• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Data Mining dalam Penentuan D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penggunaan Data Mining dalam Penentuan D"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN JAKARTA

PENGGUNAAN DATA MINING DALAM PENENTUAN DETERMINAN TINGKAT FOREIGN DIRECT INVESTMENT DI PROVINSI SELURUH INDONESIA

Oleh:

SATRIA HANGGA NUGRAHA NPM : 154060006571

Program Studi DIV Akuntansi Alih Program

(2)

1

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 2

1.1 Latar Belakang ... 2

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan ... 3

BAB II PEMBAHASAN ... 4

2.1 Landasan Teori ... 4

2.2 Variabel Penelitian ... 7

2.3 Data Mining ... 9

2.4 Hasil Data Mining ... 18

BAB III PENUTUP ... 20

3.1 Simpulan ... 20

3.2 Saran ... 20

(3)

2 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pada abad ini, globalisasi merupakan sebuah isu yang semakin berkembang.

Globalisasi telah membawa berbagai macam aspek kehidupan ke arah yang lebih maju

sehingga memunculkan berbagai macam perkembangan pada aspek-aspek kehidupan

tersebut. Perkembangan ini tentu juga terjadi dalam bidang ekonomi. Perkembangan di

bidang ekonomi juga menjadi semacam indikator terjadinya fenomena globalisasi di suatu

negara. Kemudahan dalam investasi, aliran informasi yang luar biasa di era digital, serta

transparansi dan akuntabilitas yang mulai membudaya di berbagai negara, menjadikan

kegiatan perekonomian ikut berevolusi.

Fenomena yang saat ini identik dengan perekonomian global adalah penanaman

modal oleh asing secara langsung atau yang lebih dikenal dengan Foreign Direct Investment

(FDI). FDI telah mendorong bergeraknya roda perekonomian pada wilayah-wilayah potensial

namun kekurangan modal. FDI menjadi sebuah instrumen penting bagi pemerintah dalam

membantu membangun negara ini secara ekonomi maupun sosial. FDI berperan sebagai

pemicu pergerakan ekonomi ketika investor dalam negeri dan pemerintah sendiri

terkendala dengan keterbatasan modal yang dimiliki. Diharapkan FDI mampu membawa

pengaruh positif terhadap perekonomian suatu wilayah dan berdampak positif pula secara

fiskal. Dengan adanya desentralisasi pengelolaan keuangan negara, bahkan pemerintah

daerah mampu menarik investor asing untuk menanamkan modal di wilayahnya.

Sayangnya, pemerintah daerah tidak dengan mudah menarik para investor asing begitu saja.

Tingkat FDI di suatu daerah ditentukan oleh berbagai faktor-faktor, baik yang

bersifat controllable maupun uncontrollable. Determinan tingkat FDI di suatu wilayah

sangatlah beragam. Ada yang disebut dengan traditional determinant dan ada yang disebut

dengan non-traditional determinant. Akan tetapi determinan mana yang memiliki korelasi

besar akan berbeda untuk tiap negara dikarenakan tiap negara memiliki karakteristik yang

(4)

benar-3

benar berpengaruh signifikan terhadap tingkat FDI di daerah-daerah di Indonesia adalah

menggunakan data mining. Data mining dilakukan terhadap berbagai variabel-variabel

determinan untuk kemudian diketahui variabel mana dan bagaimana pengaruhnya terhadap

tingkat FDI di Indonesia. Hal-hal tersebut melatarbelakangi penulisan makalah ini. Dalam

makalah ini, data mining menggunakan alat bantu program Weka.

1.2Rumusan Masalah

Determinan tingkat FDI sangatlah banyak akan tetapi untuk tiap negara faktor yang

benar-benar berpengaruh terhadap tingkat FDI sangatlah beragam tergantung dengan

karakteristik tiap negara. Dalam makalah ini data mining dilakukan untuk menjawab

pertanyaan berikut:

1) Apa saja faktor yang berpengaruh terhadap tingkat FDI pada wilayah-wilayah di

Indonesia?

2) Bagaimana faktor tersebut mempengaruhi tingkat FDI di Indonesia? Faktor manakah

yang menjadi preseden terhadap faktor lainnya?

1.3Tujuan

Makalah ini memaparkan mengenai faktor-faktor mana, dari determinan tingkat FDI

yang sebelumnya telah dikenal, yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat FDI di

Indonesia. Penentuan faktor-faktor yang berpengaruh tersebut dilakukan dengan

menggunakan data mining dan alat bantu yang dipakai adalah program Weka. Dengan

penggunaan data mining diharapkan faktor-faktor yang berpengaruh besar dapat diketahui

dan dapat digambarkan juga bagaimana pengaruhnya terhadap tingkat FDI. Untuk tujuan

yang lebih lanjut, hasil dari data mining tersebut diharapkan mampu memberi gambaran

bagi daerah mengenai bagaimana cara meningkatkan FDI di wilayahnya dengan mengubah

(5)

4 BAB II

PEMBAHASAN

2.1Landasan Teori

Tinjauan pustaka yang terkait dan digunakan dalam penyusunan makalah ini antara

lain sebagai berikut.

1) Foreign Direct Investment (FDI)

Menurut investopedia, Foreign Direct Investment merupakan investasi yang

dilakukan oleh suatu perusahaan atau individu sebuah negara di negara lain untuk

kepentingan bisnis, dalam bentuk pembangunan operasi bisnis atau pengakuisisian

aset bisnis di negara lain, seperti kepemilikan atau pengendalian atas suatu

perusahaan asing. FDI berbeda dengan investasi portofolio, karena pada investasi

portofolio investor hanya membeli saham perusahaan asing. Fitur utama dari FDI

yaitu adanya kontrol efektif atau pengaruh substansial oleh investor terhadap

investee.

FDI merupakan sumber pembiayaan potensial yang berasal dari luar negeri yang

paling potensial terutama di negara berkembang dengan kesenjangan modal yang

tinggi. Kesenjangan tersebut disebabkan oleh perkembangan teknologi, pembatasan

bagi investasi asing melalui akuisisi penuh, serta deregulasi dan privatisasi di

berbagai industri (Rasyidin, 2010).

Selain itu, FDI dapat diartikan sebagai penanaman modal dalam jangka panjang ke

sebuah perusahaan di negara lain dan menjadi sebuah ciri dari sistem ekonomi

global. FDI dipandang lebih bermanfaat bagi negara atau pemerintah daerah jika

dibandingkan dengan investasi pada ekuitas perusahaan. Hal ini dikarenakan pada

investasi ekuitas yang bersifat jangka pendek terdapat potensi timbulnya capital

outflow jika sewaktu-waktu investasi ditarik secara tiba-tiba yang nantinya

menimbulkan kerentanan ekonomi (Devi, Prila, 2014).

2) FDI di Indonesia

Di Indonesia, pemerintah telah memiliki Undang-undang Penanaman Modal Asing

No. 1 tahun 1967 yang dikeluarkan untuk menarik investasi asing guna membangun

(6)

5

untuk memberikan persetujuan dan ijin atas investasi langsung luar negeri (Foreign

Direct Investment). Pada tahun 2015 menurut BPS, negara-negara terbesar

penyumbang arus masuk FDI di Indonesia antara lain Singapura, Jepang, Belanda,

Korea Selatan, Hongkong, dan Amerika. Menurut data BPS, total nilai FDI yang masuk

di Indonesia pada tahun 2015 adalah sebesar US$ 29,276 Milyar, merupakan yang

tertinggi dalam periode 2008-2015 dan memang sepanjang tahun terus mengalami

peningkatan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, salah satu aspek penting dari

FDI adalah bahwa investor bisa melakukan kontrol terhadap manajemen atau

mampu memberi pengaruh penting terhadap manajemen dan produksi. Hal tersebut

berbeda dengan investasi tak langsung melalui portofolio, dimana pemodal asing

hanya membeli saham perusahaan lokal tetapi tidak memiliki kemampuan dalam

mengendalikan perusahaan investee secara langsung. FDI dapat disebut sebagai

komitmen jangka panjang dan dianggap lebih bernilai bagi negara atau pemerintah

daerah dibandingkan investasi jenis lain yang bisa ditarik begitu saja ketika terjadi

gejolak di dalam negeri.

3) Determinan FDI

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat FDI pada suatu negara dibagi menjadi 2

yaitu traditional determinant dan non-traditional determinant (Nunnenkamp, Spatz,

2002). Determinan tradisional atas tingkat FDI di suatu negara yaitu ukuran pasar

atau populasi, GDP dan GNP, faktor risiko, kualitas infrastruktur, kemudahan dalam

berbisnis dan ketersediaan tenaga terampil. Sedangkan yang dimaksud dengan

determinan non-tradisional antara lain berupa cost difference dengan wilayah lain

dalam hal tenaga kerja dan pajak, ketersediaan faktor produksi komplementer,

ketersediaan pendidikan di suatu wilayah, aturan terkait teknologi dan perdagangan

internasional. Selain itu ketersediaan sumber daya alam juga menjadi pengaruh

dominan dalam menentukan tingkat investasi FDI di suatu wilayah (Dunning, 1999).

Faktor-faktor lain yang bersifat eksogen dan faktor terkait policy juga memiliki

dampak signifikan terhadap FDI di suatu negara (Blonigen, 2005). Faktor tersebut

antara lain berupa nilai tukar mata uang, aturan pajak, kualitas institusi, dan aturan

(7)

6

Dalam kaitannya dengan perdagangan, opportunity dalam perdagangan

internasional dan tingkah laku organisasi menjadi faktor yang signifikan dalam

menentukan tingkat FDI di suatu negara (Helpman, 2006).

4) Penelitian Terdahulu

Menurut penelitian Peter Nunnenkamp dan Julius Spatz tahun 2002, tingkat FDI di

negara berkembang, dengan determinan tradisional dan non-tradisional, yang

sangat mempengaruhi adalah populasi (market size) dan GDP. Namun dalam

penelitiannya, Nunnenkamp dan Spatz mengutip hasil riset UNCTAD tahun 1996

bahwa market size berdasarkan populasi tidak begitu penting dalam menentukan

tingkat FDI sebagai akibat globalisasi.

Dalam studi empiris Bruce A. Blonigen pada tahun 2005, tingkat FDI yang diteliti

melalui faktor eksogen dan policy menunjukkan bahwa FDI dipengaruhi oleh aturan

pajak di negara tersebut. Namun Blonigen mengungkapkan bahwa hasil tersebut

masih terlalu dini untuk dijadikan dasar pembuktian hipotesis secara utuh, masih

diperlukan pengujian faktor-faktor mikro yang diyakini memiliki pengaruh yang

signifikan.

Sedangkan dalam penelitian Farhad Noorbakhsh, Alberto Paloni, dan Ali Youssef

tahun 2001, Bukti empiris menunjukkan human capital merupakan determinan

signifikan atas tingkat FDI di negara-negara berkembang. Variabel yang dijadikan

penjelas untuk human capital berupa tingkat pendidikan dan pertumbuhan market.

Jika mengutip dari riset UNCTAD tahun 1999, size lebih memberi pengaruh signifikan

jika dilihat dalam konteks GDP dari pada populasi. Selain itu penelitian Reiter dan

Steensma tahun 2010 juga menunjukkan hal serupa. Pembangunan manusia dan

tingkat FDI saling berpengaruh dimana kondisi tersebut juga dipengaruhi olehFDI

policy serta tingkat korupsi.

Menurut Elhanan Helpman dalam penelitiannya tahun 2006, perdagangan,

organisasi, dan FDI saling memiliki kerolasi satu sama lain. Perdagangan disini lebih

digambarkan melalui kesempatan adanya perdagangan lintas negara, sedangkan

(8)

7 2.2Variabel Penelitian

Dalam data mining ini variabel yang digunakan adalah berupa data populasi.

Populasi yang dipakai adalah sejumlah provinsi di Indonesia tahun 2016, yaitu sebanyak 34

provinsi untuk data tahun 2015. Variabel-variabel tersebut antara lain sebagai berikut:

1) FDI

Variabel FDI menggunakan jumlah investasi luar negeri pada suatu provinsi

dibandingkan total aliran FDI masuk secara nasional. Satuan yang digunakan adalah

persen. Untuk mencerminkan FDI per provinsi maka nilai FDI yang digunakan tidak

termasuk FDI sektor Migas karena sektor tersebut sepenuhnya dikelola oleh

pemerintah pusat. Selain itu, investasi disini tidak termasuk portofolio.

2) Indeks Pembangunan Manusia

Indeks pembangunan manusia digunakan sebagai proxy human capital. Meskipun

pada penelitian sebelumnya human capital hanya diukur melalui pendidikan, tetapi

indeks pembangunan manusia lebih kompleks dalam menjelaskan human capital.

Dalam proxy ini selain tingkat pendidikan juga diperhitungkan unsur pengukuran

harapan hidup, melek huruf, dan standar hidup. Angka indeks pembangunan

manusia tiap provinsi menggunakan indeks yang disediakan oleh BPS.

3) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Tingkat partisipasi angkatan kerja digunakan untuk mewakili determinan tradisional

berupa ketersediaan tenaga terampil. Proxy ini merupakan indikator

ketenagakerjaan yang memberikan gambaran tentang penduduk yang aktif secara

ekonomi dalam kegiatan sehari-hari merujuk pada suatu waktu tertentu, di

dalamnya adalah penduduk bekerja dan pencari kerja. Tingkat partisipasi angkatan

kerja berdasarkan data BPS dihitung melalui jumlah angkatan kerja dibagi dengan

jumlah penduduk usia kerja dengan satuan persen.

4) Market Size (Populasi)

Market size dengan menggunakan total populasi merujuk pada penelitian tingkat FDI

terkait determinan tradisional. Jumlah populasi yang digunakan adalah data per

provinsi tahun 2015. Jumlah populasi per 2015 mengacu pada proyeksi populasi

(9)

8

2015 dikarenakan sensus penduduk terakhir adalah tahun 2010. Agar lebih reliable

dan juga relevan dengan total 34 provinsi, maka digunakan data proyeksi BPS.

5) Market Size (GDP)

Penggunaan market size dengan proxy GDP merupakan bentuk pengakomodasian

hasil riset UNCTAD tahun 1999, dimana GDP lebih mencerminkan ukuran

dibandingkan populasi manusia dalam wilayah tersebut. Data GDP yang digunakan

adalah data GDP dari BPS.

6) GDP per Kapita

Dalam penelitian Nunnenkamp dan Spatz tahun 2002, variabel yang berupa

market-related selain menggunakan GDP dan populasi juga digunakan GDP per capita.

Banyaknya variabel yang digunakan menunjukkan upaya pengukuran pasar yang

lebih komprehensif. GDP per kapita secara sederhana merupakan GDP per provinsi

dibagi jumlah populasinya.

7) GDP Growth

Selain GDP per kapita, market-related variabel yang menjadi determinan tradisional

yang dipakai untuk menentukan tingkat FDI adalah GDP growth (Nunnenkamp,

Spatz, 2002). Pertumbuhan market yang dipakai sebagai salah satu proxy human

capital dari sudut pandang ekonomi dalam penelitian Noorbakhsh, Paloni, dan

Youssef, akan lebih masuk akal jika menggunakan GDP. Hal ini dikarenakan aktivitas

ekonomi lebih tercermin dari ukuran GDP dibanding populasi. GDP growth dihitung

dari perubahan GDP tahun 2015 dibandingkan tahun sebelumnya, dengan satuan

persen.

8) Ekspor

Ekspor digunakan sebagai proxy untuk kesempatan perdagangan internasional.

Disamping itu dalam penelitian Nunnenkamp dan Spatz, dikutip pula penelitian lain

yang menunjukkan pertumbuhan ekspor berpengaruh terhadap tingkat FDI suatu

negara (Tsai, 1994). Ekspor disini menggunakan satuan USD dan merupakan nilai

ekspor per provinsi sesuai data dari BPS.

9) Ketersediaan Air Bersih

Ketersediaan air bersih digunakan sebagai proxy mewakili ketersediaan sumber daya

alam seperti penelitian Dunning tahun 1999. Ketersediaan air bersih dihitung dari

(10)

9

air hujan) dibanding total seluruh konsumsi air pada suatu provinsi. Satuan yang

digunakan persen.

10)Ketersediaan Listrik

Ketersediaan listrik dipakai untuk mewakili varabel kemudahan dalam berbisnis dari

segi non policy juga dapat digunakan sebagai tambahan proxy ketersediaan sumber

daya alam. Ketersediaan listrik merupakan tingkat ketersediaan listrik (PLN dan non

PLN) bagi suatu provinsi (rumah tangga dan industri) dengan satuan persen.

2.3Data Mining

Setelah penentuan variabel dan pengumpulan data, proses data mining dengan

menggunakan program Weka dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1) Pengkategorian Tiap Variabel

Seluruh data diperoleh dari BPS. Setelah data diperoleh, tiap variabel dilakukan

pengelompokan sesuai dengan kategorinya. Pengelompokan atas 34 data untuk 10

variabel adalah sebagai berikut.

a. FDI

FDI dikategorikan menjadi 3 yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Kriteria untuk tiap

kategori sebagai berikut,

Tinggi : lebih dari US$ 900 juta (> 900 juta)

Sedang : dari US$ 225 juta s.d. US$ 900 juta (> 225 juta & < 900 juta)

Rendah : kurang dari US$ 225 (< 225 juta)

Persebaran datanya adalah sebagai berikut

b. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia dikategorikan menjadi 3 yaitu tinggi, sedang dan

(11)

10

Tinggi : lebih dari 69,5 (> 69,5)

Sedang : dari 66 s.d. 69,5 (>66 & <69,5)

Rendah : kurang dari 66 (< 66)

Persebaran datanya adalah sebagai berikut

c. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dikategorikan menjadi 3 yaitu tinggi, sedang

dan rendah. Kriteria untuk tiap kategori sebagai berikut,

Tinggi : lebih dari 68 (> 68)

Sedang : dari 63 s.d. 68 (>63 & <68)

Rendah : kurang dari 63 (< 63)

Persebaran datanya adalah sebagai berikut

d. Market Size (Populasi)

Market Size (Populasi) dikategorikan menjadi 3 yaitu besar, sedang dan kecil.

Kriteria untuk tiap kategori sebagai berikut,

Besar : lebih dari 8.000 ribu jiwa (> 8.000 ribu)

Sedang : dari 3.000 ribu jiwa s.d. 8.000 ribu jiwa (> 3.000 ribu & < 8.000 ribu)

Kecil : kurang dari 3.000 ribu jiwa (< 3.000 ribu)

(12)

11 e. Market Size (GDP)

GDP dikategorikan menjadi 3 yaitu tinggi, sedang dan rendah. Kriteria untuk tiap

kategori sebagai berikut,

Tinggi : lebih dari 200.000 Milyar Rupiah (> 200.000 Milyar)

Sedang : dari 100.000 Milyar Rupiah s.d. 200.000 Milyar Rupiah (>100.000

Milyar & <200.000 Milyar)

Rendah : kurang dari 100.000 Milyar Rupiah (< 100.000 Milyar)

Persebaran datanya adalah sebagai berikut

f. GDP per Kapita

GDP per Kapita dikategorikan menjadi 3 yaitu tinggi, sedang dan rendah. Kriteria

untuk tiap kategori sebagai berikut,

Tinggi : lebih dari 40.000 Milyar Rupiah per kapita (> 40.000 Milyar)

Sedang : dari 30.000 Milyar Rupiah per kapita s.d. 40.000 Milyar Rupiah per

kapita (>30.000 Milyar & <40.000 Milyar)

Rendah : kurang dari 30.000 Milyar Rupiah per kapita (< 30.000 Milyar)

(13)

12 g. GDP Growth

GDP Growth dikategorikan menjadi 3 yaitu tinggi, sedang dan rendah. Kriteria

untuk tiap kategori sebagai berikut,

Tinggi : lebih dari 0,06 (> 0,06)

Sedang : dari 0,05 s.d. 0,06 (>0,05 & <0,06)

Rendah : kurang 0,05 (< 0,05)

Persebaran datanya adalah sebagai berikut

h. Ekspor

Ekspor dikategorikan menjadi 3 yaitu tinggi, sedang dan rendah. Kriteria untuk

tiap kategori sebagai berikut,

Tinggi : lebih dari US$ 3.000 juta (> 3.000 juta)

Sedang : dari US$ 500 juta s.d. US$ 3.000 juta (>500 juta & <3.000 juta)

Rendah : kurang US$ 500 (< 500 juta)

(14)

13 i. Ketersediaan Air Bersih

Ketersediaan Air Bersih dikategorikan menjadi 3 yaitu banyak, cukup dan kurang.

Kriteria untuk tiap kategori sebagai berikut,

Banyak : lebih dari 80% (> 80%)

Cukup : dari 60% s.d. 80% (>60% & <80%)

Kurang : kurang 60% (< 60%)

Persebaran datanya adalah sebagai berikut

j. Ketersediaan Listrik

Ketersediaan Listrik dikategorikan menjadi 3 yaitu memadai, cukup dan kurang.

Kriteria untuk tiap kategori sebagai berikut,

Memadai : lebih dari 97% (> 97%)

Cukup : dari 90% s.d. 97% (>90% & <97%)

Kurang : kurang 90% (< 90%)

(15)

14

Dari kesepuluh variabel-variabel dalam penelitian, berikut ini rekapitulasi data

(kuantitas) dari pengkategorian sesuai kriteria yang telah ditentukan.

2) Pengolahan Data dengan Weka

Setelah data dikategorikan, maka data dimasukkan dalam matriks berikut:

No. Attribut Kategori Total

Tinggi 8 Sedang 13 Rendah 13 Tinggi 11 Sedang 15 Rendah 8 Tinggi 12 Sedang 13 Rendah 9 Besar 9 Sedang 13 Kecil 12 Tinggi 15 Sedang 10 Rendah 9 5 4 3 2 1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Index Pembangunan Manusia FDI

GDP per Kapita Market Size

No. Attribut Kategori Total

Tinggi 12 Sedang 11 Rendah 11 Tinggi 13 Sedang 13 Rendah 8 Tinggi 9 Sedang 12 Rendah 13 Banyak 11 Cukup 15 Kurang 8 Memadai 14 Cukup 8 Kurang 12 10 9 8 7 6 Ketersediaan Listrik Ketersediaan Air Bersih Ekspor GDP Growth GDP

Atribut Atribut ... Atribut

(16)

15

Setelah data selesai dimasukkan dalam matriks tersebut, data disimpan dalam

bentuk file csv untuk kemudian diolah menggunakan program Weka. Langkah

selanjutnya, data diimpor pada Weka Explorer.

Setelah data sukses diimpor maka kesepuluh atribut akan muncul sebagai berikut.

Dari visualisasi tersebut nampak bahwa frekuensi untuk FDI tingkat tinggi, sedang

dan rendah berturut-turut adalah sebesar 8, 13, dan 13. Jika kesepuluh atribut

tersebut divisualisasikan dalam bentuk diagram batang maka komposisinya adalah Langkah-langkah

(17)

16

sebagai berikut, dimana tiap variabel independen digambarkan sesuai dengan

pengaruhnya terhadap variabel dependen yaitu tingkat FDI.

Langkah selanjutnya, untuk mengetahui hasil analisis deskriptif dari data yang ada,

maka digunakan classifier J48 yang nantinya dapat digunakan untuk

memvisualisasikan data ke dalam bentuk diagram pohon. Penggunaan visualisasi

diagram pohon akan membantu dalam mempermudah penalaran hubungan antara

variabel (atribut) independen terhadap variabel (atribut) dependen.

Langkah-langkah pengolahan

(18)

17

Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan classifier J48, maka diperoleh hasil

analisis deskriptif sebagai berikut,

Hasil pengujian menunjukkan bahwa pengklasifikasian secara benar lebih besar dari

pada kesalahan pengklasifikasian, yaitu sebesar 55,88%. Kappa statistic

menunjukkan berapa tingkat agreement antara pengklasifikasian dengan

kategorinya. Kappa statistic di atas nol persen sudah dianggap bagus. Dalam

penelitian ini Kappa statistic adalah sebesar 32,81%. Pada Confusion Matrix,

penelitian menunjukkan bahwa kesalahan klasifikasi masih lebih rendah

dibandingkan pengklasifikasian dengan benar. Pengklasifikasian yang dianggap benar

untuk kelas tinggi, sedang dan rendah berturut-turut yaitu sebesar 4, 6, dan 9. Error

rate disini hanya menunjukkan error dalam numeric prediction yang tidak bisa

diungkapkan hanya melalui klasifikasi, jadi angka ini bukan terkait pengklasifikasian.

(19)

18

Setelah hasil analisis deskriptif dilakukan maka dapat dikatakan bahwa data layak

untuk diolah atau dilakukan data mining. Untuk mempermudah pemahaman

hubungan antar atribut independen dan bagaimana mereka menjelaskan atribut

dependen, maka visualisasi dengan diagram pohon akan sangat membantu.

Visualisasi diagram pohon membantu penalaran logis dalam memahami hubungan

antar variabel. Hasil dari visualisasi dalam bentuk diagram pohon adalah sebagai

berikut.

2.4Hasil Data Mining

Dari hasil data mining dan dengan bantuan visualisasi dalam bentuk diagram pohon

diperoleh hasil sebagai berikut:

- Tidak semua variabel dependen (determinan) yang diuji mempunyai pengaruh

signifikan dalam menentukan tingkat FDI di provinsi seluruh Indonesia.

- Determinan yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat FDI antara lain GDP,

Indeks Pembangunan Manusia, dan GDP Growth.

- Pengaruh GDP adalah paling besar dalam menentukan tinggi rendahnya tingkat FDI.

Artinya besarnya (ukuran) market pada suatu daerah (secara ekonomi) paling

berpengaruh signifikan terhadap tingkat FDI di suatu wilayah. Ketika GDP rendah

maka tingkat FDI sudah pasti rendah. Hal ini dapat diartikan, ketika ukuran market

(secara ekonomi) kecil maka secara otomatis tingkat FDI juga rendah dan jika ukuran

market besar atau sedang maka ada pengaruh variabel lain yang menentukan tingkat

(20)

19

- Jika GDP tinggi, maka variabel lain yang menentukkan adalah indeks pembangunan

manusia. Jika GDP dalam kisaran sedang, maka GDP growth menjadi variabel

berikutnya yang akan menentukkan tingkat FDI.

- Dalam Kondisi GDP tinggi, apabila indeks pembangunan manusia juga dalam kondisi

tinggi maka tingkat FDI pada wilayah tersebut tinggi. Jika kondisi GDP tinggi namun

indeks pembangunan manusia sedang maka tingkat FDI juga sedang. Begitu pula

pada kondisi dimana GDP tinggi tetapi indeks pembangunan manusia rendah maka

FDI juga akan rendah. Hal ini menunjukkan bahwa ketika market memiliki ukuran

yang besar maka yang menentukan tingkat FDI di wilayah tersebut adalah kondisi

atau kualitas human capital-nya, dimana kondisi human capital berbanding lurus

dengan tingkat FDI.

- Dalam kondisi GDP sedang, apabila pertumbuhan GDP tinggi maka tingkat FDI masih

bisa berada dalam tingkatan sedang. Namun jika kondisi GDP sedang dan

pertumbuhannya hanya sedang atau rendah maka otomatis tingkat FDI juga rendah.

Pada kondisi ukuran market adalah menengah, kemungkinan sangat kecil (hampir

tidak mungkin) tingkat FDI tinggi. Tingkat FDI pada market ukuran menengah akan

berada dalam kisaran sedang jika pertumbuhan market tersebut tinggi. Jika tidak

didukung dengan pertumbuhan market secara ekonomi yang tinggi maka tingkat FDI

akan rendah. Disini menunjukkan bahwa variabel terkait pasar masih berperan

dominan.

- Untuk tingkat FDI antar provinsi di Indonesia, faktor-faktor lain yang diuji tidak

memiliki signifikansi. Namun demikian beberapa faktor yang teruji memang sesuai

dengan beberapa penelitian sebelumnya. Faktor market size (secara ekonomi) paling

berpengaruh signifikan pada negara berkembang (Nunnenkamp, Spatz, 2002). Selain

itu human capital pada negara berkembang juga menjadi determinan signifikan dari

tingkat FDI (Noorbakhsh, et al, 2001).

(21)

20 BAB III

PENUTUP

3.1Simpulan

Dengan menggunakan data mining, penentuan determinan tingkat FDI antar provinsi

di Indonesia memiliki beberapa hasil yang dapat disimpulkan sebagai berikut,

1) Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat FDI antar wilayah di Indonesia yaitu

ukuran market secara ekonomi dan kondisi atau kualitas human capital di wilayah

tersebut.

2) Ketika ukuran market secara ekonomi rendah maka tingkat FDI di wilayah tersebut

juga rendah.

3) Ketika ukuran market secara ekonomi tinggi maka tingkat FDI dipengaruhi oleh baik

buruknya kondisi human capital di wilayah tersebut.

4) Ketika ukuran market berada pada tingkatan menengah maka FDI dipengaruhi oleh

kondisi pertumbuhan ukuran market ke depannya. Akan tetapi, pada ukuran market

sedang tingkat FDI tidak bisa mencapai tingkatan tinggi.

5) Ukuran market secara ekonomi, pertumbuhan market, dan kualitas human capital

berbanding lurus dengan tingkat FDI di wilayah tersebut.

3.2Saran

Dari penggunaan data mining dalam penentuan determinan tingkat FDI di Indonesia,

menunjukkan bahwa kondisi market secara ekonomi (baik ukuran maupun pertumbuhan)

dan kondisi human capital berpengaruh signifikan. Kedua faktor tersebut merubakan

variabel yang bersifat controllable bagi pemerintah daerah. Ketika ingin menarik para

pemilik modal asing untuk berinvestasi di wilayahnya, pemerintah harus mengupayakan

untuk menumbuhkan terlebih dahulu perekonomian di wilayah tersebut. Pembangunan

diarahkan pada sektor-sektor riil yang mendukung pertumbuhan GDP. Ketika GDP sudah

mulai meningkat maka otomatis maka pertumbuhan akan memancing aliran FDI masuk ke

wilayah tersebut sehingga ke depannya perekonomian akan semakin tumbuh pesat dengan

(22)

21

Untuk pemerintah daerah yang telah diuntungkan dengan jumlah GDP regional yang

besar, diharapkan untuk fokus dalam pembangunan SDM-nya serta peningkatan kualitas

SDM-nya. Dengan tingginya kualitas human capital di wilayah pemerintahan tersebut maka

tingkat FDI dipastikan akan meningkat. Ketika wilayah tersebut telah diuntungkan dengan

GDP yang besar tetapi dengan kualitas human capital yang rendah maka kondisi GDP yang

besar tersebut menjadi sia-sia. Untuk memanfaatkan kondisi GDP yang besar dalam menarik

(23)

22 DAFTAR PUSTAKA

Blonigen, B. (2005). A Review of the Empirical Literature on FDI Determinants. Atlantic Economic Journal, 33: 383-403.

Helpman, E. (2006). Trade, FDI, and the Organization of Firms. Journal of Economic Literature, 44: 589-630.

Noorbakhsh, F., Paloni, A., Youssef, A. (2001). Human Capital and FDI Inflows to Developing Countries: New Empirical Evidence. World Development, 29 (9): 1593-1610.

Nunnenkamp, P., Spatz, J. (2002). Determinants of FDI in Developing Countries: Has Globalization Changed the Rules of the Game. Working Paper, Kiel Institute for World Economics.

Rasyidin, M. (2010). Pengaruh Foreign Direct Investment terhadap Pengembangan Pasar Saham di Indonesia. Jurnal Manajemen Bisnis Universitas Muhammadiyah Purworejo, 1: 64-84.

Reiter, S., Steensma, H. (2010). Human Development and Foreign Direct Investment in Developing Countries: The Influence of FDI Policy and Corruption. World Development, 38 (12): 1678-1691.

Peraturan:

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing

Website:

www.bps.go.id diakses tanggal 6 Januari 2017.

Referensi

Dokumen terkait

Duvall dan Miller (1985), menambahkan bahwa salah satu faktor yang mendasari pemilihan pasangan adalah faktor homogamy , yakni kesesuaian dengan pasangan baik secara

Sebagai perbandingan bangunan fasilitas cottage, ada beberapa kawasan wisata dengan fasilitas akomodasinya yang memanfaatkan lingkungan sekitarnya sehingga fasilitas wisata

Untuk mengetahui exercise Half Semont Manuver lebih baik dari exercise Brandt-doroff Manuver dalam menggurangi keluhan vertigo pada gangguan fungsi Vestibular Posterior

Orang Kelantan, walau pun yang berkelulusan PhD dari universiti di Eropah (dengan biasiswa Kerajaan Persekutuan) dan menjawat jawatan tinggi di Kementerian atau di Institusi

(Bandung: PT Remaja Rosda karya.. Diduga desain LKS dan kandungan materi serta langkah-langkah pendekatan dan penyampaiannya dalam LKS kurang memperhatikan karakteristik

Kantor DPRD sendiri memiliki Persatuan Wartawan Legislatif (PWL) Tugas persatuan wartawan legislatif ini biasa nya meliput atau memuat berita tentang apa saja

Berdasarkan dua kajian tersebut, pengkajian di buat keatas usahawan bumiputera IKS secara umum, manakala kajian ini lebih menjurus dan memberi fokus kepada faktor

kesesuaian tindakan aktor yang terlibat. • Yang menunjukkan bahwa lebih berpengaruh dibandingkan variabel lainnya, yang mana menunjukkan besarnya kekuatan masyarakat dalam