• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gerakan Perlawanan terhadap Indomart: Studi Gerakan Sosial Pedagang Pasar Tradisional Cengek Kelurahan Tingkir Lor Kota Salatiga T1 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gerakan Perlawanan terhadap Indomart: Studi Gerakan Sosial Pedagang Pasar Tradisional Cengek Kelurahan Tingkir Lor Kota Salatiga T1 BAB IV"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

32

BAB IV

GAMBARAN UMUM KELURAN TINGKIR LOR

4.1 Letak dan Batas Kelurahan Tingkir Lor Lor

Kota Salatiga adalah salah satu kota kecil di Jawa Tengah yang mempunyai berbagai macam keunikan, salah satu keunikan Kota Salatiga adalah kota ini hanya memiliki luas wilayah 57.36 (km2)1. Meskipun demikian namun potensi pariwisata Kota Salatiga tidak kalah dengan Kabupaten/Kota lainya di Jawa Tengah.

Kecamatan Tingkir merupakan salah satu dari 4 Kecamatan di Kota Salatiga yang banyak menyimpan potensi pariwisata. Potensi pariwisata yang terdapat di Kecamatan Tingkir antara lain: wisata alam (Desa wisata Tingkir Lor), dan wisata yang berkaitan dengan pengembangan ekonomi (Tingkir Lor sebagai sentra Home Industri atau sentra UMKM Kota Salatiga).

Mengingat potensi yang cukup strategi pada kedua Kelurahan tersebut, memacu banyak orang baik personal maupun perusahan untuk membuka usaha di kedua Kelurahan tersebut. Salah satunya adalah perusahaan yang bergerak di usaha minimarket berjejaring, yakni Indomart. minimarket yang notabanenya sebagai minimarket dengan jumlah cabang terbanyak di Kota Salatiga.2 pada tahun 2015 pihak Indomartt membangun salah satu garai Indomart di Kelurahan Tingkir Tengah, namun usaha tersebut mendapatkan perlawanan dari masyarakat setempat terutama para pedagang pasar yang berjualan di Pasar Tradisional Cengek Tingkir Lor.

Perlawana tersebut di sebabkan oleh pertimbangan jarak antara pasar tradisional Cengek dan Indomart, serta melihat kondisi pasar tradisional Cengek

1

Sumber yang diambil berdasarkan data BPS tahun 2014 (Salatiga dalam angka) tentang luas wilayah Kota Salatiga.

2 Data observasi (Februari 2017) terdapat 26 garai Indomart dari total 33 garai minimarket sejenis di Kota

(2)

33 yang cukup memprihatinkan, dalam hal tingkat pembeli masyarakat yang cukup rendah.

Gambar 4.1

Jarak Pasar Tradisonal Cengek dengan Indomart Tingkir Lor

Sumber Data: di dapatkan dari aplikasi Geogle Map, dimana titik kordinat

merah merupakan posisi pasar tradisional Cengek, dan titik kordinat putih adalah letak indomaret di Tingkir Tengah.

Gambar 4.2

Peta Kelurahan Tingkir Lor

(3)

34 Kelurahan Tingkir Lor adalah salah satu dari 6 Kelurahan di Kecamatan Tingkir. Berdasarakan luas wilayah Kelurahan Tingkir Lor memiliki luas wilayah Kelurahan 177.3 Ha, yang di dalamnya terdapat 8 RW dan 24 RT.

Secara administratif pasar tradisonal Cengek dan Indomart berada pada wilayah administrasi Kelurahan yang berbeda. Pasar tradisonal Cengek berada dalam wilayah administrasi ke lurahan Tingkir Lor, sedangkan letak Indomart berada dalam wilayah administrasi Kelurahan Tingkir Tengah.

4.2 Kondisi Penduduk, Jenis Pekerjaan, dan Tingkat Pendidikan

Kelurahan Tingkir Lor memiliki penduduk sebanyak 5,065 jiwa, yang terdiri dari 2.510 jiwa jumlah penduduk laki-laki, dan 2.555 jiwa jumlah penduduk perempuan. Sedangkan jumlah penduduk Kelurahan Tingkir Lor berdasarkan agama dan aliran kepercayaan yakni, jumlah penduduk pemeluk agama Islam sebanyak 4.751 Jiwa, jumlah penduduk pemeluk agama Kristen Protestan sebanyak 156 Jiwa, Jumlah penduduk pemeluk agama Katholik 78 orang, dan jumlah penduduk pemeluk aliran kepercayaan sebanyak 2 orang, sedangkan untuk pemeluk agama Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu tidak sama sekali berada dan dianut oleh masyarakat Kelurahan Tingkir Lor.

Berdasarkan kondisi penduduk Kelurahan Tingkir Lor dilihat dari aspek mata pencaharian atau jenis pekerjaan masyarakat, maka berdasarkan data monografi dinamis Bulan Maret 2017 Kelurahan Tingkir Lor, dapat dilihat mayoritas penduduk Kelurahan Tingkir Lor berdasarkan jenis pekerjaan terdiri dari 1559 orang merupakan pelajar dan mahasiswa, karyawan swasta 686 orang, buruh harian lepas 303 orang, perdagangan 70 orang, buruh harian lepas 183 orang, tukang las pandai besi 86 orang, PNS 298 orang, guru 177 orang, wiraswasta 620 orang (termasuk dalam penggiat Home Industri), pedagang 145 orang, dan belum/tidak bekerja 938 orang.

(4)

35 pedagang (nota banenya tidak semua berjualan di pasar tradisional Cengek). dimana masyarakat Tingkir Lor yang kesehariannya sebagai pedagang tradisional di pasar tradisional Cengek hanya sebanyak 30 orang pedagang. Para pedagang yang sebagian besar berasal dari Kelurahan Tingkir Lor berjualan jenis sembako, makanan siap saji, dan sayur dan buah.

Dalam rangka melihat kondisi sosial suatu masyarakat secara komprehensif, maka aspek pendidikan merupakan bagian yang sangat penting untuk dilihat. Hal ini dikarenakan peran penting pendidikan sangat berbanding lurus dengan perkembangan pembangunan pada suatu daerah. Sehingga berdasarkan hal tersebut, maka aspek pendidikan pada Kelurahan Tingkir Lor merupakan bagian penting yang harus dibahas dalam pembahasan ini. Kelurahan Tingkir Lor ketika di tinjau dari jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan sebagai berikut.

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Kelurahan Tingkir Lor Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah %

1 Tidak/Belum Sekolah 869 Orang 17,15%

2 Belum Tamat SD/sederajat

761 Orang 15,02%

3 Tamat SD 1.023 Orang 20,19%

4 Tamat SLTP 762 Orang 15,04%

5 Tamat SLTA 1.321 Orang 28,08%

6 Diploma I/II 53 Orang 1,04%

7 Strata I/Diploma IV 151 Orang 3,94%

8 Strata 2 21 Orang 0,41%

(5)

36

JUMLAH 5065 Jiwa 100 %

Sumber Data: Data Monografi Dinamis Bulanan Maret 2017 Kelurahan Tingkir Lor Kec. Tingkir Kota Salatiga

Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan kondisi masyarakat Kelurahan Tingkir Lor memiliki tingkat pendidikan yang cukup baik, hal ini dikarenakan secara mayoritas masyarakat Tingkir Lor merupakan tamatan SLTA, yakni sekitar 28,08% dari total mayoritas penduduk, sedangkan masyarakat dengan tingkat pendidikan terakhir SD sebanyak 20,19%, dan diikuti oleh tamatan SLTP dan strata I masing-masing sebanyak 15,04 % dan 3, 94%.

4.3 Kondisi Pasar di Kecamatan Tingkir

Kecamatan Tingkir adalah salah satu dari empat Kecamatan di Kota Salatiga. Berdasarkan kondisi perkembangan ekonomi dari keempat Kecamatan di Kota Salatiga Kecamatan Tingkir termasuk salah satu Kecamatan yang masih cukup unggul dari aspek pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan oleh banyaknya usaha-usaha home industry, dimana hasil produksinya di produksi di kecamtan Tingkir terutama pada dua Kelurahan, yakni Kelurahan Tingkir Lor dan Kelurahan Tingkir Tengah

Hadirnya home industri di Kecamatan Tingkir secara otomatis akan memerlukan pasar sebagai wadah yang di jadikan sebagai tempat pendukung aktifitas jual beli produk-produk home industry, walaupun banyak dari produksi

home industry di Kecamatan Tingkir telah mempunyai pasar sendiri untuk

menjajakan produk-produknya baik di luar kota maupun di ekspor, namun kebutuhan pasar di Kecamatan Tingkir masih cukup potensil dan strategis mengingat banyaknya sentra-sentra UMKM baru yang berkembang di Kecamatan Tingkir.

(6)

37 sekitar. Selain itu dengan di tetapkannya Kecamatan Tingkir oleh pemerintah Kota Salatiga melalui dinas perdagangan dan UMKM sebagai sentra UMKM Kota Salatiga, maka baik pedagang maupun pelaku UMKM dan masyarakat mempunyai kemudahan akses, terutama para pelaku UMKM dalam hal benjajakan produk-produk UMKMnya. Sedangkan keuntungan lain yang di rasakan para pedagang pasar Cengek adalah di untungkan dengan keberadaan sentra UMKM di Kecamatan Tingkir, terutama pada dua Kelurahan (Tingkir Lor-Tingkir Tengah). Hal ini sangat membantu dalam hal meningkatnya daya beli masyarakat. Kondisi ini dikarenakan setiap masyarakat yang berasal dari luar Kecamatan Tingkir maupun Kota Salatiga yang berkunjung ke sentra-sentra UMKM di dua Kelurahan yang berdekatan dengan pasar tradisional Cengek, sudah tentunya akan berkunjung lebih dulu ke pasar tradisional Cengek sebelum terjun langsung tempat-tempat produksi UMKM di Kecamatan Tingkir. Seperti di ungkapkan oleh Siswanto (39) salah pedagang pasar tradisional Cengek Kelurahan Tingkir Lor.

“Keberadaan pasar tradisional dengan usaha-usaha home industry disini hubungan adalah simbiosis mutualis. Kami di untungkan secara langsung maupun tidak langsung, artinya dari kami sebagai penggiat pasar itu di untungkan secara langsung dengan sentra home industry disini, karena kami memandang dimana suatu daerah banyak di kunjungi oleh orang asing (di luar Salatiga), maka secara alami akan timbul tingginya frekuensi perpindahan uang dari satu tangan ke tangan yang lain (perputaran uang). Bagi kami keuntungan secara langsung ketika orang datang membeli produk-produk di sentra-sentra UMKM disini secara otomatis mereka akan mampir ke pasar dan toko-toko kami untuk belanja, sedangkan secara tidak langsung adalah tingginya daya beli sembako yang berasal dari para pelaku usaha UMKM untuk kebutuhan para karyawanya sehingga mereka turut membantu menggeliatkan ekonomi pasar”3

.

Berdasarkan hasil wawancara di atas secara jelas para pedagang pasar Cengek merasa sangat diuntungka oleh kehadiran sentra-sentra UMKM yang berada di Kelurahan Tingkir Lor dan Tingkir Lor, yang mana akses antara dua Kelurahan tersebut cukup dekat dengan pasar tradisional Cengek. Mengingat pasar

3 Hasil wawancara bersama pak siswanto (39) salah satu pelaku usaha toko klontong di pasar

(7)

38 tradisional Cengek terletak dalam wilayah administrasi Kelurahan Tingkir Lor dan berbatasan langsung dari barat dan timur dengan Kelurahan Tingkir Lor.

Ditinjau dari letak administrasi Kelurahan Tingkir Lor yang diapit oleh dua Kelurahan yakni, kelurah Tingkir Lor dan desa Baruan Kabupaten Semarang, maka keberadaan sentra home industry sangat memungkinkan tingginya daya beli masyarakat di khusunya di Kelurahan Tingkir Lor.

Selain itu posisi Kelurahan Tingkir Lor yang berhadapan langsung dengan jalur utama alternatif Salatiga-Solo, dan Kabupaten Sragen, sehingga sangat memungkinkan dari aspek keterjangkauan pada akses masyarakat luar untuk dan berkunjung ke pasar tradisional Cengek dan sentra-sentra home industiri di Kelurahan Tingkir Lor. Posisi dan potensi strategis Kelurahan Tingkir Lor ini cukup strategis dalam hal mobilitas yang berfungsi memperkuat daya beli masyarakat. Hal dibuktikan dengan bermunculanya pasar-pasar modern yang berkembang cepat pada kedua wilayah Kelurahan Tingkir Lor dan Tingkir Tengah

4.3.1 Pasar Tradisional dan Tantangan Kehadiran Pasar Moderen

Pasar tradisional adalah sebuah tempat yang terbuka di mana terjadi proses transaksi jual beli yang dimungkinkan proses tawar-menawar4. Di dalam pasar tradisonal sistem jual beli yang berkaitan dengan harga barang cukup fleksibel. Artinya setiap pembeli dan pedagang dapat melakukan penawaran harga sesuai dengan kondisi barang dan kebutuhan pembeli. Kefleksibilitas dalam harga yang dapat dilakukan antara pedagang dan pembeli memberikan keuntungan tersendiri bagi para pembeli dalam hal dapat memotong anggaran belanja yang sebenarnya cukup irit bila dibandingkan dengan barang-barang di dijual di pasar-pasar modern pada umumnya. Selain itu pada pasar tradisional juga memungkinkan

4 Utami Ayunita, Eksistensi Pasar Tradisional di Kanupaten Sleman, Skripsi, UIN Sunan Kalijaga,

(8)

39 untuk berlangsungnya proses-proses sistematis dalam interaksi sosial yang berkelanjutan antara pedagang dan pembeli5.

Namun dengan hadirnya pasar-pasar modern, yakni pasar di mana pembeli dan penjualnya tidak melakukan transaksi secara langsung. Pembeli hanya melihat lebel pada suatu kemasan produk dan pembeli di layani oleh pramuniaga contoh minimarket, supermarket, dan hipermarket (Hutabarat, 2009). Selain itu pasar moderen yang di dominasi oleh minimarket-minimarket yang berjejaring baik ditingkat provinsi sampai ke polosok dusun. Sangat memberikan efek yang signifikan terhadap eksistensi pasar-pasar modern.

Hal ini sangat mungkin dengan berbagai macam penawaran fasilitas yang ditawarkan oleh pasar modern dalam mendorong efektifitas dan efisiensiensi pembeli. Pelayanan yang cukup modern yang difasilitasi dengan kemudahan-kemudahan pembayaran yang ditunjang oleh teknologi komputer yang memadai, ruangan ber AC, dan tata barang yang sesuai berdasarkan rak-rak khusus produk-produk tertentu, merupakan keunggulan-keungulan khusus yang dimiliki pasar-pasar modern yang tidak mungkin ditemui di pasar-pasar tradisional, sehingga keunggulan-keunggulan tersebut sangat memungkinkan untuk mengurus keberadaan pasar tradisional yang serba minim ditunjang dari fasilitas pendukungnya yang di pengaruhi oleh minimnya modal bila di bandingkan dengan pasar-pasar modern.

Kondisi serupa akan melahirkan fenomena persaingan usaha yang tidak sehat. Kondisi tersebut turut dirasakan oleh para pedagang di pasar tradisonal Cengek. Hadirnya Indomart di Kelurahan Tingkir Tengan yang mempunyai jarak kurang dari 230 meter dengan pasar tradisional Cengek sangat memungkinkan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap daya beli masyarakat.

hal ini mengingat keberadaan Indomart di Kelurahan Tingkir Lor berada cukup strategis persis di depan jalan utama alternative Salatiga-Sragen dan berada sekitar 10 meter persis di samping jalan utama Kelurahan Tingkir Lor, yang juga

5Ti Pe gelola Pasar Kabupate Ba tul. Ko sep Pe gelolaa Pasar Tradisio al Di Kabupate

(9)

40 dipakai sebagai akses satu-stunya menuju ke pasar tradisional Cengek. Persoalan lain yang turut mempengaruhi kondisi ketimpangan pasar tradisonal Cengek dan Indomart di Tingkir Lor yaitu, dengan adanya kebijakan dari manajemen Indomart untuk mengakomodir produk-produk UMKM masyarakat sekitar misalnya makanan rinagan berupa cemilan (krepik) dan lain sebagainya untuk turut dijual di Indomart.

Belum lagi pengaruh pasar modern (Indomart) yang telah berhasil menarik perhatian masyarakat dengan berbagai macam fasilitas yang ditawarkannya, bersamaan dengan hal tersebut stigma akan pasar tradisional yang cenderung tidak nyaman dan aman dari aspek sarana prasana, serta kotor turut membantu mindset masyarakat untuk semakin tidak memilih pasar tradisonal dan kecenderungan menetukan alternatifnya untuk berbelanja ke Indomart.

Ketimpangan-ketimpangan yang timbulkan oleh Indomart yang berpengaru oleh eksistensi pasar tradisonal Cengek melahirkan gerakan perlawanan yang dilakukan oleh para pedagang pasar Cengek yang merasa sangat terganggu oleh kehadiran Indomart di Kelurahan Tingkir Lor. Gerakan perlawanan yang dilakukan oleh para pedagang menyasar beberapa persoalan yang timbul dari kehadiran Indomart di Tingkir Lor. Persoalan-persoalan tersebut antara lain: jarak antara pasar tradisonal Cengek dan Indomart cukup dekat, daya beli masyarakat yang menurun (yang dipengaruhi oleh menurunya kunjungan masyarakat di pasar tradisional), serta peembangunan Indomart di Tingkir Tengah yang di nilai tidak melalui prosedur yang berlaku.

4.4 Kondisi Sosial Pedagang Pasar Tradisional Cengek dan Perlawanan terhadap Indomart.

(10)

41 Berdasarkan kondisi aktifitas jual beli yang berlangsung di pasar tradisional Cengek dapat di lihat tingkat konsumen atau daya beli masyarakat yang berbelanja di pasar tradional Cengek cukup rendah. Hal ini menyebabkan para pedagang yang memilih bertahan yang sebelumnya 30 orang sampai saat ini hanya tersisa 15 orang.

“Jumlah keseluruan pedagang yang berjualan disini ada 30 namun yang sering aktif jualanya hanya 15 orang”6

Berdasarkan hasil wawancara bersama salah satu pedagang tradisional Cengek Pak Isna (43), kondisi pasar tradisional Cengek yang berangsur-angsur mulai mengalami penurunan jumlah pedagang salah satu faktornya dipengaruhi oleh kurangnya kenginan warga untuk membelanjakan kebutuhanya di pasar tradisional Cengek.

Berangkat dari kondisi-kondisi rill inilah menjadi salah satu motivasi para pedagang yang berjualan di pasar tradisional Cengek melakukan gerakan perlawanan terhadap Indomart sebagai salah satu pasar modern (minimarket) yang dibangun dan melangsungkan aktifitas jual beli dengan jarak yang cukup dekat dengan pasar tradisional Cengek, yakni kurang lebih jarak pasar tradisional dan Indomart berjarak 230 meter. Alasan-alasan yang melatar belakangi gerakan tersebut antara lain melihat kondisi pasar tradisional Cengek yang masuk dalam kategori pasar yang mulai berkembang7 (tingkat daya beli masyarakat yang cukup rendah) di Kota Salatiga dan pertimbangan jarak yang cukup dekat dengan pasar tradisonal Cengek.

Secara teoritis berkurangnya pedagang di pasar-pasar tradisional hal ini dilatar belakangi oleh kompetisi antara pasar tradisional dan pasar modern. Kondisi tersebut bukan hanya terjadi di Kota Salatiga khususnya pasar tradisional

6

Hasil wawancara dengan Bpk Isna (43) salah satu pedagang tradisional pasar Cengek (06/06/2017)

7

(11)

42 Cengek, namun persaingan antara pasar tradisonal dan pasar modern yang pada akhirnya membuahkan hasil, dimana secara perlahan-lahan pasar tradisional mulai tersingkir rupanya dirasakan diseluruh wilayah di Indonesia.

Hal ini dapat dilihat berdasarkan penilitian yang dilakukan oleh asosiasi pedagang pasar seluru Indonesia pada tahun 2009, dimana pada tahun 2008 terdapat 4070 pasar di Indonesia atau sekitar 35% dari total pasar tradisional di Indonesia ditinggalakan pedagangnya karena pasar tradisonal kalah bersaing dengan pasar modern. Pada tahun 2007 jumlah pedagang pasar tradisional sebanyak 12.650 juta dan pada tahun 2011 turun menjadi 11 juta.8

Gerakan perlawanan para pedagang pasar terhadap pihak Indomart di Tingkir Lor adalah upaya untuk mempertahankan eksistensi keberlangsungan hidup para pedagang pasar yang menggantungkan kehidupanya dari pengasilan barang daganganya di pasar tradisional Cengek. Gerakan-gerakan tersebut di langsungkan dengan beberapa cara diantaranya gerakan perlawanan dengan menempuh metode aksi jalanan dan juga diplomasi.

Kami melakukan gerakan protes dengan memasang spanduk penolakan Indomart di beberapa titik antara lain : pasar tradisional Cengek, jembatan tepatnya depan jalan utama jln Tingkir-Suruh, dan depan persis Indomart Tingkir Lor. Dan hasil dari gerakan tersebut pihak Indomart yang sebelum telah siap mengoperasikan aktifitas jual beli terpaksa dihentikan selama beberapa .(antara bulan Juli-Oktober). Selain pemasangan spanduk kita (perwakilan pedagang) juga melakukan beberapa aksi mediasi dengan pihak Indomart yang di fasilitasi oleh pihak Kelurahan Tingkir Lor dan polsek).9

Gerakan-gerakan perlawanan yang di prakarsai oleh beberapa pedagang secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu bentuk gerakan sosial, dimana

8

Astray Yanuarti, Syamsul Hidayat, dan Wisnu Wage Pamungkas, Laporan Utama, Gatra No 12 kamis 12 Januari 2009, bandung. Dan dikutip dari: Nahdyul Izzah, Pengaruh Pasar Moderen Terhadapa Pasar Tradisional (studi Pengaruh Ambarukmo Plaza terhadapperekonomian pedagang pasar desacaturtunggal nologaten Depok Sleman Yogyakarta) Fakultas Dakwa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010. http://digilib.uin

suka.ac.id/5595/1/BAB%20I,IV,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf

9 Hasil Wawancara dengan Bpk Umam (47) salah satu pedagang di pasar tradisional Cengek

(12)

43 gerakan ini dapat berlangsung ketika suatu pihak merasa dirugikan dengan keberadaan pihak lain yang lebih dominan dari berbagai aspek. Pedagang pasar diartikan sebagai pihak yang terdesak atau merasa dirugikan dengan kehadiran Indomart, sedangkan pihak Indomart merupakan pihak yang mempunyai kecenderungan dominan, dominasi tersebut dirasakan para pedagang dengan pertimbangan pemilik Indomart secara keuntungan akan masuk dalam keuntungan secara personal pemilik Indomart. Para pedagang pasar tradisional yang berdasarkan kondisi pasar yang sebelumnya telah memburuk „tinkat daya beli masyarakat yang rendah,” akan lebih berpengaruh secara signifikan pada pendapatan dan daya beli masyarakat, ketika Indomart beraktifitas dan bersaing dengan pasar tradisional Cengek, mengingat jarak yang cukup deket (230 M dari pasar tradisional).

Kecenderungan masyarakat lebih memilih berbelanja di Indomart dengan pertimbangan efektifitas dan efisiensi. Kecenderungan tersebut dititik beratkan pada pertimbangan-pertimbangan rasional, di mana Indomart sebagai bagian dari pasar moderen di rasa lebih aman dan nyaman ketika dibandingkan dengan berbelanja di pasar tradisional. Hal ini seperti di utarakan oleh Bpk Munir (50) salah satu petugas Kelurahan Tingkir Tengah saat di wawancara berkaitan dengan gerakan perlawanan pedagang pasar tradisional Cengek dengan pihak Indomart, yakni

Saya secara pribadi menolak pendirian Indomart dan lebih memilih mendukung para pedagang pasar tradisional, tapi saya terkadang juga memilih berbelanja di Indomart karena lebih lengkap barang yang kita cari, berbeda halnya dengang pasar tradisional terkadang barang yang kita cari kehabisan atau bahkan tidak ada. Selain itu Indomart cenderung lebih aman, dan juga nyaman dengan didukung oleh berbagai fasilitas yang tersedia.10

Pertimbangan rasional yang diutarakan para konsumen ketika berbelanja di indomaret merupakan alasan yang sangat objektif, dikarenakan keunggulan dan keberhasilan sistem yang di bangun oleh pihak indomart telah mampu

10 Hasil Wawancara bersama Bpk Sahal (50) salah satu pegawai di Kelurahan Tingkir tengan

(13)

44 menggiring masyarakat untuk berbelanja di minimarket-minimarket modern. Alasan sederhana untuk menjelaskan fenomena ini adalah setiap manusia diera modern sangat mengutamakan efektifitas dan efisiensi dalam berinteraksi.

Gambar

Gambar 4.2 Peta Kelurahan Tingkir Lor

Referensi

Dokumen terkait

a) Partisipasi pasif, dalam hal ini peneliti datang ditempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. b) Partisipasi moderat, dalam

PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM PADA MASA PRAAKSARA, HINDU-BUDHA, DAN ISLAM1. Di Susun oleh:

Berdasarkan wawancara dengan Fx Supriyadi dalam proses penegakan hukum pidana terhadap pelaku penyebaran gambar pornografi polwan polda Lampung melalui media

Maula Alimudin, “ Pengaruh Metode Pembelajaran SAVI Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sumbergempol Tulungagung Pada Materi

Praktikum pengukuran daya suka ternak domba atau palatabilitas terhadap beberapa jenis pakan dapat diukur dengan menguji palatabilitas dari domba yang dilakukan untuk mengetahui

[r]

adalah bagaimanakah penggunaan alat bantu pendeteksi kebohongan( lie detector ) dalam proses penyidikan dan apakah yang menjadi faktor penghambat penggunaan alat pendeteksi

Kondisi laboratorium Produksi (jumlah peralatan, lantai keramik, sirkulasi udara) 56,00% sesuai dan memadai, di- dukung jendela sepanjang 12m dan exhouse fan dan kipas angin