik

Saguer ini tidak diproduksi menjadi Cap Tikus karena Cap Tikus ini

kan alkoholnya tinggi, bisa memicu atau bisa menimbulkan konflik

ketika orang mabuk minum Cap Tikus ini bisa mengundang secara

emosional dan bisa mengundang secara perkelahian antara warga.

Cap Tikus ini berdampak besar bagi saya Saguer saja yang harus

dilestarikan diproduksikan jangan menjadi Cap Tikus karena

Saguer itu sebagai makna budaya.”

(9)

66

pelestarian Saguer di tengah-tengah masyarakat. Produksi Saguer bagi Kepala Desa tidak perlu dijadikan untuk menambah nilai guna Saguer atau menciptakan minuman baru seperti Cap Tikus, meskipun memiliki nilai ekonomis yang lebih besar. Kegiatan produksi Saguer yang telah menjadi identitas masyarakat sepatutnya tidak perlu mengubah bentuk sehingga mengubah sifat asli dan nilai yag terkandung di dalamnya.

Cap Tikus juga telah menjadi suatu identitas di dalam masyarakat Halmahera Utara. Cap Tikus dan Saguer memiliki perbedaan tanda, jika Cap Tikus digunakan dalam acara-acara non formal, Saguer digunakan dalam kegiatan adat kebudayaan, proses pembangunan rekontruksi makna Saguer dan Cap Tikus dalam setiap tanda kehidupan masyarakat Halmahera Utara memperlihatkan kecerdasan aktor distributor.

Dalam aspek sosiologis kebudayaan dapat mencerminkan pola perilaku warga masyarakat yang ada di dalamnya. Kehadiran Cap Tikus ke dalam budaya masyarakat Halmahera Utara yang erat dengan Saguer dipandang kontra produktif dengan pola tingkah laku masyarakat. Produsen dan konsumen sangat perlu dalam mempelajari kembali identitas Saguer agar dapat melakukan praktik kesehariannya yang dapat menjunjung tinggi identitas kebudayaan masyarakat Halmahera Utara. Pemahaman tentang identitas Saguer sebenarnya sangat dipahami oleh produsen Saguer, Bapak Heri Moro:

“Ya penting karena Saguer ini dikontrol ketika kita minum dalam acara-acara adat. Lebih khusus lagi ketika kita minum Saguer itu

kita merasa nyaman merasa enak apalagi kita membangun

komunikasi dengan teman-teman. Saya kan mendapat keuntungan

dari Saguer bisa membantu keluarga. Lebih baik memproduksi saja

Saguer labih maju ke depan.”

(10)

67

kelangsungan usahanya. Dalam teori Bourdieu, Saguer merupakan alat komunikasi yang bersifat netral dan untuk kepentingan pelestarian modal budaya. Sehingga modal budaya yang memang dimiliki Saguer sangat penting untuk dipertahankan. Saguer merupakan identitas yang dimiliki oleh masyarakat Halmahera Utara dari proses turun temurun hingga pola interaksinya yang dilakukan sehari-hari dalam kehidupan masyarakat sehingga membentuk suatu objek yang dikenal sangat erat di ranah Halmahera Utara. Ranah sosial Saguer di Halmahera Utara bukan hanya tentang kompetisi melainkan tempat para pelaku masyarakat mendapatkan makna budaya seperti solidaritas, kerja sama dan kasih sayang.

Pesta pernikahan masyarakat Halmahera Utara hampir sama dengan pesta pernikahan yang diadakan di tempat lainnya. Selain makanan utama, disajikan pula makanan ringan beserta minuman Saguer segar yang sangat sering dikonsumsi oleh para tamu. Ikatan ketika mengkonsumsi Saguer juga tampak dari pernyataan produsen Bapak Hery Moro:

“Saya melihat ikatan Saguer yang yaitu seperti digunakan dalam acara-acara budaya orang Gosoma atau orang Halmahera Utara

nah makna ini seperti dalam perkawinan adat itu mereka

menggunakan Saguer. Seperti acara tokoh-tokoh adat mereka

menggunakan Saguer.”

Selain acara perkawinan, Bapak Hery Moro juga sangat sering mendapatkan pesanan Saguer untuk acara adat kebudayaan di Tobelo seperti: Pertunjukan Tokuwela, acara musik Yangere, pesta rakyat dan upacara adat Hibualamo. Berbagai acara tersebut melibatkan para tetua adat. Tradisi pernikahan di Desa Gosoma Kecamatan Tobelo adalah dengan menkonsumsi Saguer, tradisi tersebut hingga kini masih dipertahankan oleh para masyarakat. Sudah tidak asing lagi jika Saguer menjadi minuman pelengkap di setiap kegiatan masyarakat. Ketika hadir di acara pernikahan, para tamu dan keluarga juga secara tidak langsung sangat mengharapkan Saguer,

(11)

68

pada ranah masyarakat. Identitas Saguer merupakan suatu kekuatan di dalam berbagai ekspresi kultural dan tindakan-tindakan sosial para aktor di Halmahera Utara. Saguer telah melengkapi produksi budaya dalam ranah tanah tempat tinggal, berbagai latar belakang sosial dan melengkapi nilai-nilai kebudayaan. Identitas Saguer merupakan refleksi atau cerminan dari kebudayaan dan proses sosialisasi yang ada di Halmahera Utara.

5.2. Proses Produksi Saguer dan Cap Tikus dalam Masyarakat Halmahera Utara

Bapak Hery Moro adalah produsen pembuat Saguer dan Cap Tikus di Desa Gosoma, Kecamatan Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara. Beliau kini berusia 50 tahun. Pendidikan terakhirnya adalah tamatan Sekolah Dasar. Beliau dibesarkan dari keluarga petani Saguer secara turun temurun bersama empat saudaranya. Dengan memproduksi Saguer dan Cap Tikus, Bapak Hery Moro menafkahi seorang istri dan 2 orang anak. Proses memproduksi Saguer dijelaskan oleh Bapak Hery Moro sebagai berikut:

“Kita panjat pohon enau, batifar air nira dari pohon enau itu. Tu dia pe tampa mo masa saguer, de pe nama tengki. Lataran tu Saguer

musti tampung dulu sampi riki 4 galon, jadi kita nda setiap hari

momasa Saguer. Secara alamai nira kelapa kita biar semalam akan

(12)

69

Gambar 5.1

Setelah Memanjat Pohon Seho, Petani Saguer Mengambil Air Nira Hasil Sadapan

Ada dua hal menarik yang terjadi dalam proses tradisional pembuatan Saguer, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Hery Moro, pertama bahwa air nira yang baru saja diambil dari pohon akan mengalami proses pembentukan alkohol dari fermentasi, fermentasi ini dibantu oleh bakteri yang ada di dalam bambu wadah air nira di pohon seho yang memang terjadi secara alami. Dari hasil pengamatan dan observasi perlakuan khusus yang dilakukan selama proses pembuatan saguer di Halmahera Utara diantaranya adalah, saguer yang dituangkan harus disaring agar tidak tercampur dengan serangga dan kotoran lain, hal ini untuk menjaga sterilisasi fermentasi saguer.

Kendala yang didapatkan hanyalah ketersediaan air nira di pohon seho, tidak jarang produsen seperti Bapak Hery Moro harus pergi ke hutan untuk menyadap air nira, fasilitasnya pun juga masih sederhana tanpa kendala, seperti yang diungkapkan Hery Moro:

“Tidak menentukan gagal atau tidak tapi selama saya buat karena alat-alat yang saya gunakan alat seperti bambu, seperti tanki tidak

ada kegagalan dalam saya buat paling kalau bambu sudah rusak

saya akan ganti bambu baru sebagai alat tradisional pembuatan. Itu

(13)

70

Manfaat dari proses pembuatan Saguer dapat memberikan keuntungan bagi para produsen, penjual maupun konsumen Saguer. Sangat penting bagi para produsen memiliki kemampuan dalam mengelola Saguer. Sebab, pohon penghasil air manis ini memiliki fungsi yang multiguna, mulai dari akar hingga buahnya memberikan manfaat yang beragam bagi kehidupan manusia. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah kelestariannya karena hingga saat ini masih sulit dilakukan pembudidayaan, terutama di daerah pedesaan. Keberadaan dan kelangsungan hidup pohon Saguer atau aren ini perlu dirawat dan dilindungi secara baik sehingga bisa memberikan keuntungan ekonomi bagi pengelola dan masyarakat setempat. Sementara dalam proses pembuatan Cap Tikus, bahan Saguer murni diolah kembali melalui proses penyulingan, seperti diungkapkan oleh Bapak Aim Utumu:

Terus kita panaskan, Saguer cukup dihangatkan suam-suam kuku

lalu uap alkohol datang lewat selang. Kemudian kita dinginkan. Per

minggu 5 liter per gelong dengan harga Rp 30 ribu, keuntungan

yang bisa saya dapatkan dari usaha Saguer sehari mencapai Rp 60

ribu, tergantung minat pembeli”

Proses mengontrol api yang dibakar dengan kayu juga menjadi perhatian agar penyulingan alkohol berjalan dengan baik. Proses pengolahan Cap Tikus juga rata-rata dapat dilakukan secara sendiri dan hanya dibantu oleh keluarga saja. Dalam urusan pendapatan tidak terlalu banyak namun cukup jika untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan nilai pendapatan 60 ribu per hari sangatlah minim bagi seorang kepala keluarga, maka salah satu yang dilakukan Bapak Hery Moro adalah dengan mengolah kembali Saguer tersebut hingga menjadi Cap Tikus, hal ini dikarenakan Cap Tikus memiliki harga jual yang relatif lebih menguntungkan.

“Saya buat Cap Tikus, sesudah saya buat Cap Tikus lalu saya jual lalu dapat punya uang saya ambil manfaat itu untuk saya punya bini. Saya buat itu kan untuk ada hasil untuk bisa makan, untuk saya

punya hidup, saya bisa pakai untuk anak bini. Sehingga saya buat

(14)

71

Bapak Hery Moro telah memulai usaha sejak berusia 16 tahun hingga sekarang. Motivasi Bapak Hery Moro tetap memproduksi Saguer dikarenakan Saguer memang menjadi sumber pendapatan bagi kelangsungan kehidupan rumah tangganya. Analisa skema hasil produksi dan hasil pemasaran bagi beberapa produsen Saguer di Halmahera Utara masih bersifat tradisional (usaha mikro). Sehingga para produsen belum menerapkan sistem catatan keuangan seperti neraca. Dalam mengolah Saguer dan Cap Tikus, produsen hanya dibantu oleh istri dan bersifat tradisional.

Meskipun turut membantu, Ibu Hery Moro tetap memiliki beberapa keterbatasan yang tidak dapat dilakukan oleh seorang perempuan, seperti memilih dan memanjat pohon seho di hutan. Pohon Seho sendiri merupakan tumpuan bahan utama dalam ketersediaan Saguer di Halmahara Utara, kendala yang dihadapi oleh produsen seperti Bapak Heri Moro yaitu:

“Kalau menurut saya kendalanya Pohon Sehonya. Kalau disana kan pohon ini kan tidak dibudidayakan ya tapi pohon ini kan tumbuh

sendiri, di hutan. Ketika pohon ini sudah mati terpaksa saya sebagai

pembuat Saguer saya berpindah tempat untuk cari pohon baru di

lahan-lahan tempat orang punya, tapi disitu saya minta ijin kalau

saya ingin mengelola Pohon Seho ini menjadi produksi, menjadi

Saguer atau tuak. Kalau menurut saya kendalanya cuma disitu saja.”

Pohon Seho (Arenga Pinnata, suku Arecaceae) adalah jenis palma yang terpenting di Halmahera Utara setelah kelapa (nyiur) karena merupakan tanaman yang serba guna. Penyebab mulai berkurang atau kelangkaannya tidak lain adalah karena banyaknya kegunaannya tersebut, sehingga banyak dimanfaatkan penduduk untuk berbagai kebutuhan.

(15)

72

tradisional ini yang dapat dilihat dari banyaknya penduduk yang menggantungkan kehidupan ekonominya dari penjualan minuman Saguer.

Arena dalam konsep Bourdieu juga ditunjukkan tentang bagaimana Masyarakat Halmahera Utara mampu memproduksi Saguer dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya berbagai gubuk di hutan yang merupakan tempat memproduksi air nira secara langsung dari pohon Saguer, selain itu kemampuan pembuat Saguer seperti membuat bambu, dan peralatan-peralatan lain yang sangat tradisional membuat hasil produksinya benar-benar bagus, hal ini dapat dilihat dari sedikitnya kegagalan dalam proses produksi.

Gambar 5.2

Pembuatan Saguer yang Masih Sangat Tradisional, Bambu Digunakan untuk Menyalurkan Air Nira Hasil Sadapan

(16)

73

Saguer memungkinkan masyarakat Desa Gosoma untuk mendapatkan kekuatan sosialnya.

5.3. Proses Distribusi Saguer dalam Masyarakat Halmahera Utara

Saluran distribusi Saguer di Halmahera Utara hingga kini masih didominasi oleh saluran distribusi langsung dengan adanya upacara atau perayaan adat sebagai target marketnya. Jumlah konsumen Saguer dapat meningkat apabila Saguer yang diproduksi memiliki rasa yang enak dan khas. Rasa khas dari Saguer adalah manisya. Bambu penampungan yang digantungkan pada bagian mayang tempat keluarnya cairan putih (Saguer), berikut saringannya yang terbuat dari ijuk pohon enau harus bersih. Semakin bersih, saguer semakin manis. Semakin sesuai dengan selera konsumen maka kualitas produk Saguer yang diolah oleh produsen dapat dianggap memiliki kualitas yang baik dan kompetitif di pasaran, seperti diungkapkan oleh Bapak Aim Utumu:

“Cara berdagang kan dalam acara-acara perkawinan orang datang untuk menggunakan Saguer ini. Seperti itu. Nah yang pertama saya cara menjualnya kadang Saguer itu saya taruh di tempat masak

saya. Nah disitu ada orang datang macam orang perkawinan saya

kasih dia orang pakai, yaitu dijual. Yaitu satu jirigen 25 liter itu 45

ribu itu.”

Dalam kebiasaan adat yang membutuhkan Saguer sebagai minuman keseharian membuat usaha penjualan Saguer dapat berlangsung lama. Proses pemasaran Saguer ini juga berlangsung secara tradisional. Arena dalam tempat distribusi yang sudah banyak diketahui oleh masyarakat sehingga jika ada acara adat dan perkawinan mereka biasa memborongnya langsung dengan harga yang relatif murah. Ruang distribusi saguer terlihat jelas ketika ada acara-acara adat dan interaksi keseharian masyarakat Halmahera Utara.

(17)

74

mereka di dalam ruang sosial pergaulan masyarakat Halmahera Utara. Hal inilah yang menyebabkan distribusi minuman Saguer mudah diterima oleh Masyarakat Halmahera Utara.

Gambar 5.3

Pengemasan Minuman Saguer ke dalam Jirigen-Jirigen yang Memiliki Volume Banyak pada Umumnya Dikonsumsi oleh Peserta Upacara Adat

Dalam dalam proses selanjutnya minuman Saguer kemudian diolah menjadi Cap Tikus dengan alasan bahwa harga dan permintaan Cap Tikus lebih menjanjikan. Di dalam proses pembuatan Cap Tikus ini dari hasil observasi didapatkan bahwa air Saguer kemudian diolah dengan memasaknya kemudian dilakukan proses destilasi kimia yang bertujuan mendapatkan uap alkohol. Bentuk komodifikasi Saguer menjadi minuman Cap Tikus dipahami sebagai strategi penjualan agar penggunaan Saguer tidak hanya ketika ada upacara adat namun konsumsi sehari-hari dengan dampak yang dirasakan lebih memuaskan konsumen.

(18)

75

“Saguer juga dipakai sebagai simbol dari seorang pengantin laki-laki pada saat acara-acara perkawinan. Jadi kalau acara

perkawinan juga acara-acara adat lain. Hampir setiap acara orang

Tobelo kalau dari keluarga laki-laki datang keluarga perempuan

tidak bawa Saguer itu dari nilai adat dan tradisi dipertanyakan. Jadi

itu kenapa itu kurang lengkap karena dia berfungsi sebagai simbol

dari pengantin laki-laki itu.”

Dalam era yang telah modern ini hikayat tentang Saguer sebagai simbol pengantin laki-laki di dalam budaya Halmahera pun masih ada. Saguer digunakan sebagai simbol ketangkasan seorang laki-laki dengan dia mampu mengolah Saguer mulai dari memanjat pohon seho. Memanjat pohon seho dan mengolah Saguer pun tidak semudah yang dilihat. Disini diibaratkan calon pengantin laki-laki harus menggunakan akal kecerdasannya dalam menghasilkan produk Saguer. Sehingga dia dapat dibuktikan mampu hidup sendiri dan siap memimpin rumah tangga.

Memang minuman Saguer harus bersaing dengan minuman bermerek bahkan dengan produk turunannya Cap Tikus, namun harapan agar masyarakat dapat terus menjaga minuman ini dengan mengkonsumsinya sebagai nilai kebanggaan yang berasal dari Halmahera Utara.

(19)

76

“Yang saya dapatkan dari Saguer adalah saya memiliki banyak kenalan. Saya sering mengikuti acara nikah adat dan disana saya

sering berkomunikasi dengan orang-orang yang belum saya kenal.

Tetapi ketika kami duduk dalam acara tersebut sambil

mengkonsumsi Saguer, lambat laun kami saling kenal dan sudah

seperti keluarga sendiri.”

Pada pemahaman ini terkait habitus, Saguer adalah sebagai fenomena minuman tradisional yang menekankan perhatiaan kelengkapan masyarakat dalam berkumpul dan bersosialisasi satu dengan lainnya. Ditambahkan lagi oleh Bapak Tomi Panyi selaku salah satu tokoh masyarakat di Desa Gosoma bahwa praktik penggunaan Saguer memang sangat sering terutama jika ada acara adat perkawinan antar keluarga:

“Situasi yang kita gunakan yaitu dalam acara -acara orang perkawinan. Kalau di Desa Gosoma Saguer itu digunakan saat acara pertemuan adat ya itu digunakan pasti ada Saguer tapi kalau

minuman Cap Tikus, dia tu sudah termasuk minuman-minuman keras

dia keseharian sudah mengandung alkohol.”

Gambar

Gambar 5.1 Setelah Memanjat Pohon Seho, Petani Saguer Mengambil Air Nira Hasil
Gambar 5.3 Pengemasan Minuman Saguer ke dalam Jirigen-Jirigen yang Memiliki

Referensi

Dokumen terkait

Hari Jumat tanggal 15 Januari 2016 peneliti menyerahkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) penelitian untuk dikonsultasikan. Hari ini juga mengambil soal tes yang

Dengan demikian, ekstrak daun mangrove (S. alba) yang digunakan dalam pengujian antibakteri secara kualitatif dapat dikategorikan sebagai bahan yang mampu menghambat

Selain itu dengan mempertimbangkan Hasil Pemeriksaan Tim Asesmen Terpadu dengan hasilkesimpulan bahwa Tim Medis Asesmen menyatakan terperiksa (pelaku)

dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan”. Jadi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun

Metodologi Penelitian Kualitatif: Pendekatan Positivistik, Rasionalistik, Phenomenologik , dan Realisme Metaphisik Telaah Studi Teks dan Penelitian Agama.. Yogyakarta:

telah tepat dengan mempertimbangkan seluruh alat bukti yang ada di dalam persidangan, namun hakim memutus pidana terhadap terdakwa terlalu rendah jika dilihat dari

Isu adalah suatu hal atau trending topic yang sedang di bicarakan saat ini yang bersifat kekinian, atau sementara tetapi jika di respon dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan

Untuk mendeskripsikan apakah ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran problem posing dan pemberian motivasi terhadap kreatifitas berfikir matematika siswa